Wikipedia

Search results

Makalah Hubungan BK dengan Pendidikan di Sekolah


BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar  Belakang
Dalam pendidikan khususnya sekolah, perkembangan peserta didik tidak hanya sebatas mengembangkan intelektualnya saja namun juga perlu diimbangi dengan perkembangan emosi ke arah positif dan membangun karakter individu. Seiring dengan berkembangnya kehidupan masyarakat yang selalu berubah secara dinamis, setiap orang harus bisa beradaptasi dengan berbagai perubahan tersebut. Peran guru tentu tidaklah cukup untuk mengembangkan kecerdasan emosi peserta didik ke arah yang tepat, tentu diperlukan ahli untuk mengoptimalkan hal tersebut. Mengingat hal tersebut, dibentuklah sebuah sistem pendidikan yang di dalamnya terdapat kewajiban untuk membimbing dan mendidik perkembangan emosi peserta didik dengan bantuan seorang konselor sekolah. Bimbingan dan Konseling di sekolah dibentuk untuk memenuhi perkembangan peserta didik dalam proses pengembangan emosi dan norma kehidupan yang ada di sekolah maupun masyarakat.
Bimbingan dan Konseling dianggap memiliki peran penting dalam pencapaian peserta didik dalam pendidikannya, hanya saja sebagian masyarakat masih belum memahami makna penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Bila tujuan pendidikan pada akhirnya adalah pembentukan manusia yang utuh, maka proses pendidikan harus dapat membantu siswa mencapai kematangan emosional dan sosial, sebagai individu dan anggota masyarakat selain mengembangkan kemampuan inteleknya. Bimbingan dan Konseling menangani masalah-masalah atau hal-hal di luar bidang pengajaran, tetapi secara tidak langsung menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Kegiatan ini dilakukan melalui layanan secara khusus terhadap semua siswa agar dapat mengembangkan dan memanfaatkan kemampuannya secara penuh.


B.            Rumusan Masalah
1.             Apakah hubungan BK dengan pendidikan sekolah?
2.             Bagaimana program BK dalam kurikulum sekolah?
3.             Bagaimana kedudukan BK dalam kurikulum?
4.             Apakah peran guru SD dalam program BK di sekolah?

C.           Tujuan
1.             Untuk mengetahui hubungan BK dengan pendidikan sekolah.
2.             Untuk mengetahu program BK dalam kurikulum sekolah.
3.             Untuk mengetahui kedudukan BK dalam kurikulum.
4.             Untuk mengetahui peran guru SD dalam program BK di sekolah.

D.           Manfaat
Agar pembaca dapat mengetahui hubungan dan peran BK dalam lingkungan sekolah. Karena BK sangat diperlukan dalam proses pembelajaran di sekolah. Dan agar lebih mengerti secara mendalam bahwa adanya program dan kedudukan BK dalam kurikulum di sekolah.










BAB II
PEMBAHASAN
A.           Hubungan BK dengan Pendidikan di Sekolah
Pendidikan tidak lepas dari kehidupan sekolah untuk peserta didik. Bimbingan konseling dalam pendidikan sebagai satuan pendidikan dalam mencerdaskan emosi dan menggali potensi diri. Kegiatan konseling harus ditingkatkan untuk pendidikan nasional. Konseling ini merupakan alat yang paling penting dalam keseluruhan program bimbingan. Dapat dikatakan bahwa bimbingan dan konseling memiliki hubungan yang sangat erat.

Bimbingan tidak selalu diartikan sebagai pendidikan. Namun pada saat seseorang menjalankan bimbingan, pendidikan selalu melakat. Pelaksanaan bimbingan yang berjalan dengan baik akan menjadi salah satu faktor utama keberhasilan kegiatan pendidikan. Maka dari itu, untuk mencapai tujuan pendidikan yang maksimal, diharuskan adanya bimbingan disekolah. Meskipun sebagai seorang guru kelas yang juga menjadi guru BK, bimbingan yang dilakukan mungkin juga terjadi secara tidak langsung.

Setiap guru tentunya ingin siswanya memperoleh hasil belajar yang memuaskan dan tentunya proses yang dapat membuat siswa dapat memiliki perubahan dalam pembelajaran. Bukan hasil yang sebenarnya membuat guru senang, akan tetapi dengan siswa mengerti materi yang diberikan sudah membuat guru senang. Karena pada saat pembelajaran tidak ada kendala dalam proses pembelajaran dan bimbingan berjalan dengan lancar. Akan tetapi harapan tersebut seringkali tidak terwujud, karena keadaan pembelajaran tidak seperti yang diharapkan. Maka sering mengalami berbagai macam kesulitan dalam belajar. Untuk mengatasi kesulitan pada saat proses pembelajaran, bimbingan dan konseling memberikan layanan:
1.        Bimbingan Belajar
Pada jenjang Sekolah Dasar memang proses BK tidak dikhususkan seperti di jenjang menengah pertama dan menengah keatas. Akan tetapi seorang guru kelaslah yang menjadi seorang pembimbing dan konselor. Bimbingan yang dilakukan mengenai masalah dalam belajar yang disekolah maupun di luar sekolah. Bimbingan yang dilakukan guru:
a.         Cara belajar, baik secara kelompok maupun individu.
b.        Cara mengatasi kesulitan kesulitan yang berkaitan dengan mata pelajaran tertentu.
c.         cara merencanakan waktu dan kegiatan belajar.

2.        Bimbingan Sosial
Dalam lingukangan kelas yang tentunya emmiliki berbagai macam keberagaman, siswa harus mampu menyesuaikan diri pada saat pembelajaran kelompok. Bimbingan ini dilakukan agar siswa mampu mengatasi masalah kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan sosial, sehingga terciptalah suasana belajar yang kondusif.

3.        Bimbingan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi
Terkadang pada tingkat Sekolah Dasar seorang guru mendapat  laporan dari wali muridnya tentang masalah pribadi seorang siswa. Wali murid tersebut meminta agar gurunya dapat memberi arahan kepada anaknya tentang masalah pribadi yang mungkin tidak dapat diatasi oleh ibunya sendiri. Tentunya sebagai orangtua khawatir akan terjadi hal-hal yang emngganggu proses belajar anaknya. Salah satu tujuan bimbingan ini adalah membantu siswa dalam mengatasi amsalah pribadinya, yang dapat mengganggu kegiatan belajarnya. Karena siswa yang memiliki masalah yang belum terpecahkan akan sulit konsentrasi dalam kegiatan belajar dan berpengaruh pada prestasi belajarnya.





B.            Program BK dalam Kurikulum Sekolah
Didalam Permendikbud nomor 111/2014 tentang bimbingan dan konseling pada sekolah dasar dan pendidikan menengah disebutkan bahwa Bimbingan dan Konseling adalah bagian dari integral program pendidikan, yang merupakan upaya dalam memandirikan dan mendukung peserta didik agar dapat mencapai perkembangan yang utuh dan optional. Layanan Bimbingan dan Konseling dipandang sebagai upaya yang memfasilitasi perkembangan peserta didik dalam mencapai tujuan-tujuan dalam hidupnya seperti untuk mencapai kemandirian, memahami diri, menerima, mengarahkan, dan mengambil keputusan. Kurikulum 2013 adalah seperangkat rencana dan pengaturan yang merupakan langkah lanjutan pengembangan yang berdasarkan kompetensi yang sudah dirilis tahun 2004 dan KTSP 2006 dan digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Salah satu karakteristik sudut pandang BK dalam kurikulum 2013 adalah terdapat 3 pembagian arah peminatan yaitu: peminatan kelompok mata pelajaran, lintas dan minat, dan pendalaman minat. Untuk itulah perlu adanya pelayanan peminatan akademik yang diberikan guru BK kepada siswa dalam memilih dan menentukan kelompok peminatan yang akan dijalaninya disekolah. Karakteristik kurikulum 2013 dirancang untuk memberikan kesempatan kepada siswa sehingga siswa dapat belajar berdasarkan minat mereka. Dalam kurikulum 2013 masyarakat profesi bimbingan konseling mempunyai peran yang penting dalam pengimplementasian  kurikulum 2013 karena bimbingan dan konseling berperan dan berfungsi secara kolaboratif dalam hal-hal berikut:
1.             Menguatkan Pembelajaran yang Mendidik
Untuk mewujudkan arahan Pasal 1 ayat 1, 1 ayat 2, Pasal 3, dan Pasal 4 ayat 3 UU No. 20 tahun 2003 secara utuh, kaidah-kaidah implementasi Kurikulum 2013 sebagaimana dijelaskan harus bermuara pada perwujudan suasana dan proses pembelajaran mendidik yang memfasilitasi perkembangan potensi peserta didik. Suasana belajar dan proses pembelajaran dimaksud pada hakikatnya adalah proses membantu peserta didik untuk memperolah haknya dan memfasilitasi perkembangan peserta didik yang dalam implementasinya memerlukan penerapan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling harus meresap ke dalam kurikulum dan pembelajaran untuk mengembangkan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan potensi peserta didik. Untuk mewujudkan lingkungan belajar dimaksud, guru hendaknya:
a.              memahami kesiapan belajar peserta didik dan penerapan prinsip bimbingan dan konseling dalam pembelajaran
b.             melakukan asesmen potensi peserta didik
c.              melakukan diagnostik kesulitan perkembangan dan belajar peserta didik
d.             mendorong terjadinya internalisasi nilai sebagai proses individuasi peserta didik.
Perwujudan keempat prinsip yang disebutkan dapat dikembangkan melalui kolaborasi pembelajaran dengan bimbingan dan konseling.
2.             Memfasilitasi Advokasi dan Aksesibilitas
Kurikulum 2013 menghendaki adanya bermacam-macam layanan, khususnya layanan peminatan. Bimbingan dan konseling berperan melakukan advokasi, aksesibilitas, dan fasilitasi agar terjadi diferensiasi dan diversifikasi layanan pendidikan bagi pengembangan pribadi, sosial, belajar dan karir peserta didik. Untuk itu kolaborasi guru bimbingan dan konseling/konselor dengan guru mata pelajaran perlu dilaksanakan dalam bentuk:
a.              memahami potensi dan pengembangan kesiapan belajar peserta didik
b.             merancang ragam program pembelajaran dan melayani kekhususan kebutuhan peserta didik
c.              membimbing perkembangan pribadi, sosial, belajar dan karir.

3.             Menyelenggarakan Fungsi Outreach
Dalam upaya membangun karakter sebagai suatu keutuhan perkembangan, sesuai dengan arahan Pasal 4 (3) UU No. 20/2003, Kurikulum 2013 menekankan pembelajaran sebagai proses pemberdayaan dan pembudayaan. Untuk mendukung prinsip dimaksud bimbingan dan konseling tidak cukup menyelenggarakan fungsi-fungsi inreach tetapi juga melaksanakan fungsi outreach yang berorientasi pada penguatan daya dukung lingkungan perkembangan sebagai lingkungan belajar. Dalam konteks ini kolaborasi guru bimbingan dan konseling/konselor dengan guru mata pelajaran hendaknya terjadi dalam konteks kolaborasi yang lebih luas, antara lain:
a.              kolaborasi dengan orang tua/keluarga,
b.             kolaborasi dengan dunia kerja dan lembaga pendidikan,
c.              “intervensi” terhadap institusi terkait lainnya dengan tujuan membantu perkembangan peserta didik.
Paradigma Baru Bimbingan dan Konseling
Berdasarkan tuntutan kurikulum 2013 dan kesadaran penuh bahwa kiprah bimbingan dan konseling selama ini belum optimal, maka perlu dipikirkan orientasi baru atas peran dan fungsi bimbingan dan konseling dalam konteks kurikulum 2013.
Proses membantu perkembangan peserta didik secara utuh dan optimal sesungguhnya merupakan tugas bersama yang harus dilaksanakan oleh guru mata pelajaran dan guru bimbingan dan konseling, dan tenaga pendidik lainnya sebagai mitra kerja, namun masing-masing pihak tetap memiliki wilayah tugas atau pelayanan spesifik dalam mendukung realisasi diri dan pencapaian perkembangan peserta didik secara optimal (Faiver, Eisengart, &Colonna, 2004). Dalam praktik sejak pendidikan prajabatan, persoalan kolaborasi antar pendidik menjadi pekerjaan yang selalu terhambat. Sementara kebutuhan akan kolaborasi tim kerja menjadi bagaian yang tidak bisa ditinggalkan.
Peminatan pada dasarnya merupakan misi yang harus diemban bersama oleh seluruh jajaran pendidik dan tenaga kependidikan di tiap satuan pendidikan. Proses penelusuran, penyemaian, dan pemeliharaan peminatan peserta didik menjadi tugas guru sebagai pendidik profesional sebagaimana termuat dalam pasal 1 ayat (1) UU nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang menyatakan bahwa tugas utama guru adalah “… mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik …” itu mengkomunikasikan bahwa guru, termasuk guru BK, memiliki tanggung jawab dalam peminatan siswa secara terpadu di dalam proses pembelajaran dan bimbingannya.


C.           Kedudukan BK dalam Krikulum
Selama beberapa tahun belakang ini dunia pendidikan Indonesia sudah mengalami beberapa kali pergantian kurikulum. Seperti kurikulum 1994, Kurikulum 2004 atau yang sering dikenal sebagai Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), kurikulum 2006 atau yang dikenal sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan Kurikulum 2013.
Kurikulum di Indonesia akan terus berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini tentu juga banyak didominasi oleh aspek kognitif. Namun sebenarnya aspek afektif itu juga sangatlah penting. Jika hanya aspek kognitif saja yang dikembangkan maka akan lahir cendekiawan-cendekiawan cerdas yang tidak punya naluri yang bisa memicu terjadinya anomaly social. Disinilah pentingya Bimbingan Konseling atau BK di dalam kurikulum dan sistem pendidikan di Indonesia.

1.         KURIKULUM 2004
a.         Orientasi kurikulum
Pada tahun 2004 ini mulai diperkenakan kurikulum pendidikan yang baru dengan sebutan kurikum berbasis kompetensi (KBK), rencanaya kurikulum baru ini akan dilaksanakan secara menyeluruh di Indonesia pad atahun jaran baru 2004/2005 pelaksanan kurikulum KBK ini secara langsung berdampak pada program layanan BK di sekolah.
Mc ashan dalam mulyana 2002 mngemukan pengertian komptensi sebagai pengetahuan keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bahagian dari dirinya sehingga ia dapat melakuak n perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya lebih lanjut, Finch dan crungkilton mendefinisikan kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan,sikap dan apresiasi yang diperluakan untuk menunjanhg keberhasilan.


2.       KURIKULUM 2007
a.       Orientasi kurikulum
Pada kurikulum KTSP orientasi layan BK adalah mensukseskan atau membantu pengembangan diri pada siswa
b.       Metode layanan
Metode yang diadakan dalam pelaksanaan layanadalh dengan metode klsikal, partisipas, Tanya jawab dan diskusi, dan metode ceramah.
c.         Kedudukan BK dalam kurikulum
Bk adalah bagian integral dari KTSP yang sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 dan 6 , dan PP 19 tahun 2005 SNP serta Permen NO. 22,23 dan 24 tahun 2006. Layan konseling yang diberikan memberikan kesempatan kapada peserta didik untuk mengembangkan potensinya seoptimal mugkin
3.Kedudukan BK dalam kurikulum 2013
Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dalam pendidikan yang memposisikan kemampuan peserta didik untuk mengeksplorasi, memilih, berusaha meraih, dan mempertahankan karier yang ditumbuh-kembangkan secara komplementer oleh guru bimbingan dan konseling dan oleh guru mata pelajaran dalam setting pendidikan. Peminatan peserta didik yang difasilitasi oleh bimbingan dan konseling, tidak berakhir pada penetapan pilihan dan keputusan bidang keahlian yang dipilih peserta didik, melainkan harus diikuti layanan pembelajaran yang mendidik, aksesibilitas perkembangan yang luas, dan penyiapan lingkungan perkembangan belajar yang mendukung. Untuk itu, bimbingan dan konseling berperan secara kolaboratif dalam hal sebagaiberikut:
a.              Menguatkan pembelajaran yang mendidik
b.             Memfasilitasi advokasi dan aksesibilitas
c.              Menyelenggarakan fungsi outreach



D.           Peran Guru SD dalam Program BK di Sekolah
Bimbingan konseling sangat penting dilakukan, untuk bimbingan konseling pada Sekolah Dasar guru kelaslah yang menjadi guru bimbingan konseling tersebut. BK sangat diperlukan pada siswa SD mengingat pada masa-masa tersebut akan timbul masalah-masalah yang akan dihadapi siswa pada masa-masa pertumbuhan dan perkembangannya. Guru kelas juga sebagai guru bimbingan konseling pada siswa sekolah dasar diharapkan mampu mengetahui permasalahan yang dihadapi siswa. Permasalahan-permasalahn tersebut seperti kesulitan dalam belajar, kesulitan memahami materi, kesulitan bersosialisasi dengan lingkungan, dan permasalahan-permasalahan lainnya. Karena guru kelas mengetahui bagaimana keadaan sebenarnya siswa seperti bagaimana cara belajarnya, kemampuan-kemampuan yang dimilikinya, kebiasaan-kebiasaannya sehingga akan lebih mudah dalam mengajatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi. Bimbingan konseling ini tidak hanya dilakukan untuk menyelesaikan suatu permasalahan, namun juga sebagai penjegah suatu permasalahan terjadi.
Alasan guru perlu melakukan bimbingan konseling pada siswa sekolah dasar yaitu:
1.             Pembelajaran akan sangat efektif apabila guru mampu menggabungkannnya dengan minat siswa, tujuan-tujuan pribadi siswa atau ketertarikan siswa terhadap hal tertentu. Maka guru sebagai konselor dan juga pendidik harus dapat mengarahkan dan juga memberi kebebasan siswa untuk menyampaikan aspirasinya.
2.             Dengan adanya bimbingan konseling maka guru akan lebih mudah dalam memahami permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa, kesulitan-kesulitan, serta hambatan-hambatan yang akan mengganggu pembelajaran. Guru akan lebih peka sehingga dapat mencari jalan keluar serta pencegahan, karena guru kelas memiliki hubungan yang cukup dekat dengan siswa,
3.             Guru lebih unggul dari petugas sekolah lain saat menghadapi siswa karena, guru sangat memahami perkembangan siswa. Sehingga selain dapat mencari penyelesaian masalah dengan tepat, guru juga dapat melakukan berbagai pendekatan pada siswa karena siswa memiliki hubungan yang lebih intens dengan guru kelas dibanding dengan petugas sekolah lainnya.
Guru, tidak hanya seseorang yang ahli dalam bidang pengajaran, namun guru juga didik untuk dapat berinteraksi secara baik dengan siswanya. Selain itu gurur juga didik untuk dapat menyelesaikan dan menghadapi masalah-masalah yang dapat terjadi dalam kelas. Keseluruhan peran tersebut membuat guru juga harus menjadi konselor untuk siswanya, peran-peran tersebut dapat dilakukan dalam bentuk yaitu:
1.             Mengembangkan iklim kelas yang menarik dan menyenangkan. Hal ini sangat berpengaruh pada kelancaran pembelajaran, karena peserta didik pada usia SD lebih cepat bosan maka, guru harus bisa membuat iklim kelas semenyenangkan mungkin namun tidak mempengaruhi kesusksesan pembelajaran.
2.             Memberikan pengarahan pada siswa agar siswa dapat belajar dengan efektif. Guru juga memberi pengarahan terhadap potensi-potensi siswa agar dapat berkembang secara optimal.
3.             Memberi dorongan siswa dalam meningkatkan pertumbuhan pribadi dan sosial. Guru berperan membantu siswa dalam melakukan hubungan sosial yang baik dan benar.
4.             Menelaah siswa mengenai kelemahan, kelebihan, dan kebiasaan yang dapat dijadikan referensi sebagai penyelesaian masalah atau hambatan yang mungkin terjadi.
 Pelaksanaan bimbingan konseling di sekolah dasar tidak terlepas dari tingkat perkembangan peserta didik. Setiap peserta didik memilikiperkembangan yang berbeda, sehingga penanganannya juga berbeda, sehingga diharapkan guru dapat memahami dan mengatasi perbedaan tersebut dengan memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan. Adapun layanan bimbingan dan konseling di sekolah berdasarkan perkembangan dan jenjang tertentu yaitu:


1.             Kelas 1 dan kelas 2
a.              Layanan orientasi dan informasi.
Kegiatan ini dilakukan untuk mengenalkan peserta didik terhadap
lingkungan sekolahnya. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi informasi mengenai materi yang telah ditentukan.
b.             Layanan penempatan dan penyaluran.
Layanan ini dilakukan dengan menentukan tempat duduk sesuai dengan kelemahan mata, kemampuan, dan hal-hal lain.
c.              Layanan pembelajaran.
Layanan ini berisi pengajaran materi-materi serta pembelajaran karakter pada peserta didik.

2.             Kelas 3 dan Kelas 4
a.              Layanan orientasi dan informasi.
Layanan ini memberikan informasi tentang apa saja yang akan dilakukan peserta didik di kelas, serta mengenali perannya.
b.             Layanan penempatan dan penyaluran.
Layanan ini diberikan pada pesertadidik sesuia bakat dan minat melalui kegiatan ekstra kulikuler yang ada di sekolah.
c.              Layanan pembelajaran.
Pada layanan belajar di kelas 3 dan 4 siswa sudah diajarkan untuk mandiri dengan mengatur belajrnya secara efektif sendiri, seperti mengatur jadwal belajar dll.
3.             Kelas 5 dan Kelas 6
a.              Layanan orientasi dan infornasi.
Peserta didik pada saat ini sudah mulai dewasa dan lebih mandiri. Mereka juga akan melanjutkan sekolah pada jenjang selanjutnya sehingga guru dapat memberikan informasi mengenai ujian-ujian, dan informas mengenai sekolah lanjutan.



b.             Layanan pembelajaran.
Memberi layanan agar peserta didik lebih giat belajar, seperti bagaimana cara belajar secara efektif, mengatur waktu, dan mempersiapkan pendidikan lanjutan.
c.              Layanan konseling perorangan.
Membantu peserta didik menyelesaikan masalah-masalahnya dan mengatasi kesulitan-kesulitan baik dalam belajar maupun kehidupan sehari-hari. Seperti kesulitan menentukan sekolah lanjutan yang akan dituju.
Dari pembahasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan bimbingan dan konseling yang diperankan oleh guru kelas sangatlah penting. Tidak hanya memberi bantuan saat terjadi masalah-masalah atau kesulitan-kesulitan yang terjadi namun, juga mencegah masalah. Peran guru sangat penting dalam pelaksanaan BK di sekolah karena, guru merupakan instrumen sekolah yang paling dekat dan paling paham akan peserta didik. Pelaksanaan BK akan lebih mudah dijalankan.





BAB III
PENUTUP

A.           Kesimpulan
Hubungan BK dengan dengan pendidikan sekolah sangat erat sekali. Pendidikan tidak lepas dari kehidupan sekolah untuk peserta didik. Bimbingan konseling dalam pendidikan sebagai satuan pendidikan dalam mencerdaskan emosi dan menggali potensi diri. Kegiatan konseling harus ditingkatkan untuk pendidikan nasional. Konseling ini merupakan alat yang paling penting dalam keseluruhan program bimbingan. Layanan Bimbingan dan Konseling dipandang sebagai upaya yang memfasilitasi perkembangan peserta didik dalam mencapai tujuan-tujuan dalam hidupnya seperti untuk mencapai kemandirian, memahami diri, menerima, mengarahkan, dan mengambil keputusan.
Pelaksanaan bimbingan dan konseling yang diperankan oleh guru kelas sangatlah penting. Tidak hanya memberi bantuan saat terjadi masalah-masalah atau kesulitan-kesulitan yang terjadi namun, juga mencegah masalah. Peran guru sangat penting dalam pelaksanaan BK di sekolah karena, guru merupakan instrumen sekolah yang paling dekat dan paling paham akan peserta didik. Pelaksanaan BK akan lebih mudah dijalankan.
B.            Saran
Dari materi diatas, sebagai calon guru pastinya harus mempersiapkan bagaimana BK yang akan dilakukan untuk menghadiapi setiap siswa yang beragam yang nantinya mungkin akan ada perubahan kurikulum kembali.















DAFTAR PUSTAKA

Kamaluddin. 2011. Bimbingan dan Konseling Sekolah. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan 17 (4).
Larasati Umi. 2015. Peran Guru Sebagai Pelaksana Layanan Bimbingan Konseling Dalam Membangun Sikap Disiplin Siswa Di SD Negeri Keputran 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Jurnal Pendidikan Ke-SD-an. 3(1): 43-47.
Priyatno. 1997. Pelayanan Bimbingan dan Konseling Sekolah Dasar. Padang: PT. Ikrar Mandiri Abadi.
Widada. 2018. Peran Guru Sekolah Dasar (Guru SD) Dalam Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling. Malang: Universitas Negeri Malang.