Wikipedia

Search results

Makalah Apresiasi Sastra Reseptif (Penerapan Pendekatan Emotif, Didaktif, dan Analitis terhadap Sastra Anak)


BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Apresiasi adalah suatu kegiatan seseorang dalam karya sastra untuk memberikan penilaian/pujian terhadap kualitas sebuah karya melalui perasaan atau kepekaan batin, pemikiran kritis, pemahaman, dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan oleh pengarang. Dengan apresiasi sastra yang intensif, usaha mendapatkan makna yang sangat penting dalam sastra memang harus ditempuh seorang pembaca.
Untuk itu mengapresiasi sastra dapat terjadi secara reseptif dan produktif. Apresiasi sastra, secara reseptif terjadi ketika penikmat sastra intensif dalam membaca, mendengarkan, dan menyaksikan suatu pementasan sastra. Dalam apresiasi tersebut, karya sastra yang dijadikan sebagai sasaran apresiasi reseptif dalam bentuk cerpen, puisi, dan drama. Sementara apresiasi sastra secara produktif dapat terjadi ketika penikmat sastra intensif dalani proses kreatif dan penciptaan sastra. Sejalan dengan aktifitas apresiasi produktif, seorang penikmat sastra dapat menghasilkan karya sastra dalam berbagai bentuk sesuai dengan selera yang dimilikinya.

B.            Rumusan Masalah
1.             Definisi Apresiasi Karya Sastra?
2.             Definisi dari Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif ?
3.             Definisi dari Apresiasi Karya Sastra Anak secara Produktif?
C.           Tujuan
1.             Untuk mengetahui Apresiasi  Karya Sastra
2.             Untuk mengetahui Definisi dari Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif
3.             Untuk mengetahui  Definisi dari Apresiasi Karya Sastra Anak secara Produktif



BAB II
PEMBAHASAN
A.           Apresiasi Karya Sastra Anak
Dalam KBBI kata apresiasi berarti pujian, pengertian, pemahaman, dan penilaian. Menurut Gove (dalam Aminuddin, 2002: 25) bahwa kata apresiasi mengandung arti pengenalan melalui perasaan atau epekaan batin dan pemahman, pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan oleh pengarang.
Tarigan, 1984. Menjelaskan bahwa apresiasi sastra adalah penafsiran kualitas karya sastra serta pemberian nilai yang wajar kepadanya berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang jelas, sadar serta kritis, sebagai seorang yang memiliki pengalaman maupun mengamati sastra bukan hanya bisa melihat dan menafsirkan saja, melainkan dapat menilai sebuah karya sastra tersebut dari aspek kualitasnya.

B.            Apresiasi Sastra Secara Reseptif
1.             Pendekatan Emotif
Menurut Aminuddin (2004:42) mengemukakan bahwa pendekatan emotif adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan unsur-unsur yang ajukan emosi atau perasaan pembaca. Ajukan emosi itu berhubungan dengan keindahan penyajian bentuk maupun ajukan emosi yang berhubungan dengan isi atau gagasan yang lucu atau menarik. Prinsip-prinsip dasar yang meletarbelakangi adanya pendekatan emotif yaitu pandangan bahwa cipta sastra merupakan dari karya seni yang hadir dihadapan masyarakat pembaca untuk dinikmati sehingga mampu memberikan hiburan dan kesenangan.

Selain berhubungan dengan keindahan, unsur gaya bahasa dan pola sajak juga mempengaruhi suasana hati pembaca unsur gaya bahasa seperti metafora, simile, maupun penataan setting mampu menghasilkan panorama yang menarik. Masalah pola sajak juga dapat menghasilkan penikmat keindahan terhadap karya sastra karena dapat menghadirkan unsur musikalitas yang merdu dan menarik. Sebagai contoh pendekatan emotif pada sastra anak secara reseptif yaitu :
Kupu-Kupu
Ditamanku ada seekor kupu-kupu
Selalu terbang dengan lucu
Aneka warna sayapmu
Indah dipandang selalu
Namun, orang suka usil padamu
Kau selalu diburu-buru
Sayapmu dicabuti
Badanmu diteliti
Wahai kawanku
Jangan tangkap kupu-kupu
Lestarikan hewan itu
Tuk menambah keindahan tamanmu

Keindahan pada puisi diatas terbesit keindahan irama yaitu nada pada puisi ini menggunakan nada yang datar bahkan nadanya cenderung turun. Tempo yang digunakan cenderung pelan. Tekanan pada puisi ini pada larik “wahai kawanku” dimana pada lirik itu mengajak orang lain.
Keindahan yang dapat kita rasakan adalah keindahan isi yang terkandung dalam lirik lestarikan hewan itu mendorong kita untuk melestarikan dan menjaga keindahan alam agar tetap indah. Pada puisi ini juga mengungkapkan perasaan sedih karena kupu-kupu sering di buru hanya untuk diteliti atau dicabuti sayapnya.
2.             Pendekatan Didaktis
Aminuddin (2011:47) mengemukakan bahwa Pendekatan didaktis adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan dan memahami gagasan, tanggapan evaluatif maupun sikap pengarang terhadap kehidupan. Gagasan, tanggapan maupun sikap itu dalam hal ini akan mampu terwujud dalam suatu pandangan etis, filosofis, maupun agamis sehingga akan mengandung nilai-nilai yang mampu memperkaya kehidupan rohaniah pembaca.
Dalam pelaksanaannya, penggunaan pendekatan didaktis ini diawali dengan upaya pemahaman satuan-satuan pokok pikiran yang terdapat dalam suatu cipta karya. Satuan pokok pikiran itu pada dasarnya disarikan dari paparan gagasan pengarang, baik berupa tuturan ekspresif, komentar, dialog, maupun deskripsi peristiwa dari pengarang atau penyairnya. Dalam penerapan pendekatan didaktis ini, sebagai pembimbing kegiatan berpikirnya, pembaca dapat berangkat dari pola berpikir, misalnya jika Malin kundang itu akhirnya mati karena durhaka kepada ibunya, maka dalam hidupnya, manusia itu harus bersifat baik kepada orang tua.
contoh penerapan pendekatan didaktis dalam mengapresiasi sastra anak-anak di sekolah Dasar kita perhatikan dan baca penggalan bait puisi .
Pada hari Sabtu sore
Sesudah salat bersama ayah, ibu, nenek
Saya dan kawan-kawanku
Pergi main layang-layang
Di tanah lapang
Nasihat yang dapat diperoleh setelah membaca puisi di atas  adalah sebagai anak sekolah hendaknya bermain-main pada sabtu sore bukan rabu sore, supaya semua PR dapat terselesaikan dengan baik, hendaknya pergi bermain sesudah salat ashar, kalau shalat diupayakan berjamaah dengan seisi rumah, kalau pergi bermain jangan sendirian, kalau bermain layangan di tanah yang lapang supaya tidak berbahaya.


3.             Analitis terhadap Sastra Anak
Mengkaji sastra tidak hanya dilihat dan didengar karyanya saja. Akan tetapi dalam analitis karya anak perlu adanya penelitian seperti halnya menerapkan pendekatan dalam menganalitis sastra anak. Berikut pendekatan yang dilakukan:
a.              Pendekatan Mimetik
Pendekatan mimetik merupakan pedekatan yang menghubungkan antara karya sastra dengan kenyataan.
Puisi
Ibu Pertiwi Menangis Hari Ini
Ketika engkau berteriak tentang jatah yang tak dibagi rata,
Tentang serigala berbulu domba yang mengacungkan senjata,
Aku marah,
Bahkan terbakar seluruh rongga dada.
Engkau teriakkan tentang keadilan,
Tapi aku rakyatmu hampir mati kelaparan,
Kau serukan kedamaian,
Tapi tidur malamku acap terganggu desing peluru dustamu.
Siapa yang menggoreng negeri ini,
Menungkil habis butiran emas bumi pertiwi,
Engkau kini telah berkalung tahta,
Duduk bersandar di puncak tanpa tersentuh derita.
Periksa lacimu,
Periksa rekeningmu,
Keluarkan buku tabunganmu,
Adakah jatahku disana,
Adakah warisan leluhurku kau simpan untukku.
Ibu bertiwi meneteskan air mata,
Gunung-gung seakan ikut berduka,
Samudera luas merah membara,
Menangisi keculasanmu bertopengkan kata.

Dalam puisi ibu pertiwi di atas menghubungkan pada kenyataan bahwa rakyat yang sedang marah atau sakit hati bahwa para pejabat tinggi yang berteriak akan gajinya yang tidak setara atau kurang. Meskipun para pejabat menyuarakan keadalian juga akan tetapi keadilan yang didapat oleh rakyat tidaklah nyata hingga tidur malamnya tidak pulas. Rakyat bertanya siapa mana perhiasan bumi yang kaya akan alamnya perlahan hilang karena keserakahan pejabat tinggi demi naik tahta. Rakyat berbicara dan menyuarakan bahwa uang mereka yang seharusnya untuk kepentingan negara, malah ada pada rekening pejabat.  Seluruh penghuni ibu pertiwi sedang kacau dan sedih serta hati berdegup kencang karena tak ada keadilan yang merata.
b.             Pendekatan Ekspresif
Pendekatan ekspresif ini memandang karya sastra adalah bentuk dari curahan hati penulisnya.
Puisi    :

Inginku
Tuhan,
Aku tidak mendambakan macam-macam,
Tidak wajib mendapat hadiah mewah,
Tidak juga punya mainan mahal,
Atau baju-baju bagus punya teman-temanku,

Aku hanya mendambakan jadi berguna,
Berguna bagi pap dan ibu,
Berguba bagi saudara-saudaraku,
Juga berfaedah bagi tanah airku,
Ini janjiku,
Akan saya melaksanakan segala usaha,
Serta panjatkan segala doa,
Untuk membuat seluruh orang bangga.

          Dalam puisi diatas penulis menceritakan bahwa ia tidak membutuhkan barang atau mainan mewah seperti milik teman-temannya, akan tetapi penulis hanya ingin jadi orang berguna bagi orang disekitarnya terutama papa dan ibunya.
c.              Pendekatan objektif
Pendektan objektif mengutamakan penyelidikan karya sastra berdasarkan kenyataan tekst itu sendiri. Dalam pendekatan objektif terdaoat aspek-aspek intrinstik sastra. Pendekatan ini sering jga disebut sebagai pendekatan struktural.
d.             Pendekatan pragmatik
Pendektan pragmatik merupakan pendekatan yang memandang karya sastra untuk menyampaikan tujuan tertentu. Misalnya agama, politik, moral, pendidikan, maupun tujuan yang lain. Pada pendekatan ini seperti dengan menujukkan berhasil atau tidaknya   tujuan tersebut diresapi oleh pembaca. Misalnya dalam cerita Malin Kundang.

C.            Apresiasi Karya Sastra Anak secara Produktif
1.             Penerapan Pendekatan Parafratis
Parafrase merupakan salah keterampilan yang dapat meningkatkan apresiasi sastra siswa. Melalui parafrase, siswa berlatih mengubah bentuk karya sastra tertentu menjadi bentuk karya sastra yang lain tanpa mengubah tema atau gagasan pokoknya, misalnya prosa menjadi puisi, puisi menjadi prosa , prosa menjadi drama atau seba-liknya. Dengan melalui pengubahan bentuk tersebut, siswa dapat semakin memahami isi karya sastra tersebut. Aminuddin (2004) menjelaskan bahwa parafrase adalah strategi pemahaman makna suatu bentuk karya sastra dengan cara mengungkapkan kembali karya pengarang tertentu dengan menggu-nakan kata-kata yang berbeda dengan kata-kata yang digunakan pengarang.
Mengapa pendekatan parafrastis perlu dipahami dan dialami oleh siswa? Sebagaimana yang Anda ketahui bahwa para pengarang sering menggunakan kata yang konotatif, kias, elipsis atau menghilangkan sebagian unsur, dan kurang menaati tatabahasa karena adanya hak licentia poetica pengarang Kesemuanya itu dapat menyulitkan pembaca untuk memahami karya sastra tertentu. Melalui parafrase, pembaca dapat semakin memahami karya sastra tertentu
Di samping itu, Aminuddin (2004) mengemukakan bahwa pendekatan parafrastis pada dasarnya beranjak dari prinsip bahwa (a) pengubahan bentuk karya sastra tententu ke dalam bentuk sastra yang lain (puisi ke prosa atau sebaliknya) akan semakin meningkatkan keluasan dan ketajaman pemahaman pembaca yang bersangkutan (b) gagasan tertentu dapat dikemukakan dalam bentuk yang berbeda, misalnya puisi ke prosa, (c) simbol yang konotatif (mengandung ketaksaan makna atau abstrak) dapat diganti dengan kata yang lebih konkret dan mudah dipahami, (d) pengungkapan yang eliptis dapat ditambah sehingga semakin lengkap dan mudah dimengerti.
I.G.P. Antara (1985) mengemukakan bahwa teknik memparafrasekan puisi menjadi prosa dapat dilakukan dengan berbagai cara, yakni sebagai berikut.
(a) Teknik larik yakni perubahan bentuk puisi ke dalam bentuk prosa dengan mendasarkan kepada kalimat demi kalimat yang terdapat dalam puisi tersebut.
(b) Teknik bait yakni perubahan bentuk puisi menjadi prosa didasarkan kepada susunan bait demi bait yang menyusun puisi yang diparafrasekan.
(c) Teknik global yakni perubahan bentuk puisi menjadi prosa yang didasarkan kepada keseluruhan unsur yang membentuk puisi itu. Makna yang tercermin dalampuisi itu dituangkan ke dalam bentuk prosa .
Berikut disajikan contoh parafrase puisi ke prosa.

HARI LIBUR
Hatiku gembira
Ujian usai sudah
Rapor ku terima
Aku rangking pertama
                     Esok amulai libur
                     Liburan kuhabiskan di rumah nenek
                         Liburan sambil melepas rindu
                          Kunikmati damainya desa
Tiap hari
Kutelusuri pematang sawah
Bernyanyi riang
Menyambut kicau burung
                         Satu minggu sudah
                         Hari libur habis
                          Aku harus pulang
                         Selamat tinggal
                         Selamat tinggal nenek
Puisi yang berjudul “Hari Libur” di atas dapat diubah menjadi sebuah
cerita seperti berikut.
HARI LIBUR

              Selain hari minggu, saya selalu menyelesaikan tugas PR selama 1-2 jam sesudah bangun tidur siang hari. Setelah itu, baru pergi main bersama teman-teman. Setelah salat magrib secara berjamaah dengan Bapak, Ibu dan Kakek, Nenek, dan Kakak, saya belajar selama satu jam untuk mengulangi pelajaran yang telah dipelajari di sekolah, kemudian pergi menonton dan tidur. Dengan demikian, pada waktu ujian cawu, seluruh pertanyaan dapat saya jawab dengan baik dan tepat. Dengan ketekunan dan kedisiplinan belajar tersebut, pada waktu menerima rapor, di , lalu saya buka, di dalamnya tertulis sebagai peringkat I . langsung saya mengucapkan Alhamdulillah, betapa senangnya dan puasnya saya saat itu. Begitu pun, mama ,bapak, dan nenek di rumah.
             Sesaat setelah pembagian rapor, ada siswa bertanya, “Kapan mulai libur cawu , Bu?,” tanya Imran.
 “Libur cawu mulai besok,” jawab Bu Guru.
Ady sambung bertanya, “Berapa lama libur, Bu?”
 Jawab bu Guru, “Sembilan hari. Jadi kita mulai sekolah pada hari
Rabu”
            Pada malam harinya, bapak bertanya, “Berapa lama kau libur, Nak?” “Sembilan hari , Pak!” Jawabku singkat. “Lalu di mana akan berlibur?” tanya bapak Lagi.“ “Saya mau berlibur ke rumah nenek di desa sambil melepas rindu, sekaligus menikmati damai dan indahnya panorama desa.“ Jawabku dengan wajah yang ceria.“ Itu ide yang bagus. Insya Allah nanti bapak-ibu antar besok sekalian melepas rindu juga dengan nenek dan kelu-arga lainnya di desa kelahiran bapak.
            Keesokan harinya, tepatnya pada hari minggu pagi, saya berangkat bersama Ayah dan ibu ke rumah nenek yang jauhnya sekitar 25 kilometer dari rumah kami. Dua jam kemudian saya tiba rumah nenek. Betapa gembiranya nenek menyambut kami, saya langsung dipeluk dan dicium sambil berkata “Kenapa baru datang, Nak. Lama sekali rasanya baru bertemu. Nenek sudah rindu sekali”. Baru libur, Nek! Jawabku.
           Selama di rumah nenek, setiap hari aku berjalan bersama nenek, mene-lusuri pematang sawah sambil menyanyi dengan riang gembira. Utamanya pada pagi hari setelah shalat subuh, kami berjalan-jalan bersama nenek mengelilingi desa sambil mendengarkan kicauan berbagai macam burung yang begitu mengasyikkan. Alangkah indahnya berlibur di rumah nenek.
             Pada malam Selasa, saya menyampikan kepada nenek bahwa besok saya akan pulang karena sudah beberapa hari di sini . “Mengapa cepat sekali pulang cucuku? Rindu nenek masih...” ” Lusa hari sekolah sudah mulai, Nek!” sambungku cepat. “Kalau begitu, nenek tidak bisa menahanmu, nanti bapakmu marah.” Nek, bisa antar saya besok sekalian jalan-jalan ke kota. Sudah lama juga nenek tidak ke kota. Nanti kita jalanjalan menikmati ramai dan hiruk pikuknya kendaraan dan megahnya bangunan di kota Makassar .“ “Nenek sudah tua, dan ada sepupumu akan dinikahkan minggu depan” Jawabnya.
              Keesokan harinya, Bapak dan Ibu menjemputku. Sekiat 20 meter dari rumah nek, Saya melambaikan tangan kepada nenek sambil mengucapkan dalam hati “Selamat tinggal panorama desaku yang indah dan permai, sela-mat tinggal nenek tersayang , sampai jumpa nek di libur cawu mendatang.”
2.             Analitis dalam Mengapresiasi Sastra Anak
Pendekatan Analitis merupakan pendekatan yang mengarahkan pembaca untuk memahami unsur-unsur intrinsik yang membangun suatu karya sastra tertentu dan hubungan antarunsur yang satu dengan lainnya sebagai suatu kesatuan yang utuh (Aminuddin,2004).
Menurut I.A Richard (dalam Situmorang, 1980) ada dua hal pokok yang membangun puisi, yaitu hakikat puisi dan metode puisi. Hakikat puisi meliputi tema, rasa, nada, dan amanat, sedang metode puisi meliputi diksi, gaya bahasa, kata konkret, gaya bayang, irama dan rima. Hubungan keduanya erat, oleh Karigan (1989) seperti hubungan jiwa dan tubuh. Sehingga hakikat puisi dapat disebut sebagai unsur batiniah dan metode puisi dapat disebut sebagai unsur lahiriah puisi.
a)      Unsur Lahiriah (Metode Puisi)
1)      Diksi
Diksi merupakan kemampuan memilih kata demi kata secara tepat menurut tempatnya yang sesuai dalam suatu jalinan kata yang harmonis dan artistik sehingga sejalan dengan maksud puisinya, baik secara denotatif maupun konotatif.
2)      Gaya bahasa
Gaya bahasa ialah gaya tertentu yang digunakan penyair untuk menciptakan kesan tertentu, daya bayang dan nilai keindahan.
3)      Kata konkret
Kata konkret ialah pemakaian kata-kata yang dapat mewakili suatu pengertian secara konkret dengan memilih kata yang khusus, bukan yang umum, misal:
-        Anak itu bersimpuh di kaki ibundanya. (kata khusus)
-        Anak itu duduk lalu memeluk kaki ibundanya. (kata umum)
4)      Daya bayang (imagery)
Daya bayang adalah kemampuan penyair mendskripsikan atau melukiskan suatu benda atau peristiwa sehingga seolah-olah pembaca menyaksikan benda atau mengalami peristiwa seperti yang disaksikan atau dialami penyair tersebut.
5)      Irama dan rima
Irama adalah berkaitan dengan kera lembutnya suara (tekanan), panjang pendeknya suara (tempo), dan tinggi rendahnya suara (nada), perhentian sejenak (jeda) dan lainnya. Rima adalah persamaan bunyi awal, akhir, awal akhir.

b)      Unsur Batiniah Puisi
1)      Tema
Tema ialah pokok persoalan yang mendasari dan menjiwai setiap larik puisi.
2)      Rasa
Rasa ialah sikap pandang penyair terhadap pokok persoalan atau tema
tertentu.
3)      Nada
Nada ialah sikap bahasa penyair tehadap penikmat karyanya.
4)      Amanat
Amanat ialah pesan, nasihat, petuah, yang disampaikan oleh penyair dalam karyanya baik secara langsung atau tak langsung.


























BAB III
PENUTUP
A.           Kesimpulan
Apresiasi adalah sebuah bentuk penghargaan dan pemahaman terhadap suatu sastra yang berupa pengungkapan pikiran dan perasaan manusia dengan bahasa maupun sebuah tulisan. Manfaat dari apresiasi sastra bisa melatih keterampilan dalam bahasa dan berkarya dalam bentuk tulisan. Di dalam apresiasi karya sastra anak dibagi menjadi dua yaitu apresiasi sastra secara reseptif dan apresiasi sastra secara produktif. Dalam apresiasi sastra reseptif terdapat penerapan pendekatan emotif yaitu suatu pendekatan yang berusaha menemukan unsur-unsur yang ajukan emosi atau perasaan pembaca ,penerapan pendekatan didaktis yaitu suatu pendekatan yang berusaha menemukan dan memahami gagasan, tanggapan, evaluative terhadap kehidupan, dan analitis Penerapan Pendekatan Analitis secara Reseptif. Yang selanjutnya yaitu apresiasi karya sastra anak secara produktif terbagi menjadi dua yang pertama yaitu pendekatan parafratis dan analitis penerapan pendekatan secara Produktif.
B.            Saran
Demikian makalah yang kami buat dan sampaikan , kami menyadari bahwa makalah ini  masih jauh dari kata sempurna baik dari segi isi maupun penulisan. Oeh Karena itu, kritik dan saran yang dinatikan demi makalah berikutnya . Dan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan kita dan bermanfaat bagi kita semua , atas perhatianya pemakalah menyampaikan terimakasih.







Daftra Puastaka

Aminuddin. 1988. Pengantar Apresiasi Sastra. Malang: Y.A.3 Malang
Aminuddin.2004. Pengantar Apresiaasi Sastra. Malang: Sinar Baru Algensindo
Antara, I.G.P. 1985. Apresiasi Puisi.Denpasar: CV. Kayu Mas.
Faisal, M. dkk. 2009. Kajian Bahasa Indonesia SD. Semarang: Departemen Pendidikan Nasional.
Haryadi dan Zamzami. 1997. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Puji Santosa, dkk. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. 2003.  Jakarta : Universitas Terbuka.
Tarigan, Hendry Guntur.1984. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.

MAKALA