KATA PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah SWT yang maha
pengasih lagi maha penyayang, kami panjatkan
puji syukur atas kehadirat-Nya ,yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Konsep Dasar
Manajemen Berbasis Sekolah ini.Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk membantu memahami para pembaca mempelajari bentuk desentralisasi yaitu sekolah sebagai suatu unit dasar
pengembangan dan bergantung pada otoritas pengambilan suatu keputusan di
sekolah.Tentu dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan
masukan dari berbagai pihak serta kerjasama. Untuk itu kami ucapkan banyak
terima kasih atas segala partisipasinya yang turut serta membatu menyelesaikan
makalah ini.
Meski
demikian, Selaku manusia biasa dalam menulis makalah ini kami menyadari masih
banyak kekurangan, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi.Oleh
karena itu penulis secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari
guna memyempurnakan makalah pembuatan makalah selanjutnya.Demikian yang bisa
saya sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan
memberikan manfaat untuk para pembaca.
Malang, 13 Maret 2019
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan
D.Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
A.Pengertian Konsep Dasar
Manajemen Berbasis Sekolah
B.Manajemen Berbasis Sekolah dan Peningkatan Mutu
Pendidikan
C.Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah
D.Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah
E.Fungsi-Fungsi Manajemen Berbasis Sekolah
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan
B.Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sekolah
adalah bagian yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat , karena dengan
adanya sekolah kita sebagai masyarakat dapat memperoleh pendidikan yang
baik.Manajemen berbasis sekolah
mengupayakan sekolah menyelenggarakan suatu pendidikan yang lebih baik dan
lebih memadai bagi siswa. Adanya kewenangan dalam pengelolaan pendidikan
merupakan kesempatan bagi sekolah secara optimal dan fleksibel meningkatkan
kinerja staf, mewujudkan partisipasi langsung dengan kelompok-kelompok terkait
dan meningkatkan pemahaman terhadap pendidikan.Oleh karena itu perlu diketahui
pandangan filosofis tentang hakekat sekolah dan masyarakat dalam kehidupan
kita.Sekolah adalah bagian
yang integral dari masyarakat, sekolah adalah
lembaga sosial yang berfungsi untuk melayani anggota masyarakat dalam bidang
pendidikan, kemajuan sekolah dan masyarkat saling berkolerasi, keduanya saling
membutuhkan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian dan
konsep manajemen berbasis sekolah?
2.
Apa saja hal untuk
mencapai mutu relevansi pendidikan yang baik?
3.
Bagaimana langkah
untuk menjamin keadilan bagi setiap anak memperoleh layanan pendidikan?
4.
Bagaimana cara
untuk meningkatkan efektifitas dan unit pengembangan sekolah?
5.
Bagaimana cara
untuk meningakatkan akuntabilitas di sekolah?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui
pengertian dan konsep manajemen berbasisis sekolah.
2.
Untuk mencapai mutu
relevansi pendidikan yang baik dengan tolak ukur penilaian pada hasil dan prosenya.
3.
Untuk menjamin
keadilan bagi setiap anak memperoleh layanan pendidikan.
4.
Untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi unit pengembangan di sekolah.
5.
Untuk meningkatkan
akuntabilitas sekolah dan komitmen stake holder.
D.
Manfaat
Manfaat
dari pembuatan makalah ini yaitu agar pembaca dapat membantu memahami dan
memberi pengetahuan tentang Konsep Dasar MBS. Selain itu, menambah wawasan
tentang desentralisasi yang ada di sekolah dalam membantu mengambil keputusan
dan langkah-langkah yang akan diambil kedepannya.
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah
Mallen, Ogawa dan Kranz (dalam Abu-Duhou,
2002) memandang Manajemen Berbasis Sekolah sebagai suatu bentuk desentralisasi
yang memandang sekolah sebagai suatu unit dasar pengembangan dan bergantung
pada redistribusi otoritas pengambilan keputusan. Suatu definisi yang
menyeluruh dan koleks juga dikmukakan oleh Neal (1991, h.17) sebagai berikut :
1. Manajemen
Berbasis Sekolah adalah sekolah yang berdasarkan penelitian, komitmen, system
tertentu dan pengoperasian sekolah dari suatu wilayah menggunakan metode sentralsasi
dengan parameter dan peran staf yang akan terlibat untuk memaksimalkan
efektifitas penggunaan sumber daya.
2. Bagian
anggaran yang diberikan dalam bentuk keseluruhan secara atur berdasarkan
alokasi persiswa yang berbeda misalnya untuk SD, SMP, SMA dan SLB masing-masing
perhhitungannya berbeda demi kepentingan siswa di sekolah tersebut.
3. Rencana
anggaran dan pendapatan belanja sekolah (RABBS) dalam pemberian kewenangan
untuk mengambil keputusan pada setiap sekolah.
Manajemen
berbasis sekolah ini diterapkan dengan tujuan agar sekolah diberi wewenang
untuk mengelola sekolahnya semaksimal mungkn sesuai dengan visi dan misi
sekolah tersebut agar mutu pendidikan dapat ditingkatkan dalam modal manajemen
berbasis sekolah kewenangan pengambilan keputusan tidak berada pada kepala
sekolah seorang diri, seperti yang terjadi selama ini, tetapi dilakukan secara
kolektif sesame guru dibantu dengan komite sekolah untuk mendukung pelaksaan
manejemen berbasis sekolah sebagai satuan pendidikan untuk mengetahui alasan
dan bagaimana menerapkan konsep manajemen berbasi sekolah.
B.
Manajemen
Berbasis Sekolah dan Peningkatan Mutu Pendidikan
Kualitas
dalam arti luas dapat diartikan dengan dua konsep yaitu; Absolut, dan relatif. Dalam konsep absolut
suatu (barang) dapat diartikan berkualitas apabila telah memenuhi standart
tinggi dan sempurna. pencapaian ini dapat diartikan bahwa (barang) tersebut
tidak melebihi standart yang ada.
Dalam
konsep Absolut, kualitas diartikan sebagai kecantikan, kebaikan, kepercayaan
yang ideal tanpa adanya kompromi. Apabila dipraktikkan dalam dunia pendidikan,
konsep Absolut bersifat elastis. Hal ini dikarenakan minimnya lembaga
pendidikan yang mampu menawarkan kualitas tinggi kepada peserta didik, dan
sedikit jumlah peserta didik yang akan mampu membayarnya.
Sedangkan
dalam konsep relatif kualitas bukan merupakan atribut dari suatu jasa melainkan
kualitas dinilai apabila telah mencapai spesifikasi yang ditetapkan. Sehingga
konsep relatif mengartikan kualitas sebagai alat ukur produk akhir dari standar
yang ditentukan. Nilai suatu barang atau jasa dalam konsep relatif ini tidak
harus mahal, eklusif danspesial. Hal ini dikarenakan konsep relatif meyakini
bahwa barang yang berkualitas bias biasa-biasa saja, bersifat umum, dan dikenal
banyak orang sehingga konotasi cantik akan terlihat dengan sendirinya.
Konsep
relatif menitik beratkan produk atau jasa yang berkualitas pada kesesuaian
produk dengan tujuan. Konsep relatif juga melihat kualitas dengan dua aspek
yaitu ;
1. Sudut
pandang produsen sudut pandang ini kualitas dilihat dari spesifikasi yang
ditetapkan.
2. Sudut
pandang konsumen atau pengguna dapat diartikan bahwa kualitas ditujukan untuk
memenuhi tuntutan pelanggan.
Selain
itu, kualitas juga diukur oleh beberapa elemen yaitu ;
a. Usaha
untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
b. Mencangkup
adanya jasa, produk, manusia, proses, serta tersedianya lingkungan.
c. Kondisi
yang selalu berubah.
Berdasarkan
elemen-elemen tersebut kualitas dapat didefinisikan sebagai kondisi dinamis
yang berhubungan dengan produk, jasan, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi
atau melebihi harapan. Dalam
konteks pendidikan pengertian mutu dalam hal ini mengacu pada “proses
pendidikan” dan “hasil pendidikan”.
Dalam “proses pendidikan” yang bemutu terlibat berbagai
input, seperti bahan ajar (kognitif, afektif, atau psikomotorik), metedologi
(bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan administrasi dan
sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang
kondusif. Mutu dalam
konteks “hasil pendidikan” mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada
setiap kurun waktu tertentu (apakah tiap akhir cawu, akhir tahun, 2 tahun atau
5 tahun. Bahkan 10 tahun). Beberapa ahli
telah mendefinisikan mutu, seperti berikut ini :
1. Menurut Umaedi (1999) secarra umum mutu mengandung makna
derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa
barang maupun jasa, baik yang tangible maupun intangible.
2. Menurut Crosby (1983) berpendapat bahwa mutu adalah
kesesuaian individual terhadap persyaratan/tuntutan. Dengan mengatakan bahwa “quality
is confermance to costumer requirement”.
Dari definisi tesebut dapat diambil kesimpulan bahwa mutu
adalah keadaan yang sesuai dan melebihi harapan pelanggan hingga memperoleh
kepuasan. Mutu pendidikan
bersifat relatif karena tidak semua orang memiliki ukuran yang sama persis.
Namun demikian apabila mengacu pada pengertian mutu secara umum dapat
dinyatakan bahwa pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang seluruh
komponennya memiliki persyaratan dan ketentuan yang diinginkan pelanggan dan
menimbulkan kepuasan. Mutu pendidikan adalah baik, jika pendidik tersebut dapat
menyajikan jasa yang sesuai dengan kebutuhan para pelanggannya.
1. Standar Mutu Pendidikan
Pendidikan merupakan jasa yang perlu memiliki standarisasi
penilaian terhadap mutu. Standar mutu ialah paduan sifat-sifat barang atau jasa
termasuk sistem manajemennya yang relatif establish dan sesuai
dengan kebutuhan pelanggan.
Standar mutu pendidikan dapat dirujuk dari standar nasional
pendidikan yang telah menetapkan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di
Indonesia meliputi :
a. Standar kompetensi lulusan yaitu standar nasional pendidikan
yang berkaitan dengan kemampuan minimal yang mencakup pengetahuan, keterampilan
dan sikap yang wajib dimiliki peserta didik untuk dapat dinyatakan dengan
lulus.
b. Standar isi adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan cakupan dan kedalaman materi pelajaran untuk mencapai standar kompetensi
lulusan yang dituangkan kedalam kompetensi bahan kajian, kompetensi mata
pelajaran, dan silabus pembelajaran.
c. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan prosedur dan pengorganisasian pengalaman belajar untuk
mencapai standar kompetensi kelulusan.
d. Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah standar
nasional pendidikan yang berkaitan dengan kualifikasi minimal yang harus
dipenuhi oleh setiap pendidik dan tenaga kependidikan.
e. Standar sarana dan prasarana adalah standar nasioal
pendidikan yang berkaitan dengan persyaratan minimal tentang fasilitas fisik
yang diperlukan untuk mencapai standa kompetensi lulusan.
f. Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan perancanaan, pelaksanaan, evaluasi, pelaporan dan pengawasan
kegiatan agar tercapai efesiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
g. Standar pembiayaan adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan biaya untuk penyelenggaraan satuan pendidikan.
h. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional
pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan alat penilaian
pendidikan.
2. Peningkatan Mutu Pendidikan
Sampai satu dasawarsa ini terakhir pengunjung abad ke-20,
dunia pendidikan kita belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan masyarakat.
Fenomena ini ditandai dari rendahnya mutu lulusan penyelesaian masalah
pendidikan yang tidak tuntas, atau cenderung tambal sulam, bahkan sampai
berorientasi proyek.
Akibatnya, seringkali hasil pendidikan mengecewakan
masyarakat. Kualitas pendidikan kurang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga
kerja dan pembangunan, baik industri, perbankan, telekomunikasi, maupun pasar
tenaga kerja sektor lainnya yang cenderung menggugat eksistensi sekolah. Bahkan
SDM yang disiapkan melalui pendidikan sebagai generasi penerus belum sepenuhnya
memuaskan bila dilihat dari segi akhlak, moral, dan jati diri bangsa dalam
majemuk budaya bangsa.
Otonomi pendidikan merupakan suatu bentuk reformasi yang
perlu dijalankan dengan baik. Dengan reformasi, perbaikan kualitas pendidikan
menuntut tingginya kinerja lembaga pendidikan dengan mengacu pada perbaikan
mutu yang berkelanutan, kreativitas, dan produktivitasnya pegawai (guru).
Kualitas bukan saja pada unsur masukan (input), tetapi juga unsu proses,
terutama pada unsu keluaran (output) atau lulusan, agar dapat memuaskan
harapan, masyarakat pelanggan pendidikan. Dengan konsep sistem, maka input,
proses, dan output memiliki hubungan yang saling mempengaruhi untuk mencapai
kepuasan pelanggan atau sesuai harapan masyarakat.
Para kepala sekolah sebagai manajer sudah saatnya
mengoptimalkan mutu kegiatan pembelajaran untuk memenuhi harapan pelanggan
pendidikan. Sekolah berfungsi untuk membina SDM yang kreatif dan inovatif.
Sehingga lulusannya memenuhi kebutuhan masyarakat, baik pasar tenaga kerja
sektor formal maupun sektor informal.
Abad ke-21 merupakan momentum yang penuh tantangan bagi
negara sedang berkembang seperti indonesia. Kita perlu mencari model baru
manajemen pendidikan untuk meningkatkan mutu lulusan sekolah. Tak ada salahnya
jika kita mempelajari usaha-usaha bidang pendidikan dalam beberapa dekade
terakhir abad XX di negara maju, seperti Amerika, Jepang dan Inggris.
Negara-negara tersebut ketika itu merasa perlu menerapkan TQM (Total Quality
Management) atau manajemen mutu terpadu dalam bidang pendidikan.
TQM menawarkan filosofi, metode, dan strategi baru perbaikan
mutu pendidikan. Untuk memperbaiki mutu pendidikian diperlukan kertelibatan
semua pihak. Karrena perbaikan pendidikan bukan tanggung jaab menteri
pendidikan saja, atau dijen, rektor, dekan dan kepala sekolah saja. Semua
yang peduli terhadap nasib bangsa di masa depan harus merasa terrpanggil untuk
membenahi benang kusut yang ada dalam sistem pendidikan nasional. Para
birokrat, tenokrat dan politikus harus memiliki visi yang sama dan kepedulian
menetapkan kebijakan untuk perbaikan pendidikan nasional. Permbangunan perlu
diarahkan untuk pecepatan mutu pendidikan. Selanjutnya, SDM unggul yang
dihasilkan pendidikan akan mempercepat kemandirian bangsa dalam melaksanakan
pembangunan.
TQM bertujuan memberikan kepuasan terhadap kebutuhan
pelanggan seefisien mungkin. Bahkan TQM dalam pendidikan dapat menguntungkan
semua pihak dengan syarat manajer yang memperbaiki kinerja pegawai dan
organisasi secara terus menerus sejalan perkembangan internal dan eksternal
organisasi. Kebutuhan akan perubahan akan didorong kekuatan internal mengaka
pada persoalan SDM dan perilaku atau keputusan manajerial. Sedangkan kekuatan
eksternal adalah adanya karakteristik demografi, kemajuan teknologi, peubahan
pasar, dan tekanan sosial politik baik skala regional, nasional maupun
internasional.
TQM dapat diterapkan di setiap sekolah dalam rangka perbaikan
mutu. Bahkan sekolaj diharapkan mampu menciptakan keuntungan kompetitif (competitive
advantage) dengan mutu yang tinggi. TQM yang merupakan strategi bisnis
fundamental pada tahun 1990-an membei peluang bagi sekolah untuk mencapai
keunggulan. Kemajuan di bidang pabrikasi, pelayanan, pemerintahan dan
organisasi nonprofit lainnya di mungkinkan dengan tercapai dengan TQM.
C. Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah
Teori
yang digunakan MBS untuk mengelola sekolah didasarkan pada empat prinsip, yaitu
prinsip ekuifinalitas, prinsip desentralisasi, prinsip sistempengelolaan
mandiri, dan prinsip inisiatif sumber daya manusia.
1.
Prinsip Ekuifinalitas (Principle of Equifinality)
Prinsip ini didasarkan pada teori manajemen
modern yang berasumsi bahwa terdapat beberapa cara yang berbeda-beda untuk
mencapai suatu tujuan. MBS menekankan fleksibilitas sehingga sekolah harus
dikelola oleh warga sekolah menurut kondisi mereka masing-masing. Karena
kompleksnya pekerjaan sekolah saat ini dan adanya perbedaan yang besar antara
sekolah yang satu dengan yang lain, misalnya perbedaan tingkat akademik siswa
dan situasi komunitasnya, sekolah tak dapat dijalankan dengan struktur yang
standar di seluruh kota, provinsi, apalagi negara.
Pendidikan sebagai
entitas yang terbuka terhadap berbagai pengaruh eksternal. Oleh karena itu, tak
menutup kemungkinan bila sekolah akan mendapatkan berabgai masalah
sepertihalnya institusi umum lainya. Pada zaman yang lingkungannmya semakin
kompleks ini maka sekolah akan semakin emndapatkan tantangan permasalahan.
Sekolah harus mampu
memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapinya dengan cara yang paling tepat
dan sesuai dengan situasi dan kondisinya. Walaupun sekolah yang berbeda
memiliki masalah yang sama, cara penanganannya akan berlainan antara sekolah
yang satu dengan yang lain.
2.
Prinsip Desentralisasi (Principle of Decentralization)
Desentralisasi adalah gejala yang penting
dalam reformasi manajemen sekolah modern. Prinsip desentralisasi ini konsisten
dengan prinsip ekuifinaltias. Prinsip desentralisasi dilandasi oleh teori dasar
bahwa pengelolaan sekolah dan aktivitas pengajaran tak dapat dieleakkan dari
kesultian dan permasalhaan. Pendidikan adalah masalah yang rumit dan kompleks
sehingga memerlukan desentralisasi dalam pelaksanaannya.
Prinsip ekuifinalitas yang dikemukakan
sebelum mendorong adanya desentralisasi kekuasaan dengan mempersilahkan sekola
memiliki ruang yang lebih luas untuk bergerak, berkembang, dan bekerja menurut
strategi-strategi unik mereka untuk menjalani dan mengelola sekolahnya secara
efektif.Oleh karena itu, sekolah harus diberi kekuasaan dan tanggung jawab
untuk memecahkan memecahkan masalahnya secara efektif dan secepat mungkin
ketika masalah itu muncul. Dengan kata lain, tujuan prinsip desentralisasi
adalah efisiensi dalam pemecahan masalah, bukan menghindari masalah. Oleh
karena itu, MBS harus mampu menemukan masala, memecahkannya tepat waktu dan
memberi sumbangan yang lebih besar terhadap efektivitas aktivitas pengajaran
dan pembelajaran. Tanpa adanya desentralisasi kewenangan kepada sekolah itu
sendiri maka sekolah tidak dapat memecahkan masalahnya secara cepat, tepat, dan
efisien.
3.
Prinsip Sistem Pengelolaan Mandiri
MBS tidak mengingkari bahwa sekolah perlu
mencapai tujuan-tujuan berdasarkan suatu kebijakan yang telah ditetapkan,
tetapi terdapat berbagai cara yang berbeda-beda untuk mencapainya. MBS
menaydari pentingnya untuk mempersilahkan sekolah menjadi system pengelolaan
secara mandiri di bawah kebijakannya sendiri. Sekolah memiliki otonomi tertentu
untuk mengembangkan tujuan pengajaran strategi manajemen, distribusi sumber
daya manusia dan sumber daya lainnya, memecahkan masalah, dan mencapai tujuan
berdasarkan kondisi mereka masing-masing. Karena sekolah dikelola secara
mandiri maka mereka lebih memiliki inisiatif dan tanggung jawab.
Prinsip ini terkait dengan prinsip
sebelumnya, yaitu prinsip ekuifinalitas dan prinsip desentralisasi. Ketika
sekolah menghadai permasalahan maka harus diselesaikan dengan caranya sendiri.
Sekolah dapat menyelesaikan masalahnya bila telah terjadi pelimpahan weewnang
dari birokrasi di atasnya ke tingkat sekolah. Dengan adanya kewenangan di
tingkat sekolah itulah maka sekolah dapat melakukan system pengelolaan mandiri.
4.
Prinsip Inisiatif Manusia (Principle of Human Initiative)
Perspektif sumber daya manusia menekankan
bahwa orang adalah sumber daya berharga di dalam organisasi sehingga poin utama
manajeman adalah mengembangkan sumber daya manusia di adalam sekolah untuk
berinisitatif. Berdasarkan perspektif ini maka MBS bertujuan untuk membangun
lingkungan yang sesuai untuk warga sekolah agar dapat bekerja dengan baik dan
mengembangkan potensinya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas pendidikan
dapat diukur dari perkembangan aspek sumber dayamanusianya.
Prinsip ini emngakui bahwa manusia bukanlah
sumber daya yang statis, melainkan dinamis. Oleh karena itu, potensi sumber
daya manusia harus selalu digali, ditemukan, dan kemudina dikembangkan. Sekolah
dan lembaga pendidikan yang lebih luas tidak dapat lagi menggunakan istlah
staffing yang konotasinya hanya mengelola manusia sebagai barang yang statis.
Lemabga pendidikan harus menggunakan pendekatan human resources development
yang memiliki konotasi dinamis dan asset yang amat penting dan memiliki potensi
untuk terus dikembangkan.
D.
Karakteristik
Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen
Berbasis Sekolah harus diketahui, diamalkan oleh warga Indonesia terutama pada
seorang pendidik yang mengajar pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan
juga pendidikan menengah. Oleh sebab itu, beberapa karakteristik manajemen
berbasis sekolah sangat wajib dipahami pada sekolah yang ingin menerapkannya
dan juga diharapkan sekolah tersebut dapat memperhatikan serta memiliki
karakteristik MBS dan mampu menerapkannya dengan sukses. Nurkholis (dalam
Manajemen Berbasis Pendidikan : 2003) mengemukakan bahwa karakteristik yang
terdapat pada MBS ini ada 8, yaitu :
1. Sekolah
dengan MBS memiliki misi atau cita-cita menjalankan sekolah untuk mewakili
sekelompok harapan bersama. Misi ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap
fungsi dan efektivitas sekolah,karena dengan misi ini warga sekolah dapat
mengembangkan budaya organisasi sekolah yang tepat, membangun komitmen yang
tinggi terhadap sekolah, dan mempunyai inisiatif untuk memberikan tingkat
layanan pendidikan yang lebih baik.
2. Aktivitas
pendidikan dijalankan berdasarkan karakteristik kebutuhan dan situasi sekolah.
Hakikat aktivitas sangat penting bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas
pendidikan, karena secara tidak langsung memperkenalkan perubahan manajemen
sekolah dari manajemen control eksternal menjadi model berbasis sekolah.
3. Terjadinya
proses perubahan strategi manajemen yang menyangkut hakikat manusia, organisasi
sekolah, gaya pengambilan keputusan, gaya kepemimpinan, penggunaan kekuasaan,
dan keterampilan-keterampilan manajemen. Oleh karena itu, dalam konteks
pelaksanaan MBS, perubahan strategi manajemen lebih memandang pada aspek
pengembangan yang tepat dan relevan dengan kebutuhan sekolah.
4. Keluasaan
dan kewenangan dalam pengelolaan sumber daya yang efektif untuk mencapai tujuan
pendidikan, guna memecahkan masalah-masalah pendidikan yang dihadapi, baik
tenaga kependidikan, keuangan dan sebagainya.
5. MBS
menuntut peran aktif sekolah, administrator sekolah, guru, orang tua dan
pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan di sekolah. Dengan MBS sekolah dapat
mengembangkan siswa dan guru sesuai dengan karakteristik sekolah masing-masing.
Dalam konteks ini, sekolah berperan mengembangkan inisiatif, memcahkan masalah,
dan mengeksplorasi semua kemungkinan untuk memfasilitasi efektivitas
pembelajaran. Demikian halnya dengan unsur-unsur lain seperti guru, orang tua,
komite sekolah, administrator sekolah, dinas pendidikan, dan sebagainya sesuai
dengan perannya masing-masing.
6. MBS
menekankan hubungan antar manusia yang cenderung terbuka, bkerja sama, semangat
tim, dan komitmen yang saling menguntungkan. Oleh karena it, iklim organisasi
cenderung mengarah ke tipe komitmen sehingga efektivitas sekolah dapat
tercapai.
7. Peran
administrator sangat penting dalam kerangka MBS, termasuk di dalamnya kualitas
yang dimiliki administrator.
8. Dalam
MBS efektivitas sekolah dimulai menurut indicator multitingkat dan multisegi.
Penilaian tentang efektivitas sekolah harus mencakup proses pembelajaran dan
metode untuk membantu kemajuan sekolah. Oleh karena itu, penilaian efektivitas
sekolah harus memperhatikan multitingkat, yaitu pada tingkat sekolah, kelompok,
individu, serta indicator multisegi yaitu input, proses dan output sekolah
serta perkembangan akademik siswa.
E.
Fungsi-fungsi
Manajemen Berbasis Sekolah
Makna
manajemen sekolah seringkali disandingkan dengan makna dari administrasi
sekolah. Berdasarkan fungsinya pengertian dari manajemen dan administrasi ini sendiri mempunyai fungsinya yang sama.
Sebab itu, perbedaan dari makna tersebut
tidak konsisten serta signifikan.
Gaffar
(1989) dalam Mulyasa (2002) mengemukakan bahwa manajemen pendidikan mengandung
arti sebagai suatu proses kerjasama yang sistematik, sistemik, dan
kompeherensif dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.. Manajemen
sendiri ialah komponen integral yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah proses
pendidikan secara keseluruhan. Karena, tanpa manajemen tidak mungkin tujuan
pendidikan ini dapat diciptakan secara efektif, optimal serta efisien. Konsep
seperti itu sangatlah berlaku pada sekolah yang membutuhkan manajemen yang
efektif dan juga efisien.
Manajemen berbasis sekolah harus disesuaikan
dengan kebutuhan serta minat dari peserta didik, guru. Perlu adanya pemahaman
tentang fungsi-fungsi pokok dari manajemen itu sendiri, yaitu perencanaan,
pengawasan, pembinaan dan pelaksanaan. Keempat fungsi ini memiliki proses yang
sangat berkesinambungan.
1. Perencanaan
ialah suatu proses yang sistematis dalam mengambil keputusan tentang tindakan
yang dilakukan di waktu mendatang. Perencanaan juga memiliki istilah yaitu kegiatan
untuk menggunakan sumber-sumber terbatas secara efektif untuk mencapai suatu
tujuan yang sudah ditetapkan.
2. Pelaksanaan
ialah sebuah kegiatan untuk mewujudkan rencana menjadi sebuah tindakan nyata
untuk mencapai sebuah tujuan yang efektif dan efisien.
3. Pengawasan
juga bisa diartikan sebagai suatu upaya untuk merekam, mengawasi secara
sistematis serta berkesinambungan. Pada pengawasan ini juga merupakan salah
satu kunci dari keberhasilan proses manajemen.
4. Pembinaan
ialah suatu upaya pengendalian profesional dari unsur yang terdapat pada
organisasi tujuannya untuk mencapai dapat terlaksananya sebuah rencana secara
efisien.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Menegement
Berbasis Sekolah (MBS) merupakan suatu system dalam mengatur tatanan sekolah
guna memaksimalkan dan mengefisiensi sekolah sehingga dapat meningkatkan mutu
pendidikan.program ini juga harus ada kerja sama antara komite sekolah, kepala
sekolah, guru serta siswa apabila elemen tersebut terpenuhi dan antusias
mesukseskan maka pendidikan yang dicita cita kan terwujud.
B. SARAN
Untuk memuwujudkan mutu pendidikan
Daftar
Pustaka:
Mulyasa. 2002.
Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosadakarya
Nurkolis,
2006, Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta : Grasindo
Umaidi,
dkk. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta : Universitas Terbuka
Dolong, Jufri.
2018. Karakteristik Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah. Jurnal Pendidikan.
7(1). (online). http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:ZAXZP7u_q8gJ:journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/Inspiratif
Pendidikan/article/download/4928/4393+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id . Diakses 13
Maret 2019.
7(1). (online). http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:ZAXZP7u_q8gJ:journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/Inspiratif
Pendidikan/article/download/4928/4393+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id . Diakses 13
Maret 2019.