Wikipedia

Search results

MAKALAH LINGKUNGAN FISIK WILAYAH DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEHIDUPAN MANUSIA SERTA KEMAJEMUKAN RAS, ETNIK , DAN AGAMA NUSANTARA

BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar belakang masalah
  Bangsa Indonesia  adalah bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke ini, terdiri dari bermacam suku bangsa, budaya, ras dan agama. Disebut juga masyarakat majemuk atau multikultur. Kondisi masyarakat seperti ini jika berjalan serasi dan harmonis akan menciptakan integrasi sosial. Jika tidak, terjadilah disintegrasi sosial atau konflik sosial. Pengaruh kemajemukan masyarakat yang perlu diperhatikan karena dapat menimbulkan konflik sosial adalah munculnya sikap primordial (primordialisme) yang berlebihan dan stereotip etnik.
Indonesia dikenal dengan kemajemukan masyarakat, baik dari sisi etnisitas maupun budaya serta agama dan kepercayaannya. Kemajemukan juga menjangkau pada tingkat kesejahteraan ekonomi, pandangan politik serta kewilayahan, yang semua itu sesungguhnya memiliki arti dan peran strategis bagi masyarakat Indonesia. Meski demikian, secara bersamaan kemajemukan masyarakat itu juga bersifat dilematis dalam kerangka penggalian, pengelo1aan, serta pengembangan potensi bagi bangsa Indonesia untuk menapaki jenjang masa depannya.
            Kemajemukan masyarakat Indonesia dapat berpotensi membantu bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang bersama. Sebaliknya, jika kemajemukan masyarakat tersebut tidak dikelola dengan baik, maka akan menyuburkan berbagai prasangka negatif (negative stereotyping) antar individu dan kelompok masyarakat yang akhirnya dapat merenggangkan ikatan solidaritas sosial.


B.     Rumusan Masalah

1. Bagaimana Lingkungan Fisik dan Hubungannya dengan Kehidupan ?
2. Bagaimana Aspek Fisik Wilayah ?
3. Bagaimana Aspek Manusia ?
4. Bagaimana kemajemukan masyarakat di Indonesia ?
5. Bagaimana pengaruh kemajemukan masyarakat di Indonesia ?
6. Bagaimana ketergantungan Indonesia pada negara asing ?



C.     Tujuan

1. Mengetahui tentang Lingkungan Fisik dan Hubungannya dengan Kehidupan
2. Mengetahui tentang Aspek Fisik Wilayah
3. Mengetahui tentang Aspek Manusia
4. Mengetahui tentang kemajemukan masyarakat di Indonesia




BAB II 
PEMBAHASAN


2.1 Lingkungan Fisik Wilayah Nusantara dan Hubungan Dengan Manusia
Aspek fisik wilayah Nusantara sangat besar pengaruhnya terhadap perumusan kebijakan nasional (bidang politik), misalnya perjuangan Provinsi Kepulauan, pengelolaan pulau-pulau kecil terluar, penataan ruang wilayah laut-pesisir-DAS terpadu, pengelolaan wilayah pesisir terpadu dan sebagainya. Anda tentu sudah mengenal pola kehidupan masyarakat lahan basah (padi sawah), masyarakat bahari (maritim), masyarakat wilayah pesisir, masyarakat lahan kering dan sebagainya. Selain itu, Anda akan mengenal keanekaragaman sumberdaya alam. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan aspek fisik wilayah perlu dipelajari dalam Kajian IPS.

            Wilayah Indonesia sering terjadi bencana alam, seperti gempa bumi tektonik, letusan gunung api, banjir, tanah longsor, kekeringan, intrusi air laut di beberapa kota dan sebagainya yang banyak menimbulkan masalah dalam masyarakat. Dengan pengetahuan ini Anda dapat melakukan mitigasi sejumlah bencana alam tersebut, guna mengurangi korban jiwa, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan dan sebagainya.Setting wilayah perlu diketahui, dalam rangka mitigasi bencana alam antara lain melalui kebijakan penataan ruang wilayah, dan peningkatan sumberdaya manusia. Dalam aspek fisik wilayah, diuraikan topologi, geologi, geomorfologi, pedologi, klimatologi, hidrologi, biogeografi dan oseanografi Indonesia.

2.2.  Aspek Fisik Wilayah
a.      Topologi
Aspek topologi meliputi letak, luas, batas, dan bentuk fisik wilayah. Aspek ini terkait dengan kehidupan sosial, ekonomi, budaya, dan politik dan sistem pertahanan dan keamanan. Secara astronomis, wilayah Indonesia terletak pada 6º LU-11º LS dan 95º BT-141º BT. Berdasarkan posisi busurnya, wilayah Indonesia berada di belahan timur, sedangkan berdasarkan posisi lintangnya, sebagian besarnya berada di belahan bumi selatan. Jarak ujung Barat hingga ujung Timur 5.120 kilometer, ujung utara hingga ujung selatan 1.760 kilometer (1º bujur atau lintang di Khatulistiwa besarnya ± 111 km). Apabila diperhatikan pada Peta NKRI, batas paling utara 6º LU tepat melewati Pulau Weh (Provinsi Nangroe Aceh Darussalam), batas paling Selatan 11º LS tepat melewati Pulau Rote (Provinsi Nusa Tenggara Timur), batas sebelah barat 95º BT melewati Pulau Breueh (Provinsi Nangroe Aceh Darussalam), dan batas sebelah timur 141º BT melewati Merauke (Provinsi Papua). Hal lain dari posisi tersebut, yaitu pengaruh terhadap iklim Indonesia. Indonesia beriklim musim, ditandai angin musim barat dan angin musim timur, yang menimbulkan musim hujan dan musim kemarau. Iklim semacam sesuai untuk tumbuhnya keanekaragaman tetumbuhan. Indonesia merupakan pertemuan tiga deretan pegunungan di dunia. Pertama, deretan pegunungan Alpen-Banda atau Pegunungan Mediteran. Deretan pegunungan ini terbentang dari pegunungan Alpen di Eropa Barat melalui Pegunungan Himalaya, Arakan Yoma di Birma, Kepulauan Andaman, Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Wetar, Damar, dan berakhir di Laut Banda. Kedua, deretan pegunungan Asia Timur. Pegunungan ini merupakan bagian dari Pegunungan Lingkar Pasifik, yang bermula di Pegunungan Andes di Amerika Selatan, melalui Pegunungn Rockies di Amerika Utara, Alaska, melingkari Samudera Pasifik hingga ke Jepang dan terus ke selatan. Deretan Pegunungan Asia Timur terbentang dari Jepang, Taiwan, Filipina, kemudian bercabang di Kalimantan (Pegunungan Muller dan Schwaner) dan Sulawesi (sepanjang Sulawesi Utara). Ketiga, deretan Pegunungan Lingkar Australia. Pegunungan ini terbentang dari Selandia Baru, melalui Pulau Kaledonia di sebelah timur Australia, bagian utara Papua Nugini dan Papua, berakhir di Pulau Halmahera.

b.      Geologi
Dunia telah terwujud sejak 4.500 tahun silam. Namun kepulauan Indonesia
seperti bentuknya sekarang, baru terwujud kurang lebih 500.000 juta tahun yang lalu, setelah zaman es terakhir. Pada waktu itu Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan masih menjadi satu dengan Asia, dan Pulau Papua menjadi satu dengan daratan Australia. Setelah zaman es itu berakhir, es meleleh secara banyak di kedua kutub bumi. Permukaan air laut di seluruh dunia naik kurang lebih 60 meter. Sebagian daratan Asia bagian tenggara seakan-akan tenggelam dan terbentuklah Pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Sebagaian benua Australia bagian utara juga seakan-akan tenggelam dan terbentuklah Pulau Papua dan pulau-pulau sekitarnya. Ditengahtengah, antara kedua kelompok pulau yang baru terbentuk itu, terdapat Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku dan Kepulauan Nusa Tenggara. Pulau-pulau ini telah terwujud sebelumnya dan tidak merupakan bagian dari daratan Asia maupun Australia. Rangkaian pulau-pulau dari Sumatera hingga ke Papua sekarang menjadi Kepulauan Indonesia.

c.       Geomorfologi
Kajian mengenai bentuk lahan (landform) pembentuk muka bumi, baik di
atas maupun di bawah paras laut dan difokuskan pada genesis dan perkembangannya pada masa akan datang serta konteksnya dengan lingkungan, dinamakan geomorfologi (Verstappen, 1983). Wilayah darat Nusantara terdiri dari
keanekaragaman bentuklahan seperti bentuklahan struktural (pegunungan, perbukitan, bukit), bentuklahan vulkanik, bentuklahan denudasional, bentuklahan fluvial, bentuklahan pelarutan (karst). Wilayah pesisir ada bentuklahan biogen (hutan mangrove, terumbu karang, dsb.). Keanekaragaman bentuklahan tersebut terbentuk karena adanya (1) proses endogenik, proses yang mekanisme kejadiannya berasal dari pelepasan energi yang terakumulasi dalam bumi produk interaksi antarlempeng litosfer; (2) proses eksogenik, proses yang mekanisme kejadiannya berasal dari luar bumi produk interaksi komponen geosfer; (3) proses biogenik, proses yang mekanisme kejadiannya berasal dari aktivitas hewan dan tumbuhan; (4) proses antropogenik, proses pembentukan bentuklahan akibat aktivitas manusia.
Bentuk lahan struktural di Indonesia berupa keanekaragaman pegunungan,
dan perbukitan.

Deretan pegunungan Nusantara meliputi:
1. Deretan Pegunungan Sunda, yaitu deretan pegunungan yang berjajar dari Pulau           Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku Selatan dan berakhir di Pulau Banda
2. Deretan pegunungan Sahul atau Sirkum Australia, yaitu deretan pegunungan yang berjajar dari Australia, ujung timur Pulau Papua, masuk melalui bagian tengah
Papua dengan puncak tertinggi Jayawijaya.
3. Deretan pegunungan Sangihe, yaitu deretan pegunungan yang membujur dari Kepulauan Sangihe (Sulawesi Utara), masuk ke Minahasa, Teluk Gorontalo (dengan Gunung Una-Una yang sering meletus) hingga ke Sulawesi Selatan.
4.  Deretan Pegunungan Halmahera, yaitu deretan pegunungan yang berderet mulai dari Pulau Talaud, Pulau Maju dan Tifor di Maluku Utara, masuk ke Halmahera. Serta ke Kepulauan Halmahera.

d.      Pedologi dan Edapologi
Kajian mengenai proses-proses pembentukan tanah beserta faktor-faktorpembentuknya, klasifikasi tanah, survei tanah, dan cara-cara pengamatan tanah dilapang, dinamakan pedologi. . Apabila tanah dipelajari dalam hubungannya dengan pertumbuhan tanamann disebut edapologi. Tanah merupakan tubuh alam, sebagai materi, dan sebagai faktor produksi. Sebagai tubuh alam, tanah dibentuk oleh prosesproses dan faktor-faktor pembentuk tertentu. Sebagai bahan atau materi tanah memiliki sifat-sifat tertentu (sifat fisika, sifat kimia, dan sifat biologi). Kepulauan Indonesia yang berada di sekitar Khatulistiwa mempunyai iklim Khatulistiwa atau iklim tropis yang panas dan lembab. Udara yang bergerak arah horizontal atau hampir horizontal dari daerah yang bertekanan udara tinggi ke daerah bertekanan udara rendah, dinamakan angin. Angin yang mempengaruhi iklim Indonesia adalah angin musim.
Berdasarkan faktor letak dan sifat Kepulauan, maka iklim Indonesia mempunyai
empat sifat dasar (Sandy, 1985):
1. Suhu udara rata-rata tahunan tinggi, akibat letak Indonesia dekat Khatulistiwa
2. Angin yang mempengaruhi iklim Indonesia adalah angin musim yang membawa   musim hujan dan musim kemarau , sebagai akibat perbedaan tekanan udara di benua Asia dan Australia;
3. Bebas dari hembusan angin topan, karena Kepulauan Indonesia sebagain terbesar terletak tidak lebih dari 10º LU atau 10º LS
4. Kadar kelembaban udara senantiasa tinggi, karena wilayah Indonesia berbentuk
Kepulauan, laut menyebabkan tidak adanya perbedaan suhu yang ekstrim.

e.       Hidrologi
Hidrologi mempelajari seluk beluk air, kejadian dan distribusinya, sifat alami, dan sifat kimiawinya, serta reaksinya terhadap kebutuhan manusia dan makhluk hidup lainnya (Sri Harto, 1993). Aliran air tawar atau payau yang mengalir melalui terusan alami yang kedua pinggirnya dibatasi oleh tanggul-tanggul alam selanjutnya bermuara di laut, danau atau saluran lainnya, dinamakan sungai. Sedangkan, sebuah kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografik (punggung bukit) yang menampung, menyimpan, dan mengalirkan curah hujan yang jatuh di atasnya ke sungai utama yang bermuara di danau, atau laut, dinamakan daerah aliran sungai, disingkat DAS. Cekungan luas di daratan yang kemudian digenangi air, dinamakan danau. Air danau umumnya berasal dari air hujan atau airtanah. Danau-danau di Indonesia terbentuk karena kegiatan gunung api, gerakan tektonik, dan dibuat manusia.


f.       Oseanografi

Oseanografi memfokuskan diri dalam kajian aspek geologi, fisika, kimia, dan biologi kelautan. Paparan Sunda merupakan paparan benua dengan luas 1,8 juta km², paparan terluas di dunia. Paparan ini menghubungkan pulau-pulau Jawa, Kalimantan, dan Sumatera dengan daratan Asia, dan meliputi antara lain Laut Cina, Teluk Thailand, selat Malaka dan Laut Jawa. Suhu air laut pada permukaan perairan laut di Indonesia umumnya berkisar antara 28º-31º C. Pada lokasi umbalan (upwelling) misalnya di Laut Banda suhu air permukan bisa turun sampai 25º C. Suhu dekat pantai biasanya sedikit lebih tinggi daripada didaerah lepas pantai. Pada goba (lagoon) yang dangkal atau dikobakan air yang terperangkap karena air surut, terjadi suhu panas disiang hari, kadang-kadang dapat mencapai lebih dari 35°C. suhu air cukup panas tentu bisa dijumpai didepan pelimbahan industri atau pembangkit listrik yang membuang bekas air pendinginnya ke laut. Di depan intalasi LNG Bontang ( Kaltim ), bisa keluar kelaut lidah air dengan suhu sekitar 37°C. Sebaran suhu secara vertikal diperairan laut Indonesia terdiri dari lapisan hangat, lapisan termoklin, dan lapisan dingin. Tinggi gelombang rerata di perairan laut Indonesia berkisar antara 1,5 – 2,5 meter (Susanto, 1987). Gelombang setinggi ini sudah dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi pembangkit listrik tenaga gelombang.
 Gelombang di perairanIndonesia dapat berupa :
1) seas, gelombang yang timbul karena gerakan angin, masih dipengaruhi oleh
angina di daerah pembentukannya dengan bentuk yang tidak teratur, panjang
dan periode gelombang bervariasi;
2) Swell, gelombang laut yang telah keluar dari daerah pembentukannya, tidak
dipengaruhi oleh angin, panjang gelombangnya lebih panjang daripada seas dan
sifatnya lebih teratur;
3) Tsunami, yang terjadi karena gempa tektonik, lahan lahan longsor, dan letusan
gunung api laut, dengan panjang gelombang sangat panjang bisa mencapai
ratusan kilometer, dan dan periode gelombangnya sangat lama, nilai tinggi
gelombang lebih tinggi dari gelombang terdahulu, dengan kecepatan perjam
bisa mencapai 800 km/jam, serta tinggi gelombang meningkat setelah mencapai
daerah pantai; dan
4) Gelombang pasang surut, yang terjadi pada saat surut air laut.

2.3     Aspek Manusia
a.      Kependudukan
Menurut  sensus penduduk tahun 1990 jumlah penduduk indonesia sebanyak 179.321.641 jiwa, meningkat menjadi 203.456.005 jiwa pada sensus penduduk 2000. Pertumbuhan rata-rata per tahun penduduk Indonesia selama periode 1990-2000 adalah 1,61%, kemudian periode 2000-2005 turun menjadi 1,40%. Diproyeksikan periode 2005-2010 pertumbuhan penduduk Indonesia akan turun menjadi 1,07 persen dan 2010-2020 akan turun lagi menjadi 0,68 persen. Penurunan pertumbuhan penduduk dalam dasawarsa terakhir berkaitan dengan penurunan angka fertilitas, maka terjadinya penurunan mortalitas di Indonesia tidak akan memberikan dampak pada pertumbuhan penduduk.
Persebaran dan kepadatan penduduk secara pasial tidak merata dan tidak sama. Kosentrasi penduduk hingga saat ini masih dipulau Jawa. Hal ini terkait dengan aspek fisik wilayah, ekonomi, dan politik. Kepadatan penduduk Pulau Jawa tahun 2000 adalah 904 orang per kilometer persegi. Kepadatan penduduk yang tinggi akan berpengaruh terhadap lingkungan sosial, misalnya akan menimbulkan kesulitan memenuhi kebutuhan hidup, terjadinya kerawanan sosial, lunturnya nilai-nilai sosial, munculnya masalah-masalah pendidikan, kesehatan masyarakat, dan rasa aman. Pengaruhnya terhadap lingkungan fisik antara lain makin sempitnya lahan produktif untuk pertanian, terjadinya banjir pada musim hujan, kerusaan hutan, kekeringan pada musim kemarau, terjadi pencemaran lingkungan.
Tjiptoherijianto (1998) berpendapat, pola migrasi di Indonesia belum mengalimi perubahan dengan arus migrasi masih berada di sekitar Pulau Jawa dan Sumatera. Migrasi keluar dari Pulau Jawa terbanyak masuk ke Pulau Sumatra. Demikian juga migrasi keluar dari Pulau Sumatera terbanyak masuk ke Pulau Jawa. Dan juga migrasi keluar dari pulau-pulau di Kawasan Timur Indonesia seperti Kalimantan, Papua, Maluku, kebanyakan masuk ke Pulau Jawa. Pada umumnya migran di Indonesia yang berasal dari daerah pedesaan dan bekerja di daerah perkotaan tidak memanfaatkan hasil kerja mereka di daerah tujuan, namun dikembalikan ke daerah asal dalam bentuk pengiriman uang (remittance). Jika dilihat sepintas maka tingkat kehidupan mereka di daerah perkotaan dapat dikatakan berada pada garis batas kemiskinan. Umumnya migrasi berasal dari daerah yang kurang berkembang menuju ke daerah yang lebih berkembang. Pengalihan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di daerah tujuan dapat dimanfaatkan jika migrant tersebut kembali ke daerah asalnya.
b.      Aktivitas Ekonomi
Sebagian besar penduduk Indonesia (54%) pada tahun 2005 berdiam di daerah pedesaan, dengan mengantungkan hidup pada sektor pertanian (tanaman pangan, tanaman perkebunan, perikanan, peternakan,dan kehutanan). Pertanian tanaman pangan meliputi pertanian lahan kering dan pertanian lahan basah. Pertanian lahan kering adalah suatu sistem pertanian yang lebih banyak menggantungkan diri pada curah hujan. Sistem pertanian yang mendapatkan air secara teratur dari sistem irigasi dinamakan pertanian lahan basah. Usaha tani tanaman pangan dikembangkan dalam bentuk ladang, tegalan, sawah. Jenis tanaman yang dibudidayakan pada usaha tani tanaman pangan adalah padi dan nonpadi. Dalam rangka mengimbangi pertambahan penduduk, dan mengimbangi kebutuhan masyarakat akan pangan, melalui usaha intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi, dan rehabilitasi usaha tani tanaman pangan dilaksanakan secara terpadu, serasi, dan merata disesuaikan dengan kondisi tanah, air, iklim serta memperhatikan pola kehidupan masyarakat setempat yang terus berubah.
c.       Aktivitas Sosial
Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial. Sosialitas manusia terwuud dalam kesejajaran dengan sesama. Masyarakat Indonesia dipandang sebagai sistem sosial yang terpadu dan utuh, masing-masing komponen yang ada di dalamnya saling mempengaruhi dan menunjukan fungsi yang saling terkait. Dalam interaksi sosial manusia Indonesia melakukan hubungan sosial yang dinamis, baik hubungan antarindividu, antarkelompok dan hubungan antarindividu dengan dengan kelompok.
Dalam aktivitas sosial manusia Indonesia selalu mengakomodasi pranata-pranata sosial dan lembaga-lembaga sosial. Organisasi yang bertujuan memenuhi suatu kebutuhan dalam berbagai aspek kehidupan, disebut pranata sosial, yang meliputi pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan ekonomi, kebutuhan pendidikan, kebutuhan ilmiah manusia, kebutuhan keagamaan, kebutuhan untuk mengatur kehidupan bernegara. Bentuk badan-badan yang mengorganisasi yang melakukan aktivitas-aktivitas kemasyarakatan, disebut lembaga sosial atau lembaga kemasyarakatan.
d.      Aktivitas Budaya
Manusia Indonesia mempunyai referensi yang dibanggakan, yaitu kebudayaan nasional Indonesia, yang memberikan kebanggaam kepada semua warga negara Indonesia, sebagai obyek referensi identifikasi diri. Kebudayaan Nasional Indonesia adalah totalitas nilai-nilai, gagasan-gagasan, dan perilaku manusia Indonesia serta hasil fisiknya, baik yang tradisional maupun ciptaan masa kini, yang semuanya terintegrasi secara selaras dan bermakna dalam nasional Indonesia yang dinamis. Ada tiga hal dalam kebudayaan nasional yang dibanggakan sebagai berikut:
1)      Adanya satu bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia yang jarang dimiliki Negara multietnik lain.
2)      Adanya toleransi yang tinggi terhadap kebudayaan suku bangsa lain, yang memudahkan bangsa Indonesia yang terdiri dari ratusan suku bangsa, dengan kebudayaan, bahasa, agama, dan kepercayaan yang berbeda dapat bersatu.
3)      Hasil-hasil karya seni, terutama yang tradisional, banyak yang indah dan bermutu tinggi.
e.       Aktivitas Politik dan Pertahanan Keamanan
Penataan kehidupan politik dalam negeri diarahkan pada pertumbuhan dan perkembangan tatanan politik berdasarkan Pancasila UUD 1945. Pembangunan politik dalam negeri ditujukan pada pengembangan etika dan moral budaya politik dalam mewujudkan kehidupan politik yang mantap dengan makin berperan dan berfungsinya suprastruktur dan infrastruktur politik secara efektif, otonomi daerah secara nyata dan bertanggung jawab serta kesadaran dan peran serta politik masyarakat yang terus meningkat, termasuk upaya pemantapan keyakinan rakyat terhadap Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dalam terpeliharanya kemantapanstabilitas politik yang sehat dan dinamis, mantapnya mekanisme demokrasi  Pancasila serta mantapnya mekanisme dan siklus kepemimpinan nasional berdasarkan UUD 1945 secara terus-menerus ditingkatkan dan ditumbuh kembangkan. Demokrasi Pancasila dibangun di atas landasan budaya plitik Pancasila. Reformasi yang diselenggarakan bangsa Indonesia mencakup segenap bidang kehidupan, termasuk reformasi bidang poltik, yang dituangkan dalam Ketetapan MPR hasil sidang istimewah tahun 1998, UU, dan peraturan perundang-undangan lainnya.
Penyelenggaraan pertahanan keamanan negara mencakup keseluruhan daya maupun bangsa dan negara disusun, disiapkan, dan dikerahkan secara terpadu dan terkendali serta didasarkan pada keyakinan akan kekuatan sendiri dan tidak kenal menyerah dan dijiwai keyakinan akan kebenaran Pancasila dan UUD 1945. 
 
2.4    Definisi Kemajemukan Masyarakat
Keragaman yang terdapat dalam kehidupan sosial manusia melahirkan masyarakat majemuk. Majemuk berarti banyak ragam, beraneka, berjenis-jenis. Istilah Masyarakat Indonesia Majemuk pertama kali diperkenalkan oleh Furnivall dalam bukunya Netherlands India : A Study of Plural Economy (1967), yang isinya menggambarkan kenyataan masyarakat Indonesia yang terdiri dari keanekaragaman ras dan etnis sehingga sulit bersatu dalam satu kesatuan sosial politik. Kemajemukan masyarakat Indonesia ditunjukkan oleh struktur masyarakatnya yang unik, karena beranekaragam dalam berbagai hal. Selain itu ia juga mengatakan bahwa ciri utama masyarakatnya adalah berkehidupan secara berkelompok yang berdampingan secara fisik, tetapi terpisah oleh kehidupan sosial dan tergabung dalam suatu satuan politik. Konsep ini merujuk pada masyarakat Indonesia masa kolonial. Masyarakat Hindia-Belanda waktu itu dalam pengelompokan komunitasnya didasarkan atas ras, etnik, ekonomi, dan agama. Konsep masyarakat majemuk Furnivall diatas, dipertanyakan validitasnya sekarang ini sebab telah terjadi perubahan fundamental akibat pembangunan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Usman Pelly (1989) mengkategorikan masyarakat majemuk disuatu kota berdasarkan dua hal, yaitu pembelahan horizontal dan pembelahan vertikal. Secara horizontal, masyarakat majemuk dikelompokan berdasarkan :
a.       Etnik dan ras tau asal usul keturunan
b.      Bahasa daerah
c.       Adat istiadat atau perilaku
d.      Agama
e.       Pakaian, makanan, dan budaya material lainnya

Secara vertikal, masyarakat majemuk dikelompokan berdasarkan :
a.       Penghasilan atau ekonomi
b.      Pendidikan
c.       Pemukiman
d.      Pekerjaan
e.       Kedudukan sosial politik

2.5      Faktor Penyebab Kemajemukan Masyarakat Indonesia

1.           Keadaan geografis wilayah Indonesia
            Kondisi geografis Indonesia yang  berupa kepulauan yang dipisahkan oleh laut dan selat memungkinkan penduduk yang menempati pulau itu tumbuh menjadi kesatuan suku bangsa yang terisolasi dengan yang lain. Setiap suku bangsa mengembangkan pola perilaku, bahasa, dan ikatan kebudayaan lainnya yang berbeda dengan suku bangsa yang lain.
2.      Letak kepulauan Indonesia diantara dua benua dan dua samudra
            Letak geografis Indonesia memungkinkan masuknya pengaruh asing dari berbagai bangsa.Bangsa asing tertarik untuk dating, singgah, dan menetap di Indonesia.Mereka berupaya memperkenalkan budayanya terhadap bangsa Indonesia.
3.      Pembangunan
            Pembangunan di berbagai sektor memberikan pengaruh bagi keberagaman masyarakat Indonesia. Kemajemukan ekonomi dan industralisasi yang terjadi dalam masyarakat Indonesia menghasilkan kelas sosial yang didasarkan pada aspek ekonomi.
4.      Iklim dan tingkat kesuburan tanah yang berlainan di berbagai daerah di Indonesia
            Iklim yang berbeda diberbagai daerah menimbulkan kondisi alam yang berlainan pula kondisi demikian akan membentuk pola perilaku dan sistem mata pencaharian yang berbeda. Pada akhirnya akan tercipta keberagaman antar daerah di Indonesia.


2.6       Ciri-ciri Masyarakat Majemuk

Ciri-ciri masyarakat majemuk menurut Vandenberg :
a.    Segmentasi ke dalam kelompok-kelompok
b.    Kurang mengembangkan konsensus
c.    Sering mengalami konflik
d.   Integrasi sosial atas paksaan
e.    Dominasi suatu kelompok atas kelompok lain

2.7      Kemajemukan Masyarakat Indonesia

1.      Kemajemukan Agama

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat religius (agamis). Kesetiaan dan kepatuhan nilai hidup religius atau keagamaan menjadi jiwa atau semangat dasar sumber inspirasi, motivasi, dan tonggak pedoman arah bagi manusia dalam menentukan dan mengambil sikap yang tepat dan benar terhadap setiap perkembangan dan kemajuan yang ada. Agama-agama di Indonesia, melalui doktrin-doktrin imannya mengajarkan bahwa dalam hubungan dengan sesama, manusia senantiasa berusaha menciptakan sebuah relasi sosial yang harmonis dan human. Manusia menjadi sesama bagi orang lain, yang ditunjukan lewat sikap saling menghormati dan menghargai, saling membantu dan melayani serta saling mencintai.
Dalam hubungannya dengan lingkungan sekitar, setiap agama mengajarkan agar manusia senantiasa berusaha mengolah, dan memelihara kelestariannya. Kesalehan hidup religius dan kesetiaan pada komitmen moral menjadi kompas kehidupan bagi manusia Indonesia di tengah amukan dan arus badai masyarakat global. Penghayatan hidup religius yang baik dan benar serta kesetiaan merupakan komitmen moral menjadikan manusia semakin manusiawi dan mampu menilai secara kritis setiap perkembangan dan kemajuan yang ada, serta dapat menentukan sikap yang tepat dan benar dalam situasi tersebut. Dengan demikian tidak dapat tergoda dan tenggelam dalam superioritas dangkal dan mental mencari gampang. Fakta bahwa manusia sering mengalami keterpecahan dan teraleinasi dari diri dan dunianya, merupakan indikasi bahwa orang belum menghayati hidupnya secara baik dan benar sesuai dengan ajaran imannya. Ia belum sanggup mengaktualisasikan visi dan misi dasar keagamaannya.
Kebinekaan agama (Islam, Protestan, Hindu, Budha, Katolik, Konghuchu dan Aliran Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa.) merupakan kenyataan hidup dalam masyarakat Indonesia. Setiap agama itu mempunyai ajaran dan cara mengungkapkan diri yang berbeda dalam kehidupan konkret, namun semuanya mempunyai satu tujuan, yakni mau membimbing dan menuntun manusia kepada keselamatan. Setiap agama mengajarkan dan menunjukkan kepada manusia jalan keselamatan, lewat ajarannya tentang kebenaran, keadilan dan kasih. Setiap agama melalui doktrin imannya, tidak pernah membenarkan dan mengamini setiap perbuatan dan tindakan manusia yang dapat merugikan dan menghancurkan kehidupan sesama dan lingkungannya. Ia mengajarkan bahwa dalam hubungan dengan sesama, manusia kiranya senantiasa berusaha menciptakan sebuah relasi sosial yang harmonis dan human. Manusia semestinya selalu menjadi sesama orang lain. Hal ini dapat ditunjukkan lewat sikap saling menghormati dan menghargai, saling membantu dan melayani serta saling mencintai. Dalam hubungan dengan lingkungan sekitar, setiap agama mengajarkan agar manusia senantiasa berusaha mengolah, menjaga, dan memelihara kelestariannya, bukan mengeksploitasi dan merusakannya.
Kesetiaan dan kepatuhan menghayati nilai-nilai hidup religius atau keagamaan menjadi jiwa atau semangat dasar, sumber inspirasi, motivasi dan tonggak pedoman arah bagi manusia Indonesia, dalam menentukan dan mengambil sikap yang tepat dan benar terhadap setiap perkembangan dan kemajuan yang ada. Dengan demikian manusia Indonesia tidak terjerumus dan tergiur untuk menikmati tawaran-tawaran kenikmatan dunia yang dangkal, seperti kekuasaan, pangkat, popularitas diri, dan harta kekayaan. Sebaliknya, dengan menghayati nilai-nilai religius atau keagamaan secara baik dan benar, orang justru semakin terbuka dan kritis untuk mengevaluasi dan melihat nilai-nilai luhur yang ada dibalik setiap perkembangan dan kemajuan yang, Juga orang akan semakin peka dan tanggap memperhatikan kehidupan sesama dan kelestarian lingkungan sekitarnya. Dengan demikian manusia tidak kehilangan identitas dan jati dirinya sebagai homo religious dan man for other’s di tengah arus kemajuan tingkat peradabannya sendiri.
2.      Kemajemukan Ras
            Kata ras berasal dari bahasa prancis dan italia, yaitu razza.Pertama kali istilah ini diperkenalkan Franqois Bernier, antropologi prancis untuk mengemukakan gagasan tentang pembedaan manusia berdasarkan kategori atau karakteristik warna kulit dan bentuk wajah.Setelah itu, orang lalu menetapkan hierarki manusia berdasarkan karakteristik fisik atau biologis.
            Berdasarkan karakteristik biologis, pada umumnya manusia dikelompokkan dalam beragai ras.Manusia dibedakan menurut bentuk wajah, rambut, tinggi badan, warna kulit, mata, hidung, dan karakteristik fisik lainnya.Jadi, ras adalah perbedaaan antara manusia menurut atau berdasarkan ciri fisik biologis.Ciri utama pembeda antara ras yaitu ciri alamiah rambut pada badan, warna alami rambut, kulit, dan iris mata, bentuk lipatan penutup mata, bentuk hidung serta bibir, bentuk kepala dan muka, ukuran tinggi badan.
Ciri-ciri yang menjadi identitas dari ras bersifat objektif atau somatic.Secara biologis, konsep ras selalu dikaitkan dengan pemberian karakteristik seseorang atau sekelompok orang ke dalam suatu kelompok tertentu yang secara genetic memiliki kesamaan fisik, seperti warna kulit, mata, rambut, hidung, atau potongan wajah.Perbedaan seperti itu hanya mewakili factor tampilan luar.
            Semua kelompok ras kurang lebih sama dalam karakteristik fisik yang penting. Meskipun terdapat beberapa pengecualian, perbedaan fisik yang ada hanyalah bersifat kosmetik dan tidak fungsional.Perbedaan fisik pada makhuk manusia sangat sedikit, jika dibandingkan dengan perbedaan fisik yang terdapat pada banyak makhluk hidup lainnya, misalnya anjing dan kuda.
            Kebayakan ilmuwan dewasa ini sependapat bahwa semua kelompok ras termasuk dalam satu rumpun yang merupakan hasil dari suatu proses evolusi, dan semua kelompok ras kurang lebih sama kadar kemiripannya dengan hewan lainnya.
            Di dunia ini dihuni berbagai ras. Pada abad ke-19, para ahli biologi membuat klasifikasi ras atas tiga kelompok, yaitu :
1.      Kaukasoid
2.      Negroid
3.      Mongoloid
            Adapun ras atau subras yang mendiami kepulauan Indonesia adalah sebagai berikut :
a.       Papua melanesoid yang mendiami wilayah Papua, Aru, dan Kai.
b.      Weddoid yang mendiami daerah Sumatra bagian barat laut.
c.       Malayan Mongoloid yang meliputi Proto Melayu.
d.      Negroid yang mendiami pegunungan Maoke Papua.
e.       Asiatic Mongoloid yang terdiri atas keturunan Tionghoa dan jepang yang tinggal di Indonesia.
f.       Kaukasoid terdiri atas keturunan Belanda, Inggris, keturunan Arab, India, Pakistan yang tinggal di Indonesia.

3.      Kemajemukan Etnis atau Suku Bangsa
            Koentjaraningrat (1990) menyatakan suku bangsa sebagai kelompok sosial atau kesatuan hidup yang memiliki sistem interaksi yang ada karena kontinunitas dan rasa identitas yang mempersatukan semua anggotanya serta memiliki sistem kepemimpinan sendiri.
            Menurut Narral mendefinisikan etnis adalah sejumlah orang atau penduduk yang memiliki ciri-ciri (a) secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan (b) mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan dalam suatu bentuk budaya (c) membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri (d) menentukan u kelompoknya yang diterima oleh dan dpat dibedakan dari kelompok lain.
            Tampak bahwa etnis berbeda dari ras.Jika pengertian ras lebih didasarkan pada persamaan ciri-ciri fisik yang dimiliki oleh seseorang individu, maka pengertian etnis didasarkan kepada adanya persamaan kebudayaan dalam kelompok masyarakat tersebut.
            Secara etnik, bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk dengan jumlah etnik yang besar.Mengenai jumlah suku bangsa yang ada di Indonesia telah dikemukakan oleh para ahli.Esser, Berg dan Sutan Takdir Alisyahbana memperkirakan ada 200-250 suku bangsa.MA, Jaspan mengemukakan ada 366 suku bangsa.Koentjaraningrat memperkirakan ada 195 suku bangsa.Hildred Geertz menyatakan lebih dari 300 suku bangsa dengan identitas budayanya sendiri.William G. Skinner memperkirakan ada 35 suku bangsa dalam arti lingkungan hukum adat.
            Di Indonesia, istilah kelompok etnis dapat disamaartikan dengan suku bangsa, di samping ada pula yang menyebutkan dengan golongan etnis. Misal : golongan etnis Tionghoa.
            Suku yang berkembang di Indonesia ada yang memiliki tingkat peradaban yang telah maju dan mampu berbaur dengan suku bangsa lain. Di samping itu juga masih dijumpai suku bangsa atau masyarakat terasing.Masyarkat terasing merupakan suku bangsa yang terisolasi dan masih hidup dari berburu, meramu atau berladang padi, umbi-umbian dengan system lading berpindah.Masyarakat ini terhambat dari perubahan dan kemajuan karena isolasi geografi atau upaya yang disengaja untuk menolak bentuk perubahan kebudayaan.

4.       Pengaruh Kemajemukan Masyarakat Indonesia
Pengaruh kemajemukan masyarakat Indonesia berdasarkan suku bangsa, ras dan agama dapat dibagi atas pengaruh positif dan negatif. Pengaruh positifnya adalah terdapat keanekaragaman budaya yang terjalin serasi dan harmonis sehingga terwujud integrasi bangsa. Pengaruh negatifnya antara lain :

a.       Primordial
            Karena adanya sikap primordial kebudayaan daerah, agama dan kebiasaan di masa lalu tetap bertahan sampai kini. Sikap primordial yang berlebihan disebut etnosentris. Jika sikap ini mewarnai interaksi di masyarakat maka akan timbul konflik, karena setiap anggota masyarakat akan mengukur keadaan atau situasi berdasarkan nilai dan norma kelompoknya. Sikap ini menghambat tejadinya integrasi sosial atau integrasi bangsa. Primordialisme harus diimbangi tenggang rasa dan toleransi.

b.      Stereotip Etnik
            Interaksi sosial dalam masyarakat majemuk sering diwarnai dengan stereotip etnik yaitu pandangan (image) umum suatu kelompok etnis terhadap kelompok etnis lain (Horton & Hunt). Cara pandang stereotip diterapkan tanpa pandang bulu terhadap semua anggota kelompok etnis yang distereotipkan, tanpa memperhatikan adanya perbedaan yang bersifat individual. Stereotip etnis disalah tafsirkan dengan menguniversalkan beberapa ciri khusus dari beberapa anggota kelompok etnis kepada ciri khusus seluruh anggota etnis.
            Dengan adanya beberapa orang dari sukubangsa A yang tidak berpendidikan formal atau berpendidikan formal rendah, orang dari suku lain (B) menganggap semua orang dari sukubangsa A berpendidikan rendah. Orang dari luar suku A menganggap suku bangsanya yang paling baik dengan berpendidikan tinggi. Padahal anggapan itu bisa saja keliru karena tidak semua orang dari sukubangsa di luar sukubangsa A berpendidikan tinggi, banyak orang dari luar sukubangsa A yang berpendidikan rendah. Jika interaksi sosial diwarnai stereotip negatip, akan terjadi disintegrasi sosial. Orang akan memberlakukan anggota kelompok etnis lain berdasarkan gambaran stereotip tersebut. Agar integrasi sosial tidak rusak, setiap anggota masyarakat harus menyadari bahwa selain sukubangsa ada faktor lain yang mempengaruhi sikap seseorang, yaitu pendidikan, pengalaman, pergaulan dengan kelompok lain, wilayah tempat tinggal, usia dan kedewasaan jiwa.

c.    Potensi Konflik
            Ciri utama masyarakat majemuk (plural society) menurut Furnifall (1940) adalah kehidupan masyarakatnya berkelompok-kelompok yang berdampingan secara fisik, tetapi mereka (secara essensi) terpisahkan oleh perbedaan-perbedaan identitas sosial yang melekat pada diri mereka masing-masing serta tidak tergabungnya mereka dalam satu unit politik tertentu.
            Mungkin pendekatan yang relevan untuk melihat persoalan masyarakat majemuk ini adalah bahwa perbedaan kebudayaan atau agama memang potensial untuk mendestabilkan negara-bangsa. Karena memang terdapat perbedaan dalam orientasi dan cara memandang kehidupan ini, sistem nilai yang tidak sama, dan agama yang dianut masing-masing juga berlainan. Perbedaan di dalam dirinya melekat (inherent) potensi pertentangan, suatu konflik yang tersembunyi (covert conflict). Namun demikian, potensi itu tidak akan manifes untuk menjadi konflik terbuka bila faktor-faktor lain tidak ikut memicunya. Dan dalam konteks persoalan itu nampaknya faktor ekonomi dan politik sangat signifikan dalam mendorong termanifestasinya konflik yang tadinya tersembunyi menjadi terbuka.
            Furnivall sendiri sudah mensinyalir bahwa konflik pada masyarakat majemuk Indonesia menemukan sifatnya yang sangat tajam, karena di samping berbeda secara horisontal, kelompok-kelompok itu juga berbeda secara vertikal, menunjukkan adanya polarisasi. Artinya bahwa disamping terdiferensiasi secara kelompok etnik agama dan ras juga ada ketimpangan dalam penguasaan dan pemilikan sarana produksi dan kekayaan. Ada ras, etnik, atau penganut agama tertentu yang akses dan kontrolnya pada sumber-sumber daya ekonomi lebih besar, sementara kelompok yang lainnya sangat kurang. Kemudian juga, akses dan kontrol pada sektor politik yang bisa dijadikan instrumen untuk pemilikan dan penguasaan sumber-sumber daya ekonomi, juga tidak menunjukkan adanya kesamaan bagi semua kelompok.
            Di Kalimantan Barat dan Tengah para perantau Madura yang beragama Islam setahap demi setahap bisa menguasai jaringan produksi dan distribusi ekonomi. Demikian pula dengan orang-orang Bugis-Makassar dan Buton yang umumnya beragama Islam di kawasan Timur Indonesia telah membuat jaringan yang cukup luas dalam sektor ekonomi ini. Termasuk dalam kasus ini adalah orang-orang Cina yang sebagian besar beragama non-Islam yang menguasai sebagian besar sarana dan aset produksi serta jaringan distribusi di kota-kota besar dan menengah Indonesia. Ketika Orde Baru memegang tampuk pemerintahan tampaknya ketimpangan ekonomi dan politik antar kelompok etnik dan ras ini tidak secara sungguh-sungguh dicoba untuk dihapuskan. Malah pemihakan pada kelompok tertentu sangat kentara, sementara kelompok yang lain mengalami proses marjinalisasi. Di sinilah polarisasi antar kelompok masyarakat yang berbeda secara kultural dan agama itu menjadi semakin tajam. Di samping itu, pemerintah dan masyarakat di daerah secara politik betul-betul lemah, tidak memiliki saluran institusional yang memungkinkan kepentingan dan kebutuhan mereka dapat diakomodasi. Di sini sentralisme adalah ciri utama sistem politik negara Orde Baru.
            Memang selama rezim Orde Baru berkuasa konflik itu tidak banyak muncul, kalaupun terjadi ledakannya tidak besar dan akan segera diredam secara represif. Namun pendekatan keamanan itu tidak menghilangkan potensi konflik tersebut, karena akar persoalannya tidak dipecahkan. Hubungan antar kelompok tetap dalam situasi ketegangan, menunggu momen untuk meledak. Karena itu, ketika rezim Orde Baru mulai kehilangan legitimasi dan kemudian jatuh, konflik yang tadinya laten menjadi terbuka.
            Hal ini dikarenakan, bahwa pengkotakan masyarakat hanya mampu menekan eskalasi konflik dan disharmoni sosial dalam masyarakat, namun ia tidak mampu menghilangkan poensi-potensi konflik yang telah lama dan masih terpendam dalam masyarakat. Konflik dan disharmoni sosial dapat muncul karena mereka, kelompok-kelompok sosial tersebut tetap hidup berdampingan secara fisik dalam suatu komunitas masyarakat. Pembenaran atas ketidaksamaan, pada hakekatnya adalah juga sebentuk pembenaran terhadap adanya potensi potensi konflik dalam masyarakat yang pluralis.



BAB III 
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Istilah masyarakat Indonesia majemuk pertama kali diperkenalkan oleh Furnivall dalam bukunya Netherlands India : A Study of Plural Economy (1967), untuk menggambarkan kenyataan masyarakat Indonesia yang terdiri dari keanekaragaman ras dan etnis sehingga sulit bersatu dalam satu kesatuan sosial politik. Kemajemukan masyarakat Indonesia ditunjukkan oleh struktur masyarakatnya yang unik, karena beranekaragam dalam berbagai hal.
Faktor yang menyebabkan kemajemukan masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut :
a.       Keadaan geografi Indonesia yang merupakan wilayah kepulauan.
b.      Letak Indonesia diantara Samudra Indonesia dan Samudra Pasifik serta diantara Benua Asia.
c.       Iklim yang berbeda serta struktur tanah di berbagai daerah kepulauan Nusantara ini merupakan faktor yang menciptakan kemajemukan regional.
Pengaruh kemajemukan masyarakat Indonesia berdasarkan agama, ras dan suku bangsa dapat dibagi atas pengaruh positif dan negatif. Pengaruh positifnya adalah terdapat keanekaragaman budaya yang terjalin serasi dan harmonis sehingga terwujud integrasi bangsa. Pengaruh negatif, munculnya sikap primordial (primordialisme) yang berlebihan yang mewarnai interaksi sosial sehingga muncul disintegrasi atau konflik sosial.








B.       Saran
Di tengah arus reformasi dewasa ini, agar selamat mencapai Indonesia Baru, maka idiom yang harus lebih diingat-ingat dan dijadikan landasan kebijakan mestinya harus berbasis pada konsep Bhinneka Tunggal Ika. Artinya, sekali pun berada dalam satu kesatuan, tidak boleh dilupakan, bahwa sesungguhnya bangsa ini berbeda-beda dalam satu kemajemukan.
Dengan demikian keanekaragaman tersebut merupakan suatu warna dalam kehidupan, dan warna-warna tersebut akan menjadi serasi, indah apabila ada kesadaran untuk senantiasa menciptakan dan menyukai keselarasan dalam hidup melalui persatuan yang indah yang diwujudkan melalui integrasi.
Maka, Indonesia Baru yang kita ciptakan itu, hendaknya ditegakkan dengan menggeser perbadaan yang ada dengan mengedepankan keBhinnekaan sebagai strategi integrasi nasional. Namun, jangan sampai kita salah langkah, yang bisa berakibat yang sebaliknya: sebuah konflik yang berkepanjangan.







DAFTAR PUSTAKA 
Ridwan dan Elly Malihah. (2007) . Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi. Bandung : Yasindo Multi Aspek
Hermawan, Ruswandi dan Kanda Rukandi. (2007). Perspektif Sosial Budaya. Bandung: UPI PRESS
Hermawan, Ruswandi dkk. (2006) . perkembangan masyarakat dan Budaya. Bandung : UPI PRESS
Kuswanto dan Bambang Siswanto. (2003). Sosiologi. Solo: Tiga Serangkai
Verstappen, H.Th., 1983, Applied Geomorphology: Geomorphological Survey for Environmental Development, Amasterdam: Elsevier