Wikipedia

Search results

MAKALAH LENGKAP FONOLOGI BAHASA INDONESIA


KATA PENGANTAR
Segla puji bagi tuhan yang Maha Kuasa yang telah memperkenakan kami dan memudahkan kami untuk membuat makalah untuk kepentingan mata kuliah kajian bahasa Indonesia sehingga dapat selesai sesuai dengan jadwalnya. Dan tak lupa kami sampaikan kepada teman-teman yang sudah berkontribusi dan memberikan sumbangsih berupa ide-ide dan meluangkan waktu untuk mengerjakannya sampai selesai.
Ucapan terimakasih kepada ibu Delora Jantung Amelia, M.Pd yang telah membimbing dan memberikat dukungan untuk mata kuliah ini, sehingga kami dapat menyelesaikannya dengan baik dan benar.
Namun sebagai manusia biasa kami sadar betul bahwa makalah ini masih belum sempurna maka dari itu kami mengharapkan kritik kepada pembaca agar makalah ini menjadi semakin baik. Terakhir semoga makalah ini dapat memberikan menambah wawasan para pembaca dan memperluas khazanah pembaca tentang kajian bahasa Indonesia atas izin Allah SWT.

                                                                        Malang, 22 Sepetember 2019


                                                                                                               Penulis





DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………...1
DAFTAR ISI………………………………………………………….2
BAB I PENDAAHULUAN …………………………………………. 3
A.    Latar Belakang………………………………………………3
B.     Rumusan Masalah……………………………………………3
C.     Tujuan………………………………………………………….3
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………4
A.    Pengengertian Fonologi Bahasa Indonesia……………………….4
B.     Gejala Fonologi Bahasa Indonesia……………………………..5
C.     Tata Bunyi Dalam Perwujudannya Di Dalam Suku Kata………6
D.    Mengedentifikasi  Fonem – Fonem  Bahasa  Indonesia…………6
E.     Ilmu-Ilmu Yang Tercakup Dalam Fonologi…………………….11
BAB III PENUTUP……………………………………………………….14
A.    Kesimpulan……………………………………………………….14
B.     Saran……………………………………………………………….14
C.     DAFTAR PUSTAKA……………………………………………..15













BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Hal yang paling genting lainnya adalah mengenai fakta bahwa karakteristik yang dimiliki setiap anak ialah berbeda-beda sehingga dengan memahami dan mempelajari tentang pemerolehan bahasa serta perkembangan bahasa para peserta didik, guru akan dimudahkan untuk menyeslesaikan permasalahan terkaitan berbedanya perkembangan antar peserta didiknya. Maka dengan ini kita perlu mempelajari karakterisitik bahasa Indonesia dengan baik karena peran dari seorang guru sebagai pendidik.
B.     Rumusan Masalah
  1. Apakah yang dimaksud dengan fonologi bahasa Indonesia?
  2. Bagaimana gejala fonologi bahasa Indonesia?
  3. Bagaimana yang dimaksud dengan tata bunyi berdasarkan drajat kenyaringannya?
  4. Bagaimanakah mengidentifikasi fonem – fonem bahasa Indonesia?
  5. Bagaimanakah membedakan ilmu – ilmu bahasa yang tercakup dalam fonologi?
  1. Apa saja Ilmu-Ilmu Yang Tercakup Dalam Fonologi
C.    Tujuan
1.      Agar mengetahui fonologi bahasa Indonesia
2.      Untuk mengetahui gejala fonologi bahasa Indonesia
3.      Untuk mengetahui tata bunyi berdasarkan drajat kenyaringannya
4.      Untuk mengetahui fonem – fonem bahasa Indonesia
5.      Untuk mengetahui ilmu – ilmu bahasa yang tercakup dalam fonologi
6.      Untuk mengetahui  Ilmu-Ilmu Yang Tercakup Dalam Fonologi



BAB II
PEMBAHASAN
A.                Pengengertian fonologi bahasa idonesia
            fonologi, yang berasal dari gabungan kata Yunani phone bunyi dan logos tatanan, kata, atau ilmu disebut juga tata bunyi.  Bidang ini meliputi dua bagian. Fonetik, yaitu bagian fonologi yang mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa atau bagaimana suatu bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap manusia.
            Fonemik, yaitu bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut fungsinya sebagai pembeda arti. Bunyi ujaran yang bersifat netral, atau masih belum terbukti membedakan arti disebut fona, sedang fonem ialah satuan bunyi ujaran terkecil yang membedakan arti. Secara etimologi  berasal dari gabungan kata fon artinya bunyi dan logi yang artimya ilmu. Fonologi sendiri memiliki arti sebagai bagian dari kajan linguistic yang mempelajari, membahas, membicarakan dan menganalisis bunyi – bunyi bahasa yang diproduksi oleh alat – aklat ucap manusia. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1997) fonologi adalah bidang linguistik yang menyelidiki bunyi – bunyi bahasa menurut fungsinya.
Pengertian menurut ahli
            Kridalaksana (2002), Menurut Kridalaksana yang di kutip dari kamus linguistik, fonologi mempunyai arti bidang pada linguistik yang mempelajari tentang berbagai bunyi bahasa berdasarkan fungsinya. Abdul Chaer (2003:102), Berdasarkan etimologi “fonologi” terbentuk dari kata “fon” yang berarti “bunyi” dan “logi” berarti sebagai “ilmu”. Maka, umumnya bisa di bilang Fonologi memiliki arti Ilmu yang mempelajari bunyi bahasa yang di pakai oleh manusia. Verhaar (1984:36) menjelaskan bahwasanya fonologi mempunyai pengertian yang signifikan yang mana sebuah Ilmu yang memperlajari tentang bidang khusus pada linguistik yang meneliti bunyi suatu bahasa tertentu yang sesuai dengan fungsinya bertujuan menjadi pembeda antara makna leksikal suatu bahasa. Keraf, 1984: 30. Fonologi bisa di artikan bagian dari tatanan bahasa yang mempelajari dari bunyi-bunyi bahasa Fromkin & Rodman, menjelaskan Definisi Fonologi adalah suatu bidang linguistik yang mengamati, mempelajari, mengalisa serta membecirakan terkait dengan tata bunyi bahasa. Trubetzkoy, Fonologi yaitu studi bahasa yang terkait dengan sistem bahasa, organisasi bahasa dan merupakan suatu fungsi linguistis bahasa. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian fonologi bahasa Indonesia adalah sebagai berikut : Fonologi diartikan sebagai kajian bahasa yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi alat ucap manusia
B.     Gejala Fonologi Bahasa Indonesia
Fonem 
       fonem adalah satuan bahasa terkecil yang bersifat fungsional, maksudnya satuan fonem memiliki fungsi untuk membedakan makna. Fonem dalam bahasa mempunyai beberapa macaam lafal yang bergantung pada tempatnya dalam kata atau suku kata.
Contoh :
r dan t pada pasangan kata peri dan peti
u dan a pada pasangan bubur dan bubar
r dan s pada pasangan busuk dan buruk
Fona
Fona yaitu bunyi Bahasa yang tidak menimbulkan atau mempengaruhi perbedaan arti. 
Contoh :
k pada pasangan kata Tuti dan Tutik
o pada pasangan kata besok dan besuk
h pada pasangan kata bila dan bilah


Gejala Fonologis Bahasa Indonesia
A.    Pemunculan fonem adalah hadirnya sebuah fonem yang sebelumnya tidak ada  akibat dari terjadinya proses morfologi.
B.     Pelesapan fonem adalah peristiwa hilangnya fonem akibat proses morfologis.
C.     Peluluhan fonem adalah proses luluhnya sebuah fonem, lalu menyatu pada fonem berikutnya.
D.    Pergeseran fonem adalah berubahnya posisi sebuah fonem dari satu silabel ke dalam silabel berikutnya.
E.     Perubahan fonem adalah proses berubahnya sebuah fonem menjadi fonem yang lain karena menghindari adanya dua bunyi sama.
Realisasi Fonem
            Realisasi fonem adalah pengungkapan sebenarnya dari ciri atau satuan fonologis, yaitu fonem menjadi bunyi bahasa. Bahasa Indonesia memiliki realisasi dalam berbagai bunyi. Realisasi fonem sebenarnya sama dengan bagaimana fonem itu dilafalkan. Realisasi dalam wujud bunyi yang bermacam-macam dari sebuah fonem itulah yang disebut sebagai alofon. Dengan demikian dapat ditegaskann, bahwa sumber yang sama dari sejumlah bunyi itu merupakan fonem.

C.    Tata Bunyi Dalam Perwujudannya Di Dalam Suku Kata
        Suku kata adalah bagian dari kata yang diucapkan dalam satu hembusan napas dan umumnya terdiri atas beberapa fonem pada kata datang di ucapkan dalam dua hembusan napas : da- , -tang ( dua suku kata). Suku kata dalam bahasa Indonesia selalu memiliki vocal  yang menjadi inti suku kata  yang dapat di dahului  dan diikuti oleh satu konsonan atau lebih. Suku kata di bedakan menjadi suku buka yaitu suku kata yang berakhir dengan vocal (K) V contohnya dia – di-a  dan suku tutup  yaitu suku kata yang berakhir dengan konsonan ( K) VK  contohnya ambil – am-bil

D.    Mengedentifikasi  Fonem – Fonem  Bahasa  Indonesia
a.  Fonem Bahasa Indonesia
      Fonem adalah satuan bunyi bahsa yang terkecil yang dapat membedakan arti. Ilmu yang memepelajari tentang fonem di sebut fonemik, dan fonemik bagian dari fornologi. Fornologi khusus untuk mempelajari bunyi bahasa. Untuk mengetahui fonem harus di perlukan kata pasangan minimal. Kemampuan sebuh fonem adalah bisa mebedakan sebuah makna kata. Fonem bahasa Indonesia diklasifikasikan atas vokal dan konsonan. Di samping itu terdapat juga diftong dan kluster. Vokal merupakan bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami hambatan. Vokal diklasifikasikan berdasarkan tinggi rendahnya posisi lidah, bagian lidah yang dinaikkan, dan bentuk bibir pada pembentukan vokal tersebut. Berdasarkan hal tersebut dibedakan vokal tinggi, tengah, rendah; vokal depan, pusat, dan belakang; vokal bundar dan tidak bundar.
            Contoh : Laku – aku  fonem disini [ L ]
         Saku – aku fonem disini [ S ]
         Baku – aku fonem disini [ B ]
       Cara yang paling mudah mengedentifikasi fonem yaitu dengan membedakan makna ( kata) dua buah pasang bahasa minimal menggunakan bahsa yang lazim dan mudah untuk mengedentifikasi fonem. Cara lain yang dapat digunakan untuk melakukan identifikasi sebuah fonem ialah dengan mencermati distribusinya,  Apabila sebuah fonem berdistribusi komplemnter pada posisi yang berbeda, misalnya di awal deretan bunyi atau di akhir deretan bunyi merupakan bunyi bahasa itu alofon. Apabila sebuah fonem memiliki alofon, maka fonem itu benar. Alofon merupakan variasi dari sebuah fonem, bunyi yang merupakan realisasi dari sebuah fonem.
b. Distribusi Fonem
Bahasa Indonesia bagi sebagian besar masyarakat Indonesia adalah bahasa kedua. Bahasa pertama yang diperoleh merupakan bahasa ibu, lazimnya adalah bahasa daerah, yakni tempat orang itu berasal. Bahasa Indonesia dijadikan bahasa kedua dipelajari saat seseorang orang masuk dalam wahana pendidikan mulai jenjang terendah hingga jenjang perguruan tinggi. Jadi, fakta bahasa pada masyarakat demikian itu menunjukkan fakta kediglogisan. Dalam kaitan dengan fonologi, fakta kebahasaan itu lalu melahirkan kenyataan diasistem. Distribusi fonem menghadirkan bunyi vokal dan konsonan yang bervariasi sebagai akibat dari fakta diasistem yang tidak secara khusus diperhatikan. Distribusi fonem di bagi empat yaitu :
1.      Distribusi fonem vocal
Bunyi vokal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami halangan. Jenis vokal ditentukan oleh tiga faktor yaitu tinggi rendahnya posisi lidah, bagian lidah yang dinaikkan, dan bentuk bibir pada pembentukan vokal tersebut. Bahasa Indonesia memiliki enam buah fonem vokal, yaitu: a,I,e,u, dan o, Dalam banyak bahasa, kualitas dan bentuk bibir, dan kemampuan bibir untuk membentuk formasi tertentu, sangat menentukan kualitas vokal. Akan tetapi, di dalam bahasa Indonesia, fakta fisiologis  demikian itu tidak berpengaruh. (Setyaningsih dan Kunjana, 2014: 48).
Fonem vokal dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan berdasarkan:
1.      Parameter posisi lidah, dan
2.      Parameter bagian lidah pada waktu pembentukan vokal.  Berdasarkan parameter posisi lidah, dibedakan menjadi:
1.   vokal tinggi, yaitu: i dan u
2.   vokal sedang, yaitu: e, a, dan o
3.      vokal rendah, yaitu: a
                 Berdasarkan parameter depan-belakangnya bagian lidah, dibedakan                         menjadi:
1.vokal depan, yaitu: I dan e
2.vokal tengah, yaitu: a
3.vokal belakang, yaitu: u dan o
4.Jika kedua parameter tersebut digabungkan, akan dapat ditemukan variasi distribusi vonem vokal, misalnya  i  merupakan fonem tinggi-depan, dengan kedua bibir agak membuka dan terentang ke arah samping
2.      Diftong
Diftong merupakan vokal rangkap yang meliputi ai, au, oi. Contoh:
ai          : badai
au         : kemarau
oi         : amboi
3.      Distribusi fonem konsonan
            Konsonan adalah bunyi ujaran yang arus udaranya mengalami hambatan ketika keluar dari paru-paru. Dalam pengujaran bunyi konsonan terdapat tiga faktor yang terlibat, yaitu keadaan pita suara, penyentuhan alat ucap yang satu dengan yang lain, dan cara alat ucap itu bersentuhan. Alat ucap yang bergerak untuk menghasilkan bunyi bahasa disebut sebagai artikulator aktif. Misalnya bibir bawah, gigi bawah, dan lidah. Daerah yang disentuh atau didekati disebut sebagai daerah artikulator. Misalnya bibir atas, gigi atas, gusi atas, langit-langit keras, langit-langit lunak, dan anak tekak. Berdasarkan posisi pita suara, konsonan dibedakan atas   konsonan bersuara; pita suara    hanya terbuka sedikit sehingga terjadilah getaran pada pita suara. Misalnya: b, d, g, c.    konsonan tidak bersuara; pita suara terbuka agak lebar sehingga tidak ada getaran pada pita suara. Misalnya: k, p, t, s. Berdasarkan tempat artikulasinya, konsonan dibedakan menjadi 2 antara lain bilabial bibir atas merapat pada bibir bawah. Contoh: m, b, p, bunyi oral bunnyi  dikeluarkan melalui rongga mulut: p, b.Berdasarkan cara artikulasinya, konsonan dibedakan atas hambat (letupan, plosif, stop) artikulator menutup sepenuhnya aliran udara sehingga udara mampat di belakang tempat penutupan itu. Kemudian penutupan itu dibuka secara tiba-tiba sehingga terjadi letupan. b, d, g, p, t, k. Geseran (frikatif) artikulator aktif mendekat artikulator pasif membentuk celah sempit sempit sehingga udara yang lewat mendapat gangguan di celah itu. f, s, z. Paduan (afrikatif) gabungan antara hambat dan geseran. c, j. Sengauan (nasal) artikulator menghambat sepenuhnya aliran udara melalui mulut dan membiarkannya keluar melalui rongga hidung. m, n, N. Getaran (trill) artikulator aktif melakukan kontak beruntun dengan artikulator pasif sehingga getaran bunyi itu terjadi berulang-ulang. r. Sampingan (lateral) artikulator aktif menghambat aliran udara pada bagian tengah mulut, lalu membiarkan udara keluar melalui samping lidah. l. Hampiran (semivokal, aproksiman) artikulator aktif dan pasif membentuk ruang yang mendekati posisi terbuka seperti dalam pembentukan vokal tetapi tidak cukup sempit untuk menghasilkan konsonan geseran. w, y.
4.      Gugus konsonan
Konsonan adalah bunyi ujaran yang dihasilkan dari paru-paru dan mengalami rintangan saat keluarnya. Contoh konsonan antara lain p, b, m, w, f, v, t, d, n, c, j, k, g, h. Konsonan rangkap disebut kluster. Contoh kluster pada kata drama, tradisi, film, modern.  Hal ini tentu saja memperkaya khasanah fonem bahasa Indonesia. Perubahan fonem bahasa Indonesia bisa terjadi karena pengucapan bunyi ujaran memiliki pengaruh timbal balik antara fonem yang satu dengan yang lain. Macam perubahan fonem antara lain:
1.Alofon
Alofon adalah variasi fonem karena pengaruh lingkungan suku kata. Contoh: simpul-simpulan. Fonem u pada kata [simpul] berada pada lingkungan suku tertutup dan fonem u pada kata [simpulan] berada pada lingkungan suku terbuka. Jadi, fonem u mempunyai dua alofon, yaitu [u] dan (u).
2. Asimilasi
                        Asimilasi adalah proses perubahan bunyi dari tidak sama menjadi sama atau hampir sama. Contoh: in + moral- immoral- imoral.
3.Desimilasi
                        Desimilasi adalah proses perubahan bunyi yang sama menjadi tidak sama. Contoh : sajjana menjadi sarjana.
4.Diftongisasi
                        Diftongisasi adalah perubahan monoftong menjadi diftong. Contoh: anggota menjadi anggauta.
5.      Monoftongisasi
            Monoftongisasi adalah proses perubahan diftong menjadi monoftong. Contoh: ramai, menjadi rame.
6. Nasalisasi
      Nasalisasi adalah persengauan atau proses memasukkan huruf nasal  (n, m, ng, ny) pada suatu fonem. Contoh: me/m/ pukul menjadi memukul.
E.     Ilmu-Ilmu Yang Tercakup Dalam Fonologi
Fonologi dalam tataran ilmu bahasa terdiri atas;
1.Fonetik
Fonetik yaitu ilmu bahasa yang membahas tentang bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur dan bagaimana bunyi itu dihasilkan oleh alat ucap. Menurut samsuri (1994), fonetik adalah studi tentang bunyi-bunyi ujar. Sedangkn dalam KBBI (1997), fonetik diartikan sebagai bidang linguistik pengucahasilkan bunyi (penghasilan) bunyi ujar atau fonetik adalah sistem bunyi suatu bahasa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fonetik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan alat ucap manusia, serta bagaiman bunyi itu dihasilkan. Chaer (2007) membagi urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu menjadi tiga jenis fonrtik yaitu;
v  Fonetik Artikulatoris
            Fonetik artikulatoris disebut juga fonetik organis atau fonetik sosiologis, mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia yang bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan.
v  Fonetik Akustik
            Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenmena alam. Objeknya adalah bunyi bahasa ketika merambat di uadara, anatra lain membicarakan; gelombang bunyi beserta frekuensi dan kecepatannya ketika merambat di udara, spektrum, tekanan, dan intensitas bunyi.
v  Fonetik Auditoris
            Fonetik auditoris mempelajari bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu diterima oleh telinga, sehingga bunyii-bunyi itu terdengar dan dapat dipahami. Dalam hal ini tentunya pembahasan mengenai sturuktur dan fungsi alat dengar, yang disebut telinga itu bekerja.
Dari ketiga jenis fonetik tersebut yang paling berurusan dengan dunia linguistik adalah fonetik artikulatoris,sebab fonetik inilah yang erkenaan dengan masalah bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan atau diucapkan manusia. Sedangkan fonetik akustik lebih berkenaan bidang fisika yang dilakukan setelah bunyi itu dihasilkan dan sedang merambat di udara.
2. Fonemik
Fonemik adalah ilmu bahasa yang membahas tentang bunyi-bunyi bahasa yang berfungsi sebagai pembeda makna. Terkait dengan pengertian tersebut, fonemik dalam KBBI (1997) diartikan; 1.Bidang linguistik tentang sistem fonem. 2. Sistem fonem suatu bahas, 3.prosedur untuk menemukan fonem suatu bahasa.
            Jika dalam fonetik mempelajari berbagai macam bunyi yang dapat dihasilkan oleh alat-alat ucap serta bagaiman tiap-tiap bunyi itu  dilaksanakan,maka dalam fonemik mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-kemungkinan, bunyi ujaran yang manakah yang dapat mempunyai fungsi untuk memedakan arti.
            Chaer (2007) mengatakan bahwa fonemik mengkaji bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata. Misalanya bunyi [L], [a], [b], dan [u] dan [a], [b],dan [u]. Jika dibandingkan perbedaannya hanya pada bunyi pertama, yaitu bunyi [L] dan bunyi [r]. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua bunyi tersebut adalah fonem yang berbeda dalam bahasa indonesia, yaitu fonem L dan fonem r.
            Sebagai bidang yang berkonsentrasi dalam deskripsi dan anaisis bunyi-bunyi ujar, hasil kerja fonologi berguna bahkan sering dimanfaatkan oleh cabang-cabang linguistik yang lain, misalnya morfologi, sintaksis, dan semantik.
§  Fonologi dalam cabang morfologi
Bidang morfologi yang konsentrasinya pada tataran struktur internal kata sering memanfaatkan hasil studi fonologi, misalnya ketika menjelaskan morfem dasar (butuh) diucapkan secara variasi antara (butUh) dan (bUtUh) serta diucapkan (butuhkan) setelah mendapat proses morfologis dengan penmabahan morfem sufiks (-kan)
·         Fonologi dalam cabang sintaksis
Bidang sintaksis yang berkoBidang sintaksis yang berkosentasi pada tataran kalimat, ketika berhadapan dengan kalimat kamu berdiri. (Kalimat berita), kamu berdiri? (kalimat tanya), dan kamu berdiri! ( kalimat perintah) ketiga kalimat tersebut masing-masing terdiri  dari  dua kata yang sama tetapi mempunyai maksud yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dijelaskan dengan memanfaatkan hasil analisis fonologis, yaitu tentang intonasi, jedah dan tekanan pada kalimat yang ternyata dapat membedakan maksud kalimat, terutama dalam bahasa indonesia.
§  Fonologi dalam cabang semantik
          Semantik sebagai cabang ilmu bahasa memiliki hubungan yang erat dengan kedua cabang ilmu bahasa di atas ( Morfologi dan sintaksis). Ini berarti, bahwa makna suatu kata atau kalimat ditentukan oleh unsur bunyi (tekanan suara dan atau nada suara yang lebih umum adalah suprasegmental), bentukan kata (perubahan bentuk kata), maupun susunan kata dalam kalimat.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
     Hakikat bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa, tentunya menjadikan kita perlu memahami hakikat bahasa Indonesia yang baik. Serta mempelajari ilmu yang membahas tentang bidang khusus pada linguistik yang meneliti bunyi suatu bahasa tertentu yang sesuai dengan fungsinya bertujuan menjadi pembeda antara makna leksikal suatu bahasa.
B.     Saran
Adapun saran penulis :
1. Untuk menerapkan bahasa Indonesia yang baik dan benar selaku calon pendidik.
2. Untuk lebih mempelajari bahasa Indonesia dalam makalah yang penulis buat tentunya terdapat celah oleh karena nya kritik yang bersifat konstruktif sangat kami perlukan.






DAFTAR PUSTAKA
            Chaer, Abdul (2009).Fonologi bahasa Indonesia: Rineka cipta
            Chaer, Abdul (2009) Laingustik Umum. Bandung : Rineka cipta
Tarigan, Henry Guntur. 2011. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung: Penerbit Angkasa Bandung.
Meyindriyani.2012.Fonologi bunyi bahasa dan tata bunyi. Yogyakarta: Diva          pers