Wikipedia

Search results

MAKALAH Aliran-aliran pendidikan yang berkembang dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan peserta didik,


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan memiliki nuansa berbeda antara satu daerah dengan daerah lain, sehingga banyak bermunculanpemikiran-pemikiran yang dianggap sebagai penyesuaian proses pendidikan dengan kebutuhan yang dipelukan. Karenanya banyak teori yang dikemukakan para pemikir yang bermuara pada munculnya berbagai aliran pendidikan. Pemahaman terhadap pemikiran-pemikiran penting dalampendidikan akan membekali tenaga kependidikan dengan wawasan kesejarahan, yakni kemampuan memahami kaitan antara pengalaman-pengalaman masa lampau serta perkiraan masa mendatang.
Aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan prndidikan yang lebih baik dari orang tuanya.

1.2    Rumusan Masalah
1.        Apa pengertian aliran pendidikan?
2.        Apa saja macam-macam aliran pendidikan?

1.3    Tujuan
1.      Menjelaskan pengertian  aliran pendidikan
2.      Menjelaskan macam-macam aliran pendidikan di Indonesia




BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Aliran Pendidikan

Aliran pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa pembaruan dalam dunia pendidikan. Pemikiran tersebut berlangsung seperti suatu diskusi berkepanjangan, yakni pemikiran-pemikiran terdahulu selalu ditanggapi dengan pro dan kontra oleh pemikir berikutnya, sehingga timbul pemikiran yang baru dan begitu seterusnya.

2.2   Macam-macam Aliran Pendidikan
2.2.1                       Aliran Klasik
a.       Aliran Empirisme
Aliran ini menganut paham yang berpendapat bahwa segala pengetahuan, keterampilan dan sikap manusia dalam perkembanganya ditentukan oleh pengalaman (empiris) nyata melalui alat inderanya baik secara langsung berinteraksi dengan dunia luarnya maupun melalui proses pengolahan dalam diri dari apa yang didapatkan secara langsung (Joseph, 2006).
Jadi segala kecakapan dan pengetahuanya tergantung, terbentuk dan ditentukan oleh pengalaman. Sedangkan pengalaman didapatkan dari lingkungan atau dunia luar melalui indra, sehingga dapat dikatakan lingkunganlah yang membentuk perkembangan manusia atau anak didik. Bahwa hanya lingkunganlah yang mempengaruhi perkembangan anak.
John Locke (dalam Joseph: 2006) tak ada sesuatu dalam jiwa yang sebelumnya tak ada dalam indera. Ini berarti apa yang terjadi, apa yang mempegaruhi apa yang membentuk perkembangan jiwa anak didik adalahlingkungan melalui pintu gerbang inderanya yang berarti tidak ada yang terjadi dengan tiba-tiba tanpa melalui proses penginderaan.
b.      Aliran Nativisme.
Teori ini merupakan kebalikan dari teori empirisme, yang mengajarkan bahwa anak lahir sudah memiliki pembawaan baik dan buruk. Perkembangan anak hanya ditentukan oleh pembawaanya sendiri-sendiri. Lingkungan sama sekali tidak mempengaruhi apalagi membentuk kepribadian anak. Jika pembawaan jahat akan menjadi jahat, jika pembawaanya baik akan menjadi baik. Jadi lingkungan yang diinginkan dalam perkembangan anak  adalah lingkungan yang tidak dibuat-buat, yakni lingkungan yang alami.
c.       Aliran Konvergensi.
Faktor pembawaan dan faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting, keduanya tidak dapat dipisahkan sebagaiman teori nativisme teori ini juga mengakui bahwa pembawaan yang dibawa anak sejak lahir juga meliputi pembawaan baik dan pembawaan buruk. Pembawaan yang dibawa anak pada waktu lahir tidak akan bisa berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai dengan pembawaan tersebut.
William Stern (dalam Tim Dosen 2006: 79) mengatakan bahwa perkembangan anak tergantung dari pembawaan dari lingkugan yang keduanya merupakan sebagaiman dua garis yang bertemu atau menuju pada satu titik yang disebut konvergensi.
Dari beberapa uraian diatas, teori yang cocok dapat diterima sesuai dengan kenyataan adalah teori konvergensi, yang tidak mengekstrimkan faktor pembawaan, faktor lingkungann atau alamiah yang mempengaruhi terhadap perkembangan anak, melainkan semuanya dari faktor-faktor tersebut mempengaruhi terhadap perkembangan anak.
d.      Aliran Naturalisme
Aliran ini mempunyai kesamaan dengan teori nativisme bahkan kadang-kadang disamakan. Padahal mempunyai perbedaan-perbedaan tertentu. Ajaran dalam teori ini mengatakan bahwa anak sejak lahir sudah memiliki pembawaan sendiri-sendiri baik bakat minat, kemampuan, sifat, watak dan pembawaan-pembawaan lainya. Pembawaan akan berkembang sesuai dengan lingkungan alami, bukan lingkungna yang dibuat-buat. Dengan kata lain jika pendidikan diartikan sebagai usahan sadar untuk mempengaruhi perkembangan anak seperti mengarahkan, mempengaruhi, menyiapkan, menghasilkan apalagi menjadikan anak kea rah tertentu, maka usaha tersebut hanyalah berpengaruh jelek terhadapperkembangan anak. Tetapi jika pendidikan diartikan membiarkan anak berkembang sesuai dengan pembawaan dengan lingkungan yang tidak  dibuat-buat (alami) makan pendidikan yang dimaksud terakhir ini betrpengaruh positif terhadap perkembangan anak.

2.2.2 Aliran Modern
a.       Progresivisme
Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan di sekolah berpusat pada anak (child-centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada guru (teacher-centered) atau bahan pelajaran (subject-centered).
  • Tujuan pendidikan dalam aliran ini adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan harusnya merupakan pengembangan sepenuhnya bakat dan minat setiap anak.
  • Kurikulum pendidikan Progresivisme adalah kurikulum yang berisi pengalaman-pengalaman atau kegiatan-kegiatan belajar yang diminati oleh setiap peserta didik (experience curriculum).
  • Metode pendidikan Progresivisme antara lain:
1.        Metode belajar aktif.
2.        Metode memonitor kegiatan belajar.
3.        Metode penelitian ilmiah
  • Pendidikan berpusat pada anak.
Pendidikan Progresivisme menganut prinsip pendidikan berpusat pada anak. Anak merupakan pusat adari keseluruhan kegiatan-kegiatan pendidikan. Pendidikan Progresivisme sangat memuliakan harkat dan martabat anak dalam pendidikan. Anak bukanlah orang dewasa dalam betuk kecil. Anak adalah anak, yang sangat berbeda dengan orang dewasa. Setiap anak mempunyai individualitas sendiri-sendiri, anak mempunyai alur pemikiran sendiri, anak mempunyai keinginan sendiri, mempunyai harapan-harapan dan kecemasan sendiri, yang berbeda dengan orang dewasa. Dengan demikian, anak harus diperlakukan berbeda dari orang dewasa.
b.      Esensialisme
Esensialisme modern dalam pendidikan adalah gerakan pendidikan yang memprotes gerakan progresivisme terhadap nilai-nilai yang tertanam dalam warisan budaya/sosial. Menurut esensialisme nilai-nilai yang tertanam dalam nilai budaya/sosial adalah nilai-nilai kemanusiaan yang terbentuk secara berangsur-angsur dengan melalui kerja keras dan susah payah selama beratus tahun dan di dalamnya berakar gagasan-gagasan dan cita-cita yang telah teruji dalam perjalanan waktu. Peranan guru kuat dalam mempengaruhi dan mengawasi kegiatan-kegiatan di kelas.
  • Tujuan pendidikan dari aliran ini adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui suatu inti pengetahuan yang telah terhimpun, yang telah bertahan sepanjang waktu dan dengan demikian adlah berharga untuk diketahui oleh semua orang. Pengetahuan ini diikuti oleh ketrampilan. Ketrampilan, sikap-sikap dan nilai yang tepat, membentuk unsur-unsur yang inti (esensial) dari sebuah pendidikan Pendidikan bertujuan untuk mencapai standar akademik yang tinggi, pengembangan intelek atau kecerdasan.
  • Metode pendidikan:
1.        Pendidikan berpusat pada guru (teacher centered).
2.        Peserta didik dipaksa untuk belajar.
3.        Latihan mental
  • Kurikulum berpusat pada mata pelajaran yang mencakup mata-mata pelajaran akademik yang pokok. Kurikulum sekolah dasar ditekankan pada pengembangan ketrampilan dasar dalam membaca, menulis, dan matematika.Sedangkan kurikulum pada sekolah menengah menekankan pada perluasan dalam mata pelajaran matematika, ilmu kealaman, serta bahasa dan sastra.
c.       Rekonstruksionalisme
Rekonstruksionalisme memandang pendidikan sebagai rekonstruksi pengalaman-pengalaman yang berlangsung terus dalam hidup. Sekolah yang menjadi tempat utama berlangsungnya pendidikan haruslah merupakan gambaran kecil dari kehidupan sosial di masyarakat
  • Tujuan pendidikan
Sekolah-sekolah rekonstruksionis berfungsi sebagai lembaga utama untuk melakukan perubahan sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat. Tujuan pendidikan rekonstruksionis adalah membangkitkan kesadaran para peserta didik tentang masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia dalam skala global, dan mengajarkan kepada mereka keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
  • Kurikulum dalam pendidikan rekonstruksionalisme berisi mata-mata pelajaran yang berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan masyarakat masa depan. Kurikulum banyak berisi masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi umat manusia. Yng termasuk di dalamnya masalah-masalah pribadi para peserta didik sendiri, dan program-program perbaikan yang ditentukan secara ilmiah.
d.      Perennialisme
Perennialisme adalah gerakan pendidikan yang mempertahankan bahwa nilai-nilai universal itu ada, dan bahwa pendidikan hendaknya merupakan suatu pencarian dan penanaman kebenaran-kebenaran dan nilai-nilai tersebut. Guru mempunyai peranan dominan dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di kelas. Menurut perennialisme, ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang tertinggi, karena dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara induktif. Jadi dengan berpikir, maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan. Penguasaan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pertama adalah modal bagi seseorang untuk mengembangkan pikiran dan kecerdasan. Dengan pengetahuan, bahan penerangan yang cukup, orang akan mampu mengenal dan memahami faktor-faktor dan problema yang perlu diselesaikan dan berusaha mengadakan penyelesaian masalahnya.
  • Tujuan pendidikan
Diharapkan anak didik mampu mengenal dan mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin mental. Karya-karya ini merupakan buah pikiran besar pada masa lampau. Berbagai buah pikiran mereka yang oleh zaman telah dicatat menonjol seperti bahasa, sastra, sejarah, filsafat, politik, ekonomi, matematika, ilmu pengetahuan alam, dan lain-lainnya, telah banyak memberikan sumbangan kepada perkembangan zaman dulu.
  • Kurikulum berpusat pada mata pelajaran dan cenderung menitikberatkan pada sastra, matematika, bahasa dan sejarah.
e.       Idealisme
Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah menguasai ide, ia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakan sebagai alat untuk mengukur, mengklasifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari.
Para murid yang menikmati pendidikan di masa aliran idealisme sedang gencar-gencarnya diajarkan, memperoleh pendidikan dengan mendapatkan pendekatan (approach) secara khusus. Sebab, pendekatan dipandang sebagai cara yang sangat penting. Para guru tidak boleh berhenti hanya di tengah pengkelasan murid, atau tidak mengawasi satu persatu muridnya atau tingkah lakunya. Seorang guru mesti masuk ke dalam pemikiran terdalam dari anak didik, sehingga kalau perlu ia berkumpul hidup bersama para anak didik. Guru jangan hanya membaca beberapa kali spontanitas anak yang muncul atau sekadar ledakan kecil yang tidak banyak bermakna.
Pola pendidikan yang diajarkan fisafat idealisme berpusat dari idealisme. Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak, atau materi pelajaran, juga bukan masyarakat, melainkan berpusat pada idealisme. Maka, tujuan pendidikan menurut paham idealisme terbagai atas tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan untuk masyarakat, dan campuran antara keduanya.
  • Tujuan Pendidikan
Agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan sesama manusia. Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu pendekatan seseorang kepada yang lain. Seseorang tidak sekadar menuntuk hak pribadinya, namun hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan kemanusiaan yang saling penuh pengertian dan rasa saling menyayangi.
  • Kurikulum
Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran yang textbook. Agar supaya pengetahuan dan pengalamannya senantiasa aktual.

2.2.3 Aliran Pokok Pendidikan
 Aliran pokok pendidikan di Indonesia yang dimaksud adalah Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam. Kedua aliran ini dipandang sebagai suatu tonggak pemikiran tentang pendidikan di Indonesia.
1.    Perguruan Kebangsaan Taman Siswa
Perguruan Kebangsaan Taman siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 Juli 1932 di Yogyakarta.
·      Asas dan Tujuan Taman Siswa
Taman Siswa memiliki tujuh asas perjuangan yang dikenal dengan “Asas 1922”, antara lain:
a.    Setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri dengan mengingat terbitnya persatuan dalam perikehidupan umum.
b.    Pengajaran harus member pengetahuan yang berfaedah yang dalam arti lahri dan batin dapat memerdekakan diri.
c.    Pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri.
d.   Pengajaran harus tersebar luas sampai menjangkau seluruh masyarakat.
e.    Mengejar kemerdekaan hidup hendaknya diusahakan dengan kekuatan sendiri dan menolak bantuan apapun dan dari siapapun yang mengikat.
f.     Sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.
g.    Mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan batin dengan mengorbankan segala kepentingan pribadi demi kebahagiaan anak-anak.
Dalam perkembangannya, Taman Siswa melengkapi “Asas 1922” dengan “Dasar-Dasar 1947” yang disebut pula “Panca Dharma”. Asas-asas tersebut antara lain : asas kemerdekaan, asas kodrat alam, asas kebudayaan, asas kebangsaan, dan asas kemanusiaan.
Adapun tujuan Perguruan Kebangsaan Taman Siswa antara lain:
a.    Sebagai badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat tertib dan damai.
b.    Membangun anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir batin, luhur akal budinya, serta sehat jasmaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab atas keserasian bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya.
·         Upaya-Upaya Pendidikan yang Dilakukan Taman Siswa
a.    Menyelenggarakan tugas pendidikan dalam bentuk perguruan dari tingkat dasar hingga tingkat tinggi.
b.    Mengikuti dan mempelajari perkembangan dunia di luar Taman Siswa yang ada hubungannya dengan bidang kegiatan Taman Siswa.
c.    Menumbuhkan lingkungan hidup keluarga Taman Siswa, sehingga dapat tampak benar wujud masyarakat Taman Siswa yang dicita-citakan.
·         Hasil-Hasil yang Dicapai
     Taman Siswa telah mencapai berbagai hal seperti : gagasan/pemikiran tentang pendidikan nasional, lembaga-lembaga pendidikan dari Taman Indria sampai dengan Sarjana Wiyata, dan sejumlah besar alumni perguruan banyak yang menjadi tokoh nasional, seperti Ki Hajar Dewantara, Ki Mangunsarkoro, dan Ki Suratman.
2.    Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Ruang Pendidik INS Kayu Tanam didirikan oleh Mohammad Sjafei pada tanggal 31 Oktober 1962 di Kayu Tanam.
·         Asas dan Tujuan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
a.    Berpikir logis dan rasional.
b.    Keaktifan atau kegiatan.
c.    Pendidikan masyarakat.
d.   Memperhatikan pembawaan anak.
e.    Menentang intelektualisme.
Namun, seiring perkembangan zaman, asas tersebut berkembang menjadi dasar-dasar pendidikan. Tujuan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam adalah :
1.    Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan.
2.    Memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
3.    Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat.
4.    Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan  berani bertanggung jawab.
5.    Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan.
·         Usaha-Usaha Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Usaha-usaha yang dilakukan Mohammad Sjafei dan kawan-kawan antara lain: memantapkan dan menyebarluaskan gagasan-gagasannya tentang pendidikan nasional, pengembangan Ruang Pendidik INS, upaya pemberantasan buta huruf, penerbitan majalah anak-anak, dan lain-lain.
·         Hasil-Hasil yang Dicapai Ruang Pendidik  INS Kayu Tanam
   INS Kayu Tanam telah mengupayakan gagasan tentang pendidikan nasional, beberapa ruang pendidikan,dan sejumlah alumni. Salah satu  Alumni pun telah berhasil menerbitkan salah satu tulisan Moh. Sjafei yakni Dasar-Dasar pendidikan.






BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Aliran-aliran pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan pada pendidikan. Sejak dulu, kini maupun dimasa depan pendidikan itu selalu mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan sosial budaya dan perkembangan iptek. 
Macam-macam aliran pendidikan yaitu : 
a.    Aliran Empirisme
Aliran Empirisme menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. 
b.    Aliran Nativisme
Aliran nativisme menyatakan bahwa anak-anak yang lahir ke dunia sudah memiliki pembawaan atau bakatnya yang akan berkembang menurut arahnya masing-masing. Pembawaan tersebut ada yang baik dan ada pula yang buruk. Aliran ini pun berkeyakinan bahwa manusia yang jahat akan menjadi jahat dan sebaliknya, yang baik akan menjadi baik. 
c.    Aliran Naturalisme
Aliran ini berpendapat bahwa semua anak baru dilahirkan mempunyai pembawaan baik. Pembawaan baik akan menjadi rusak karena dipengaruhi lingkungan. Pendidikan yang diberikan orang dewasa malah dapat merusak pembawaan baik anak itu. 
d.    Aliran Konvergensi
Aliran Konvergensi berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan sangat penting. 
e.    Aliran Progresivisme
Aliran Progresivisme ini memandang bahwa peserta didik mempunyai akal dan kecerdasan. Peningkatan kecerdasan menjadi tugas utama pendidik, yang secara teori mengerti karakter peserta didiknya.
f.    Aliran Konstruktivisme
Aliran ini menegaskan bahwa pengetahuan mutlak diperoleh dari hasil konstruksi kognitif dalam diri seseorang, melalui pengalaman yang diterima lewat panca indra, yaitu penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman, dan perasa. Dengan demikian, aliran ini menolak adanya transfer pengetahuan yang dilakukan dari seseorang kepada orang lain karena perbuatan itu akan sia-sia saja.

3.2   Saran
       Demikian makalah ini kami buat, kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat saya butuhkan. Guna perbaikan makalah berikutnya. Dan semoga makalah ini berguna untuk kita semua. Amin.















DAFTAR PUSTAKA

Tirtarahardja, Umar dan La Sula. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Redja Mudyaharjo. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Joseph Mbulu, dkk. 2005. Pengantar Pendidikan. Malang: Laboratorium Teknologi Pendidikan.