Segla
puji bagi tuhan yang Maha Kuasa yang telah memperkenakan kami dan memudahkan
kami untuk membuat makalah untuk kepentingan mata kuliah kajian bahasa
Indonesia sehingga dapat selesai sesuai dengan jadwalnya. Dan tak lupa kami
sampaikan kepada teman-teman yang sudah berkontribusi dan memberikan sumbangsih
berupa ide-ide dan meluangkan waktu untuk mengerjakannya sampai selesai.
Ucapan
terimakasih kepada ibu Delora Jantung Amelia, M.Pd yang telah membimbing dan
memberikat dukungan untuk mata kuliah ini, sehingga kami dapat menyelesaikannya
dengan baik dan benar.
Namun
sebagai manusia biasa kami sadar betul bahwa makalah ini masih belum sempurna
maka dari itu kami mengharapkan kritik kepada pembaca agar makalah ini menjadi
semakin baik. Terakhir semoga makalah ini dapat memberikan menambah wawasan
para pembaca dan memperluas khazanah pembaca tentang kajian bahasa Indonesia
atas izin Allah SWT.
Malang,
22 Sepetember 2019
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR………………………………………………...1
DAFTAR
ISI………………………………………………………….2
BAB
I PENDAAHULUAN …………………………………………. 3
A.
Latar Belakang………………………………………………3
B.
Rumusan Masalah……………………………………………3
C.
Tujuan………………………………………………………….3
BAB
II PEMBAHASAN………………………………………………4
A.
Pengengertian Fonologi Bahasa
Indonesia……………………….4
B.
Gejala Fonologi Bahasa Indonesia……………………………..5
C.
Tata
Bunyi Dalam Perwujudannya Di Dalam Suku Kata………6
D. Mengedentifikasi Fonem – Fonem
Bahasa Indonesia…………6
E. Ilmu-Ilmu
Yang Tercakup Dalam Fonologi…………………….11
BAB
III PENUTUP……………………………………………………….14
A.
Kesimpulan……………………………………………………….14
B.
Saran……………………………………………………………….14
C. DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………..15
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Hal
yang paling genting lainnya adalah mengenai fakta
bahwa karakteristik yang dimiliki setiap anak ialah berbeda-beda sehingga
dengan memahami dan mempelajari tentang pemerolehan bahasa serta perkembangan
bahasa para peserta didik, guru akan dimudahkan untuk menyeslesaikan
permasalahan terkaitan berbedanya perkembangan antar peserta didiknya. Maka dengan ini kita perlu mempelajari karakterisitik
bahasa Indonesia dengan baik karena peran dari seorang guru sebagai pendidik.
B. Rumusan
Masalah
- Apakah yang dimaksud dengan
fonologi bahasa Indonesia?
- Bagaimana gejala fonologi bahasa
Indonesia?
- Bagaimana yang dimaksud dengan tata
bunyi berdasarkan drajat kenyaringannya?
- Bagaimanakah mengidentifikasi fonem
– fonem bahasa Indonesia?
- Bagaimanakah membedakan ilmu – ilmu
bahasa yang tercakup dalam fonologi?
- Apa saja Ilmu-Ilmu
Yang Tercakup Dalam Fonologi
C.
Tujuan
1. Agar mengetahui fonologi bahasa
Indonesia
2. Untuk mengetahui gejala
fonologi bahasa Indonesia
3. Untuk mengetahui tata
bunyi berdasarkan drajat kenyaringannya
4. Untuk mengetahui fonem
– fonem bahasa Indonesia
5. Untuk mengetahui ilmu
– ilmu bahasa yang tercakup dalam fonologi
6. Untuk mengetahui Ilmu-Ilmu Yang Tercakup
Dalam Fonologi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengengertian
fonologi bahasa idonesia
fonologi, yang berasal dari gabungan
kata Yunani phone bunyi dan logos tatanan, kata, atau ilmu disebut juga tata
bunyi. Bidang ini meliputi dua bagian.
Fonetik, yaitu bagian fonologi yang mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa
atau bagaimana suatu bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap manusia.
Fonemik, yaitu bagian fonologi yang
mempelajari bunyi ujaran menurut fungsinya sebagai pembeda arti. Bunyi ujaran
yang bersifat netral, atau masih belum terbukti membedakan arti disebut fona,
sedang fonem ialah satuan bunyi ujaran terkecil yang membedakan arti. Secara etimologi berasal dari gabungan kata fon artinya bunyi dan logi yang artimya ilmu. Fonologi sendiri
memiliki arti sebagai bagian dari kajan linguistic yang mempelajari, membahas,
membicarakan dan menganalisis bunyi – bunyi bahasa yang diproduksi oleh alat –
aklat ucap manusia. Dalam kamus
besar bahasa Indonesia (1997) fonologi adalah bidang linguistik yang
menyelidiki bunyi – bunyi bahasa menurut fungsinya.
Pengertian
menurut ahli
Kridalaksana
(2002), Menurut Kridalaksana yang di kutip dari kamus linguistik, fonologi
mempunyai arti bidang pada linguistik yang mempelajari tentang berbagai bunyi
bahasa berdasarkan fungsinya. Abdul Chaer (2003:102),
Berdasarkan etimologi “fonologi” terbentuk dari kata “fon” yang berarti “bunyi”
dan “logi” berarti sebagai “ilmu”. Maka, umumnya bisa di bilang Fonologi
memiliki arti Ilmu yang mempelajari bunyi bahasa yang di pakai oleh manusia. Verhaar
(1984:36) menjelaskan
bahwasanya fonologi mempunyai pengertian yang signifikan yang mana sebuah Ilmu
yang memperlajari tentang bidang khusus pada linguistik yang meneliti bunyi
suatu bahasa tertentu yang sesuai dengan fungsinya bertujuan menjadi pembeda
antara makna leksikal suatu bahasa. Keraf, 1984: 30. Fonologi
bisa di artikan bagian dari tatanan bahasa yang mempelajari dari bunyi-bunyi
bahasa Fromkin & Rodman, menjelaskan Definisi Fonologi
adalah suatu bidang linguistik yang mengamati, mempelajari, mengalisa serta
membecirakan terkait dengan tata bunyi bahasa. Trubetzkoy,
Fonologi yaitu studi bahasa yang terkait dengan sistem bahasa, organisasi
bahasa dan merupakan suatu fungsi linguistis bahasa. Dari penjelasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa pengertian fonologi bahasa Indonesia adalah sebagai berikut : Fonologi
diartikan sebagai kajian bahasa yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa yang
diproduksi alat ucap manusia
B.
Gejala Fonologi Bahasa
Indonesia
Fonem
fonem adalah satuan
bahasa terkecil yang bersifat fungsional, maksudnya satuan fonem memiliki
fungsi untuk membedakan makna. Fonem dalam bahasa mempunyai beberapa macaam
lafal yang bergantung pada tempatnya dalam kata atau suku kata.
Contoh :
r dan t pada pasangan kata peri dan peti
u dan a pada pasangan bubur dan bubar
r dan s pada pasangan busuk dan buruk
u dan a pada pasangan bubur dan bubar
r dan s pada pasangan busuk dan buruk
Fona
Fona yaitu bunyi Bahasa yang tidak menimbulkan
atau mempengaruhi perbedaan arti.
Contoh :
k pada pasangan kata Tuti dan Tutik
o pada pasangan kata besok dan besuk
h pada pasangan kata bila dan bilah
Contoh :
k pada pasangan kata Tuti dan Tutik
o pada pasangan kata besok dan besuk
h pada pasangan kata bila dan bilah
Gejala
Fonologis Bahasa Indonesia
A. Pemunculan
fonem adalah hadirnya sebuah fonem yang sebelumnya tidak ada akibat dari terjadinya proses morfologi.
B. Pelesapan
fonem adalah peristiwa hilangnya fonem akibat proses morfologis.
C. Peluluhan
fonem adalah proses luluhnya sebuah fonem, lalu menyatu pada fonem berikutnya.
D. Pergeseran
fonem adalah berubahnya posisi sebuah fonem dari satu silabel ke dalam silabel
berikutnya.
E.
Perubahan fonem adalah proses berubahnya sebuah
fonem menjadi fonem yang lain karena menghindari adanya dua bunyi sama.
Realisasi Fonem
Realisasi fonem adalah pengungkapan
sebenarnya dari ciri atau satuan fonologis, yaitu fonem menjadi bunyi bahasa.
Bahasa Indonesia memiliki realisasi dalam berbagai bunyi. Realisasi fonem
sebenarnya sama dengan bagaimana fonem itu dilafalkan. Realisasi dalam wujud
bunyi yang bermacam-macam dari sebuah fonem itulah yang disebut sebagai alofon.
Dengan demikian dapat ditegaskann, bahwa sumber yang sama dari sejumlah bunyi
itu merupakan fonem.
C. Tata
Bunyi Dalam Perwujudannya Di Dalam Suku Kata
Suku kata adalah
bagian dari kata yang diucapkan dalam satu hembusan napas dan umumnya terdiri
atas beberapa fonem pada kata datang di ucapkan dalam dua hembusan napas : da-
, -tang ( dua suku kata). Suku kata dalam bahasa Indonesia selalu memiliki
vocal yang menjadi inti suku kata yang dapat di dahului dan diikuti oleh satu konsonan atau lebih.
Suku kata di bedakan menjadi suku buka yaitu suku kata yang berakhir dengan
vocal (K) V contohnya dia – di-a dan
suku tutup yaitu suku kata yang berakhir
dengan konsonan ( K) VK contohnya ambil
–
am-bil
D.
Mengedentifikasi Fonem – Fonem
Bahasa Indonesia
a. Fonem Bahasa Indonesia
Fonem adalah satuan bunyi bahsa yang
terkecil yang dapat membedakan arti. Ilmu yang memepelajari tentang fonem di
sebut fonemik, dan fonemik bagian dari fornologi. Fornologi khusus untuk
mempelajari bunyi bahasa. Untuk mengetahui fonem harus di perlukan kata pasangan
minimal. Kemampuan sebuh fonem adalah bisa mebedakan sebuah makna kata. Fonem
bahasa Indonesia diklasifikasikan atas vokal dan konsonan. Di samping itu
terdapat juga diftong dan kluster. Vokal merupakan bunyi bahasa yang arus
udaranya tidak mengalami hambatan. Vokal diklasifikasikan berdasarkan tinggi
rendahnya posisi lidah, bagian lidah yang dinaikkan, dan bentuk bibir pada
pembentukan vokal tersebut. Berdasarkan hal tersebut dibedakan vokal tinggi,
tengah, rendah; vokal depan, pusat, dan belakang; vokal bundar dan tidak
bundar.
Contoh : Laku – aku fonem disini
[ L ]
Saku – aku fonem disini [ S ]
Baku – aku fonem disini [ B ]
Cara yang paling mudah mengedentifikasi
fonem yaitu dengan membedakan makna ( kata) dua buah pasang bahasa minimal
menggunakan bahsa yang lazim dan mudah untuk mengedentifikasi fonem. Cara lain
yang dapat digunakan untuk melakukan identifikasi sebuah fonem ialah dengan
mencermati distribusinya, Apabila sebuah
fonem berdistribusi komplemnter pada posisi yang berbeda, misalnya di awal
deretan bunyi atau di akhir deretan bunyi merupakan bunyi bahasa itu alofon.
Apabila sebuah fonem memiliki alofon, maka fonem itu benar. Alofon merupakan
variasi dari sebuah fonem, bunyi yang merupakan realisasi dari sebuah fonem.
b. Distribusi Fonem
Bahasa Indonesia bagi sebagian besar
masyarakat Indonesia adalah bahasa kedua. Bahasa pertama yang diperoleh
merupakan bahasa ibu, lazimnya adalah bahasa daerah, yakni tempat orang itu
berasal. Bahasa Indonesia dijadikan bahasa kedua dipelajari saat seseorang
orang masuk dalam wahana pendidikan mulai jenjang terendah hingga jenjang
perguruan tinggi. Jadi, fakta bahasa pada masyarakat demikian itu menunjukkan
fakta kediglogisan. Dalam kaitan dengan fonologi, fakta kebahasaan itu lalu
melahirkan kenyataan diasistem. Distribusi fonem menghadirkan bunyi vokal dan
konsonan yang bervariasi sebagai akibat dari fakta diasistem yang tidak secara
khusus diperhatikan. Distribusi fonem di bagi empat yaitu :
1. Distribusi
fonem vocal
Bunyi vokal adalah bunyi bahasa yang
arus udaranya tidak mengalami halangan. Jenis vokal ditentukan oleh tiga faktor
yaitu tinggi rendahnya posisi lidah, bagian lidah yang dinaikkan, dan bentuk
bibir pada pembentukan vokal tersebut. Bahasa Indonesia memiliki enam buah
fonem vokal, yaitu: a,I,e,u, dan o, Dalam banyak bahasa, kualitas dan bentuk
bibir, dan kemampuan bibir untuk membentuk formasi tertentu, sangat menentukan
kualitas vokal. Akan tetapi, di dalam bahasa Indonesia, fakta fisiologis demikian itu tidak berpengaruh. (Setyaningsih
dan Kunjana, 2014: 48).
Fonem vokal dalam bahasa Indonesia dapat
dibedakan berdasarkan:
1. Parameter
posisi lidah, dan
2. Parameter
bagian lidah pada waktu pembentukan vokal.
Berdasarkan parameter posisi lidah, dibedakan menjadi:
1. vokal tinggi, yaitu: i dan u
2. vokal sedang, yaitu: e, a, dan o
3. vokal
rendah, yaitu: a
Berdasarkan parameter
depan-belakangnya bagian lidah, dibedakan menjadi:
1.vokal
depan, yaitu: I dan e
2.vokal
tengah, yaitu: a
3.vokal
belakang, yaitu: u dan o
4.Jika
kedua parameter tersebut digabungkan, akan dapat ditemukan variasi distribusi
vonem vokal, misalnya i merupakan fonem tinggi-depan, dengan kedua
bibir agak membuka dan terentang ke arah samping
2. Diftong
Diftong
merupakan vokal rangkap yang meliputi ai, au, oi. Contoh:
ai : badai
au : kemarau
oi : amboi
3. Distribusi
fonem konsonan
Konsonan adalah bunyi ujaran yang
arus udaranya mengalami hambatan ketika keluar dari paru-paru. Dalam pengujaran
bunyi konsonan terdapat tiga faktor yang terlibat, yaitu keadaan pita suara,
penyentuhan alat ucap yang satu dengan yang lain, dan cara alat ucap itu
bersentuhan. Alat ucap yang bergerak untuk menghasilkan bunyi bahasa disebut
sebagai artikulator aktif. Misalnya bibir bawah, gigi bawah, dan lidah. Daerah
yang disentuh atau didekati disebut sebagai daerah artikulator. Misalnya bibir
atas, gigi atas, gusi atas, langit-langit keras, langit-langit lunak, dan anak
tekak. Berdasarkan posisi pita suara, konsonan dibedakan atas konsonan bersuara; pita suara hanya terbuka sedikit sehingga terjadilah
getaran pada pita suara. Misalnya: b, d, g, c. konsonan tidak bersuara; pita suara terbuka
agak lebar sehingga tidak ada getaran pada pita suara. Misalnya: k, p, t, s.
Berdasarkan tempat artikulasinya, konsonan dibedakan menjadi 2 antara lain
bilabial bibir atas merapat pada bibir bawah. Contoh: m, b, p, bunyi oral
bunnyi dikeluarkan melalui rongga mulut:
p, b.Berdasarkan cara artikulasinya, konsonan dibedakan atas hambat (letupan,
plosif, stop) artikulator menutup sepenuhnya aliran udara sehingga udara mampat
di belakang tempat penutupan itu. Kemudian penutupan itu dibuka secara
tiba-tiba sehingga terjadi letupan. b, d, g, p, t, k. Geseran (frikatif)
artikulator aktif mendekat artikulator pasif membentuk celah sempit sempit
sehingga udara yang lewat mendapat gangguan di celah itu. f, s, z. Paduan
(afrikatif) gabungan antara hambat dan geseran. c, j. Sengauan (nasal)
artikulator menghambat sepenuhnya aliran udara melalui mulut dan membiarkannya
keluar melalui rongga hidung. m, n, N. Getaran (trill) artikulator aktif
melakukan kontak beruntun dengan artikulator pasif sehingga getaran bunyi itu
terjadi berulang-ulang. r. Sampingan (lateral) artikulator aktif menghambat
aliran udara pada bagian tengah mulut, lalu membiarkan udara keluar melalui
samping lidah. l. Hampiran (semivokal, aproksiman) artikulator aktif dan pasif
membentuk ruang yang mendekati posisi terbuka seperti dalam pembentukan vokal
tetapi tidak cukup sempit untuk menghasilkan konsonan geseran. w, y.
4. Gugus
konsonan
Konsonan
adalah bunyi ujaran yang dihasilkan dari paru-paru dan mengalami rintangan saat
keluarnya. Contoh konsonan antara lain p, b, m, w, f, v, t, d, n, c, j, k, g,
h. Konsonan rangkap disebut kluster. Contoh kluster pada kata drama, tradisi,
film, modern. Hal ini tentu saja
memperkaya khasanah fonem bahasa Indonesia. Perubahan fonem bahasa Indonesia
bisa terjadi karena pengucapan bunyi ujaran memiliki pengaruh timbal balik antara
fonem yang satu dengan yang lain. Macam perubahan fonem antara lain:
1.Alofon
Alofon adalah variasi fonem karena
pengaruh lingkungan suku kata. Contoh: simpul-simpulan. Fonem u pada kata
[simpul] berada pada lingkungan suku tertutup dan fonem u pada kata [simpulan]
berada pada lingkungan suku terbuka. Jadi, fonem u mempunyai dua alofon, yaitu
[u] dan (u).
2. Asimilasi
Asimilasi
adalah proses perubahan bunyi dari tidak sama menjadi sama atau hampir sama.
Contoh: in + moral- immoral- imoral.
3.Desimilasi
Desimilasi
adalah proses perubahan bunyi yang sama menjadi tidak sama. Contoh : sajjana
menjadi sarjana.
4.Diftongisasi
Diftongisasi
adalah perubahan monoftong menjadi diftong. Contoh: anggota menjadi anggauta.
5. Monoftongisasi
Monoftongisasi adalah proses
perubahan diftong menjadi monoftong. Contoh: ramai, menjadi rame.
6. Nasalisasi
Nasalisasi adalah persengauan atau proses memasukkan huruf nasal (n, m, ng, ny) pada suatu fonem. Contoh:
me/m/ pukul menjadi memukul.
E. Ilmu-Ilmu Yang Tercakup
Dalam Fonologi
Fonologi dalam tataran ilmu
bahasa terdiri atas;
1.Fonetik
Fonetik yaitu ilmu bahasa yang membahas
tentang bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur dan bagaimana bunyi itu
dihasilkan oleh alat ucap. Menurut samsuri (1994), fonetik adalah studi tentang
bunyi-bunyi ujar. Sedangkn dalam KBBI (1997), fonetik diartikan sebagai bidang
linguistik pengucahasilkan bunyi (penghasilan) bunyi ujar atau fonetik adalah
sistem bunyi suatu bahasa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fonetik
adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan alat ucap
manusia, serta bagaiman bunyi itu dihasilkan. Chaer (2007) membagi urutan
proses terjadinya bunyi bahasa itu menjadi tiga jenis fonrtik yaitu;
v Fonetik
Artikulatoris
Fonetik artikulatoris disebut juga
fonetik organis atau fonetik sosiologis, mempelajari bagaimana mekanisme
alat-alat bicara manusia yang bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa serta
bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan.
v Fonetik
Akustik
Fonetik akustik mempelajari bunyi
bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenmena alam. Objeknya adalah bunyi bahasa
ketika merambat di uadara, anatra lain membicarakan; gelombang bunyi beserta
frekuensi dan kecepatannya ketika merambat di udara, spektrum, tekanan, dan
intensitas bunyi.
v Fonetik
Auditoris
Fonetik auditoris mempelajari
bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu diterima oleh telinga, sehingga bunyii-bunyi
itu terdengar dan dapat dipahami. Dalam hal ini tentunya pembahasan mengenai
sturuktur dan fungsi alat dengar, yang disebut telinga itu bekerja.
Dari ketiga jenis fonetik tersebut yang
paling berurusan dengan dunia linguistik adalah fonetik artikulatoris,sebab
fonetik inilah yang erkenaan dengan masalah bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu
dihasilkan atau diucapkan manusia. Sedangkan fonetik akustik lebih berkenaan
bidang fisika yang dilakukan setelah bunyi itu dihasilkan dan sedang merambat
di udara.
2. Fonemik
Fonemik
adalah ilmu bahasa yang membahas tentang bunyi-bunyi bahasa yang berfungsi
sebagai pembeda makna. Terkait dengan pengertian tersebut, fonemik dalam KBBI
(1997) diartikan; 1.Bidang linguistik tentang sistem fonem. 2. Sistem fonem
suatu bahas, 3.prosedur untuk menemukan fonem suatu bahasa.
Jika dalam fonetik mempelajari
berbagai macam bunyi yang dapat dihasilkan oleh alat-alat ucap serta bagaiman
tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan,maka
dalam fonemik mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-kemungkinan, bunyi ujaran
yang manakah yang dapat mempunyai fungsi untuk memedakan arti.
Chaer (2007) mengatakan bahwa
fonemik mengkaji bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata.
Misalanya bunyi [L], [a], [b], dan [u] dan [a], [b],dan [u]. Jika dibandingkan
perbedaannya hanya pada bunyi pertama, yaitu bunyi [L] dan bunyi [r]. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa kedua bunyi tersebut adalah fonem yang berbeda
dalam bahasa indonesia, yaitu fonem L dan fonem r.
Sebagai bidang yang berkonsentrasi
dalam deskripsi dan anaisis bunyi-bunyi ujar, hasil kerja fonologi berguna
bahkan sering dimanfaatkan oleh cabang-cabang linguistik yang lain, misalnya
morfologi, sintaksis, dan semantik.
§ Fonologi
dalam cabang morfologi
Bidang
morfologi yang konsentrasinya pada tataran struktur internal kata sering
memanfaatkan hasil studi fonologi, misalnya ketika menjelaskan morfem dasar
(butuh) diucapkan secara variasi antara (butUh) dan (bUtUh) serta diucapkan
(butuhkan) setelah mendapat proses morfologis dengan penmabahan morfem sufiks
(-kan)
·
Fonologi dalam cabang
sintaksis
Bidang
sintaksis yang berkoBidang sintaksis yang berkosentasi pada tataran kalimat,
ketika berhadapan dengan kalimat kamu berdiri. (Kalimat berita), kamu berdiri?
(kalimat tanya), dan kamu berdiri! ( kalimat perintah) ketiga kalimat tersebut
masing-masing terdiri dari dua kata yang sama tetapi mempunyai maksud
yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dijelaskan dengan memanfaatkan hasil
analisis fonologis, yaitu tentang intonasi, jedah dan tekanan pada kalimat yang
ternyata dapat membedakan maksud kalimat, terutama dalam bahasa indonesia.
§ Fonologi
dalam cabang semantik
Semantik
sebagai cabang ilmu bahasa memiliki hubungan yang erat dengan kedua cabang ilmu
bahasa di atas ( Morfologi dan sintaksis). Ini berarti, bahwa makna suatu kata
atau kalimat ditentukan oleh unsur bunyi (tekanan suara dan atau nada suara
yang lebih umum adalah suprasegmental), bentukan kata (perubahan bentuk kata),
maupun susunan kata dalam kalimat.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Hakikat bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa, tentunya menjadikan kita perlu
memahami hakikat bahasa Indonesia yang baik. Serta
mempelajari ilmu yang membahas tentang bidang khusus pada linguistik yang meneliti bunyi suatu
bahasa tertentu yang sesuai dengan fungsinya bertujuan menjadi pembeda antara
makna leksikal suatu bahasa.
B.
Saran
Adapun saran penulis :
1. Untuk menerapkan bahasa
Indonesia yang baik dan benar selaku calon pendidik.
2. Untuk lebih mempelajari
bahasa Indonesia dalam
makalah yang penulis buat tentunya terdapat celah oleh karena nya kritik yang
bersifat konstruktif sangat kami perlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul (2009).Fonologi bahasa
Indonesia: Rineka cipta
Chaer, Abdul (2009) Laingustik Umum.
Bandung : Rineka cipta
Tarigan,
Henry Guntur. 2011. Pengajaran
Pemerolehan Bahasa. Bandung: Penerbit Angkasa Bandung.
Meyindriyani.2012.Fonologi
bunyi bahasa dan tata bunyi. Yogyakarta: Diva pers