BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Apresiasi adalah suatu kegiatan seseorang dalam karya
sastra untuk memberikan penilaian/pujian terhadap kualitas sebuah karya melalui
perasaan atau kepekaan batin, pemikiran kritis, pemahaman, dan pengakuan
terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan oleh pengarang. Dengan apresiasi sastra yang intensif, usaha
mendapatkan makna yang sangat penting dalam sastra memang harus ditempuh
seorang pembaca.
Untuk itu mengapresiasi sastra dapat terjadi secara
reseptif dan produktif. Apresiasi sastra, secara reseptif terjadi ketika
penikmat sastra intensif dalam membaca, mendengarkan, dan menyaksikan suatu
pementasan sastra. Dalam apresiasi tersebut, karya sastra yang dijadikan
sebagai sasaran apresiasi reseptif dalam bentuk cerpen, puisi, dan drama.
Sementara apresiasi sastra secara produktif dapat terjadi ketika penikmat
sastra intensif dalani proses kreatif dan penciptaan sastra. Sejalan dengan
aktifitas apresiasi produktif, seorang penikmat sastra dapat menghasilkan karya
sastra dalam berbagai bentuk sesuai dengan selera yang dimilikinya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Definisi
Apresiasi Karya Sastra?
2.
Definisi
dari Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif ?
3.
Definisi
dari Apresiasi Karya Sastra Anak secara Produktif?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui
Apresiasi Karya Sastra
2.
Untuk
mengetahui Definisi dari Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif
3.
Untuk
mengetahui Definisi dari Apresiasi Karya
Sastra Anak secara Produktif
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Apresiasi Karya Sastra Anak
Dalam KBBI kata apresiasi berarti pujian,
pengertian, pemahaman, dan penilaian. Menurut Gove (dalam Aminuddin, 2002: 25)
bahwa kata apresiasi mengandung arti pengenalan melalui perasaan atau epekaan
batin dan pemahman, pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan
oleh pengarang.
Tarigan, 1984. Menjelaskan bahwa apresiasi
sastra adalah penafsiran kualitas karya sastra serta pemberian nilai yang wajar
kepadanya berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang jelas, sadar serta kritis,
sebagai seorang yang memiliki pengalaman maupun mengamati sastra bukan hanya
bisa melihat dan menafsirkan saja, melainkan dapat menilai sebuah karya sastra
tersebut dari aspek kualitasnya.
B.
Apresiasi Sastra Secara Reseptif
1.
Pendekatan
Emotif
Menurut Aminuddin (2004:42) mengemukakan
bahwa pendekatan emotif adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan
unsur-unsur yang ajukan emosi atau perasaan pembaca. Ajukan emosi itu
berhubungan dengan keindahan penyajian bentuk maupun ajukan emosi yang
berhubungan dengan isi atau gagasan yang lucu atau menarik. Prinsip-prinsip dasar yang
meletarbelakangi adanya pendekatan emotif yaitu pandangan bahwa cipta sastra
merupakan dari karya seni yang hadir dihadapan masyarakat pembaca untuk
dinikmati sehingga mampu memberikan hiburan dan kesenangan.
Selain berhubungan dengan
keindahan, unsur gaya bahasa dan pola sajak juga mempengaruhi suasana hati
pembaca unsur gaya bahasa seperti metafora, simile, maupun penataan setting
mampu menghasilkan panorama yang menarik. Masalah pola sajak juga dapat
menghasilkan penikmat keindahan terhadap karya sastra karena dapat menghadirkan
unsur musikalitas yang merdu dan menarik. Sebagai contoh pendekatan emotif pada
sastra anak secara reseptif yaitu :
Kupu-Kupu
Ditamanku ada seekor kupu-kupu
Selalu terbang dengan lucu
Aneka warna sayapmu
Indah dipandang selalu
Namun, orang suka usil padamu
Kau selalu diburu-buru
Sayapmu dicabuti
Badanmu diteliti
Wahai kawanku
Jangan tangkap kupu-kupu
Lestarikan hewan itu
Tuk menambah keindahan tamanmu
Keindahan pada puisi diatas
terbesit keindahan irama yaitu nada pada puisi ini menggunakan nada yang datar
bahkan nadanya cenderung turun. Tempo yang digunakan cenderung pelan. Tekanan
pada puisi ini pada larik “wahai kawanku”
dimana pada lirik itu mengajak orang lain.
Keindahan yang dapat kita rasakan
adalah keindahan isi yang terkandung dalam lirik lestarikan hewan itu mendorong kita untuk melestarikan dan menjaga
keindahan alam agar tetap indah. Pada puisi ini juga mengungkapkan perasaan
sedih karena kupu-kupu sering di buru hanya untuk diteliti atau dicabuti
sayapnya.
2.
Pendekatan Didaktis
Aminuddin (2011:47) mengemukakan bahwa Pendekatan didaktis adalah suatu pendekatan
yang berusaha menemukan dan memahami gagasan, tanggapan evaluatif maupun sikap
pengarang terhadap kehidupan. Gagasan, tanggapan maupun sikap itu dalam hal ini
akan mampu terwujud dalam suatu pandangan etis, filosofis, maupun agamis
sehingga akan mengandung nilai-nilai yang mampu memperkaya kehidupan rohaniah
pembaca.
Dalam pelaksanaannya, penggunaan pendekatan
didaktis ini diawali dengan upaya pemahaman satuan-satuan pokok pikiran yang
terdapat dalam suatu cipta karya. Satuan pokok pikiran itu pada dasarnya
disarikan dari paparan gagasan pengarang, baik berupa tuturan ekspresif,
komentar, dialog, maupun deskripsi peristiwa dari pengarang atau penyairnya.
Dalam penerapan pendekatan didaktis ini, sebagai pembimbing kegiatan
berpikirnya, pembaca dapat berangkat dari pola berpikir, misalnya jika Malin
kundang itu akhirnya mati karena durhaka kepada ibunya, maka dalam hidupnya,
manusia itu harus bersifat baik kepada orang tua.
contoh penerapan pendekatan didaktis dalam mengapresiasi
sastra anak-anak di sekolah Dasar kita perhatikan dan baca penggalan bait puisi
.
Pada hari Sabtu sore
Sesudah salat bersama ayah, ibu, nenek
Saya dan kawan-kawanku
Pergi main layang-layang
Di tanah lapang
Nasihat yang dapat diperoleh setelah membaca puisi di
atas adalah sebagai anak sekolah
hendaknya bermain-main pada sabtu sore bukan rabu sore, supaya semua PR dapat
terselesaikan dengan baik, hendaknya pergi bermain sesudah salat ashar, kalau
shalat diupayakan berjamaah dengan seisi rumah, kalau pergi bermain jangan
sendirian, kalau bermain layangan di tanah yang lapang supaya tidak berbahaya.
3.
Analitis terhadap Sastra Anak
Mengkaji sastra tidak hanya dilihat
dan didengar karyanya saja. Akan tetapi dalam analitis karya anak perlu adanya
penelitian seperti halnya menerapkan pendekatan dalam menganalitis sastra anak.
Berikut pendekatan yang dilakukan:
a.
Pendekatan Mimetik
Pendekatan
mimetik merupakan pedekatan yang menghubungkan antara karya sastra dengan
kenyataan.
Puisi
Ibu Pertiwi Menangis
Hari Ini
Ketika engkau berteriak tentang jatah
yang tak dibagi rata,
Tentang serigala berbulu domba yang
mengacungkan senjata,
Aku marah,
Bahkan terbakar seluruh rongga dada.
Engkau teriakkan tentang
keadilan,
Tapi aku rakyatmu hampir mati
kelaparan,
Kau serukan kedamaian,
Tapi tidur malamku acap
terganggu desing peluru dustamu.
Siapa yang menggoreng negeri ini,
Menungkil habis butiran emas bumi
pertiwi,
Engkau kini telah berkalung tahta,
Duduk bersandar di puncak tanpa
tersentuh derita.
Periksa lacimu,
Periksa rekeningmu,
Keluarkan buku tabunganmu,
Adakah jatahku disana,
Adakah warisan leluhurku kau
simpan untukku.
Ibu bertiwi meneteskan air mata,
Gunung-gung seakan ikut berduka,
Samudera luas merah membara,
Menangisi keculasanmu bertopengkan
kata.
Dalam
puisi ibu pertiwi di atas menghubungkan pada kenyataan bahwa rakyat yang sedang
marah atau sakit hati bahwa para pejabat tinggi yang berteriak akan gajinya
yang tidak setara atau kurang. Meskipun para pejabat menyuarakan keadalian juga
akan tetapi keadilan yang didapat oleh rakyat tidaklah nyata hingga tidur
malamnya tidak pulas. Rakyat bertanya siapa mana perhiasan bumi yang kaya akan
alamnya perlahan hilang karena keserakahan pejabat tinggi demi naik tahta.
Rakyat berbicara dan menyuarakan bahwa uang mereka yang seharusnya untuk
kepentingan negara, malah ada pada rekening pejabat. Seluruh penghuni ibu pertiwi sedang kacau dan
sedih serta hati berdegup kencang karena tak ada keadilan yang merata.
b.
Pendekatan Ekspresif
Pendekatan ekspresif ini memandang
karya sastra adalah bentuk dari curahan hati penulisnya.
Puisi :
Inginku
Tuhan,
Aku tidak mendambakan
macam-macam,
Tidak wajib mendapat hadiah
mewah,
Tidak juga punya mainan mahal,
Atau baju-baju bagus punya
teman-temanku,
Aku hanya mendambakan jadi berguna,
Berguna bagi pap dan ibu,
Berguba bagi saudara-saudaraku,
Juga berfaedah bagi tanah airku,
Ini janjiku,
Akan saya melaksanakan segala
usaha,
Serta panjatkan segala doa,
Untuk membuat seluruh orang
bangga.
Dalam
puisi diatas penulis menceritakan bahwa ia tidak membutuhkan barang atau mainan
mewah seperti milik teman-temannya, akan tetapi penulis hanya ingin jadi orang
berguna bagi orang disekitarnya terutama papa dan ibunya.
c.
Pendekatan objektif
Pendektan objektif mengutamakan
penyelidikan karya sastra berdasarkan kenyataan tekst itu sendiri. Dalam
pendekatan objektif terdaoat aspek-aspek intrinstik sastra. Pendekatan ini
sering jga disebut sebagai pendekatan struktural.
d.
Pendekatan pragmatik
Pendektan pragmatik merupakan
pendekatan yang memandang karya sastra untuk menyampaikan tujuan tertentu.
Misalnya agama, politik, moral, pendidikan, maupun tujuan yang lain. Pada
pendekatan ini seperti dengan menujukkan berhasil atau tidaknya tujuan tersebut diresapi oleh pembaca.
Misalnya dalam cerita Malin Kundang.
C.
Apresiasi
Karya Sastra Anak secara Produktif
1.
Penerapan
Pendekatan Parafratis
Parafrase
merupakan salah keterampilan yang dapat meningkatkan apresiasi sastra siswa.
Melalui parafrase, siswa berlatih mengubah bentuk karya sastra tertentu menjadi
bentuk karya sastra yang lain tanpa mengubah tema atau gagasan pokoknya,
misalnya prosa menjadi puisi, puisi menjadi prosa , prosa menjadi drama atau
seba-liknya. Dengan melalui pengubahan bentuk tersebut, siswa dapat semakin
memahami isi karya sastra tersebut. Aminuddin (2004) menjelaskan bahwa
parafrase adalah strategi pemahaman makna suatu bentuk karya sastra dengan cara
mengungkapkan kembali karya pengarang tertentu dengan menggu-nakan kata-kata
yang berbeda dengan kata-kata yang digunakan pengarang.
Mengapa
pendekatan parafrastis perlu dipahami dan dialami oleh siswa? Sebagaimana yang
Anda ketahui bahwa para pengarang sering menggunakan kata yang konotatif, kias,
elipsis atau menghilangkan sebagian unsur, dan kurang menaati tatabahasa karena
adanya hak licentia poetica pengarang Kesemuanya itu dapat menyulitkan pembaca
untuk memahami karya sastra tertentu. Melalui parafrase, pembaca dapat semakin
memahami karya sastra tertentu
Di
samping itu, Aminuddin (2004) mengemukakan bahwa pendekatan parafrastis pada
dasarnya beranjak dari prinsip bahwa (a) pengubahan bentuk karya sastra
tententu ke dalam bentuk sastra yang lain (puisi ke prosa atau sebaliknya) akan
semakin meningkatkan keluasan dan ketajaman pemahaman pembaca yang bersangkutan
(b) gagasan tertentu dapat dikemukakan dalam bentuk yang berbeda, misalnya
puisi ke prosa, (c) simbol yang konotatif (mengandung ketaksaan makna atau
abstrak) dapat diganti dengan kata yang lebih konkret dan mudah dipahami, (d)
pengungkapan yang eliptis dapat ditambah sehingga semakin lengkap dan mudah
dimengerti.
I.G.P.
Antara (1985) mengemukakan bahwa teknik memparafrasekan puisi menjadi prosa
dapat dilakukan dengan berbagai cara, yakni sebagai berikut.
(a) Teknik larik
yakni perubahan bentuk puisi ke dalam bentuk prosa dengan mendasarkan kepada
kalimat demi kalimat yang terdapat dalam puisi tersebut.
(b) Teknik bait
yakni perubahan bentuk puisi menjadi prosa didasarkan kepada susunan bait demi
bait yang menyusun puisi yang diparafrasekan.
(c) Teknik global
yakni perubahan bentuk puisi menjadi prosa yang didasarkan kepada keseluruhan
unsur yang membentuk puisi itu. Makna yang tercermin dalampuisi itu dituangkan
ke dalam bentuk prosa .
Berikut disajikan
contoh parafrase puisi ke prosa.
HARI LIBUR
Hatiku gembira
Ujian usai sudah
Rapor ku terima
Aku rangking
pertama
Esok amulai libur
Liburan kuhabiskan di rumah
nenek
Liburan sambil melepas
rindu
Kunikmati damainya
desa
Tiap hari
Kutelusuri pematang
sawah
Bernyanyi riang
Menyambut kicau
burung
Satu minggu sudah
Hari libur habis
Aku harus pulang
Selamat tinggal
Selamat tinggal nenek
Puisi
yang berjudul “Hari Libur” di atas dapat diubah menjadi sebuah
cerita seperti berikut.
HARI LIBUR
Selain hari minggu, saya selalu menyelesaikan tugas PR selama 1-2 jam
sesudah bangun tidur siang hari. Setelah itu, baru pergi main bersama
teman-teman. Setelah salat magrib secara berjamaah dengan Bapak, Ibu dan Kakek,
Nenek, dan Kakak, saya belajar selama satu jam untuk mengulangi pelajaran yang
telah dipelajari di sekolah, kemudian pergi menonton dan tidur. Dengan
demikian, pada waktu ujian cawu, seluruh pertanyaan dapat saya jawab dengan
baik dan tepat. Dengan ketekunan dan kedisiplinan belajar tersebut, pada waktu
menerima rapor, di , lalu saya buka, di dalamnya tertulis sebagai peringkat I .
langsung saya mengucapkan Alhamdulillah, betapa senangnya dan puasnya saya saat
itu. Begitu pun, mama ,bapak, dan nenek di rumah.
Sesaat setelah pembagian rapor, ada siswa bertanya, “Kapan mulai libur
cawu , Bu?,” tanya Imran.
“Libur
cawu mulai besok,” jawab Bu Guru.
Ady sambung bertanya, “Berapa lama libur,
Bu?”
Jawab
bu Guru, “Sembilan hari. Jadi kita mulai sekolah pada hari
Rabu”
Pada malam harinya, bapak bertanya, “Berapa lama kau libur, Nak?”
“Sembilan hari , Pak!” Jawabku singkat. “Lalu di mana akan berlibur?” tanya
bapak Lagi.“ “Saya mau berlibur ke rumah nenek di desa sambil melepas rindu,
sekaligus menikmati damai dan indahnya panorama desa.“ Jawabku dengan wajah
yang ceria.“ Itu ide yang bagus. Insya Allah nanti bapak-ibu antar besok
sekalian melepas rindu juga dengan nenek dan kelu-arga lainnya di desa
kelahiran bapak.
Keesokan harinya, tepatnya pada hari minggu pagi, saya berangkat bersama
Ayah dan ibu ke rumah nenek yang jauhnya sekitar 25 kilometer dari rumah kami.
Dua jam kemudian saya tiba rumah nenek. Betapa gembiranya nenek menyambut kami,
saya langsung dipeluk dan dicium sambil berkata “Kenapa baru datang, Nak. Lama
sekali rasanya baru bertemu. Nenek sudah rindu sekali”. Baru libur, Nek!
Jawabku.
Selama di rumah nenek, setiap hari aku berjalan bersama nenek,
mene-lusuri pematang sawah sambil menyanyi dengan riang gembira. Utamanya pada
pagi hari setelah shalat subuh, kami berjalan-jalan bersama nenek mengelilingi
desa sambil mendengarkan kicauan berbagai macam burung yang begitu
mengasyikkan. Alangkah indahnya berlibur di rumah nenek.
Pada malam Selasa, saya menyampikan kepada nenek bahwa besok saya akan
pulang karena sudah beberapa hari di sini . “Mengapa cepat sekali pulang
cucuku? Rindu nenek masih...” ” Lusa hari sekolah sudah mulai, Nek!” sambungku
cepat. “Kalau begitu, nenek tidak bisa menahanmu, nanti bapakmu marah.” Nek,
bisa antar saya besok sekalian jalan-jalan ke kota. Sudah lama juga nenek tidak
ke kota. Nanti kita jalanjalan menikmati ramai dan hiruk pikuknya kendaraan dan
megahnya bangunan di kota Makassar .“ “Nenek sudah tua, dan ada sepupumu akan
dinikahkan minggu depan” Jawabnya.
Keesokan harinya, Bapak dan Ibu menjemputku. Sekiat 20 meter dari rumah
nek, Saya melambaikan tangan kepada nenek sambil mengucapkan dalam hati
“Selamat tinggal panorama desaku yang indah dan permai, sela-mat tinggal nenek
tersayang , sampai jumpa nek di libur cawu mendatang.”
2.
Analitis dalam Mengapresiasi Sastra Anak
Pendekatan Analitis merupakan pendekatan yang
mengarahkan pembaca untuk memahami unsur-unsur intrinsik yang membangun suatu
karya sastra tertentu dan hubungan antarunsur yang satu dengan lainnya sebagai
suatu kesatuan yang utuh (Aminuddin,2004).
Menurut I.A Richard (dalam Situmorang, 1980)
ada dua hal pokok yang membangun puisi, yaitu hakikat puisi dan metode puisi.
Hakikat puisi meliputi tema, rasa, nada, dan amanat, sedang metode puisi
meliputi diksi, gaya bahasa, kata konkret, gaya bayang, irama dan rima.
Hubungan keduanya erat, oleh Karigan (1989) seperti hubungan jiwa dan tubuh.
Sehingga hakikat puisi dapat disebut sebagai unsur batiniah dan metode puisi
dapat disebut sebagai unsur lahiriah puisi.
a) Unsur Lahiriah (Metode Puisi)
1) Diksi
Diksi
merupakan kemampuan memilih kata demi kata secara tepat menurut tempatnya yang
sesuai dalam suatu jalinan kata yang harmonis dan artistik sehingga sejalan
dengan maksud puisinya, baik secara denotatif maupun konotatif.
2) Gaya bahasa
Gaya
bahasa ialah gaya tertentu yang digunakan penyair untuk menciptakan kesan
tertentu, daya bayang dan nilai keindahan.
3) Kata konkret
Kata
konkret ialah pemakaian kata-kata yang dapat mewakili suatu pengertian secara
konkret dengan memilih kata yang khusus, bukan yang umum, misal:
- Anak itu bersimpuh di kaki ibundanya.
(kata khusus)
- Anak itu duduk lalu memeluk kaki
ibundanya. (kata umum)
4) Daya bayang (imagery)
Daya
bayang adalah kemampuan penyair mendskripsikan atau melukiskan suatu benda atau
peristiwa sehingga seolah-olah pembaca menyaksikan benda atau mengalami
peristiwa seperti yang disaksikan atau dialami penyair tersebut.
5) Irama dan rima
Irama
adalah berkaitan dengan kera lembutnya suara (tekanan), panjang pendeknya suara
(tempo), dan tinggi rendahnya suara (nada), perhentian sejenak (jeda) dan
lainnya. Rima adalah persamaan bunyi awal, akhir, awal akhir.
b) Unsur Batiniah Puisi
1) Tema
Tema
ialah pokok persoalan yang mendasari dan menjiwai setiap larik puisi.
2) Rasa
Rasa
ialah sikap pandang penyair terhadap pokok persoalan atau tema
tertentu.
3) Nada
Nada
ialah sikap bahasa penyair tehadap penikmat karyanya.
4) Amanat
Amanat
ialah pesan, nasihat, petuah, yang disampaikan oleh penyair dalam karyanya baik
secara langsung atau tak langsung.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Apresiasi adalah sebuah bentuk penghargaan
dan pemahaman terhadap suatu sastra yang berupa pengungkapan pikiran dan
perasaan manusia dengan bahasa maupun sebuah tulisan. Manfaat dari apresiasi
sastra bisa melatih keterampilan dalam bahasa dan berkarya dalam bentuk
tulisan. Di dalam apresiasi karya sastra anak dibagi menjadi dua yaitu
apresiasi sastra secara reseptif dan apresiasi sastra secara produktif. Dalam apresiasi
sastra reseptif terdapat penerapan pendekatan emotif yaitu suatu pendekatan
yang berusaha menemukan unsur-unsur yang ajukan emosi atau perasaan pembaca
,penerapan pendekatan didaktis yaitu suatu pendekatan yang berusaha menemukan
dan memahami gagasan, tanggapan, evaluative terhadap kehidupan, dan analitis Penerapan Pendekatan Analitis secara Reseptif.
Yang selanjutnya yaitu apresiasi karya sastra anak secara produktif terbagi
menjadi dua yang pertama yaitu pendekatan parafratis dan analitis penerapan
pendekatan secara Produktif.
B.
Saran
Demikian
makalah yang kami buat dan sampaikan , kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi
isi maupun penulisan. Oeh Karena itu, kritik dan saran yang dinatikan demi
makalah berikutnya . Dan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan kita dan
bermanfaat bagi kita semua , atas perhatianya pemakalah menyampaikan terimakasih.
Daftra Puastaka
Aminuddin.
1988. Pengantar Apresiasi Sastra. Malang: Y.A.3 Malang
Aminuddin.2004.
Pengantar Apresiaasi Sastra. Malang:
Sinar Baru Algensindo
Antara,
I.G.P. 1985. Apresiasi Puisi.Denpasar: CV. Kayu Mas.
Faisal, M. dkk. 2009. Kajian Bahasa Indonesia SD. Semarang:
Departemen Pendidikan Nasional.
Haryadi dan Zamzami. 1997. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia.
Yogyakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Puji Santosa, dkk. Materi
dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. 2003. Jakarta :
Universitas Terbuka.
Tarigan,
Hendry Guntur.1984. Prinsip-prinsip Dasar
Sastra. Bandung: Angkasa.