Wikipedia

Search results

MAKALAH KONSEP DASAR MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH



KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah  SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami panjatkan  puji syukur atas kehadirat-Nya ,yang telah  melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah ini.Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk membantu memahami para pembaca mempelajari bentuk desentralisasi  yaitu sekolah sebagai suatu unit dasar pengembangan dan bergantung pada otoritas pengambilan suatu keputusan di sekolah.Tentu dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari berbagai pihak serta kerjasama. Untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya yang turut serta membatu menyelesaikan makalah ini.
Meski demikian, Selaku manusia biasa dalam menulis makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi.Oleh karena itu penulis secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari guna memyempurnakan makalah pembuatan makalah selanjutnya.Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat untuk para pembaca.




                                                                                             Malang, 13 Maret 2019
Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I  PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan
D.Manfaat
BAB  II PEMBAHASAN
A.Pengertian  Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah
B.Manajemen Berbasis Sekolah dan Peningkatan Mutu Pendidikan
C.Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah
D.Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah
E.Fungsi-Fungsi Manajemen Berbasis Sekolah
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan
B.Saran
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
       Sekolah adalah bagian yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat , karena dengan adanya sekolah kita  sebagai masyarakat dapat memperoleh pendidikan yang baik.Manajemen berbasis sekolah mengupayakan sekolah menyelenggarakan suatu pendidikan yang lebih baik dan lebih memadai bagi siswa. Adanya kewenangan dalam pengelolaan pendidikan merupakan kesempatan bagi sekolah secara optimal dan fleksibel meningkatkan kinerja staf, mewujudkan partisipasi langsung dengan kelompok-kelompok terkait dan meningkatkan pemahaman terhadap pendidikan.Oleh karena itu perlu diketahui pandangan filosofis tentang hakekat sekolah dan masyarakat dalam kehidupan kita.Sekolah adalah bagian yang integral dari masyarakat, sekolah adalah lembaga sosial yang berfungsi untuk melayani anggota masyarakat dalam bidang pendidikan, kemajuan sekolah dan masyarkat saling berkolerasi, keduanya saling membutuhkan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dan konsep manajemen berbasis sekolah?
2.      Apa saja hal untuk mencapai mutu relevansi pendidikan yang baik?
3.      Bagaimana langkah untuk menjamin keadilan bagi setiap anak memperoleh layanan pendidikan?
4.      Bagaimana cara untuk meningkatkan efektifitas dan unit pengembangan sekolah?
5.      Bagaimana cara untuk meningakatkan akuntabilitas di sekolah?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian dan konsep manajemen berbasisis sekolah.
2.      Untuk mencapai mutu relevansi pendidikan yang baik dengan tolak ukur penilaian pada hasil  dan prosenya.
3.      Untuk menjamin keadilan bagi setiap anak memperoleh layanan pendidikan.
4.      Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi unit pengembangan di sekolah.
5.      Untuk meningkatkan akuntabilitas sekolah dan komitmen stake holder.

D.    Manfaat
      Manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu agar pembaca dapat membantu memahami dan memberi pengetahuan tentang Konsep Dasar MBS. Selain itu, menambah wawasan tentang desentralisasi yang ada di sekolah dalam membantu mengambil keputusan dan langkah-langkah yang akan diambil kedepannya.















BAB II
            PEMBAHASAN
A.    Pengertian Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah
 Mallen, Ogawa dan Kranz (dalam Abu-Duhou, 2002) memandang Manajemen Berbasis Sekolah sebagai suatu bentuk desentralisasi yang memandang sekolah sebagai suatu unit dasar pengembangan dan bergantung pada redistribusi otoritas pengambilan keputusan. Suatu definisi yang menyeluruh dan koleks juga dikmukakan oleh Neal (1991, h.17) sebagai berikut :
1.      Manajemen Berbasis Sekolah adalah sekolah yang berdasarkan penelitian, komitmen, system tertentu dan pengoperasian sekolah dari suatu wilayah menggunakan metode sentralsasi dengan parameter dan peran staf yang akan terlibat untuk memaksimalkan efektifitas penggunaan sumber daya.
2.      Bagian anggaran yang diberikan dalam bentuk keseluruhan secara atur berdasarkan alokasi persiswa yang berbeda misalnya untuk SD, SMP, SMA dan SLB masing-masing perhhitungannya berbeda demi kepentingan siswa di sekolah tersebut.
3.      Rencana anggaran dan pendapatan belanja sekolah (RABBS) dalam pemberian kewenangan untuk mengambil keputusan pada setiap sekolah.
Manajemen berbasis sekolah ini diterapkan dengan tujuan agar sekolah diberi wewenang untuk mengelola sekolahnya semaksimal mungkn sesuai dengan visi dan misi sekolah tersebut agar mutu pendidikan dapat ditingkatkan dalam modal manajemen berbasis sekolah kewenangan pengambilan keputusan tidak berada pada kepala sekolah seorang diri, seperti yang terjadi selama ini, tetapi dilakukan secara kolektif sesame guru dibantu dengan komite sekolah untuk mendukung pelaksaan manejemen berbasis sekolah sebagai satuan pendidikan untuk mengetahui alasan dan bagaimana menerapkan konsep manajemen berbasi sekolah.




B.     Manajemen Berbasis Sekolah dan Peningkatan Mutu Pendidikan
Kualitas dalam arti luas dapat diartikan dengan dua konsep yaitu;  Absolut, dan relatif. Dalam konsep absolut suatu (barang) dapat diartikan berkualitas apabila telah memenuhi standart tinggi dan sempurna. pencapaian ini dapat diartikan bahwa (barang) tersebut tidak melebihi standart yang ada.
Dalam konsep Absolut, kualitas diartikan sebagai kecantikan, kebaikan, kepercayaan yang ideal tanpa adanya kompromi. Apabila dipraktikkan dalam dunia pendidikan, konsep Absolut bersifat elastis. Hal ini dikarenakan minimnya lembaga pendidikan yang mampu menawarkan kualitas tinggi kepada peserta didik, dan sedikit jumlah peserta didik yang akan mampu membayarnya.
Sedangkan dalam konsep relatif kualitas bukan merupakan atribut dari suatu jasa melainkan kualitas dinilai apabila telah mencapai spesifikasi yang ditetapkan. Sehingga konsep relatif mengartikan kualitas sebagai alat ukur produk akhir dari standar yang ditentukan. Nilai suatu barang atau jasa dalam konsep relatif ini tidak harus mahal, eklusif danspesial. Hal ini dikarenakan konsep relatif meyakini bahwa barang yang berkualitas bias biasa-biasa saja, bersifat umum, dan dikenal banyak orang sehingga konotasi cantik akan terlihat dengan sendirinya.
Konsep relatif menitik beratkan produk atau jasa yang berkualitas pada kesesuaian produk dengan tujuan. Konsep relatif juga melihat kualitas dengan dua aspek yaitu ;
1.      Sudut pandang produsen sudut pandang ini kualitas dilihat dari spesifikasi yang ditetapkan.
2.      Sudut pandang konsumen atau pengguna dapat diartikan bahwa kualitas ditujukan untuk memenuhi tuntutan pelanggan.
Selain itu, kualitas juga diukur oleh beberapa elemen yaitu ;
a.       Usaha untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
b.      Mencangkup adanya jasa, produk, manusia, proses, serta tersedianya lingkungan.
c.       Kondisi yang selalu berubah.
Berdasarkan elemen-elemen tersebut kualitas dapat didefinisikan sebagai kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasan, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Dalam konteks pendidikan pengertian mutu dalam hal ini mengacu pada “proses pendidikan” dan “hasil pendidikan”.
Dalam “proses pendidikan” yang bemutu terlibat berbagai input, seperti bahan ajar (kognitif, afektif, atau psikomotorik), metedologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif. Mutu dalam konteks “hasil pendidikan” mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu (apakah tiap akhir cawu, akhir tahun, 2 tahun atau 5 tahun. Bahkan 10 tahun). Beberapa ahli telah mendefinisikan mutu, seperti berikut ini :
1.      Menurut Umaedi (1999) secarra umum mutu mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa, baik yang tangible maupun intangible.
2.      Menurut Crosby (1983) berpendapat bahwa mutu adalah kesesuaian individual terhadap persyaratan/tuntutan. Dengan mengatakan bahwa “quality is confermance to costumer requirement”.
Dari definisi tesebut dapat diambil kesimpulan bahwa mutu adalah keadaan yang sesuai dan melebihi harapan pelanggan hingga memperoleh kepuasan. Mutu pendidikan bersifat relatif karena tidak semua orang memiliki ukuran yang sama persis. Namun demikian apabila mengacu pada pengertian mutu secara umum dapat dinyatakan bahwa pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang seluruh komponennya memiliki persyaratan dan ketentuan yang diinginkan pelanggan dan menimbulkan kepuasan. Mutu pendidikan adalah baik, jika pendidik tersebut dapat menyajikan jasa yang sesuai dengan kebutuhan para pelanggannya.
1.      Standar Mutu Pendidikan
Pendidikan merupakan jasa yang perlu memiliki standarisasi penilaian terhadap mutu. Standar mutu ialah paduan sifat-sifat barang atau jasa termasuk sistem manajemennya yang relatif establish dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
Standar mutu pendidikan dapat dirujuk dari standar nasional pendidikan yang telah menetapkan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di Indonesia meliputi :
a.       Standar kompetensi lulusan yaitu standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kemampuan minimal yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang wajib dimiliki peserta didik untuk dapat dinyatakan dengan lulus.
b.      Standar isi adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan cakupan dan kedalaman materi pelajaran untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang dituangkan kedalam kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran.
c.       Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan prosedur dan pengorganisasian pengalaman belajar untuk mencapai standar kompetensi kelulusan.
d.      Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kualifikasi minimal yang harus dipenuhi oleh setiap pendidik dan tenaga kependidikan.
e.       Standar sarana dan prasarana adalah standar nasioal pendidikan yang berkaitan dengan persyaratan minimal tentang fasilitas fisik yang diperlukan untuk mencapai standa kompetensi lulusan.
f.       Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perancanaan, pelaksanaan, evaluasi, pelaporan dan pengawasan kegiatan agar tercapai efesiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
g.      Standar pembiayaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan biaya untuk penyelenggaraan satuan pendidikan.
h.      Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan alat penilaian pendidikan.
2.      Peningkatan Mutu Pendidikan
Sampai satu dasawarsa ini terakhir pengunjung abad ke-20, dunia pendidikan kita belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan masyarakat. Fenomena ini ditandai dari rendahnya mutu lulusan penyelesaian masalah pendidikan yang tidak tuntas, atau cenderung tambal sulam, bahkan sampai berorientasi proyek.
Akibatnya, seringkali hasil pendidikan mengecewakan masyarakat. Kualitas pendidikan kurang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja dan pembangunan, baik industri, perbankan, telekomunikasi, maupun pasar tenaga kerja sektor lainnya yang cenderung menggugat eksistensi sekolah. Bahkan SDM yang disiapkan melalui pendidikan sebagai generasi penerus belum sepenuhnya memuaskan bila dilihat dari segi akhlak, moral, dan jati diri bangsa dalam majemuk budaya bangsa.
Otonomi pendidikan merupakan suatu bentuk reformasi yang perlu dijalankan dengan baik. Dengan reformasi, perbaikan kualitas pendidikan menuntut tingginya kinerja lembaga pendidikan dengan mengacu pada perbaikan mutu yang berkelanutan, kreativitas, dan produktivitasnya pegawai (guru). Kualitas bukan saja pada unsur masukan (input), tetapi juga unsu proses, terutama pada unsu keluaran (output) atau lulusan, agar dapat memuaskan harapan, masyarakat pelanggan pendidikan. Dengan konsep sistem, maka input, proses, dan output memiliki hubungan yang saling mempengaruhi untuk mencapai kepuasan pelanggan atau sesuai harapan masyarakat.
Para kepala sekolah sebagai manajer sudah saatnya mengoptimalkan mutu kegiatan pembelajaran untuk memenuhi harapan pelanggan pendidikan. Sekolah berfungsi untuk membina SDM yang kreatif dan inovatif. Sehingga lulusannya memenuhi kebutuhan masyarakat, baik pasar tenaga kerja sektor formal maupun sektor informal.
Abad ke-21 merupakan momentum yang penuh tantangan bagi negara sedang berkembang seperti indonesia. Kita perlu mencari model baru manajemen pendidikan untuk meningkatkan mutu lulusan sekolah. Tak ada salahnya jika kita mempelajari usaha-usaha bidang pendidikan dalam beberapa dekade terakhir abad XX di negara maju, seperti Amerika, Jepang dan Inggris. Negara-negara tersebut ketika itu merasa perlu menerapkan TQM (Total Quality Management) atau manajemen mutu  terpadu dalam bidang pendidikan.
TQM menawarkan filosofi, metode, dan strategi baru perbaikan mutu pendidikan. Untuk memperbaiki mutu pendidikian diperlukan kertelibatan semua pihak. Karrena perbaikan pendidikan bukan tanggung jaab menteri pendidikan saja, atau dijen, rektor, dekan dan  kepala sekolah saja. Semua yang peduli terhadap nasib bangsa di masa depan harus merasa terrpanggil untuk membenahi benang kusut yang ada dalam sistem pendidikan nasional. Para birokrat, tenokrat dan politikus harus memiliki visi yang sama dan kepedulian menetapkan kebijakan untuk perbaikan pendidikan nasional. Permbangunan perlu diarahkan untuk pecepatan mutu pendidikan. Selanjutnya, SDM unggul yang dihasilkan pendidikan akan mempercepat kemandirian bangsa dalam melaksanakan pembangunan.
TQM bertujuan memberikan kepuasan terhadap kebutuhan pelanggan seefisien mungkin. Bahkan TQM dalam pendidikan dapat menguntungkan semua pihak dengan syarat manajer yang memperbaiki kinerja pegawai dan organisasi secara terus menerus sejalan perkembangan internal dan eksternal organisasi. Kebutuhan akan perubahan akan didorong kekuatan internal mengaka pada persoalan SDM dan perilaku atau keputusan manajerial. Sedangkan kekuatan eksternal adalah adanya karakteristik demografi, kemajuan teknologi, peubahan pasar, dan tekanan sosial politik baik skala regional, nasional maupun internasional.
TQM dapat diterapkan di setiap sekolah dalam rangka perbaikan mutu. Bahkan sekolaj diharapkan mampu menciptakan keuntungan kompetitif (competitive advantage) dengan mutu yang tinggi. TQM yang merupakan strategi bisnis fundamental pada tahun 1990-an membei peluang bagi sekolah untuk mencapai keunggulan. Kemajuan di bidang pabrikasi, pelayanan, pemerintahan dan organisasi nonprofit lainnya di mungkinkan dengan tercapai dengan TQM.

C.    Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah
 Teori yang digunakan MBS untuk mengelola sekolah didasarkan pada empat prinsip, yaitu prinsip ekuifinalitas, prinsip desentralisasi, prinsip sistempengelolaan mandiri, dan prinsip inisiatif sumber daya manusia.
1.      Prinsip Ekuifinalitas (Principle of Equifinality)
Prinsip ini didasarkan pada teori manajemen modern yang berasumsi bahwa terdapat beberapa cara yang berbeda-beda untuk mencapai suatu tujuan. MBS menekankan fleksibilitas sehingga sekolah harus dikelola oleh warga sekolah menurut kondisi mereka masing-masing. Karena kompleksnya pekerjaan sekolah saat ini dan adanya perbedaan yang besar antara sekolah yang satu dengan yang lain, misalnya perbedaan tingkat akademik siswa dan situasi komunitasnya, sekolah tak dapat dijalankan dengan struktur yang standar di seluruh kota, provinsi, apalagi negara.
Pendidikan sebagai entitas yang terbuka terhadap berbagai pengaruh eksternal. Oleh karena itu, tak menutup kemungkinan bila sekolah akan mendapatkan berabgai masalah sepertihalnya institusi umum lainya. Pada zaman yang lingkungannmya semakin kompleks ini maka sekolah akan semakin emndapatkan tantangan permasalahan.
Sekolah harus mampu memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapinya dengan cara yang paling tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisinya. Walaupun sekolah yang berbeda memiliki masalah yang sama, cara penanganannya akan berlainan antara sekolah yang satu dengan yang lain.
2.      Prinsip Desentralisasi (Principle of Decentralization)
Desentralisasi adalah gejala yang penting dalam reformasi manajemen sekolah modern. Prinsip desentralisasi ini konsisten dengan prinsip ekuifinaltias. Prinsip desentralisasi dilandasi oleh teori dasar bahwa pengelolaan sekolah dan aktivitas pengajaran tak dapat dieleakkan dari kesultian dan permasalhaan. Pendidikan adalah masalah yang rumit dan kompleks sehingga memerlukan desentralisasi dalam pelaksanaannya.
Prinsip ekuifinalitas yang dikemukakan sebelum mendorong adanya desentralisasi kekuasaan dengan mempersilahkan sekola memiliki ruang yang lebih luas untuk bergerak, berkembang, dan bekerja menurut strategi-strategi unik mereka untuk menjalani dan mengelola sekolahnya secara efektif.Oleh karena itu, sekolah harus diberi kekuasaan dan tanggung jawab untuk memecahkan memecahkan masalahnya secara efektif dan secepat mungkin ketika masalah itu muncul. Dengan kata lain, tujuan prinsip desentralisasi adalah efisiensi dalam pemecahan masalah, bukan menghindari masalah. Oleh karena itu, MBS harus mampu menemukan masala, memecahkannya tepat waktu dan memberi sumbangan yang lebih besar terhadap efektivitas aktivitas pengajaran dan pembelajaran. Tanpa adanya desentralisasi kewenangan kepada sekolah itu sendiri maka sekolah tidak dapat memecahkan masalahnya secara cepat, tepat, dan efisien.
3.      Prinsip Sistem Pengelolaan Mandiri
MBS tidak mengingkari bahwa sekolah perlu mencapai tujuan-tujuan berdasarkan suatu kebijakan yang telah ditetapkan, tetapi terdapat berbagai cara yang berbeda-beda untuk mencapainya. MBS menaydari pentingnya untuk mempersilahkan sekolah menjadi system pengelolaan secara mandiri di bawah kebijakannya sendiri. Sekolah memiliki otonomi tertentu untuk mengembangkan tujuan pengajaran strategi manajemen, distribusi sumber daya manusia dan sumber daya lainnya, memecahkan masalah, dan mencapai tujuan berdasarkan kondisi mereka masing-masing. Karena sekolah dikelola secara mandiri maka mereka lebih memiliki inisiatif dan tanggung jawab.
Prinsip ini terkait dengan prinsip sebelumnya, yaitu prinsip ekuifinalitas dan prinsip desentralisasi. Ketika sekolah menghadai permasalahan maka harus diselesaikan dengan caranya sendiri. Sekolah dapat menyelesaikan masalahnya bila telah terjadi pelimpahan weewnang dari birokrasi di atasnya ke tingkat sekolah. Dengan adanya kewenangan di tingkat sekolah itulah maka sekolah dapat melakukan system pengelolaan mandiri.
4.      Prinsip Inisiatif Manusia (Principle of Human Initiative)
Perspektif sumber daya manusia menekankan bahwa orang adalah sumber daya berharga di dalam organisasi sehingga poin utama manajeman adalah mengembangkan sumber daya manusia di adalam sekolah untuk berinisitatif. Berdasarkan perspektif ini maka MBS bertujuan untuk membangun lingkungan yang sesuai untuk warga sekolah agar dapat bekerja dengan baik dan mengembangkan potensinya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas pendidikan dapat diukur dari perkembangan aspek sumber dayamanusianya.
Prinsip ini emngakui bahwa manusia bukanlah sumber daya yang statis, melainkan dinamis. Oleh karena itu, potensi sumber daya manusia harus selalu digali, ditemukan, dan kemudina dikembangkan. Sekolah dan lembaga pendidikan yang lebih luas tidak dapat lagi menggunakan istlah staffing yang konotasinya hanya mengelola manusia sebagai barang yang statis. Lemabga pendidikan harus menggunakan pendekatan human resources development yang memiliki konotasi dinamis dan asset yang amat penting dan memiliki potensi untuk terus dikembangkan.

D.    Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen Berbasis Sekolah harus diketahui, diamalkan oleh warga Indonesia terutama pada seorang pendidik yang mengajar pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan juga pendidikan menengah. Oleh sebab itu, beberapa karakteristik manajemen berbasis sekolah sangat wajib dipahami pada sekolah yang ingin menerapkannya dan juga diharapkan sekolah tersebut dapat memperhatikan serta memiliki karakteristik MBS dan mampu menerapkannya dengan sukses. Nurkholis (dalam Manajemen Berbasis Pendidikan : 2003) mengemukakan bahwa karakteristik yang terdapat pada MBS ini ada 8, yaitu :
1.      Sekolah dengan MBS memiliki misi atau cita-cita menjalankan sekolah untuk mewakili sekelompok harapan bersama. Misi ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap fungsi dan efektivitas sekolah,karena dengan misi ini warga sekolah dapat mengembangkan budaya organisasi sekolah yang tepat, membangun komitmen yang tinggi terhadap sekolah, dan mempunyai inisiatif untuk memberikan tingkat layanan pendidikan yang lebih baik.
2.      Aktivitas pendidikan dijalankan berdasarkan karakteristik kebutuhan dan situasi sekolah. Hakikat aktivitas sangat penting bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan, karena secara tidak langsung memperkenalkan perubahan manajemen sekolah dari manajemen control eksternal menjadi model berbasis sekolah.
3.      Terjadinya proses perubahan strategi manajemen yang menyangkut hakikat manusia, organisasi sekolah, gaya pengambilan keputusan, gaya kepemimpinan, penggunaan kekuasaan, dan keterampilan-keterampilan manajemen. Oleh karena itu, dalam konteks pelaksanaan MBS, perubahan strategi manajemen lebih memandang pada aspek pengembangan yang tepat dan relevan dengan kebutuhan sekolah.
4.      Keluasaan dan kewenangan dalam pengelolaan sumber daya yang efektif untuk mencapai tujuan pendidikan, guna memecahkan masalah-masalah pendidikan yang dihadapi, baik tenaga kependidikan, keuangan dan sebagainya.
5.      MBS menuntut peran aktif sekolah, administrator sekolah, guru, orang tua dan pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan di sekolah. Dengan MBS sekolah dapat mengembangkan siswa dan guru sesuai dengan karakteristik sekolah masing-masing. Dalam konteks ini, sekolah berperan mengembangkan inisiatif, memcahkan masalah, dan mengeksplorasi semua kemungkinan untuk memfasilitasi efektivitas pembelajaran. Demikian halnya dengan unsur-unsur lain seperti guru, orang tua, komite sekolah, administrator sekolah, dinas pendidikan, dan sebagainya sesuai dengan perannya masing-masing.
6.      MBS menekankan hubungan antar manusia yang cenderung terbuka, bkerja sama, semangat tim, dan komitmen yang saling menguntungkan. Oleh karena it, iklim organisasi cenderung mengarah ke tipe komitmen sehingga efektivitas sekolah dapat tercapai.
7.      Peran administrator sangat penting dalam kerangka MBS, termasuk di dalamnya kualitas yang dimiliki administrator.
8.      Dalam MBS efektivitas sekolah dimulai menurut indicator multitingkat dan multisegi. Penilaian tentang efektivitas sekolah harus mencakup proses pembelajaran dan metode untuk membantu kemajuan sekolah. Oleh karena itu, penilaian efektivitas sekolah harus memperhatikan multitingkat, yaitu pada tingkat sekolah, kelompok, individu, serta indicator multisegi yaitu input, proses dan output sekolah serta perkembangan akademik siswa.

E.     Fungsi-fungsi Manajemen Berbasis Sekolah
Makna manajemen sekolah seringkali disandingkan dengan makna dari administrasi sekolah. Berdasarkan fungsinya pengertian dari manajemen dan administrasi  ini sendiri mempunyai fungsinya yang sama. Sebab itu, perbedaan dari makna  tersebut tidak konsisten serta signifikan.
Gaffar (1989) dalam Mulyasa (2002) mengemukakan bahwa manajemen pendidikan mengandung arti sebagai suatu proses kerjasama yang sistematik, sistemik, dan kompeherensif dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.. Manajemen sendiri ialah komponen integral yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah proses pendidikan secara keseluruhan. Karena, tanpa manajemen tidak mungkin tujuan pendidikan ini dapat diciptakan secara efektif, optimal serta efisien. Konsep seperti itu sangatlah berlaku pada sekolah yang membutuhkan manajemen yang efektif dan juga efisien.
 Manajemen berbasis sekolah harus disesuaikan dengan kebutuhan serta minat dari peserta didik, guru. Perlu adanya pemahaman tentang fungsi-fungsi pokok dari manajemen itu sendiri, yaitu perencanaan, pengawasan, pembinaan dan pelaksanaan. Keempat fungsi ini memiliki proses yang sangat berkesinambungan.
1.      Perencanaan ialah suatu proses yang sistematis dalam mengambil keputusan tentang tindakan yang dilakukan di waktu mendatang. Perencanaan juga memiliki istilah yaitu kegiatan untuk menggunakan sumber-sumber terbatas secara efektif untuk mencapai suatu tujuan yang sudah ditetapkan.
2.      Pelaksanaan ialah sebuah kegiatan untuk mewujudkan rencana menjadi sebuah tindakan nyata untuk mencapai sebuah tujuan yang efektif dan efisien.
3.      Pengawasan juga bisa diartikan sebagai suatu upaya untuk merekam, mengawasi secara sistematis serta berkesinambungan. Pada pengawasan ini juga merupakan salah satu kunci dari keberhasilan proses manajemen.
4.      Pembinaan ialah suatu upaya pengendalian profesional dari unsur yang terdapat pada organisasi tujuannya untuk mencapai dapat terlaksananya sebuah rencana secara efisien.



BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Menegement Berbasis Sekolah (MBS) merupakan suatu system dalam mengatur tatanan sekolah guna memaksimalkan dan mengefisiensi sekolah sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan.program ini juga harus ada kerja sama antara komite sekolah, kepala sekolah, guru serta siswa apabila elemen tersebut terpenuhi dan antusias mesukseskan maka pendidikan yang dicita cita kan terwujud.
B.     SARAN
Untuk memuwujudkan mutu pendidikan




Daftar Pustaka:
Mulyasa. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosadakarya
Nurkolis, 2006, Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta : Grasindo
Umaidi, dkk. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta : Universitas Terbuka
Dolong, Jufri. 2018. Karakteristik Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah. Jurnal Pendidikan.
            7(1). (online).
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:ZAXZP7u_q8gJ:journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/Inspiratif
Pendidikan/article/download/4928/4393+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id
. Diakses 13
            Maret 2019.