COVER................................................................................................................... i
DAFTAR
ISI........................................................................................................ 1
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................... 2
1.1 Latar
Belakang................................................................................... 2
2.1 Rumusan
Masalah.............................................................................. 3
3.1 Tujuan.................................................. ..............................................
3
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Pengertian
Masalah
Sosial................................................................. 4
2. 2 Penyebab
Masalah
Sosial................................................................... 4
2. 3 Jenis
Masalah
Sosial........................................................................... 5
2. 4 Teori
Sosial........................................................................................ 7
2. 5 Masalah-Masalah Sosial di Lingkungan Sekitar............................... 17
2. 6 Pendekatan dalam Pemecahan Masalah Sosial................................ 20
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................... 23
3.2 Saran................................................................................................. 23
DAFTAR
PUSTAKA.......................................................................................... 24
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Manusia
dilahirkan sebagai makhluk individu, selain itu manusia disebut juga sebagai
makhluk sosial, dimana manusia tidak akan lepas dari pengaruh lingkungannya.
Manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi
dan berinteraksi dengan manusia lain atau disebut juga interaksi sosial.
Interaksi sosial merupakan suatu fondasi dari hubungan yang berupa tindakan
yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan dalam
masyarakat. Dengan adanya nilai dan norma yang berlaku, interaksi sosial itu
sendiri dapat berlangsung dengan baik.
Didalam
kehidupan sehari-hari tentunya manusia tidak lepas dari hubungan antara satu
dengan yang lainnya, iya akan selalu perlu untuk mencari individu atau kelompok
lain untuk dapat berinteraksi atau bertukar pikiran. Menurut Prof.Dr.Soerjono
Soekamto, interaksi sosial merupakan kunci rotasi semua kehidupan sosial.
Dengan tidak adanya komunikasi atapun interaksi antar satu sama lain maka tidak
mungkin ada kehidupan bersama.
Dalam berinteraksi
dikehidupan bermasyarakat, serta individu diwajibkan untuk memiliki kesadaran
akan kewajibannya sebagai anggota kelompok masyarakat. Jika tidak adanya
kesadaran atas pribadi masing-masing, maka proses sosial itu sendiri tidak
dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu jika proses sosial
tidak berjalan dengan baik maka akan timbul masalah sosial. Masalah sosial
dipandang oleh sejumlah orang dalam masyarakat sebgai suatu kondisi yang tidak
diharapkan.
Masalah
sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam
masyarakat dengan realita yang ada. Sumber masalah, yaitu seperti proses sosial
dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh
lembaga yang memiliki kewenangan khusus, seperti tokoh masyarakat, pemerintah,
organisosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan masalah sosial?
2. Apa
penyebab masalah sosial?
3. Apa
jenis-jenis masalah sosial?
4. Apa
saja jenis teori sosial?
5.
Apa
saja masalah-masalah sosial di lingkungan sekitar?
6.
Melalui
pendekatan apa saja yang digunakan dalam pemecahan masalah sosial?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan
tentang pengertian masalah sosial
2. Menyebutkan
tentang penyebab masalah sosial
3. Menyebutkan
tentang jenis-jenis masalah sosial
4. Menyebutkan
tentang jenis teori sosial
5. Menyebutkan
tentang pembagian masalah-masalah sosial di lingkungan sekitar
6. Menyebutkan
tentang beberapa pendekatan yang
digunakan dalam pemecahan masalah sosial
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Masalah Sosial
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia,
masalah berarti sesuatu yang harus diselesaikan atau dipecahkan. Masalah
merupakan suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau
lebih situasi yang membingungkan. Umumnya masalah disadari “ada” saat merasakan
bahwa keadaan yang ia hadapi tidak sesuai dengan apa yang dia inginkan.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sosial berarti segala sesuatu
yang berkenaan dengan masyarakat. Sosial merupakan segala sesuatu perilaku
manusia yang menggambarkan hubungan non individualis. Istilah tersebut sering
dibandingkan dengan cabang-cabang kehidupan manusia dan masyarakat dimanapun.
Pengertian sosial ini merujuk pada hubungan-hubungan manusia dengan organisasi
untuk mengembangkan diri.
Dari beberapa teori diatas dapat
disimpulkan bahwa masalah sosial merupakan suatu masalah atau persoalan yang
harus diselesaikan yang berhubungan dengan nilai-nilai sosial dan
lembaga-lembaga kemasyarakatan. Masalah sosial dipandang oleh sejumlah orang
dalam masyarakat sebagai suatu kondisi yang tidak diharapkan. Masalah sosial
berkaitan erat dengan hal-hal yang mengganggu kedamaian didalam suatu kelompok
masyarakat.
2.2 Penyebab Masalah Sosial
Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan
yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Sumber
masalah sosial, yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah
sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan
khusus, seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisosial, musyawarah
masyarakat, dan lain sebagainya.
Penyebab masalah sosial dapat
dikategorikan menjadi 4 jenis faktor, anatara lain sebagai berikut:
1.
Faktor ekonomi
Faktor
ekonomi merupakan faktor terbesar penyebab terjadinya masalah sosial. Krisis
global dan PHK mulai terjadi diberbagai tempat dan dapat memicu tindak
kriminal. Masalah tersebut didorong adanya ketidakmampuan seseorang dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak, misalnya pengangguran, anak jalanan,
dan lain-lain.
2. Faktor
Budaya
Masalah
sosial yang disebabkan oleh faktor budaya dipiu karena adanya ketidaksesuaian
pelaksanaan nilai, norma, dan kepentingan sosial akibat adanya proses perubahan
sosial dan pola masyarakat heterogen/multikultural. Contoh masalah ini seperti
kenakalan remaja, konflik antar suku, diskriminasi gender, dan bahkan pengakuan
hak milik kebudayaan lintas negara.
Kenakalan
remaja merupakan salah satu masalah sosial yang disebabkan oleh faktor budaya.
Masalah sosial ini, sulit dihilangkan karena remaja suka mencoba hal-hal baru
yang berdampak negatif seperti narkoba.
3. Faktor
Biologis
Masalah
ini dapat timbul akibat adanya ketidaksesuaian keadaan lingkungan yang
berpotensi menimbulkan ketidakstabilan kondisi biologis masyarakat, seperti
adanya wabah penyakit menular, virus penyakit baru, dan makanan beracun.
Penyakit menular dapat menimbulkan masalah sosial jika penyakit tersebut sudah
menyebar di suatu wilayah.
4. Faktor
Psikologis
Alirat
sesat banyak terjadi di Indonesia dan meresahkan masyarakat walaupun sudah
banyak yang ditangkap dan dibubarkan tapi aliran sesat masih banyak bermunculan
di masyarakat sampai saat ini. Selain aliran sesat, faktor psikologis yang
menjadi faktor timbulnya masalah sosial yaitu sakit jiwa, lemah ingatan, sukar
menyesuaikan diri, dan lain-lain. (Darsono, 2017)
2.4 Teori
Sosial
2.3 Jenis-Jenis Masalah
Sosial
1.
Masalah
sosial akibat faktor ekonomi
Salah
satu faktor utama penyebab masalah sosial di Indonesia yaitu faktor ekonomi.
Banyaknya jumlah penduduk tidak sebanding dengan pertumbuhan jumlah lapangan
kerja yang memadai sehingga angka pengangguran semakin meningkat. Selain itu,
persebaran penduduk sangat tidak merata antara di kota dengan di desa.
Kesenjangan ekonomi juga sangat jauh, mengakibatkan di beberapa daerah menjadi
rentan akan kriminalitas. Hal ini didukung dengan kurangnya pendidikan moral
sehingga banyak orang yang menghalalkan segala cara demi mendapatkan uang.
Keadaan
ekonomi yang kurang baik dan juga kesenjangan juga dapat menimbulkan adanya iri
hati antar anggota masyarakat sehingga dapat terjadi interaksi berupa masalah
sosial yang tidak dikehendaki. Rendahnya kemampuan ekonomi masyarakat dapat
menyebabkan rendahnya rata-rata tingkat pendidikan sehingga hal ini akan
semakin memicu permasalahan-permasalahan lainnya. Faktor ekonomi memang dapat
dijadikan acuan termudah untuk menentukan apakah masyarakat di negara tersebut
sudah maju atau belum.
2.
Masalah
sosial akibat faktor biologis
Faktor
biologis yang dapat menyebabkan terjadinya masalah sosial misalnya wabah
penyakit yang menular, gizi buruk, dan lain sebagainya. Hal ini dapat berkaitan
juga dengan rendahnya tingkat ekonomi atau tingginya angka kemiskinan. Penyakit
dapat muncul akibat adanya faktor-faktor biologis. Kurangnya fasilitas
kesehatan dan kebersihan yang ada dapat menyebabkan munculnya penyakit menular
di suatu wilayah. Selain itu, ketidaksadaran masyarakat akan bahaya hal ini
menyebabkan pertumbuhan penyakit sulit untuk dihentikan. Di beberapa daerah juga
kekurangan sumber air bersih sehingga dapat mempengaruhi manusia yang selalu
ingin untuk mempertahankan diri sendiri. Hal ini tentu dapat menyebabkan
konflik yang tidak dikehendaki.
3.
Masalah
sosial akibat faktor biopsikologis
Faktor
berikutnya yang dapat menyebabkan permasalahan sosial di lingkungan masyarakat
yaitu faktor biopsikologis, atau faktor yang berhubungan dengan pola pikir
masyarakat terkait. Pola pikir masyarakat sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang
ditanamkan, sejarah masyarakat, lingkungan pergaulan, tingkat pendidikan,
tingkat ekonomi, dan lainnya.
Contohnya
adalah adanya salah satu anggota masyarakat yang ingin menyebarkan pemahaman
mengenai aliran sesat. Hal ini dapat menimbulkan perpecahan dan pertentangan
konflik keinginan antar anggota masyarakat dan meresahkan anggota masyarakat
lainnya. Faktor psikologis ini cukup sulit untuk dicari akarnya dan diselesaikan
karena berkaitan dengan kondisi emosi masing-masing manusia, yang susah diatur
oleh hukum atau aturan lainnya yang berlaku. Untuk itu, pengawasan dan
pendidikan moral yang baik di lingkungan keluarga sangatlah diperlukan.
4.
Masalah
sosial akibat faktor kebudayaan
Keragaman
kebudayaan di Indonesia merupakan suatu kebanggaan. Namun rupanya faktor budaya juga
dapat menyebabkan terjadinya masalah sosial di masyarakat. Hal ini terjadi akibat
adanya perbedaan nilai-nilai yang dianut antara satu orang dengan orang
yang lainnya atau adanya perubahan nilai di masyarakat. Penyebabnya dapat karena adanya
pengaruh dari kebudayaan luar yang tidak sesuai, atau nilai-nilai baru yang
dianggap membahayakan. (Mulyani, 2009)
1) Teori
Fungsionalisme Struktural
Teori fungsionalisme struktural
menganggap stratifikasi sosial atau hierarki sebagai sebuah keniscayaan. Setiap
masyarakat bekerja dalam sebuah sistem yang terstratifikasi dan semuanya
berfungsi sesuai kebutuhan sistem sosial. Singkatnya, stratifikasi merupakan
kebutuhan dari sebuah sistem. Perlu digarisbawahi bahwa stratifikasi bukan
tentang seseorang yang menempati ’jabatan’ tertentu, tapi tentang posisi sosial
dalam sebuah sistem. Setiap posisi bisa diibaratkan organ tubuh, maka ada
jantung, hati, ginjal, dan sebagainya. Semua organ bekerja memenuhi kebutuhan
fungsional bagi tubuh. Jika salah satu posisi sosial tidak berfungsi, sistem
sosial akan kacau. Masyarakat mengalami disorganisasi.
Gagasan
inti: Sistem sosial ibarat organ tubuh
Tokoh:
Emile Durkheim, Talcott Parsons
2)
Teori Konflik
Teori konflik berkembang sebagai reaksi
teori fungsionalisme struktural. Teori konflik memiliki akar tradisi dari
Marxian. Teori konflik melihat relasi sosial dalam sebuah sistem sosial sebagai
pertentangan kepentingan. Masing-masing kelompok atau kelas memiliki
kepentingan yang berbeda. Perbedaan kepentingan ini ada karena beberapa sebab:
Pertama, manusia memiliki pandangan subjektif terhadap dunia. Kedua, hubungan
sosial adalah hubungan saling memengaruhi atau orang mempunyai efek pengaruh
terhadap orang lain. Ketiga, efek pengaruh tersebut merupakan potensi konflik
interpersonal. Dengan demikian stratifikasi sosial berisi relasi yang sifatnya
konfliktual.
Gagasan
inti: Struktur relasi sosial dibentuk oleh konflik kepentingan
Tokoh:
Karl Marx, Randal Collins
3)
Teori Pertukaran
Teori pertukaran merupakan teori
perilaku sosial (behavioral). Teori ini mengangap perilaku manusia (aktor)
membentuk pola hubungan antara lingkungan terhadap aktor. Perilaku manusia
disambut reaksi dari lingkungan yang kemudian memengaruhi balik perilaku
setelahnya. Jadi, hubungannya adalah dari aktor ke lingkungan, balik lagi ke
aktor. Lingkungan, baik sosial atau fisik dimana perilaku aktor eksis,
memengaruhi balik perilaku aktor. Reaksi lingkungan bisa positif, negatif, atau
netral. Jika positif, aktor cenderung akan mengulangi perilakunya di masa depan
pada situasi sosial yang serupa. Jika negatif, aktor cenderung akan mengubah
perilakunya. Contoh sederhana adalah siswa yang datang ke sekolah pakai
seragam. Reaksi lingkungan menerima, apalagi diperkuat oleh aturan. Maka siswa
tersebut cenderung berpakaian seragam lagi keesokan harinya.
Gagasan
inti: Perilaku manusia adalah hasil pertukaran dengan reaksi lingkungannya.
Tokoh: Georg Homans,
Peter Blau
4)
Teori Dramaturgi
Teori dramaturgi sebagai teori sosiologi
memahami dunia sosial melalui interaksi sosial. Dalam proses interaksi sosial,
konsep diri (the self) dibentuk melalui interaksi sengan orang lain dalam
situasi sosial tertentu. Pendekatan dramaturgis membagi dunia menjadi dua:
depan panggung dan belakang panggung. Interaksi sosial kebanyakan terjadi di
depan panggung. Diri bukan dimiliki oleh aktor, melainkan produk dari interaksi
dramaturgis antara aktor dan audiens. Audiens bisa berupa lawan bicara, orang
sekitar, atau dunia sosial secara lebih luas. Ketika berinteraksi di depan
panggung, aktor mengatur tampilan dirinya sedemikian rupa agar diterima oleh
audiens. Pengaturan ini disebut manajemen impresi, yaitu menciptakan kesan agar
diterima secara sosial. Dalam interaksi sosial di kehidupan sehari-hari, aktor
senantiasa menampilkan dirinya. Diri di luar manajemen impresi akan tampak
ketika aktor berada di belakang panggung.
Gagasan
inti: Dunia ini panggung sandiwara
Tokoh:
Erving Goffman
5)
Teori Interaksionisme
Simbolik
Prinsip dasar teori interaksionisme
simbolik adalah manusia memiliki kapasitas untuk berpikir dan pemikirannya
dibentuk oleh interaksi sosial. Dalam proses interaksi, manusia mempelajari
makna dan simbol-simbol yang mengarahkannya pada kapasitas menjadi berbeda
dengan lainnya. Makna dan simbol memungkinkan manusia untuk bertindak dan
berinteraksi secara berbeda, misalnya cara orang memaknai kesuksesan
berbeda-beda atau perbedaan bahasa yang digunakan setiap suku juga berbeda.
Manusia mampu memodifikasi atau mengubah makna yang mereka gunakan dalam proses
interaksi sesuai interpretasi atas situasi sosial. Mengubah makna dan simbol
dilakukan dengan pertimbangan untung rugi, kemudian memilih salah satunya.
Perbedaan pola tindakan dan interaksi menciptakan perbedaan kelompok dalam
masyarakat.
Gagasan inti: Pemikiran seseorang
dibentuk oleh interaksi sosial
Tokoh: Herbert Blumer
6)
Teori Marxian
Sebenarnya teori sosiologi marxian merupakan
sebutan bagi beberapa penjelasan teoritis yang terispirasi dari Karl Marx.
Misalnya, konsep Marx tentang alienasi yang digunakan untuk menjelaskan kondisi
manusia modern dibawah sistem ekonomi kapitalistik. Maka, kita bisa menyebut
bahwa konsep alienasi merupakan teori marxian. Penekanan pada terori marxian
adalah asumsi-asumsi lama seperti pertentangan dua kelas besar, borjuis dan
proletar, menginspirasi penjelasan terhadap fenomena-fenomena modern. Sebagai
konsekuensinya, teori marxian selalu dipertanyakan relevansi keabsahannya dalam
menjelaskan fenomena sosial yang lebih kontemporer. Teori konflik yang
dicetuskan Marx merupakan poros utama teori marxian.
Gagasan
inti: Marx dan marxisme adalah poros utama
Tokoh:
Karl Marx
7)
Teori Neomarxian
Teori neomarxian merupakan reaksi,
kritik dan refleksi dari ide-ide atau konsep yang datang dari teori marxian.
Refleksi ide-ide tersebut tidak tunggal melainkan bervariasi sehingga teori
neomarxian memiliki beragam variasi. Beberapa varian dari teori neomarxian
antara lain: teori kritis, marxisme berorientasi historis, sosiologi ekonomi,
dan ekonomi deterministik. Teori neomarxian tidak sekadar menolak asumsi-asumsi
dasar pada teori marxian, melainkan juga menjadikannya pijakan untuk memperluas
dan mengembangkan konsep-konsep barunya. Sebagai contoh, konsep tentang
komoditas yang dalam teori marxian diletakkan sebagai pusat masalah struktural
dalam masyarakat ekonomi kapitalis, memproduksi fetisisme komoditas dalam
institusi ekonomi. Teori neomarxian mengembangkan konsep fetisisme komoditas
agar bisa diaplikasikan di semua elemen, termasuk negara dan hukum yang dapat
dilihat sebagai produk komoditas.
Gagasan
inti: Reaksi ide-ide teori marxian
Tokoh:
Georg Lukacs, The Frankfurt School
8)
Teori Strukturalisme
Teori strukturalisme menekankan pada
pentingnya struktur dalam memengaruhi atau bahkan menentukan tindakan manusia.
Stuktur merupakan elemen tak kasat mata yang mengatur tindakan seseorang.
Terdapat perdebatan mengenai dimana sebenarnya struktur berada. Struktur bisa
berada di tempat yang dalam seperti pada pemikiran manusia. Ada pula yang
mengatakan, struktur berada di luar individu seperti struktur sosial berupa
norma dan nilai. Pendapat lain mengatakan struktur terdapat dalam bahasa
seperti pada studi-studi linguistik. Tidak menutup kemungkinan pula struktur
berada dalam relasi antara individu dengan struktur sosial. Teori
strukturalisme meletakkan struktur sebagai faktor determinan dari tindakan
sosial.
Gagasan
inti: Tindakan manusia ditentukan oleh sistem struktur
Tokoh:
Karl Marx, Sigmund Freud, Claude Levi Strauss
9)
Teori
Poststrukturalisme
Sebagaimana halnya teori neomarxian yang
merupakan reaksi dari ide-ide marxian, teori poststrukturalisme merupakan
reaksi dari teori strukturalisme. Saat teori strukturalisme berkembang dalam
disiplin sosiologi, teori poststrukturalisme muncul dari luar disiplin
sosiologi. Teori poststrukturalisme menerima pentingnya struktur tetapi
melampaui penjelasan bahwa tindakan sosial dipengaruhi oleh struktur sosial.
Teori poststrukturalisme menjelaskan lebih jauh bahwa diatas struktur terdapat
relasi kuasa yang berhubungn dengan pengetahuan. Ada pendapat bahwa asumsi ini
menjadi pijakan lahirnya postmodernisme, meskipun sebenarnya sangat sulit
menarik garis besar dan menjelaskan relasi antara keduanya
Gagasan
inti: Diatas struktur ada relasi kuasa
Tokoh:
Michel Foucault
10) Teori
Modernisme
Teori
modernisme dapat dideskripsikan melalui jargon-jargon yang muncul pada era
filsafat modern seperti, kemajuan, rasionalitas, dan kesadaran. Teori modernisme
selalu berorientasi pada kemajuan dan apapun yang mendapat label kemajuan atau
progres selalu dianggap lebih baik. Sebagai contoh, pembangunan infrastruktur
sebagai proses modernisasi cenderung dilihat sebagai periode historis yang
lebih baik dibanding sebelumnya. Kondisi kekinian yang mengalami proses
pembaruan senantiasa berada dalam tahap kemajuan. Teori modernisme percaya pada
perkembangan sejarah yang linier, dari primitif menuju modern, dari
keterbelakangan menuju kemajuan. Pada poin ini, terdapat pengaruh positivisme
pada teori modernisme. Modernisme membawa peradaban umat manusia pada era
modern yang saat ini sering disebut oleh para ilmuwan sebagai era ’modernisme
tingkat lanjut’, ’modernitas sebagai projek yang belum kelar’, ’masyarakat resiko’,
dan lain sebagainya.
Gagasan
inti: Kita sedang berada di era modern
Tokoh:
Jurgen Habermas, Anthony Giddens, Zygmun Baumann
11) Teori
Postmodernisme
Teori postmodernisme berpijak pada
pertanyaan apakah kondisi dunia saat ini masih relevan disebut sebagai era
modern, sedangkan dunia tampak memperlihatkan karakter-karakter yang berbeda
dari era sebelumnya. Munculnya teori postmodernisme secara simbolik menandai
akhir dari modernisme, bagitu setidaknya pendapat para pendukung
postmodernisme. Teori postmodernisme tidak hanya muncul sebagai kritik, tetapi
juga menyudahi, mendeklarasikan era baru yang belum pernah ada sebelumnya.
Terdapat perbedaan pendapat apakah era baru ini keberlanjutan dari modernitas
atau era yang benar-benar baru. Teori postmodernisme sering diebut pula sebuah
gerakan intelektual radikal karena membongkar topeng-topeng kepalsuan
modernisme. Misalnya, modernisme mengatakan kemajuan adalah penanda peradaban
yang lebih baik. Postmodernisme menolak pandangan seperti itu. Teori
postmodernisme meletakkan ketidakpercayaan mada metanarasi modernisme.
Gagasan
inti: Modernisme telah mati
Tokoh:
Jean Francois Lyotard, Jean Boudrillard, Fredric Jameson
12) Teori
Kritis
Teori kritis dicetuskan olek kelompok
intelektual neomarxist yang belakangan dikenal dengan nama The Frankfurt
School. Ide-ide teori kritis dipengaruhi oleh Karl Marx, namun sekaligus
mengkritik balik fondasi teori marxisme yang menurutnya tak pernah memuaskan.
Teori kritis mengritik determinisme ekonomi, positivisme, modernisme, dan bahkan
sosiologi. Teori kritis juga mengklaim melakukan autokritik sebagai bagian dari
operasionalisasi teorinya. Terhadap marxisme, menurut teori kritik, teori
marxian mendistorsi ide-ide orisinal Karl Marx karena menginterpretasi dengan
cara yang mekanistis. Teori sosiologi marxian mereduksi analisis sosial kedalam
penjelasan yang sifatnya ekonomistik dan mengabaikan aspek lain dalam hidup
yang tidak kalah penting yaitu kultural.
Gagasan
inti: Kritik teori atas teori
Tokoh:
Max Horkheimer, Theodor Adorno, Herbert Marcuse
13) Teori
Konstruksi Sosial
Teori konstruksi sosial melihat realitas
dalam sistem sosial diciptakan melalui interaksi timbal balik yang menghasilkan
sistem nilai dan keyakinan. Sistem nilai dan keyakinan tersebut dipraktikkan
dan diperankan berulang-ulang oleh aktor sosial sehingga melekat dalam sistem
yang kemudian dianggap sebagai realitas. Realitas tersebut masuk kedalam
individu-individu melalui proses internalisasi, dipraktikkan berulang melalui
proses yang disebut eksternalisasi hingga melekat dalam institusi sistem
sosial. Proses institusionalisasi membawa pengetahuan dan konsepsi manusia
tentang realitas melekat dalam struktur masyarakat yang telah diciptakan.
Realitas tersebut dianggap sudah demikian adanya padahal diciptakan. Oleh
karena itu, teori konstruksi sosial melihat realitas disebut sebagai produk
dari konstruksi sosial.
Gagasan
inti: Kenyataan adalah konstruksi sosial
Tokoh:
Peter L. Berger, Thomas Luckmann
14) Teori
Feminisme
Teori feminisme merupakan generalisasi
sistem ide tentang kehidupan sosial dan pengalaman manusia yang dikembangkan
dari perspektif perempuan. Perspektif perempuan dalam teori feminisme merupakan
pusat dalam mendeskripsikan dunia sosial. Sebagai pusat, situasi dan pengalaman
sosial yang ditangkap selalu merujuk pada sudut pandang perempuan. Pekembangan
teori feminis yang berangkat dari perlunya melihat perspektif perempuan
didasarkan pada asumsi bahwa pengetahuan tentang dunia yang berkembang selama
ini cenderung memarjinalkan perspektif perempuan. Pemosisian subordinat
perempuan dalam diskursus sosial, budaya, politik, ekonomi, dan filsafat
mengakibatkan terpinggirkannya perempuan dalam praktik. Akhirnya, muncul
dominasi, hegemoni, diskriminasi terhadap kaum perempuan. Teori feminisme
sebagai teori sosiologi menantang sistem dominasi yang memarjinalkan kaum
perempuan.
Gagasan
utama: Melawan dominasi terhadap perempuan
Tokoh:
Harriet Martineau
15) Teori
Globalisasi
Teori globalisasi menekankan pentingnya melihat
relasi timbal balik atara lokal dan global dalam menganalisis fenomena sosial.
Secara garis besar, globalisasi dapat dikategorikan ke dalam tiga dimensi
teori: ekonomi, politik dan kultural. Dimensi ekonomi mengkaji fenomena ekonomi
pasar global di era neoliberalisme serta perlawanannya dari perspektif marxian.
Dimensi politik globalisasi melihat peran negara bangsa di era globalisasi.
Dimensi kultural mengkaji implikasi kultural globalisasi pada tataran lokal dan
sebaliknya. Dalam sosiologi, dimensi kultural teori sosiologi globalisasi
melahirkan beberapa konsep utama, seperti penyatuan, penyebaran atau hybrid,
dan pembedaan kultur antar masyarakat atau negara bangsa.
Gagasan
inti: Relasi timbal balik antara lokal dan global
Tokoh:
Antonio Negri, Michael Hardt
16) Teori
Pembangunan
Teori pembangunan mengusung ideologi
developmentalisme. Konteks teori ini berada pada tataran negara atau regional.
Asumsi dasar yang dibangun adalah kemajuan suatu negara sangat tergantung pada
investasi yang diorientasikan untuk memajukan ekonomi suatu negara. Faktor
ekonomi menjadi pemimpin untuk menciptakan stabilitas sosial dan politik hingga
tercapai kemajuan kehidupan masyarakat yang ideal. Pertumbuhan ekonomi terletak
di jantung teori pembangunan. Tipikalnya, teori ini diusung oleh negara-negara
maju untuk diterapkan di negara-negara berkembang. Secara eksplisit negara maju
menghendaki dibukanya pintu investasi di negara-negara berkembang dengan tujuan
agar negara berkembang dapat mengejar ketertinggalan. Pertumbuhan ekonomi,
sekali lagi, menjadi kuncinya.
Gagasan
inti: Pertumbuhan ekonomi akan menciptakan kesejahteraan sosial
Tokoh:
W. W. Rostow
17) Teori
Ketergantungan
Teori ketergantungan merupakan reaksi
dari teori pembangunan atau ideologi developmentalisme yang diusung oleh
negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa Barat.
Teori ketergantungan lahir di Amerika Latin, musuh Amerika Serikat saat perang
dingin. Asumsi dasar teori ketergantungan adalah bahwa investasi dan segala
bantuan atau pinjaman finansial yang digelontorkan oleh negara maju, alih-alih
menciptakan kemajuan, justru menciptakan ketergantungan negara-negara
berkembang. Konsekuensinya, negara berkembang tidak akan pernah berdaulat,
melainkan berada di pinggiran, di dunia ketiga. Kekuasaan negara maju atas
negara berkembang dipandang oleh teori ketergantungan sebagai bentuk
kolonialisme dan imperialisme baru. Sama dengan teori pembangunan, teori
ketergantungan selalu berada pada konteks negara atau regional.
Gagasan
inti: Investasi asing merupakan bentuk imperialisme baru
Tokoh:
Andre Gunder Frank
18) Teori
Konsumsi
Teori konsumsi muncul pada era Revolusi
Industri namun tidak berkembang secara signifikan dalam disiplin sosiologi.
Baru pada kelahiran postmodernisme, teori konsumsi menjadi populer. Teori
postmodernisme sering melihat masyarakat kontemporer sebagai masyarakat
konsumsi. Berkembangnya teori konsumsi berimplikasi pada menurunnya analisis
sosial pada aspek produksi dalam melihat kelas, kultur, dan fenomena sosial.
Kelas sosial, dalam perspektif teori sosiologi konsumsi tidak lagi ditentukan
oleh moda produksi, proses produksi, kepemilikan alat produksi, melainkan oleh
moda konsumsi dan gaya hidup. Memasuki era digital, teori konsumsi semakin
mendapat panggung, seperti munculnya konsep Prosumer dimana perilaku manusia
seakan tak henti dalam dalam proses produksi dan konsumsi.
Gagasan
inti: Masyarakat kontemporer adalah masyarakat konsumsi.
Tokoh:
Jean Baudrillard
19) Teori
Jejaring Aktor
Teori jejaring aktor merupakan salah
satu varian dari teori sosiologi jaringan yang lebih luas. Teori ini relatif
baru dalam sosiologi. Teori jejaring aktor melihat peran jejaring atau network
dalam memengaruhi tindakan sosial. Individu hanyalah bagian dari jejaring
sosial yang lebih luas. Perlu digarisbawahi, teori ini tidak hanya membicarakan
agensi individu, melainkan juga struktur jaringan yang sering kali bukan
manusia. Internet dan kecerdasan artifisial melibatkan peran mesin yang
signifikan. Melaui pendekatan teori jejaring aktor, agensi individu menjadi
komponen kecil yang terkoneksi satu sama lain. Manusia masuk pada dunia
postsosial, posthuman karena jejaring berperan lebih signifikan dalam
menentukan tindakan sosial. Perkembangan teori jejaring aktor sebagai teori
sosiologi menciptakan beberapa konsepsi baru di era kontemporer, seperti
masyarakat jejaring, jejaring sosial dan sebagainya.
Gagasan
ini: Individu adalah komponen jejaring yang saling terkoneksi
Tokoh:
Manuel Castells
20) Teori
Sistem
Asumsi dasar teori sistem adalah dunia secara
keseluruhan merupakan sebuah sistem dan dunia sosial memiliki sistemnya sendiri
yaitu komunikasi. Komunikasi diproduksi oleh masyarakat. Salah satu kata kunci
dalam teori sistem adalah kompleksitas. Perlu dipahami terlebih dahulu bahwa
sistem selalu berada di lingkungan dan sistem selalu lebih sederhana ketimbang
lingkungannya. Dengan kata lain, lingkungan selalu lebih kompleks ketimbang
sistem. Teori sistem sebagai teori sosiologi mengatakan semua dimensi kehidupan
merupakan sebuah sistem, dari sel biologis, ekonomi pasar, sampai kehidupan
sosial secara keseluruhan. Apa yang membuat sistem bekerja adalah nilai yang
diproduksi oleh elemennya. Misalnya, sebuah sistem ekonomi pasar, memiliki
elemen dasar yaitu uang. Uang menjadi bernilai dalam sebuah sistem ekonomi
pasar karena sistem memproduksi nilai. Sulit membayangkan bahwa uang bernilai
pada dirinya sendiri karena uang tanpa sistem hanyalah secarik kertas.
Gagasan
inti: Dunia berada dalam sebuah kompleksitas sistem
Tokoh:
Niklas Luhmann
2.5
Masalah-Masalah Sosial Di Lingkungan Sekitar
1.
Masalah-Masalah
dalam Lingkup Lokal
Masalah-masalah dalam lingkup lokal adalah masalah-masalah yang
dialami oleh seseorang dalam interaksinya dengan masyarakat. Masalah-masalah sosial ini dapat berupa :
a)
Kemiskinan
Masalah kemiskinan ini bisa dialami oleh seseorang maupun
sekelompok orang dalam suatu wilayah tertentu. Biasanya masalah kemiskinan
muncul karena tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan hidup yang paling mendasar
atau kebutuhan primer yaitu sandang, pangan, dan papan.
b)
Masalah
Keluarga
Dalam masalah keluarga biasanya yang muncul adalah masalah
disorganisasi keluarga, yaitu perpecahan keluarga sebagai suatu unit. Hal ini
disebabkan karena anggota keluarga gagal memenuhi kewajibannya sesuai dengan peranan
sosialnya.
c)
Pengangguran
Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja atau tidak mempunyai
pekerjaan saat mereka termasuk dalam usia produktif. Hal ini bisa terjadi
karena mereka malas bekerja atau karena baru saja diberhentikan dari pekerja
annya.
d)
Pelanggaran
terhadap norma-norma masyarakat
Bentuk masalah sosial yang disebabkan karena melanggar norma-norma
yang berlaku dalam masyarakat bermacam-macam.
e)
Kejahatan
atau Kriminalitas
Masalah kemiskinan pada akhirnya juga akan berdampak pada
masalah-masalah yang lain, seperti timbulnya kejahatan, kriminalitas, dan
sebagainya. Dalam kondisi yang tidak memiliki apa-apa, akan mendorong seseorang
atau sekelompok orang untuk berbuat jahat.
2.
Masalah-Masalah
dalam Lingkup Nasional
Masalah-masalah dalam lingkup nasional adalah masalah-masalah yang
dialami oleh masyarakat dalam suatu wilayah tertentu namun akibatnya akan
dirasakan oleh seluruh bangsa dalam suatu wilayah negara. Masalah-masalah
sosial ini dapat berupa :
a)
Kemiskinan
Kemiskinan bisa menjadi masalah dalam lingkup lokal, namun bisa
juga menjadi masalah dalam lingkup nasioanal. Ketika kemiskinan itu dialami
oleh sekelompok orang dalam suatu wilayah tertentu, dan berdampak luas sampai
pada negara, maka kemiskinan tersebut bisa dikategorikan dalam lingkup nasioanl.
Misalnya, terjadi bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, tanah longsor,
gunung meletus banjir, banjir lumpur panas Sidoarjo, dan sebagainya.
Bencana-bencana alam yang hebat tersebut dapat meluluhlantakkan suatu daerah,
sehingga masyarakat yang tinggal di daerah tersebut akan kehilangan
keluarganya, harta bendanya, rumahnya, dan juga mata pencahariannya.
Keadaan
seperti inilah yang akan menimbulkan kemiskinan dalam lingkup nasional karena
bukan hanya menjadi beban bagi seseorang, tapi juga menjadi beban atau masalah
bagi suatu negara.
b)
Pengangguran
Pengangguran juga bisa dikategorikan dalam masalah lokal maupun
nasional, tergantung dari mana kita memandangnya. Ketika pengangguran itu
dialami oleh seseorang dan hanya berdampak pada suatu wilayah tertentu, maka
pengangguran ini hanya bersifat lokal. Namun apabila pengangguran ini terjadi
pada sekelompok orang dan akan berdampak pada wilayah negara, maka pengangguran
ini bisa disebut pengangguran yang bersifat nasional.
c)
Masalah
Kependudukan
Masalah kependudukan merupakan masalah yang akan mendasari
masalah-masalah sosial yang lain. Artinya masalah kependidikan ini akan
mendorong timbulnya masalah-masalah sosial yang lain. Misalnya pertumbuhan
penduduk yang sangat pesat, distribusi penduduk yang tidak merata, kepadatan
penduduk, tingkat urbanisasi yang cukup tinggi. Masalah-masalah penduduk
tersebut pasti akan diikuti oleh masalah-masalah yang lain.
d)
Masalah
Lingkungan
Masalah lingkungan ini terjadi karena ulah manusia yang dengan
sengaja merusak lingkungan hidupnya yang seharusnya digunakan sebagai penopang
kelangsungan hidup manusia itu sendiri.
3.
Masalah-Masalah
Sosial dalam Lingkup Internasional
Masalah-masalah dalam lingkup internasional adalah masalah-masalah
yang terjadi dalam suatu wilayah negara namun akibatnya akan dirasakan oleh
negara-negara lain. Masalah-masalah tersebut dapat berupa :
a)
Masalah
Lingkungan
Masalah lingkungan dalam lingkup internasional disini adalah yang
berdampak sangat luas karena dampaknya akan dirasakan oleh negara-negara lain.
b)
Terorisme
Terorisme adalah segala bentuk tindak kejahatan yang ditujukan
langsung kepada negara dengan maksud menciptakan bentuk teror atau ancaman
terhadap orang-orang tertentu atau sekelompok orang atau masyarakat luas. Teror
digunakan sebagai teknik untuk mencapai tujuan.
2.6
Pendekatan
dalam Pemecahan Masalah Sosial
Aspek kehidupan manusia itu sangatlah kompleks, baik dilihat dari
aspek penyebarannya, aspek tingkat kebudayaannya, aspek tingkat ekonominya,
aspek politiknya, dan sebagainya. Sehingga permasalahan kehidupannya juga
sangat bervariasi.
Ada beberapa pendekatan yang digunakan untuk memecahkan
masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat antara lain :
1.
Pendekatan
Ekologi
Pendekatan ekologi pada suatu masalah sosial, yaitu pendekatan yan
didasarkan atas konsep dan prinsip ekologi. Penelitian masalah sosial dengan
pendekatan ekologi berarti menelaah masalah sebagai hasil interelasi antara
masyarakat manusia pada suatu ekosistem. Pengaruh manusia terhadap lingkungan
dan sebaliknya pegaruh lingkungan terhadap kehidupan manusia diteliti dan
dikaji, selanjutnya interelasi kedua komponen tersebut dikaji sampai sejauh
mana telah menimbulkan masalah sosial. Merupakan kebenaran pokok bahwa relasi
manusia dan lingkungan dewasa ini bahwa : “Manusia merupakan bagian dari alam,
bukan penguasa alam.” (Ehrlinch dan Paul.R.
1973 : 4).
Aspek komponen manusia meliputi : aspek demografis, sosial-ekonomi,
sosial-budaya, sosial-historis, sosial psikologis, dan aspek sosial
politiknya. Sedangkan komponen
lingkungan meliputi aspek-aspek : kesuburan tanah, organisme, hidrografi,
iklim, dan mineral.
Selanjutnya dari data diatas dianalisis dengan kuantitatif dan
kualitatif apakah faktor-faktor tersebut yang menyebabkan terjadinya masalah
sosial. Selain itu harus dianalisis pula relasi antara komponen manusia dengan
lingkungan dalam menjamin kehidupan manusia dan dalam mendorong terjadinya
masalah sosial. Manusia cenderung menyederhanakan keadaan unsur-unsur ekosistem
sehingga keadaan ekosistem menjadi labil dan mudah goncang. Kegoncangan inilah
yang menyebabkan terjadinya ketimpangan ekologi yang dapat menimbulkan masalah
sosial yang mengancam kehidupan manusia.
2.
Pendekatan
Sistem
Pendekatan sistem (System Approach) masalah sosial, yaitu suatu
pendekatan yang menetapkan bahwa masalah sosial tersebut sebagai suatu sistem.
Sistem adalah suatu rangkaian gejala yang dihubungkan satu sama lain oleh suatu
proses umum.
Pada pendekatan sistem, masalah sosial yang dikaji sistem masalah
sosial di masyarakat, masalah-masalah yang timbul dan terjadi di masyarakat
tidak lepas dari satu sama lain. Masalah kependudukan terkait dengan masalah
ekonomi, masalah ekonomi terkait dengan masalah budaya, dan seterusnya. Satu masalah
berkaitan dengan masalah lainnya membentuk suatu sistem masalah . Pada keadaan
seperti itulah masalah sosial dikaji melalui pendekatan sistem.
3.
Pendekatan
Interdisipliner
Pendekatan interdisipliner adalah masalah sosial yang dianalisis,
dikaji dalam berbagai disiplin ilmu sosial serentak dalam dalam waktu yang
sama. Masalah sosial yang kompleks sesuai dengan subsistem masalahnya,
diungkapkan dari berbagai disiplin akademis seperti sejarah, ekonomi, geografi,
psikologi, bahkan dari disiplin akademis yang lain seperti biologi, kedokteran,
IPA, dan sebagainya.
Pendekatan sistem tidak bisa dipisahkan dengn pendekatan
interdisipliner. Pendekatan sistem yang menggunakan disiplin akademis yang
jamak disebut pendekatan interdispliner. Sedangkan pendekatan interdisipliner
yang menetapkan suatu masalah yang sedang didekati dan dianalisis sebagai satu
sistem disebut pendekatan sistem.
Pada hakikatnya pendekatan interdisipliner adalah pendekatan
multidisipliner, karena pendekatan ini berlandaskan cara berpikir manusia yang
multidimensional. Manusia jika akan mengadakan evaluasi terhadap suatu gejala
atau masalah selalu ditinjau dari berbagai aspek (multidimensional). (Soetomo. 2008)
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, masalah berarti sesuatu yang harus diselesaikan
atau dipecahkan. Masalah merupakan
suatu keadaan yang bersumber dara hubungan antar dua faktor atau lebih situasi yang
membingungkan. Sedangkan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sosial
berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa masalah sosial merupakan suatu masalah
atau persoalan yang harus diselesaikan
yang berhubungan dengan nilai-nilai sosial dan lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Banyak sekali faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya masalah
diantaranya faktor ekonomi, faktor budaya, faktor biologis, dan faktor
psikologis. Setiap masalah sosial yang terjadi pasti ada solusinya dan dapat
terselesaikan melalui beberapa pendekatan yaitu pendekatan ekologi, pendekatan
sistem, dan pendekatan interdisipliner.
3.2
Saran
Untuk menghadapi masalah sosial dibutuhkan sikap
yang bijaksana dan cermat dalam meneliti sebuah masalah sosial itu. Tidak sedikit
masalah sosial dikaitkan dengan suasana hati seseorang, oleh karena itu kita
harus berusaha menyikapi suatu masalah sosial dengan baik. Tidak menghakimi
seseorang yang tersangkut masalah sosial secara langsung, karena Indonesia
memiliki hukum yang baik untuk mengatasi hal-hal seperti itu. Dan sebaiknya
untuk para remaja di sarankan untuk memilih teman pergaulan yang tidak memiliki
pergaulan yang menyimpang, karena seorang anak remaja lebih mudah untuk
dipengaruhi.
DAFTAR
PUSTAKA
Darsono, dkk. 2017. Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta : Dikti Kemendikbud.
Djamari,dkk.
1991. Materi Pokok Pendidikan IPS 1. Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi
Mulyani,dkk. 2009. Pendidikan
IPS di SD. Bandung : UPI Press
Soetomo. 2008. Masalah social dan
Upaya Pemecahannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Tangdilintin,
Paulus dkk. 2014. Mengenal Masalah
Sosial. Jurnal Pendidikan Universitas Terbuka Vol 2 (302) : Hal 1-49
Winataputra,
Udin S.,dkk. 2008. Materi dan Pembelajaran IPS SD. Jakarta : Universitas
Terbuka