KATA
PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidyat, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyusun makalah yang berjudul “Pengukuran”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dengan
kerjasama sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susuna kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Belajar dan
Pembelajaran dengan judul Pengukuran ini
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Malang, 14
November 2018
Penyusun,
Kelompok 5
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR
ISI..........................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN.........................................................................................
1.1
Latar Belakang...................................................................................................1
1.2
Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3
Tujuan Penulisan................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN...........................................................................................
A.
B.
C.
BAB III
PENUTUP...................................................................................................
3.1 Kesimpulan........................................................................................................
3.2
Saran..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................iii
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
1.2
RUMUSAN MASALAH
1.3
TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengukuran
Pengukuran adalah
penentuan besaran, dimensi,
atau kapasitas,
biasanya terhadap suatu standar atau satuan ukur.
Pengukuran juga dapat diartikan sebagai pemberian angka tehadap suatu atribut
atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh seseorang, hal, atau objek
tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas dan disepakati. Pengukuran
dapat dilakukan pada apapun yang dibayangkan, namun dengan tingkat kompleksitas
yang berbeda. Misalnya untuk mengukur tinggi, maka seseorang dapat mengukur
dengan mudah karena objek yang diukur merupakan objek kasat mata dengan satuan
yang sudah disepakati secara internasional. Namun hal ini akan berbeda jika
objek yang diukur lebih abstrak seperti kecerdasan, kematangan, kejujuran,
kepribadian, dan lain sebagainya sehingga untuk melakukan pengukuran diperlukan
keterampilan dan keahlian tertentu.
Pengukuran
menurut para ahli diantaranya :
1.
Menurut Nunnally & Bernstein,
1994 Pengukuran dapat didefinisikan sebagai suatu proses pemberian angka
atau label terhadap atribut dengan aturan-aturan yang terstandar atau yang
telah disepakati untuk merepresentasikan atribut yang diukur.
2.
Menurut Mardapi 2004: 14 Pengukuran
pada dasarnya adalah kegiatan penentuan angka terhadap suatu obyek secara
sistematis.
3.
Menurut Lien Pengukuran adalah
sejumlah data yang dikumpul dengan menggunakan alat ukur yang objektif untuk
keperluan analisis.
4.
Menurut Budi Hatoro Pengukuran
atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan
kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif,
bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian.
5.
Menurut Akmad Sudrajat Pengukuran
(measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi
numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai
karakteristik tertentu.
6.
Menurut Arikunto Suharsimi Pengukuran
adalah membandingkan sesuatu dengan suatu ukuran.
7.
Menurut Pflanzagl’s Pengukuran
adalah proses menyebutkan dengan pasti angka-angka tertentu untuk
mendiskripsikan suatu atribut empiri dari suatu produk atau kejadian dengan
ketentuan tertentu.
8.
Menurut Djemari Mardapi 1999: 8 Penilaian
adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran.
Jadi pengukuran adalah
suatu kegiatan yang dilakukan terhadap suatu objek
tertentu dengan
menggunakan alat ukur yang berkesesuaian dengan objek yang diukur.
Pada umumnya data hasil pengukuran tidak
dalam bentuk bilangan bulat, bahkan bilangan desimal dengan digit yang sangat
banyak, maka diperlukan sebuah aturan pembulatan untuk menyingkat laporan
pengukuran hingga digit yang diperlukan saja. Aturan pembulatan terkadang
sangat penting ketika kita berhadapan dengan angka-angka pecahan dengan jumlah
desimal yang banyak. Pembulatan angka dimulai dari digit paling kiri.
Pembulatan dilakukan tahap demi tahap dari digit paling kanan menuju digit
didepannya (kiri digit yang dibulatkan). Dalam pembulatan ada tiga macam aturan
:
1) Jika
angka dibelakang angka terakhir yang ingin dituliskan kurang dari 5, maka
hilangkan angka tersebut dan semua angka dibelakangnya.
Misalnya kita ingin membulatkan 5,3467
menjadi 1 angka dibelakang koma, karena angka terakhir setelah angka 3 adalah
4, dan 4 kurang dari 5, maka kita hilangkan seluruh angka dibelakang 3 tersebut
menjadi 5,3.
Contoh : Bulatkanlah 4,3423 menjadi sampai dua digit
dibelakang koma.
Jawab : Hasil pembulatannya 4,34 karena setelah digit kedua
bernilai dibawah 5 (yakni 2).
2) Jika
angka dibelakang angka terakhir yang ingin dituliskan lebih dari 5, maka
tambahkan digit terakhir dengan 1.
Misalnya kita ingin membulatkan 5,3867
menjadi 1 angka dibelakang koma, karena angka terakhir setelah angka 3 adalah
8, dan 8 lebih dari 5, maka kita hilangkan seluruh angka dibelakang 3 tersebut
dan tambahkan 3 dengan 1, sehingga 5,4.
Contoh : Bulatkanlah 4,3473 menjadi sampai dua digit
dibelakang koma.
Jawab : Hasil pembulatannya 4,35 karena setelah digit kedua
bernilai diatas 5 (yakni 7).
3) Khusus
untuk dua angka desimal, ada aturan yang menyangkut angka 5, jika dibulatkan
menjadi satu desimal, yaitu :
a) Jika
terdapat angka genap didepan angka 5, maka angka genap tidak berubah.
b) Jika
terdapat angka ganjil didepan angka 5, maka angka ganjil bertambah satu.
Dalam pembulatan ada tiga tiga macam cara :
1) Pembulatan
ke satuan ukuran terdekat.
Contoh :
15,7 kg = 16 kg :
dibulatkan ke kg terdekat
8,45 m = 8,4 m :
dibulatkan ke sepersepuluh meter terdekat
12,375 gr = 12 gr :
dibulatkan ke meter terdekat
2) Pembulatan
ke banyaknya angka desimal.
Cara ini digunakan untuk memudahkan untuk menyederhanakan perhitungan,
sesuai dengan ketelitian yang diinginkan.
Contoh :
75,4653 = 75,47 :
dibulatkan sampai dua tempat angka desimal
25,864472 = 25,864 : dibulatkan sampai tiga tempat
angka desimal
256,6231 = 257 :
dibulatkan sampai nol tempat angka desimal
3) Pembulatan
ke banyaknya angka signifikan.
Angka signifikan adalah angka yang bermakna atau angka
berarti. Ada kesepakatan terhadap banyaknya angka signifikan menyangkut angka
nol, bilamana angka-angka nol yang terletak disisi kiri hasil pengukuran kurang
dari satu atau angka nol sebagai penunjuk tempat desimal bukan angka
signifikan, selain itu angka-angka nol adalah signifikan.
Contoh :
25,473 :
lima angka signifikan
70,0046 :
enam angka signifikan
85,00 :
empat angka signifikan
0,0025 :
dua angka signifikan
75,400 :
lima angka signifikan
C. Pengukuran, Contoh, Alat Dan Fungsinya
1. Mengukur Besaran Panjang Dan Turunannya
a. Mistar
Mistar
merupakan alat ukur panjang yang paling sederhana dan sudah lumrah dikenal
orang. Ada dua jenis mistar yang sering digunakan, yaitu stik meter dan mistar
metrik. Stik meter memiliki panjang 1 meter dan memiliki skala desimeter,
sentimeter, dan milimeter. Mistar metrik memiliki panjang 30 sentimeter. Mistar
memiliki skala pengukuran terkecil 1 milimeter, sesuai dengan jarak garis
terkecil 18 antara dua garis yang saling berdekatan. Ketelitiannya adalah 0,5
milimeter, atau setengah dari skala terkecil.
Gambar 1. Mistar atau penggaris
Ketika kita akan
mengukur panjang suatu objek dengan menggunakan sebuah
mistar kita
letakan ujung mistar yang menunjukan nilai nol ke ujung objek yang akan diukur,
kemudian baca panjang skala yang terdekat dengan ujung objek yang diukur
tersebut. Angka tersebut menunjukan panjang objek yang kita ukur.
Untuk
pengukuran dengan menggunakan mistar atau penggaris, kita harus
membaca skala
pada alat secara benar, yaitu posisi mata tepat di atas tanda yang akan dibaca.
Posisi yang salah akan menyebabkan kesalahan baca atau kesalahan paralaks.
Gambar 2. Panjang benda diukur dengan jangka
sorong
b. Jangka Sorong
Jangka
sorong merupakan alat ukur panjang yang memiliki batas ketelitian sampai dengan
0,1 mm. Jangka sorong dapat digunakan untuk menukur diameter bola, diameter
dalam tabung, dan kedalaman lubang. Skala utama tertulis pada batang jangka
sorong. Pada rahang sorong (geser) diberi skala sebanyak 10 bagian 19 dengan
panjang 9 mm yang disebut skala nonius. Jadi, setiap satu skala nonius
panjangnya 10 9 mm atau 0,9 mm
Gambar 3. Jangka sorong
c. Mikrometer sekrup
Mikrometer
sekrup adalah alat ukur panjang yang ketelitiannya paling tinggi. Mikrometer
sekrup mempunyai ketelitian 0,01 mm sehingga cocok untuk mengukur antara lain
tebal kertas, diameter kawat email, dan tebal kain.
Gambar 4. Bagian-bagian mikrometer sekrup
2. Mengukur Besaran Massa
Pengukuran massa pada umumnya dilakukan dengan
menggunakan neraca. Ada beberapa jenis neraca, antara lain neraca Ohauss,
neraca lengan, neraca langkan, neraca pasar, neraca tekan, neraca badan, dan
neraca elektronik. Salah satu jenis neraca yang sering digunakan di
laboratorium adalah neraca lengan. Neraca ini mempunyai bagian-bagian penting,
antara lain tempat beban, skala yang disertai beban geser, sistem pengatur
khusus dan penunjuk.
Ada
dua jenis neraca Ohauss, yaitu neraca dua lengan yang mempunyai batas
ketelitian 0,01 g dengan batas mengukur massa 310 g sehingga disebut neraca
Ohauss-310 dan neraca tiga lengan yang mempunyai batas ketelitian 0,1 g dengan
batas mengukur massa 2,610 kg dan disebut neraca Ohauss-2610. Kedua jenis
neraca Ohauss ini sering digunakan di laboratorium.
Gambar 5. Neraca Ohauss
3. Mengukur Besaran Waktu dan Bersaran Turunannya
Waktu
adalah besaran yang juga menjadi bagian yang tidak terlepas dari kehidupan kita
sehari-hari. Jam dinding dan jam tangan merupakan alat ukur waktu yang paling
sering kita temui. Untuk mengukur waktu dengan ketelitian tinggi diperlukan
alat ukur yang baik misalnya stopwatch.
Gambar
6. Stopwatch
Stopwatch adalah alat yang digunakan untuk mengukur
lamanya waktu yang diperlukan dalam kegiatan, misalnya: berapa lama sebuah
mobil dapat mencapai jarak 60 km, atau berapa waktu yang dibutuhkan seorang
pelari yang dapat mencapai jarak 100 meter?.
a.)
Mengukur Interval Waktu Antar Kejadian
Satuan waktu
menurut Sistem Internasional (SI) adalah detik/sekon. Cara
mengukur interval waktu antar kejadian, contohnya adalah
sebagai berikut :
Peristiwa
|
Lamanya Waktu
|
||||
No.
|
Awal
|
Akhir
|
Dalam Jam
|
Dalam Menit
|
Dalam Detik
|
1.
|
Pergi ke pasar
|
Tiba di pasar
|
0.16
|
10
|
600
|
2.
|
Pergi ke sekolah
|
Tiba di sekolah
|
0.5
|
30
|
1.800
|
3.
|
Pergi ke kantor
|
Tiba di kantor
|
0.25
|
15
|
900
|
b.)
Mengukur Kecepatan Benda
Kecepatan adalah
besaran turunan yang terkait erat dengan besaran pokok waktu. Cara mengukur
kecepatan, adalah jarak perpindahan dibagi waktu.
Rumus untuk
menghitung kecepatan adalah :
v = s/t
|
Ket :
v = kecepatan
s = jarak tempuh
t = waktu tempuh
Contoh Soal Mencari Kecepatan
Andi menempuh
jarak sepanjang 8 km dalam waktu yang 30 menit. Berapa km/jam kecepatan yang
digunakan Andi?
Pembahasan :
Diketahui:
Jarak (s) = 8 km
Waktu (t) = 30 menit = 0,5 jam
Ditanya :
kecepatan (v) ?
Jawaban :
v = s/t = 8
km/0,5 jam = 16 km/jam
Jadi kecepatan yang harus digunakan untuk menempuh jarak
8 km dalam waktu 30 menit adalah 16 km/jam.
5.
Mengukur
Besaran Suhu
Suhu termasuk besaran pokok. Alat untuk untuk mengukur besarnya
suhu suatu benda adalah termometer. Termometer yang umum digunakan adalah
termometer zat cair dengan pengisi pipa kapilernya adalah raksa atau alkohol.
Suhu dapat diukur menggunakan termometer. Seperti suhu
udara, suhu badan, dll. Suhu sendiri adalah besaran fisika yang menyatakan
derajat panas / dingin suatu zat. Zat tersebut dapat berupa padat, cair maupun
gas. Dalam termometer zat yang paling sering digunakan adalah alkohol / raksa.
Termometer dibuat secara konvensial,
berisi sebuah cairan yang akan memuai dan menunjukkan angka tertentu
sesuai suhu zat yang diukur. Pada zaman sekarang termometer jenis ini sudah banyak
diganti dengan termometer digital.
BAB
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
DAFTAR
PUSTAKA