BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan memiliki nuansa berbeda antara
satu daerah dengan daerah lain, sehingga banyak bermunculanpemikiran-pemikiran
yang dianggap sebagai penyesuaian proses pendidikan dengan kebutuhan yang
dipelukan. Karenanya banyak teori yang dikemukakan para pemikir yang bermuara
pada munculnya berbagai aliran pendidikan. Pemahaman terhadap
pemikiran-pemikiran penting dalampendidikan akan membekali tenaga kependidikan
dengan wawasan kesejarahan, yakni kemampuan memahami kaitan antara
pengalaman-pengalaman masa lampau serta perkiraan masa mendatang.
Aliran-aliran
pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok
manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan
prndidikan yang lebih baik dari orang tuanya.
1.2
Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian aliran
pendidikan?
2.
Apa saja macam-macam
aliran pendidikan?
1.3
Tujuan
1. Menjelaskan
pengertian aliran pendidikan
2. Menjelaskan
macam-macam aliran pendidikan di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Aliran Pendidikan
Aliran
pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa pembaruan dalam dunia
pendidikan. Pemikiran tersebut berlangsung seperti suatu diskusi
berkepanjangan, yakni pemikiran-pemikiran terdahulu selalu ditanggapi dengan
pro dan kontra oleh pemikir berikutnya, sehingga timbul pemikiran yang baru dan
begitu seterusnya.
2.2
Macam-macam Aliran Pendidikan
2.2.1
Aliran Klasik
a. Aliran Empirisme
Aliran ini menganut paham
yang berpendapat bahwa segala pengetahuan, keterampilan dan sikap manusia dalam
perkembanganya ditentukan oleh pengalaman (empiris) nyata melalui alat
inderanya baik secara langsung berinteraksi dengan dunia luarnya maupun melalui
proses pengolahan dalam diri dari apa yang didapatkan secara langsung (Joseph,
2006).
Jadi segala kecakapan dan
pengetahuanya tergantung, terbentuk dan ditentukan oleh pengalaman. Sedangkan
pengalaman didapatkan dari lingkungan atau dunia luar melalui indra, sehingga
dapat dikatakan lingkunganlah yang membentuk perkembangan manusia atau anak
didik. Bahwa hanya lingkunganlah yang mempengaruhi perkembangan anak.
John Locke (dalam Joseph:
2006) tak ada sesuatu dalam jiwa yang sebelumnya tak ada dalam indera. Ini
berarti apa yang terjadi, apa yang mempegaruhi apa yang membentuk perkembangan
jiwa anak didik adalahlingkungan melalui pintu gerbang inderanya yang berarti
tidak ada yang terjadi dengan tiba-tiba tanpa melalui proses penginderaan.
b. Aliran Nativisme.
Teori ini merupakan
kebalikan dari teori empirisme, yang mengajarkan bahwa anak lahir sudah
memiliki pembawaan baik dan buruk. Perkembangan anak hanya ditentukan oleh
pembawaanya sendiri-sendiri. Lingkungan sama sekali tidak mempengaruhi apalagi
membentuk kepribadian anak. Jika pembawaan jahat akan menjadi jahat, jika
pembawaanya baik akan menjadi baik. Jadi lingkungan yang diinginkan dalam
perkembangan anak adalah lingkungan yang
tidak dibuat-buat, yakni lingkungan yang alami.
c. Aliran Konvergensi.
Faktor pembawaan dan faktor
lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting, keduanya tidak
dapat dipisahkan sebagaiman teori nativisme teori ini juga mengakui bahwa
pembawaan yang dibawa anak sejak lahir juga meliputi pembawaan baik dan
pembawaan buruk. Pembawaan yang dibawa anak pada waktu lahir tidak akan bisa
berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai dengan
pembawaan tersebut.
William Stern (dalam Tim
Dosen 2006: 79) mengatakan bahwa perkembangan anak tergantung dari pembawaan
dari lingkugan yang keduanya merupakan sebagaiman dua garis yang bertemu atau
menuju pada satu titik yang disebut konvergensi.
Dari beberapa uraian
diatas, teori yang cocok dapat diterima sesuai dengan kenyataan adalah teori
konvergensi, yang tidak mengekstrimkan faktor pembawaan, faktor lingkungann
atau alamiah yang mempengaruhi terhadap perkembangan anak, melainkan semuanya
dari faktor-faktor tersebut mempengaruhi terhadap perkembangan anak.
d. Aliran Naturalisme
Aliran ini mempunyai
kesamaan dengan teori nativisme bahkan kadang-kadang disamakan. Padahal
mempunyai perbedaan-perbedaan tertentu. Ajaran dalam teori ini mengatakan bahwa
anak sejak lahir sudah memiliki pembawaan sendiri-sendiri baik bakat minat,
kemampuan, sifat, watak dan pembawaan-pembawaan lainya. Pembawaan akan
berkembang sesuai dengan lingkungan alami, bukan lingkungna yang dibuat-buat.
Dengan kata lain jika pendidikan diartikan sebagai usahan sadar untuk
mempengaruhi perkembangan anak seperti mengarahkan, mempengaruhi, menyiapkan,
menghasilkan apalagi menjadikan anak kea rah tertentu, maka usaha tersebut
hanyalah berpengaruh jelek terhadapperkembangan anak. Tetapi jika pendidikan
diartikan membiarkan anak berkembang sesuai dengan pembawaan dengan lingkungan
yang tidak dibuat-buat (alami) makan
pendidikan yang dimaksud terakhir ini betrpengaruh positif terhadap
perkembangan anak.
2.2.2
Aliran Modern
a. Progresivisme
Progresivisme adalah
gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan di sekolah
berpusat pada anak (child-centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan
pendidikan yang masih berpusat pada guru (teacher-centered) atau
bahan pelajaran (subject-centered).
- Tujuan pendidikan dalam aliran
ini adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis,
mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Untuk mencapai tujuan
tersebut, pendidikan harusnya merupakan pengembangan sepenuhnya bakat dan
minat setiap anak.
- Kurikulum pendidikan
Progresivisme adalah kurikulum yang berisi pengalaman-pengalaman atau
kegiatan-kegiatan belajar yang diminati oleh setiap peserta didik (experience
curriculum).
- Metode pendidikan Progresivisme
antara lain:
1.
Metode belajar aktif.
2.
Metode memonitor kegiatan
belajar.
3.
Metode penelitian ilmiah
- Pendidikan berpusat pada anak.
Pendidikan Progresivisme
menganut prinsip pendidikan berpusat pada anak. Anak merupakan pusat adari
keseluruhan kegiatan-kegiatan pendidikan. Pendidikan Progresivisme sangat
memuliakan harkat dan martabat anak dalam pendidikan. Anak bukanlah orang dewasa
dalam betuk kecil. Anak adalah anak, yang sangat berbeda dengan orang dewasa.
Setiap anak mempunyai individualitas sendiri-sendiri, anak mempunyai alur
pemikiran sendiri, anak mempunyai keinginan sendiri, mempunyai harapan-harapan
dan kecemasan sendiri, yang berbeda dengan orang dewasa. Dengan demikian, anak
harus diperlakukan berbeda dari orang dewasa.
b. Esensialisme
Esensialisme modern dalam
pendidikan adalah gerakan pendidikan yang memprotes gerakan progresivisme
terhadap nilai-nilai yang tertanam dalam warisan budaya/sosial. Menurut
esensialisme nilai-nilai yang tertanam dalam nilai budaya/sosial adalah
nilai-nilai kemanusiaan yang terbentuk secara berangsur-angsur dengan melalui
kerja keras dan susah payah selama beratus tahun dan di dalamnya berakar
gagasan-gagasan dan cita-cita yang telah teruji dalam perjalanan waktu. Peranan
guru kuat dalam mempengaruhi dan mengawasi kegiatan-kegiatan di kelas.
- Tujuan pendidikan dari aliran
ini adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui suatu inti pengetahuan
yang telah terhimpun, yang telah bertahan sepanjang waktu dan dengan
demikian adlah berharga untuk diketahui oleh semua orang. Pengetahuan ini
diikuti oleh ketrampilan. Ketrampilan, sikap-sikap dan nilai yang tepat,
membentuk unsur-unsur yang inti (esensial) dari sebuah pendidikan
Pendidikan bertujuan untuk mencapai standar akademik yang tinggi,
pengembangan intelek atau kecerdasan.
- Metode pendidikan:
1.
Pendidikan berpusat pada
guru (teacher centered).
2.
Peserta didik dipaksa untuk
belajar.
3.
Latihan mental
- Kurikulum berpusat pada mata
pelajaran yang mencakup mata-mata pelajaran akademik yang pokok. Kurikulum
sekolah dasar ditekankan pada pengembangan ketrampilan dasar dalam
membaca, menulis, dan matematika.Sedangkan kurikulum pada sekolah menengah
menekankan pada perluasan dalam mata pelajaran matematika, ilmu kealaman,
serta bahasa dan sastra.
c. Rekonstruksionalisme
Rekonstruksionalisme
memandang pendidikan sebagai rekonstruksi pengalaman-pengalaman yang
berlangsung terus dalam hidup. Sekolah yang menjadi tempat utama berlangsungnya
pendidikan haruslah merupakan gambaran kecil dari kehidupan sosial di
masyarakat
- Tujuan pendidikan
Sekolah-sekolah rekonstruksionis berfungsi
sebagai lembaga utama untuk melakukan perubahan sosial, ekonomi dan politik
dalam masyarakat. Tujuan pendidikan rekonstruksionis adalah membangkitkan
kesadaran para peserta didik tentang masalah sosial, ekonomi dan politik yang
dihadapi umat manusia dalam skala global, dan mengajarkan kepada mereka
keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah
tersebut.
- Kurikulum dalam pendidikan
rekonstruksionalisme berisi mata-mata pelajaran yang berorientasi pada
kebutuhan-kebutuhan masyarakat masa depan. Kurikulum banyak berisi
masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi umat manusia.
Yng termasuk di dalamnya masalah-masalah pribadi para peserta didik
sendiri, dan program-program perbaikan yang ditentukan secara ilmiah.
d. Perennialisme
Perennialisme adalah
gerakan pendidikan yang mempertahankan bahwa nilai-nilai universal itu ada, dan
bahwa pendidikan hendaknya merupakan suatu pencarian dan penanaman
kebenaran-kebenaran dan nilai-nilai tersebut. Guru mempunyai peranan dominan
dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di kelas. Menurut perennialisme,
ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang tertinggi, karena dengan ilmu
pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara induktif. Jadi dengan berpikir,
maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan. Penguasaan pengetahuan mengenai
prinsip-prinsip pertama adalah modal bagi seseorang untuk mengembangkan pikiran
dan kecerdasan. Dengan pengetahuan, bahan penerangan yang cukup, orang akan
mampu mengenal dan memahami faktor-faktor dan problema yang perlu diselesaikan
dan berusaha mengadakan penyelesaian masalahnya.
- Tujuan pendidikan
Diharapkan anak didik mampu mengenal dan
mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin mental.
Karya-karya ini merupakan buah pikiran besar pada masa lampau. Berbagai buah
pikiran mereka yang oleh zaman telah dicatat menonjol seperti bahasa, sastra,
sejarah, filsafat, politik, ekonomi, matematika, ilmu pengetahuan alam, dan
lain-lainnya, telah banyak memberikan sumbangan kepada perkembangan zaman dulu.
- Kurikulum berpusat pada mata
pelajaran dan cenderung menitikberatkan pada sastra, matematika, bahasa
dan sejarah.
e. Idealisme
Aliran idealisme merupakan
suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah
gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antara
gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera.
Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea.
Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Tugas ide
adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja
yang telah menguasai ide, ia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat
menggunakan sebagai alat untuk mengukur, mengklasifikasikan dan menilai segala
sesuatu yang dialami sehari-hari.
Para murid yang menikmati pendidikan
di masa aliran idealisme sedang gencar-gencarnya diajarkan, memperoleh
pendidikan dengan mendapatkan pendekatan (approach) secara
khusus. Sebab, pendekatan dipandang sebagai cara yang sangat penting. Para guru
tidak boleh berhenti hanya di tengah pengkelasan murid, atau tidak mengawasi
satu persatu muridnya atau tingkah lakunya. Seorang guru mesti masuk ke dalam
pemikiran terdalam dari anak didik, sehingga kalau perlu ia berkumpul hidup
bersama para anak didik. Guru jangan hanya membaca beberapa kali spontanitas
anak yang muncul atau sekadar ledakan kecil yang tidak banyak bermakna.
Pola pendidikan yang
diajarkan fisafat idealisme berpusat dari idealisme. Pengajaran tidak
sepenuhnya berpusat dari anak, atau materi pelajaran, juga bukan masyarakat, melainkan
berpusat pada idealisme. Maka, tujuan pendidikan menurut paham idealisme
terbagai atas tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan untuk masyarakat, dan
campuran antara keduanya.
- Tujuan Pendidikan
Agar anak didik bisa menjadi kaya dan
memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh
warna, hidup bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya
diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan
tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan
sesama manusia. Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu pendekatan
seseorang kepada yang lain. Seseorang tidak sekadar menuntuk hak pribadinya,
namun hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan
kemanusiaan yang saling penuh pengertian dan rasa saling menyayangi.
- Kurikulum
Kurikulum yang digunakan
dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih memfokuskan pada isi yang
objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran yang textbook.
Agar supaya pengetahuan dan pengalamannya senantiasa aktual.
2.2.3 Aliran Pokok Pendidikan
Aliran
pokok pendidikan di Indonesia yang dimaksud adalah Perguruan Kebangsaan Taman Siswa
dan Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam. Kedua aliran ini dipandang sebagai suatu
tonggak pemikiran tentang pendidikan di Indonesia.
1. Perguruan
Kebangsaan Taman Siswa
Perguruan
Kebangsaan Taman siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 Juli
1932 di Yogyakarta.
·
Asas dan Tujuan Taman
Siswa
Taman Siswa
memiliki tujuh asas perjuangan yang dikenal dengan “Asas 1922”, antara
lain:
a. Setiap
orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri dengan mengingat terbitnya
persatuan dalam perikehidupan umum.
b. Pengajaran
harus member pengetahuan yang berfaedah yang dalam arti lahri dan batin dapat
memerdekakan diri.
c. Pengajaran
harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri.
d. Pengajaran
harus tersebar luas sampai menjangkau seluruh masyarakat.
e. Mengejar
kemerdekaan hidup hendaknya diusahakan dengan kekuatan sendiri dan menolak
bantuan apapun dan dari siapapun yang mengikat.
f. Sebagai
konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus membelanjai sendiri
segala usaha yang dilakukan.
g. Mendidik
anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan batin dengan mengorbankan segala
kepentingan pribadi demi kebahagiaan anak-anak.
Dalam
perkembangannya, Taman Siswa melengkapi “Asas 1922” dengan “Dasar-Dasar 1947”
yang disebut pula “Panca Dharma”. Asas-asas tersebut antara lain : asas
kemerdekaan, asas kodrat alam, asas kebudayaan, asas kebangsaan, dan asas
kemanusiaan.
Adapun tujuan
Perguruan Kebangsaan Taman Siswa antara lain:
a. Sebagai
badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat tertib dan damai.
b. Membangun
anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir batin, luhur akal budinya, serta
sehat jasmaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna dan bertanggung
jawab atas keserasian bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya.
·
Upaya-Upaya Pendidikan
yang Dilakukan Taman Siswa
a. Menyelenggarakan
tugas pendidikan dalam bentuk perguruan dari tingkat dasar hingga tingkat
tinggi.
b. Mengikuti
dan mempelajari perkembangan dunia di luar Taman Siswa yang ada hubungannya
dengan bidang kegiatan Taman Siswa.
c. Menumbuhkan
lingkungan hidup keluarga Taman Siswa, sehingga dapat tampak benar wujud
masyarakat Taman Siswa yang dicita-citakan.
·
Hasil-Hasil yang
Dicapai
Taman
Siswa telah mencapai berbagai hal seperti : gagasan/pemikiran tentang
pendidikan nasional, lembaga-lembaga pendidikan dari Taman Indria sampai dengan
Sarjana Wiyata, dan sejumlah besar alumni perguruan banyak yang menjadi tokoh
nasional, seperti Ki Hajar Dewantara, Ki Mangunsarkoro, dan Ki Suratman.
2. Ruang
Pendidik INS Kayu Tanam
Ruang
Pendidik INS Kayu Tanam didirikan oleh Mohammad Sjafei pada tanggal 31 Oktober
1962 di Kayu Tanam.
·
Asas dan Tujuan Ruang
Pendidik INS Kayu Tanam
a. Berpikir
logis dan rasional.
b. Keaktifan
atau kegiatan.
c. Pendidikan
masyarakat.
d. Memperhatikan
pembawaan anak.
e. Menentang
intelektualisme.
Namun, seiring
perkembangan zaman, asas tersebut berkembang menjadi dasar-dasar pendidikan.
Tujuan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam adalah :
1. Mendidik
rakyat ke arah kemerdekaan.
2. Memberi
pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
3. Mendidik
para pemuda agar berguna untuk masyarakat.
4. Menanamkan
kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani bertanggung jawab.
5. Mengusahakan mandiri dalam
pembiayaan.
·
Usaha-Usaha Ruang
Pendidik INS Kayu Tanam
Usaha-usaha
yang dilakukan Mohammad Sjafei dan kawan-kawan antara lain: memantapkan dan
menyebarluaskan gagasan-gagasannya tentang pendidikan nasional, pengembangan
Ruang Pendidik INS, upaya pemberantasan buta huruf, penerbitan majalah
anak-anak, dan lain-lain.
·
Hasil-Hasil yang
Dicapai Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
INS
Kayu Tanam telah mengupayakan gagasan tentang pendidikan nasional, beberapa
ruang pendidikan,dan sejumlah alumni. Salah satu Alumni pun telah
berhasil menerbitkan salah satu tulisan Moh. Sjafei yakni Dasar-Dasar pendidikan.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aliran-aliran pendidikan adalah pemikiran-pemikiran
yang membawa pembaharuan pada pendidikan. Sejak dulu, kini maupun dimasa depan
pendidikan itu selalu mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan sosial
budaya dan perkembangan iptek.
Macam-macam aliran pendidikan yaitu :
a. Aliran Empirisme
Aliran Empirisme menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan.
b. Aliran Nativisme
Aliran nativisme menyatakan bahwa anak-anak yang lahir ke dunia sudah memiliki pembawaan atau bakatnya yang akan berkembang menurut arahnya masing-masing. Pembawaan tersebut ada yang baik dan ada pula yang buruk. Aliran ini pun berkeyakinan bahwa manusia yang jahat akan menjadi jahat dan sebaliknya, yang baik akan menjadi baik.
c. Aliran Naturalisme
Aliran ini berpendapat bahwa semua anak baru dilahirkan mempunyai pembawaan baik. Pembawaan baik akan menjadi rusak karena dipengaruhi lingkungan. Pendidikan yang diberikan orang dewasa malah dapat merusak pembawaan baik anak itu.
d. Aliran Konvergensi
Aliran Konvergensi berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan sangat penting.
e. Aliran Progresivisme
Aliran Progresivisme ini memandang bahwa peserta didik mempunyai akal dan kecerdasan. Peningkatan kecerdasan menjadi tugas utama pendidik, yang secara teori mengerti karakter peserta didiknya.
f. Aliran Konstruktivisme
Aliran ini menegaskan bahwa pengetahuan mutlak diperoleh dari hasil konstruksi kognitif dalam diri seseorang, melalui pengalaman yang diterima lewat panca indra, yaitu penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman, dan perasa. Dengan demikian, aliran ini menolak adanya transfer pengetahuan yang dilakukan dari seseorang kepada orang lain karena perbuatan itu akan sia-sia saja.
3.2 Saran
Demikian makalah ini kami buat, kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat saya butuhkan. Guna perbaikan makalah berikutnya. Dan semoga makalah ini berguna untuk kita semua. Amin.
Macam-macam aliran pendidikan yaitu :
a. Aliran Empirisme
Aliran Empirisme menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan.
b. Aliran Nativisme
Aliran nativisme menyatakan bahwa anak-anak yang lahir ke dunia sudah memiliki pembawaan atau bakatnya yang akan berkembang menurut arahnya masing-masing. Pembawaan tersebut ada yang baik dan ada pula yang buruk. Aliran ini pun berkeyakinan bahwa manusia yang jahat akan menjadi jahat dan sebaliknya, yang baik akan menjadi baik.
c. Aliran Naturalisme
Aliran ini berpendapat bahwa semua anak baru dilahirkan mempunyai pembawaan baik. Pembawaan baik akan menjadi rusak karena dipengaruhi lingkungan. Pendidikan yang diberikan orang dewasa malah dapat merusak pembawaan baik anak itu.
d. Aliran Konvergensi
Aliran Konvergensi berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan sangat penting.
e. Aliran Progresivisme
Aliran Progresivisme ini memandang bahwa peserta didik mempunyai akal dan kecerdasan. Peningkatan kecerdasan menjadi tugas utama pendidik, yang secara teori mengerti karakter peserta didiknya.
f. Aliran Konstruktivisme
Aliran ini menegaskan bahwa pengetahuan mutlak diperoleh dari hasil konstruksi kognitif dalam diri seseorang, melalui pengalaman yang diterima lewat panca indra, yaitu penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman, dan perasa. Dengan demikian, aliran ini menolak adanya transfer pengetahuan yang dilakukan dari seseorang kepada orang lain karena perbuatan itu akan sia-sia saja.
3.2 Saran
Demikian makalah ini kami buat, kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat saya butuhkan. Guna perbaikan makalah berikutnya. Dan semoga makalah ini berguna untuk kita semua. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Tirtarahardja,
Umar dan La Sula. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Redja
Mudyaharjo. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Joseph
Mbulu, dkk. 2005. Pengantar Pendidikan. Malang: Laboratorium
Teknologi Pendidikan.