Wikipedia

Search results

MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN PENGUKURAN



KATA PENGANTAR

            Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidyat, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul “Pengukuran”.
            Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dengan kerjasama sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
            Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susuna kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
            Akhir kata kami berharap semoga makalah Belajar dan Pembelajaran dengan judul Pengukuran ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.









Malang, 14 November 2018
Penyusun,



Kelompok 5

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN.........................................................................................
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN...........................................................................................
A.
B.
C.
BAB III
PENUTUP...................................................................................................
3.1 Kesimpulan........................................................................................................
3.2 Saran..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................iii









BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
1.2  RUMUSAN MASALAH
1.3  TUJUAN










BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pengukuran
Pengukuran adalah penentuan besarandimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan ukur. Pengukuran juga dapat diartikan sebagai pemberian angka tehadap suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh seseorang, hal, atau objek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas dan disepakati. Pengukuran dapat dilakukan pada apapun yang dibayangkan, namun dengan tingkat kompleksitas yang berbeda. Misalnya untuk mengukur tinggi, maka seseorang dapat mengukur dengan mudah karena objek yang diukur merupakan objek kasat mata dengan satuan yang sudah disepakati secara internasional. Namun hal ini akan berbeda jika objek yang diukur lebih abstrak seperti kecerdasan, kematangan, kejujuran, kepribadian, dan lain sebagainya sehingga untuk melakukan pengukuran diperlukan keterampilan dan keahlian tertentu.
Pengukuran menurut para ahli diantaranya :
1.      Menurut Nunnally & Bernstein, 1994 Pengukuran dapat didefinisikan sebagai suatu proses pemberian angka atau label terhadap atribut dengan aturan-aturan yang terstandar atau yang telah disepakati untuk merepresentasikan atribut yang diukur.
2.      Menurut Mardapi 2004: 14 Pengukuran pada dasarnya adalah kegiatan penentuan angka terhadap suatu obyek secara sistematis.
3.      Menurut Lien Pengukuran adalah sejumlah data yang dikumpul dengan menggunakan alat ukur yang objektif untuk keperluan analisis.
4.      Menurut Budi Hatoro Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian.
5.      Menurut Akmad Sudrajat Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu.
6.      Menurut Arikunto Suharsimi Pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan suatu ukuran.
7.      Menurut Pflanzagl’s Pengukuran adalah proses menyebutkan dengan pasti angka-angka tertentu untuk mendiskripsikan suatu atribut empiri dari suatu produk atau kejadian dengan ketentuan tertentu.
8.      Menurut Djemari Mardapi 1999: 8 Penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran.
Jadi pengukuran adalah suatu kegiatan yang dilakukan terhadap suatu objek
tertentu dengan menggunakan alat ukur yang berkesesuaian dengan objek yang diukur.

       3.   Aturan Pembulatan Dalam Pengukuran  
Pada umumnya data hasil pengukuran tidak dalam bentuk bilangan bulat, bahkan bilangan desimal dengan digit yang sangat banyak, maka diperlukan sebuah aturan pembulatan untuk menyingkat laporan pengukuran hingga digit yang diperlukan saja. Aturan pembulatan terkadang sangat penting ketika kita berhadapan dengan angka-angka pecahan dengan jumlah desimal yang banyak. Pembulatan angka dimulai dari digit paling kiri. Pembulatan dilakukan tahap demi tahap dari digit paling kanan menuju digit didepannya (kiri digit yang dibulatkan). Dalam pembulatan ada tiga macam aturan :
1)      Jika angka dibelakang angka terakhir yang ingin dituliskan kurang dari 5, maka hilangkan angka tersebut dan semua angka dibelakangnya.
Misalnya kita ingin membulatkan 5,3467 menjadi 1 angka dibelakang koma, karena angka terakhir setelah angka 3 adalah 4, dan 4 kurang dari 5, maka kita hilangkan seluruh angka dibelakang 3 tersebut menjadi 5,3.
Contoh : Bulatkanlah 4,3423 menjadi sampai dua digit dibelakang koma.
Jawab : Hasil pembulatannya 4,34 karena setelah digit kedua bernilai dibawah 5 (yakni 2).
2)      Jika angka dibelakang angka terakhir yang ingin dituliskan lebih dari 5, maka tambahkan digit terakhir dengan 1.
Misalnya kita ingin membulatkan 5,3867 menjadi 1 angka dibelakang koma, karena angka terakhir setelah angka 3 adalah 8, dan 8 lebih dari 5, maka kita hilangkan seluruh angka dibelakang 3 tersebut dan tambahkan 3 dengan 1, sehingga 5,4.
Contoh : Bulatkanlah 4,3473 menjadi sampai dua digit dibelakang koma.
Jawab : Hasil pembulatannya 4,35 karena setelah digit kedua bernilai diatas 5 (yakni 7).
3)      Khusus untuk dua angka desimal, ada aturan yang menyangkut angka 5, jika dibulatkan menjadi satu desimal, yaitu :
a)      Jika terdapat angka genap didepan angka 5, maka angka genap tidak berubah.
b)      Jika terdapat angka ganjil didepan angka 5, maka angka ganjil bertambah satu.
Dalam pembulatan ada tiga tiga macam cara :
1)      Pembulatan ke satuan ukuran terdekat.
Contoh :
15,7 kg = 16 kg                       : dibulatkan ke kg terdekat
8,45 m = 8,4 m                        : dibulatkan ke sepersepuluh meter terdekat
12,375 gr = 12 gr                    : dibulatkan ke meter terdekat
2)      Pembulatan ke banyaknya angka desimal.
Cara ini digunakan untuk memudahkan untuk menyederhanakan perhitungan, sesuai dengan ketelitian yang diinginkan.
Contoh :
75,4653 = 75,47                      : dibulatkan sampai dua tempat angka desimal
25,864472 = 25,864                : dibulatkan sampai tiga tempat angka desimal
256,6231 = 257                       : dibulatkan sampai nol tempat angka desimal
3)      Pembulatan ke banyaknya angka signifikan.
Angka signifikan adalah angka yang bermakna atau angka berarti. Ada kesepakatan terhadap banyaknya angka signifikan menyangkut angka nol, bilamana angka-angka nol yang terletak disisi kiri hasil pengukuran kurang dari satu atau angka nol sebagai penunjuk tempat desimal bukan angka signifikan, selain itu angka-angka nol adalah signifikan.
Contoh :
25,473                         : lima angka signifikan
70,0046                       : enam angka signifikan
85,00                           : empat angka signifikan
0,0025                         : dua angka signifikan
75,400                         : lima angka signifikan

C. Pengukuran, Contoh, Alat Dan Fungsinya
1. Mengukur Besaran Panjang Dan Turunannya
 a. Mistar 
Mistar merupakan alat ukur panjang yang paling sederhana dan sudah lumrah dikenal orang. Ada dua jenis mistar yang sering digunakan, yaitu stik meter dan mistar metrik. Stik meter memiliki panjang 1 meter dan memiliki skala desimeter, sentimeter, dan milimeter. Mistar metrik memiliki panjang 30 sentimeter. Mistar memiliki skala pengukuran terkecil 1 milimeter, sesuai dengan jarak garis terkecil 18 antara dua garis yang saling berdekatan. Ketelitiannya adalah 0,5 milimeter, atau setengah dari skala terkecil. 

Gambar 1. Mistar atau penggaris
Ketika kita akan mengukur panjang suatu objek dengan menggunakan sebuah
mistar kita letakan ujung mistar yang menunjukan nilai nol ke ujung objek yang akan diukur, kemudian baca panjang skala yang terdekat dengan ujung objek yang diukur tersebut. Angka tersebut menunjukan panjang objek yang kita ukur.
Untuk pengukuran dengan menggunakan mistar atau penggaris, kita harus
membaca skala pada alat secara benar, yaitu posisi mata tepat di atas tanda yang akan dibaca. Posisi yang salah akan menyebabkan kesalahan baca atau kesalahan paralaks.      
Gambar 2. Panjang benda diukur dengan jangka sorong


b.  Jangka Sorong 
Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang memiliki batas ketelitian sampai dengan 0,1 mm. Jangka sorong dapat digunakan untuk menukur diameter bola, diameter dalam tabung, dan kedalaman lubang. Skala utama tertulis pada batang jangka sorong. Pada rahang sorong (geser) diberi skala sebanyak 10 bagian 19 dengan panjang 9 mm yang disebut skala nonius. Jadi, setiap satu skala nonius panjangnya 10 9 mm atau 0,9 mm
Gambar 3. Jangka sorong


c. Mikrometer sekrup
Mikrometer sekrup adalah alat ukur panjang yang ketelitiannya paling tinggi. Mikrometer sekrup mempunyai ketelitian 0,01 mm sehingga cocok untuk mengukur antara lain tebal kertas, diameter kawat email, dan tebal kain.

Gambar 4. Bagian-bagian mikrometer sekrup


 2. Mengukur Besaran Massa
 Pengukuran massa pada umumnya dilakukan dengan menggunakan neraca. Ada beberapa jenis neraca, antara lain neraca Ohauss, neraca lengan, neraca langkan, neraca pasar, neraca tekan, neraca badan, dan neraca elektronik. Salah satu jenis neraca yang sering digunakan di laboratorium adalah neraca lengan. Neraca ini mempunyai bagian-bagian penting, antara lain tempat beban, skala yang disertai beban geser, sistem pengatur khusus dan penunjuk. 
Ada dua jenis neraca Ohauss, yaitu neraca dua lengan yang mempunyai batas ketelitian 0,01 g dengan batas mengukur massa 310 g sehingga disebut neraca Ohauss-310 dan neraca tiga lengan yang mempunyai batas ketelitian 0,1 g dengan batas mengukur massa 2,610 kg dan disebut neraca Ohauss-2610. Kedua jenis neraca Ohauss ini sering digunakan di laboratorium. 


Gambar 5. Neraca Ohauss
3. Mengukur Besaran Waktu dan Bersaran Turunannya
            Waktu adalah besaran yang juga menjadi bagian yang tidak terlepas dari kehidupan kita sehari-hari. Jam dinding dan jam tangan merupakan alat ukur waktu yang paling sering kita temui. Untuk mengukur waktu dengan ketelitian tinggi diperlukan alat ukur yang baik misalnya stopwatch.
Gambar 6. Stopwatch
Stopwatch adalah alat yang digunakan untuk mengukur lamanya waktu yang diperlukan dalam kegiatan, misalnya: berapa lama sebuah mobil dapat mencapai jarak 60 km, atau berapa waktu yang dibutuhkan seorang pelari yang dapat mencapai jarak 100 meter?.
a.)    Mengukur Interval Waktu Antar Kejadian
Satuan waktu menurut Sistem Internasional (SI) adalah detik/sekon. Cara
mengukur interval waktu antar kejadian, contohnya adalah sebagai berikut :


Peristiwa
Lamanya Waktu
No.
Awal
Akhir
Dalam Jam
Dalam Menit
Dalam Detik
1.
Pergi ke pasar
Tiba di pasar
0.16
10
600
2.
Pergi ke sekolah
Tiba di sekolah
0.5
30
1.800
3.
Pergi ke kantor
Tiba di kantor
0.25
15
900

b.)    Mengukur Kecepatan Benda
Kecepatan adalah besaran turunan yang terkait erat dengan besaran pokok waktu. Cara mengukur kecepatan, adalah jarak perpindahan dibagi waktu.
Rumus untuk menghitung kecepatan adalah :

 v = s/t
Ket :
v = kecepatan
s = jarak tempuh
t =  waktu tempuh
Contoh Soal Mencari Kecepatan
    Andi menempuh jarak sepanjang 8 km dalam waktu yang 30 menit. Berapa km/jam kecepatan yang digunakan Andi?
Pembahasan :
Diketahui:
Jarak   (s) = 8 km
Waktu (t) = 30 menit = 0,5 jam
Ditanya :
kecepatan (v) ?
Jawaban :
v = s/t   = 8 km/0,5 jam   = 16 km/jam
Jadi kecepatan yang harus digunakan untuk menempuh jarak 8 km dalam waktu 30 menit adalah 16 km/jam.

5.      Mengukur Besaran Suhu
Suhu termasuk besaran pokok. Alat untuk untuk mengukur besarnya suhu suatu benda adalah termometer. Termometer yang umum digunakan adalah termometer zat cair dengan pengisi pipa kapilernya adalah raksa atau alkohol.
Suhu dapat diukur menggunakan termometer. Seperti suhu udara, suhu badan, dll. Suhu sendiri adalah besaran fisika yang menyatakan derajat panas / dingin suatu zat. Zat tersebut dapat berupa padat, cair maupun gas. Dalam termometer zat yang paling sering digunakan adalah alkohol / raksa. Termometer dibuat secara konvensial,  berisi sebuah cairan yang akan memuai dan menunjukkan angka tertentu sesuai suhu zat yang diukur. Pada zaman sekarang termometer jenis ini sudah banyak diganti dengan termometer digital.
           





























BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN

DAFTAR PUSTAKA