Wikipedia

Search results

MAKALAH MASALAH-MASALAH SOSIAL




COVER...................................................................................................................  i
DAFTAR ISI........................................................................................................  1
BAB I  PENDAHULUAN...................................................................................  2
1.1  Latar Belakang...................................................................................  2
2.1  Rumusan Masalah..............................................................................  3
3.1  Tujuan..................................................  .............................................. 3
BAB II  PEMBAHASAN
2. 1   Pengertian Masalah Sosial.................................................................  4
2. 2   Penyebab Masalah Sosial...................................................................  4
2. 3   Jenis Masalah Sosial...........................................................................  5
2. 4   Teori Sosial........................................................................................   7
2. 5   Masalah-Masalah Sosial di Lingkungan Sekitar...............................  17
2. 6   Pendekatan dalam  Pemecahan Masalah Sosial................................  20
BAB III  PENUTUP                                                
3.1     Kesimpulan.......................................................................................  23
3.2     Saran.................................................................................................  23
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................  24














BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Manusia dilahirkan sebagai makhluk individu, selain itu manusia disebut juga sebagai makhluk sosial, dimana manusia tidak akan lepas dari pengaruh lingkungannya. Manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia lain atau disebut juga interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan suatu fondasi dari hubungan yang berupa tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan dalam masyarakat. Dengan adanya nilai dan norma yang berlaku, interaksi sosial itu sendiri dapat berlangsung dengan baik.
Didalam kehidupan sehari-hari tentunya manusia tidak lepas dari hubungan antara satu dengan yang lainnya, iya akan selalu perlu untuk mencari individu atau kelompok lain untuk dapat berinteraksi atau bertukar pikiran. Menurut Prof.Dr.Soerjono Soekamto, interaksi sosial merupakan kunci rotasi semua kehidupan sosial. Dengan tidak adanya komunikasi atapun interaksi antar satu sama lain maka tidak mungkin ada kehidupan bersama.
Dalam berinteraksi dikehidupan bermasyarakat, serta individu diwajibkan untuk memiliki kesadaran akan kewajibannya sebagai anggota kelompok masyarakat. Jika tidak adanya kesadaran atas pribadi masing-masing, maka proses sosial itu sendiri tidak dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu jika proses sosial tidak berjalan dengan baik maka akan timbul masalah sosial. Masalah sosial dipandang oleh sejumlah orang dalam masyarakat sebgai suatu kondisi yang tidak diharapkan.
Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Sumber masalah, yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus, seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.

1.2    Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan masalah sosial?
2.      Apa penyebab masalah sosial?
3.      Apa jenis-jenis masalah sosial?
4.      Apa saja jenis teori sosial?
5.      Apa saja masalah-masalah sosial di lingkungan sekitar?
6.      Melalui pendekatan apa saja yang digunakan dalam pemecahan masalah sosial?
1.3  Tujuan
1.      Menjelaskan tentang pengertian masalah sosial
2.      Menyebutkan tentang penyebab masalah sosial
3.      Menyebutkan tentang jenis-jenis masalah sosial
4.      Menyebutkan tentang jenis teori sosial
5.      Menyebutkan tentang pembagian masalah-masalah sosial di lingkungan sekitar
6.      Menyebutkan tentang beberapa pendekatan yang digunakan dalam pemecahan masalah sosial














BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Masalah Sosial
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, masalah berarti sesuatu yang harus diselesaikan atau dipecahkan. Masalah merupakan suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih situasi yang membingungkan. Umumnya masalah disadari “ada” saat merasakan bahwa keadaan yang ia hadapi tidak sesuai dengan apa yang dia inginkan. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sosial berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat. Sosial merupakan segala sesuatu perilaku manusia yang menggambarkan hubungan non individualis. Istilah tersebut sering dibandingkan dengan cabang-cabang kehidupan manusia dan masyarakat dimanapun. Pengertian sosial ini merujuk pada hubungan-hubungan manusia dengan organisasi untuk mengembangkan diri.
Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa masalah sosial merupakan suatu masalah atau persoalan yang harus diselesaikan yang berhubungan dengan nilai-nilai sosial dan lembaga-lembaga kemasyarakatan. Masalah sosial dipandang oleh sejumlah orang dalam masyarakat sebagai suatu kondisi yang tidak diharapkan. Masalah sosial berkaitan erat dengan hal-hal yang mengganggu kedamaian didalam suatu kelompok masyarakat.
2.2  Penyebab Masalah Sosial
Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Sumber masalah sosial, yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus, seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.
Penyebab masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 jenis faktor, anatara lain sebagai berikut:
1.      Faktor ekonomi
Faktor ekonomi merupakan faktor terbesar penyebab terjadinya masalah sosial. Krisis global dan PHK mulai terjadi diberbagai tempat dan dapat memicu tindak kriminal. Masalah tersebut didorong adanya ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak, misalnya pengangguran, anak jalanan, dan lain-lain.
2.      Faktor Budaya
Masalah sosial yang disebabkan oleh faktor budaya dipiu karena adanya ketidaksesuaian pelaksanaan nilai, norma, dan kepentingan sosial akibat adanya proses perubahan sosial dan pola masyarakat heterogen/multikultural. Contoh masalah ini seperti kenakalan remaja, konflik antar suku, diskriminasi gender, dan bahkan pengakuan hak milik kebudayaan lintas negara.
Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah sosial yang disebabkan oleh faktor budaya. Masalah sosial ini, sulit dihilangkan karena remaja suka mencoba hal-hal baru yang berdampak negatif seperti narkoba.
3.      Faktor Biologis
Masalah ini dapat timbul akibat adanya ketidaksesuaian keadaan lingkungan yang berpotensi menimbulkan ketidakstabilan kondisi biologis masyarakat, seperti adanya wabah penyakit menular, virus penyakit baru, dan makanan beracun. Penyakit menular dapat menimbulkan masalah sosial jika penyakit tersebut sudah menyebar di suatu wilayah.
4.      Faktor Psikologis
Alirat sesat banyak terjadi di Indonesia dan meresahkan masyarakat walaupun sudah banyak yang ditangkap dan dibubarkan tapi aliran sesat masih banyak bermunculan di masyarakat sampai saat ini. Selain aliran sesat, faktor psikologis yang menjadi faktor timbulnya masalah sosial yaitu sakit jiwa, lemah ingatan, sukar menyesuaikan diri, dan lain-lain. (Darsono, 2017)

2.3  Jenis-Jenis Masalah Sosial
1. Masalah sosial akibat faktor ekonomi
Salah satu faktor utama penyebab masalah sosial di Indonesia yaitu faktor ekonomi. Banyaknya jumlah penduduk tidak sebanding dengan pertumbuhan jumlah lapangan kerja yang memadai sehingga angka pengangguran semakin meningkat. Selain itu, persebaran penduduk sangat tidak merata antara di kota dengan di desa. Kesenjangan ekonomi juga sangat jauh, mengakibatkan di beberapa daerah menjadi rentan akan kriminalitas. Hal ini didukung dengan kurangnya pendidikan moral sehingga banyak orang yang menghalalkan segala cara demi mendapatkan uang.
Keadaan ekonomi yang kurang baik dan juga kesenjangan juga dapat menimbulkan adanya iri hati antar anggota masyarakat sehingga dapat terjadi interaksi berupa masalah sosial yang tidak dikehendaki. Rendahnya kemampuan ekonomi masyarakat dapat menyebabkan rendahnya rata-rata tingkat pendidikan sehingga hal ini akan semakin memicu permasalahan-permasalahan lainnya. Faktor ekonomi memang dapat dijadikan acuan termudah untuk menentukan apakah masyarakat di negara tersebut sudah maju atau belum.
2. Masalah sosial akibat faktor biologis         
Faktor biologis yang dapat menyebabkan terjadinya masalah sosial misalnya wabah penyakit yang menular, gizi buruk, dan lain sebagainya. Hal ini dapat berkaitan juga dengan rendahnya tingkat ekonomi atau tingginya angka kemiskinan. Penyakit dapat muncul akibat adanya faktor-faktor biologis. Kurangnya fasilitas kesehatan dan kebersihan yang ada dapat menyebabkan munculnya penyakit menular di suatu wilayah. Selain itu, ketidaksadaran masyarakat akan bahaya hal ini menyebabkan pertumbuhan penyakit sulit untuk dihentikan. Di beberapa daerah juga kekurangan sumber air bersih sehingga dapat mempengaruhi manusia yang selalu ingin untuk mempertahankan diri sendiri. Hal ini tentu dapat menyebabkan konflik yang tidak dikehendaki.
3. Masalah sosial akibat faktor biopsikologis
Faktor berikutnya yang dapat menyebabkan permasalahan sosial di lingkungan masyarakat yaitu faktor biopsikologis, atau faktor yang berhubungan dengan pola pikir masyarakat terkait. Pola pikir masyarakat sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang ditanamkan, sejarah masyarakat, lingkungan pergaulan, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, dan lainnya.
Contohnya adalah adanya salah satu anggota masyarakat yang ingin menyebarkan pemahaman mengenai aliran sesat. Hal ini dapat menimbulkan perpecahan dan pertentangan konflik keinginan antar anggota masyarakat dan meresahkan anggota masyarakat lainnya. Faktor psikologis ini cukup sulit untuk dicari akarnya dan diselesaikan karena berkaitan dengan kondisi emosi masing-masing manusia, yang susah diatur oleh hukum atau aturan lainnya yang berlaku. Untuk itu, pengawasan dan pendidikan moral yang baik di lingkungan keluarga sangatlah diperlukan.
4. Masalah sosial akibat faktor kebudayaan
Keragaman kebudayaan di Indonesia merupakan suatu kebanggaan. Namun rupanya faktor budaya juga dapat menyebabkan terjadinya masalah sosial di masyarakat. Hal ini terjadi akibat adanya perbedaan nilai-nilai yang dianut antara satu orang dengan orang yang lainnya atau adanya perubahan nilai di masyarakat. Penyebabnya dapat karena adanya pengaruh dari kebudayaan luar yang tidak sesuai, atau nilai-nilai baru yang dianggap membahayakan. (Mulyani, 2009)



2.4    Teori Sosial
1)    Teori Fungsionalisme Struktural
Teori fungsionalisme struktural menganggap stratifikasi sosial atau hierarki sebagai sebuah keniscayaan. Setiap masyarakat bekerja dalam sebuah sistem yang terstratifikasi dan semuanya berfungsi sesuai kebutuhan sistem sosial. Singkatnya, stratifikasi merupakan kebutuhan dari sebuah sistem. Perlu digarisbawahi bahwa stratifikasi bukan tentang seseorang yang menempati ’jabatan’ tertentu, tapi tentang posisi sosial dalam sebuah sistem. Setiap posisi bisa diibaratkan organ tubuh, maka ada jantung, hati, ginjal, dan sebagainya. Semua organ bekerja memenuhi kebutuhan fungsional bagi tubuh. Jika salah satu posisi sosial tidak berfungsi, sistem sosial akan kacau. Masyarakat mengalami disorganisasi.
Gagasan inti: Sistem sosial ibarat organ tubuh
Tokoh: Emile Durkheim, Talcott Parsons

2)        Teori Konflik
Teori konflik berkembang sebagai reaksi teori fungsionalisme struktural. Teori konflik memiliki akar tradisi dari Marxian. Teori konflik melihat relasi sosial dalam sebuah sistem sosial sebagai pertentangan kepentingan. Masing-masing kelompok atau kelas memiliki kepentingan yang berbeda. Perbedaan kepentingan ini ada karena beberapa sebab: Pertama, manusia memiliki pandangan subjektif terhadap dunia. Kedua, hubungan sosial adalah hubungan saling memengaruhi atau orang mempunyai efek pengaruh terhadap orang lain. Ketiga, efek pengaruh tersebut merupakan potensi konflik interpersonal. Dengan demikian stratifikasi sosial berisi relasi yang sifatnya konfliktual.
Gagasan inti: Struktur relasi sosial dibentuk oleh konflik kepentingan
Tokoh: Karl Marx, Randal Collins

3)        Teori Pertukaran
Teori pertukaran merupakan teori perilaku sosial (behavioral). Teori ini mengangap perilaku manusia (aktor) membentuk pola hubungan antara lingkungan terhadap aktor. Perilaku manusia disambut reaksi dari lingkungan yang kemudian memengaruhi balik perilaku setelahnya. Jadi, hubungannya adalah dari aktor ke lingkungan, balik lagi ke aktor. Lingkungan, baik sosial atau fisik dimana perilaku aktor eksis, memengaruhi balik perilaku aktor. Reaksi lingkungan bisa positif, negatif, atau netral. Jika positif, aktor cenderung akan mengulangi perilakunya di masa depan pada situasi sosial yang serupa. Jika negatif, aktor cenderung akan mengubah perilakunya. Contoh sederhana adalah siswa yang datang ke sekolah pakai seragam. Reaksi lingkungan menerima, apalagi diperkuat oleh aturan. Maka siswa tersebut cenderung berpakaian seragam lagi keesokan harinya.
Gagasan inti: Perilaku manusia adalah hasil pertukaran dengan reaksi lingkungannya.
Tokoh: Georg Homans, Peter Blau
4)        Teori Dramaturgi
Teori dramaturgi sebagai teori sosiologi memahami dunia sosial melalui interaksi sosial. Dalam proses interaksi sosial, konsep diri (the self) dibentuk melalui interaksi sengan orang lain dalam situasi sosial tertentu. Pendekatan dramaturgis membagi dunia menjadi dua: depan panggung dan belakang panggung. Interaksi sosial kebanyakan terjadi di depan panggung. Diri bukan dimiliki oleh aktor, melainkan produk dari interaksi dramaturgis antara aktor dan audiens. Audiens bisa berupa lawan bicara, orang sekitar, atau dunia sosial secara lebih luas. Ketika berinteraksi di depan panggung, aktor mengatur tampilan dirinya sedemikian rupa agar diterima oleh audiens. Pengaturan ini disebut manajemen impresi, yaitu menciptakan kesan agar diterima secara sosial. Dalam interaksi sosial di kehidupan sehari-hari, aktor senantiasa menampilkan dirinya. Diri di luar manajemen impresi akan tampak ketika aktor berada di belakang panggung.
Gagasan inti: Dunia ini panggung sandiwara
Tokoh: Erving Goffman
5)        Teori Interaksionisme Simbolik
            Prinsip dasar teori interaksionisme simbolik adalah manusia memiliki kapasitas untuk berpikir dan pemikirannya dibentuk oleh interaksi sosial. Dalam proses interaksi, manusia mempelajari makna dan simbol-simbol yang mengarahkannya pada kapasitas menjadi berbeda dengan lainnya. Makna dan simbol memungkinkan manusia untuk bertindak dan berinteraksi secara berbeda, misalnya cara orang memaknai kesuksesan berbeda-beda atau perbedaan bahasa yang digunakan setiap suku juga berbeda. Manusia mampu memodifikasi atau mengubah makna yang mereka gunakan dalam proses interaksi sesuai interpretasi atas situasi sosial. Mengubah makna dan simbol dilakukan dengan pertimbangan untung rugi, kemudian memilih salah satunya. Perbedaan pola tindakan dan interaksi menciptakan perbedaan kelompok dalam masyarakat.
Gagasan inti: Pemikiran seseorang dibentuk oleh interaksi sosial
Tokoh: Herbert Blumer

6)        Teori Marxian
Sebenarnya teori sosiologi marxian merupakan sebutan bagi beberapa penjelasan teoritis yang terispirasi dari Karl Marx. Misalnya, konsep Marx tentang alienasi yang digunakan untuk menjelaskan kondisi manusia modern dibawah sistem ekonomi kapitalistik. Maka, kita bisa menyebut bahwa konsep alienasi merupakan teori marxian. Penekanan pada terori marxian adalah asumsi-asumsi lama seperti pertentangan dua kelas besar, borjuis dan proletar, menginspirasi penjelasan terhadap fenomena-fenomena modern. Sebagai konsekuensinya, teori marxian selalu dipertanyakan relevansi keabsahannya dalam menjelaskan fenomena sosial yang lebih kontemporer. Teori konflik yang dicetuskan Marx merupakan poros utama teori marxian.
Gagasan inti: Marx dan marxisme adalah poros utama
Tokoh: Karl Marx
7)        Teori Neomarxian
Teori neomarxian merupakan reaksi, kritik dan refleksi dari ide-ide atau konsep yang datang dari teori marxian. Refleksi ide-ide tersebut tidak tunggal melainkan bervariasi sehingga teori neomarxian memiliki beragam variasi. Beberapa varian dari teori neomarxian antara lain: teori kritis, marxisme berorientasi historis, sosiologi ekonomi, dan ekonomi deterministik. Teori neomarxian tidak sekadar menolak asumsi-asumsi dasar pada teori marxian, melainkan juga menjadikannya pijakan untuk memperluas dan mengembangkan konsep-konsep barunya. Sebagai contoh, konsep tentang komoditas yang dalam teori marxian diletakkan sebagai pusat masalah struktural dalam masyarakat ekonomi kapitalis, memproduksi fetisisme komoditas dalam institusi ekonomi. Teori neomarxian mengembangkan konsep fetisisme komoditas agar bisa diaplikasikan di semua elemen, termasuk negara dan hukum yang dapat dilihat sebagai produk komoditas.
Gagasan inti: Reaksi ide-ide teori marxian
Tokoh: Georg Lukacs, The Frankfurt School
8)        Teori Strukturalisme
Teori strukturalisme menekankan pada pentingnya struktur dalam memengaruhi atau bahkan menentukan tindakan manusia. Stuktur merupakan elemen tak kasat mata yang mengatur tindakan seseorang. Terdapat perdebatan mengenai dimana sebenarnya struktur berada. Struktur bisa berada di tempat yang dalam seperti pada pemikiran manusia. Ada pula yang mengatakan, struktur berada di luar individu seperti struktur sosial berupa norma dan nilai. Pendapat lain mengatakan struktur terdapat dalam bahasa seperti pada studi-studi linguistik. Tidak menutup kemungkinan pula struktur berada dalam relasi antara individu dengan struktur sosial. Teori strukturalisme meletakkan struktur sebagai faktor determinan dari tindakan sosial.
Gagasan inti: Tindakan manusia ditentukan oleh sistem struktur
Tokoh: Karl Marx, Sigmund Freud, Claude Levi Strauss
9)        Teori Poststrukturalisme
Sebagaimana halnya teori neomarxian yang merupakan reaksi dari ide-ide marxian, teori poststrukturalisme merupakan reaksi dari teori strukturalisme. Saat teori strukturalisme berkembang dalam disiplin sosiologi, teori poststrukturalisme muncul dari luar disiplin sosiologi. Teori poststrukturalisme menerima pentingnya struktur tetapi melampaui penjelasan bahwa tindakan sosial dipengaruhi oleh struktur sosial. Teori poststrukturalisme menjelaskan lebih jauh bahwa diatas struktur terdapat relasi kuasa yang berhubungn dengan pengetahuan. Ada pendapat bahwa asumsi ini menjadi pijakan lahirnya postmodernisme, meskipun sebenarnya sangat sulit menarik garis besar dan menjelaskan relasi antara keduanya
Gagasan inti: Diatas struktur ada relasi kuasa
Tokoh: Michel Foucault

10)    Teori Modernisme
Teori modernisme dapat dideskripsikan melalui jargon-jargon yang muncul pada era filsafat modern seperti, kemajuan, rasionalitas, dan kesadaran. Teori modernisme selalu berorientasi pada kemajuan dan apapun yang mendapat label kemajuan atau progres selalu dianggap lebih baik. Sebagai contoh, pembangunan infrastruktur sebagai proses modernisasi cenderung dilihat sebagai periode historis yang lebih baik dibanding sebelumnya. Kondisi kekinian yang mengalami proses pembaruan senantiasa berada dalam tahap kemajuan. Teori modernisme percaya pada perkembangan sejarah yang linier, dari primitif menuju modern, dari keterbelakangan menuju kemajuan. Pada poin ini, terdapat pengaruh positivisme pada teori modernisme. Modernisme membawa peradaban umat manusia pada era modern yang saat ini sering disebut oleh para ilmuwan sebagai era ’modernisme tingkat lanjut’, ’modernitas sebagai projek yang belum kelar’, ’masyarakat resiko’, dan lain sebagainya.
Gagasan inti: Kita sedang berada di era modern
Tokoh: Jurgen Habermas, Anthony Giddens, Zygmun Baumann
11)    Teori Postmodernisme
Teori postmodernisme berpijak pada pertanyaan apakah kondisi dunia saat ini masih relevan disebut sebagai era modern, sedangkan dunia tampak memperlihatkan karakter-karakter yang berbeda dari era sebelumnya. Munculnya teori postmodernisme secara simbolik menandai akhir dari modernisme, bagitu setidaknya pendapat para pendukung postmodernisme. Teori postmodernisme tidak hanya muncul sebagai kritik, tetapi juga menyudahi, mendeklarasikan era baru yang belum pernah ada sebelumnya. Terdapat perbedaan pendapat apakah era baru ini keberlanjutan dari modernitas atau era yang benar-benar baru. Teori postmodernisme sering diebut pula sebuah gerakan intelektual radikal karena membongkar topeng-topeng kepalsuan modernisme. Misalnya, modernisme mengatakan kemajuan adalah penanda peradaban yang lebih baik. Postmodernisme menolak pandangan seperti itu. Teori postmodernisme meletakkan ketidakpercayaan mada metanarasi modernisme.
Gagasan inti: Modernisme telah mati
Tokoh: Jean Francois Lyotard, Jean Boudrillard, Fredric Jameson
12)    Teori Kritis
Teori kritis dicetuskan olek kelompok intelektual neomarxist yang belakangan dikenal dengan nama The Frankfurt School. Ide-ide teori kritis dipengaruhi oleh Karl Marx, namun sekaligus mengkritik balik fondasi teori marxisme yang menurutnya tak pernah memuaskan. Teori kritis mengritik determinisme ekonomi, positivisme, modernisme, dan bahkan sosiologi. Teori kritis juga mengklaim melakukan autokritik sebagai bagian dari operasionalisasi teorinya. Terhadap marxisme, menurut teori kritik, teori marxian mendistorsi ide-ide orisinal Karl Marx karena menginterpretasi dengan cara yang mekanistis. Teori sosiologi marxian mereduksi analisis sosial kedalam penjelasan yang sifatnya ekonomistik dan mengabaikan aspek lain dalam hidup yang tidak kalah penting yaitu kultural.
Gagasan inti: Kritik teori atas teori
Tokoh: Max Horkheimer, Theodor Adorno, Herbert Marcuse
13)    Teori Konstruksi Sosial
Teori konstruksi sosial melihat realitas dalam sistem sosial diciptakan melalui interaksi timbal balik yang menghasilkan sistem nilai dan keyakinan. Sistem nilai dan keyakinan tersebut dipraktikkan dan diperankan berulang-ulang oleh aktor sosial sehingga melekat dalam sistem yang kemudian dianggap sebagai realitas. Realitas tersebut masuk kedalam individu-individu melalui proses internalisasi, dipraktikkan berulang melalui proses yang disebut eksternalisasi hingga melekat dalam institusi sistem sosial. Proses institusionalisasi membawa pengetahuan dan konsepsi manusia tentang realitas melekat dalam struktur masyarakat yang telah diciptakan. Realitas tersebut dianggap sudah demikian adanya padahal diciptakan. Oleh karena itu, teori konstruksi sosial melihat realitas disebut sebagai produk dari konstruksi sosial.
Gagasan inti: Kenyataan adalah konstruksi sosial
Tokoh: Peter L. Berger, Thomas Luckmann
14)    Teori Feminisme
Teori feminisme merupakan generalisasi sistem ide tentang kehidupan sosial dan pengalaman manusia yang dikembangkan dari perspektif perempuan. Perspektif perempuan dalam teori feminisme merupakan pusat dalam mendeskripsikan dunia sosial. Sebagai pusat, situasi dan pengalaman sosial yang ditangkap selalu merujuk pada sudut pandang perempuan. Pekembangan teori feminis yang berangkat dari perlunya melihat perspektif perempuan didasarkan pada asumsi bahwa pengetahuan tentang dunia yang berkembang selama ini cenderung memarjinalkan perspektif perempuan. Pemosisian subordinat perempuan dalam diskursus sosial, budaya, politik, ekonomi, dan filsafat mengakibatkan terpinggirkannya perempuan dalam praktik. Akhirnya, muncul dominasi, hegemoni, diskriminasi terhadap kaum perempuan. Teori feminisme sebagai teori sosiologi menantang sistem dominasi yang memarjinalkan kaum perempuan.
Gagasan utama: Melawan dominasi terhadap perempuan
Tokoh: Harriet Martineau
15)    Teori Globalisasi
Teori globalisasi menekankan pentingnya melihat relasi timbal balik atara lokal dan global dalam menganalisis fenomena sosial. Secara garis besar, globalisasi dapat dikategorikan ke dalam tiga dimensi teori: ekonomi, politik dan kultural. Dimensi ekonomi mengkaji fenomena ekonomi pasar global di era neoliberalisme serta perlawanannya dari perspektif marxian. Dimensi politik globalisasi melihat peran negara bangsa di era globalisasi. Dimensi kultural mengkaji implikasi kultural globalisasi pada tataran lokal dan sebaliknya. Dalam sosiologi, dimensi kultural teori sosiologi globalisasi melahirkan beberapa konsep utama, seperti penyatuan, penyebaran atau hybrid, dan pembedaan kultur antar masyarakat atau negara bangsa.
Gagasan inti: Relasi timbal balik antara lokal dan global
Tokoh: Antonio Negri, Michael Hardt


16)    Teori Pembangunan
Teori pembangunan mengusung ideologi developmentalisme. Konteks teori ini berada pada tataran negara atau regional. Asumsi dasar yang dibangun adalah kemajuan suatu negara sangat tergantung pada investasi yang diorientasikan untuk memajukan ekonomi suatu negara. Faktor ekonomi menjadi pemimpin untuk menciptakan stabilitas sosial dan politik hingga tercapai kemajuan kehidupan masyarakat yang ideal. Pertumbuhan ekonomi terletak di jantung teori pembangunan. Tipikalnya, teori ini diusung oleh negara-negara maju untuk diterapkan di negara-negara berkembang. Secara eksplisit negara maju menghendaki dibukanya pintu investasi di negara-negara berkembang dengan tujuan agar negara berkembang dapat mengejar ketertinggalan. Pertumbuhan ekonomi, sekali lagi, menjadi kuncinya.
Gagasan inti: Pertumbuhan ekonomi akan menciptakan kesejahteraan sosial
Tokoh: W. W. Rostow
17)    Teori Ketergantungan
Teori ketergantungan merupakan reaksi dari teori pembangunan atau ideologi developmentalisme yang diusung oleh negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa Barat. Teori ketergantungan lahir di Amerika Latin, musuh Amerika Serikat saat perang dingin. Asumsi dasar teori ketergantungan adalah bahwa investasi dan segala bantuan atau pinjaman finansial yang digelontorkan oleh negara maju, alih-alih menciptakan kemajuan, justru menciptakan ketergantungan negara-negara berkembang. Konsekuensinya, negara berkembang tidak akan pernah berdaulat, melainkan berada di pinggiran, di dunia ketiga. Kekuasaan negara maju atas negara berkembang dipandang oleh teori ketergantungan sebagai bentuk kolonialisme dan imperialisme baru. Sama dengan teori pembangunan, teori ketergantungan selalu berada pada konteks negara atau regional.
Gagasan inti: Investasi asing merupakan bentuk imperialisme baru
Tokoh: Andre Gunder Frank
18)    Teori Konsumsi
Teori konsumsi muncul pada era Revolusi Industri namun tidak berkembang secara signifikan dalam disiplin sosiologi. Baru pada kelahiran postmodernisme, teori konsumsi menjadi populer. Teori postmodernisme sering melihat masyarakat kontemporer sebagai masyarakat konsumsi. Berkembangnya teori konsumsi berimplikasi pada menurunnya analisis sosial pada aspek produksi dalam melihat kelas, kultur, dan fenomena sosial. Kelas sosial, dalam perspektif teori sosiologi konsumsi tidak lagi ditentukan oleh moda produksi, proses produksi, kepemilikan alat produksi, melainkan oleh moda konsumsi dan gaya hidup. Memasuki era digital, teori konsumsi semakin mendapat panggung, seperti munculnya konsep Prosumer dimana perilaku manusia seakan tak henti dalam dalam proses produksi dan konsumsi.
Gagasan inti: Masyarakat kontemporer adalah masyarakat konsumsi.
Tokoh: Jean Baudrillard
19)    Teori Jejaring Aktor
Teori jejaring aktor merupakan salah satu varian dari teori sosiologi jaringan yang lebih luas. Teori ini relatif baru dalam sosiologi. Teori jejaring aktor melihat peran jejaring atau network dalam memengaruhi tindakan sosial. Individu hanyalah bagian dari jejaring sosial yang lebih luas. Perlu digarisbawahi, teori ini tidak hanya membicarakan agensi individu, melainkan juga struktur jaringan yang sering kali bukan manusia. Internet dan kecerdasan artifisial melibatkan peran mesin yang signifikan. Melaui pendekatan teori jejaring aktor, agensi individu menjadi komponen kecil yang terkoneksi satu sama lain. Manusia masuk pada dunia postsosial, posthuman karena jejaring berperan lebih signifikan dalam menentukan tindakan sosial. Perkembangan teori jejaring aktor sebagai teori sosiologi menciptakan beberapa konsepsi baru di era kontemporer, seperti masyarakat jejaring, jejaring sosial dan sebagainya.
Gagasan ini: Individu adalah komponen jejaring yang saling terkoneksi
Tokoh: Manuel Castells
20)    Teori Sistem
Asumsi dasar teori sistem adalah dunia secara keseluruhan merupakan sebuah sistem dan dunia sosial memiliki sistemnya sendiri yaitu komunikasi. Komunikasi diproduksi oleh masyarakat. Salah satu kata kunci dalam teori sistem adalah kompleksitas. Perlu dipahami terlebih dahulu bahwa sistem selalu berada di lingkungan dan sistem selalu lebih sederhana ketimbang lingkungannya. Dengan kata lain, lingkungan selalu lebih kompleks ketimbang sistem. Teori sistem sebagai teori sosiologi mengatakan semua dimensi kehidupan merupakan sebuah sistem, dari sel biologis, ekonomi pasar, sampai kehidupan sosial secara keseluruhan. Apa yang membuat sistem bekerja adalah nilai yang diproduksi oleh elemennya. Misalnya, sebuah sistem ekonomi pasar, memiliki elemen dasar yaitu uang. Uang menjadi bernilai dalam sebuah sistem ekonomi pasar karena sistem memproduksi nilai. Sulit membayangkan bahwa uang bernilai pada dirinya sendiri karena uang tanpa sistem hanyalah secarik kertas.
Gagasan inti: Dunia berada dalam sebuah kompleksitas sistem
Tokoh: Niklas Luhmann
2.5    Masalah-Masalah Sosial Di Lingkungan Sekitar
1.      Masalah-Masalah dalam Lingkup Lokal
Masalah-masalah dalam lingkup lokal adalah masalah-masalah yang dialami oleh seseorang dalam interaksinya dengan masyarakat.  Masalah-masalah sosial ini dapat berupa :
a)      Kemiskinan
Masalah kemiskinan ini bisa dialami oleh seseorang maupun sekelompok orang dalam suatu wilayah tertentu. Biasanya masalah kemiskinan muncul karena tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan hidup yang paling mendasar atau kebutuhan primer yaitu sandang, pangan, dan papan.
b)      Masalah Keluarga
Dalam masalah keluarga biasanya yang muncul adalah masalah disorganisasi keluarga, yaitu perpecahan keluarga sebagai suatu unit. Hal ini disebabkan karena anggota keluarga gagal memenuhi kewajibannya sesuai dengan peranan sosialnya.
c)      Pengangguran
Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja atau tidak mempunyai pekerjaan saat mereka termasuk dalam usia produktif. Hal ini bisa terjadi karena mereka malas bekerja atau karena baru saja diberhentikan dari pekerja annya.
d)     Pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat
Bentuk masalah sosial yang disebabkan karena melanggar norma-norma yang berlaku dalam masyarakat bermacam-macam.
e)      Kejahatan atau Kriminalitas
Masalah kemiskinan pada akhirnya juga akan berdampak pada masalah-masalah yang lain, seperti timbulnya kejahatan, kriminalitas, dan sebagainya. Dalam kondisi yang tidak memiliki apa-apa, akan mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk berbuat jahat.

2.      Masalah-Masalah dalam Lingkup Nasional
Masalah-masalah dalam lingkup nasional adalah masalah-masalah yang dialami oleh masyarakat dalam suatu wilayah tertentu namun akibatnya akan dirasakan oleh seluruh bangsa dalam suatu wilayah negara. Masalah-masalah sosial ini dapat berupa :
a)      Kemiskinan
Kemiskinan bisa menjadi masalah dalam lingkup lokal, namun bisa juga menjadi masalah dalam lingkup nasioanal. Ketika kemiskinan itu dialami oleh sekelompok orang dalam suatu wilayah tertentu, dan berdampak luas sampai pada negara, maka kemiskinan tersebut bisa dikategorikan dalam lingkup nasioanl. Misalnya, terjadi bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, tanah longsor, gunung meletus banjir, banjir lumpur panas Sidoarjo, dan sebagainya. Bencana-bencana alam yang hebat tersebut dapat meluluhlantakkan suatu daerah, sehingga masyarakat yang tinggal di daerah tersebut akan kehilangan keluarganya, harta bendanya, rumahnya, dan juga mata pencahariannya.
Keadaan seperti inilah yang akan menimbulkan kemiskinan dalam lingkup nasional karena bukan hanya menjadi beban bagi seseorang, tapi juga menjadi beban atau masalah bagi suatu negara.
b)      Pengangguran
Pengangguran juga bisa dikategorikan dalam masalah lokal maupun nasional, tergantung dari mana kita memandangnya. Ketika pengangguran itu dialami oleh seseorang dan hanya berdampak pada suatu wilayah tertentu, maka pengangguran ini hanya bersifat lokal. Namun apabila pengangguran ini terjadi pada sekelompok orang dan akan berdampak pada wilayah negara, maka pengangguran ini bisa disebut pengangguran yang bersifat nasional.
c)      Masalah Kependudukan
Masalah kependudukan merupakan masalah yang akan mendasari masalah-masalah sosial yang lain. Artinya masalah kependidikan ini akan mendorong timbulnya masalah-masalah sosial yang lain. Misalnya pertumbuhan penduduk yang sangat pesat, distribusi penduduk yang tidak merata, kepadatan penduduk, tingkat urbanisasi yang cukup tinggi. Masalah-masalah penduduk tersebut pasti akan diikuti oleh masalah-masalah yang lain.
d)     Masalah Lingkungan
Masalah lingkungan ini terjadi karena ulah manusia yang dengan sengaja merusak lingkungan hidupnya yang seharusnya digunakan sebagai penopang kelangsungan hidup manusia itu sendiri.
3.      Masalah-Masalah Sosial dalam Lingkup Internasional
Masalah-masalah dalam lingkup internasional adalah masalah-masalah yang terjadi dalam suatu wilayah negara namun akibatnya akan dirasakan oleh negara-negara lain. Masalah-masalah tersebut dapat berupa :
a)      Masalah Lingkungan
Masalah lingkungan dalam lingkup internasional disini adalah yang berdampak sangat luas karena dampaknya akan dirasakan oleh negara-negara lain.
b)      Terorisme
Terorisme adalah segala bentuk tindak kejahatan yang ditujukan langsung kepada negara dengan maksud menciptakan bentuk teror atau ancaman terhadap orang-orang tertentu atau sekelompok orang atau masyarakat luas. Teror digunakan sebagai teknik untuk mencapai tujuan.

2.6    Pendekatan dalam Pemecahan Masalah Sosial
Aspek kehidupan manusia itu sangatlah kompleks, baik dilihat dari aspek penyebarannya, aspek tingkat kebudayaannya, aspek tingkat ekonominya, aspek politiknya, dan sebagainya. Sehingga permasalahan kehidupannya juga sangat bervariasi.
Ada beberapa pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat antara lain :
1.      Pendekatan Ekologi
Pendekatan ekologi pada suatu masalah sosial, yaitu pendekatan yan didasarkan atas konsep dan prinsip ekologi. Penelitian masalah sosial dengan pendekatan ekologi berarti menelaah masalah sebagai hasil interelasi antara masyarakat manusia pada suatu ekosistem. Pengaruh manusia terhadap lingkungan dan sebaliknya pegaruh lingkungan terhadap kehidupan manusia diteliti dan dikaji, selanjutnya interelasi kedua komponen tersebut dikaji sampai sejauh mana telah menimbulkan masalah sosial. Merupakan kebenaran pokok bahwa relasi manusia dan lingkungan dewasa ini bahwa : “Manusia merupakan bagian dari alam, bukan penguasa alam.” (Ehrlinch dan Paul.R.  1973 : 4).
Aspek komponen manusia meliputi : aspek demografis, sosial-ekonomi, sosial-budaya, sosial-historis, sosial psikologis, dan aspek sosial politiknya.  Sedangkan komponen lingkungan meliputi aspek-aspek : kesuburan tanah, organisme, hidrografi, iklim, dan mineral.
Selanjutnya dari data diatas dianalisis dengan kuantitatif dan kualitatif apakah faktor-faktor tersebut yang menyebabkan terjadinya masalah sosial. Selain itu harus dianalisis pula relasi antara komponen manusia dengan lingkungan dalam menjamin kehidupan manusia dan dalam mendorong terjadinya masalah sosial. Manusia cenderung menyederhanakan keadaan unsur-unsur ekosistem sehingga keadaan ekosistem menjadi labil dan mudah goncang. Kegoncangan inilah yang menyebabkan terjadinya ketimpangan ekologi yang dapat menimbulkan masalah sosial yang mengancam kehidupan manusia.

2.      Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem (System Approach) masalah sosial, yaitu suatu pendekatan yang menetapkan bahwa masalah sosial tersebut sebagai suatu sistem. Sistem adalah suatu rangkaian gejala yang dihubungkan satu sama lain oleh suatu proses umum.
Pada pendekatan sistem, masalah sosial yang dikaji sistem masalah sosial di masyarakat, masalah-masalah yang timbul dan terjadi di masyarakat tidak lepas dari satu sama lain. Masalah kependudukan terkait dengan masalah ekonomi, masalah ekonomi terkait dengan masalah budaya, dan seterusnya. Satu masalah berkaitan dengan masalah lainnya membentuk suatu sistem masalah . Pada keadaan seperti itulah masalah sosial dikaji melalui pendekatan sistem.
3.      Pendekatan Interdisipliner
Pendekatan interdisipliner adalah masalah sosial yang dianalisis, dikaji dalam berbagai disiplin ilmu sosial serentak dalam dalam waktu yang sama. Masalah sosial yang kompleks sesuai dengan subsistem masalahnya, diungkapkan dari berbagai disiplin akademis seperti sejarah, ekonomi, geografi, psikologi, bahkan dari disiplin akademis yang lain seperti biologi, kedokteran, IPA, dan sebagainya.
Pendekatan sistem tidak bisa dipisahkan dengn pendekatan interdisipliner. Pendekatan sistem yang menggunakan disiplin akademis yang jamak disebut pendekatan interdispliner. Sedangkan pendekatan interdisipliner yang menetapkan suatu masalah yang sedang didekati dan dianalisis sebagai satu sistem disebut pendekatan sistem.
Pada hakikatnya pendekatan interdisipliner adalah pendekatan multidisipliner, karena pendekatan ini berlandaskan cara berpikir manusia yang multidimensional. Manusia jika akan mengadakan evaluasi terhadap suatu gejala atau masalah selalu ditinjau dari berbagai aspek (multidimensional). (Soetomo. 2008)





























BAB III
PENUTUP

3.1         Kesimpulan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, masalah berarti sesuatu yang harus diselesaikan atau dipecahkan. Masalah merupakan suatu keadaan yang bersumber dara hubungan antar  dua faktor atau lebih situasi yang membingungkan. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sosial berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa masalah sosial merupakan suatu masalah atau persoalan  yang harus diselesaikan yang berhubungan dengan nilai-nilai sosial dan lembaga-lembaga kemasyarakatan. Banyak sekali faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya masalah diantaranya faktor ekonomi, faktor budaya, faktor biologis, dan faktor psikologis. Setiap masalah sosial yang terjadi pasti ada solusinya dan dapat terselesaikan melalui beberapa pendekatan yaitu pendekatan ekologi, pendekatan sistem, dan pendekatan interdisipliner.
3.2         Saran
Untuk menghadapi masalah sosial dibutuhkan sikap yang bijaksana dan cermat dalam meneliti sebuah masalah sosial itu. Tidak sedikit masalah sosial dikaitkan dengan suasana hati seseorang, oleh karena itu kita harus berusaha menyikapi suatu masalah sosial dengan baik. Tidak menghakimi seseorang yang tersangkut masalah sosial secara langsung, karena Indonesia memiliki hukum yang baik untuk mengatasi hal-hal seperti itu. Dan sebaiknya untuk para remaja di sarankan untuk memilih teman pergaulan yang tidak memiliki pergaulan yang menyimpang, karena seorang anak remaja lebih mudah untuk dipengaruhi.










DAFTAR PUSTAKA

Darsono, dkk. 2017. Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta : Dikti Kemendikbud.
Djamari,dkk. 1991. Materi Pokok Pendidikan IPS 1. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi
Mulyani,dkk. 2009. Pendidikan IPS di SD. Bandung : UPI Press
Soetomo. 2008. Masalah social dan Upaya Pemecahannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Tangdilintin, Paulus dkk. 2014. Mengenal Masalah Sosial. Jurnal Pendidikan Universitas Terbuka Vol 2 (302) : Hal 1-49
Winataputra, Udin S.,dkk. 2008. Materi dan Pembelajaran IPS SD. Jakarta : Universitas Terbuka