BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan manusia
membutuhkan komunikasi, dan bahasa dibutuhkan manusia didalam berkomunikasi.
Komunikasi yang berlangsung dapat secara lisan maupun tulisan. Kedua bentuk
komunikasi yang berlangsung dapat secara lisan maupun tulisan. Kedua bentuk
komunikasi ini tentunya membutuhkan ketrampilan berbahasa yang memadai untuk
menghasilkan sebuah komunikasi yang efektif dan efektif dan efesiensi dalam
berbahasa akan sangat dipengaruhi oleh ketrampilan berbahasa khususnya
ketrampilan dalam penyusunan kalimat yang akan digunakan untuk berkomunikasi.
Penyusunan kalimat, akan berawal dari
pemahaman mengenai makna kata sebagai penyusunan kalimat tersebut, yang
selanjutnya akan membentuk sebuah frasa, klausa, dan pada akhirnya terbentuklah
sebuah kalimat untuk berkomunikasi. Sehingga petinglah pemahaman mengenai
sintaksis sebagai sebuah cabang linguistik atau ilmu bahasa untuk diketahui
para penutur bahasa Indonesia agar komunikasi menjadi efektif dan
efisien.Setiap bahasa mempunyai sistem-sistem yang khusus untuk mengikat
kata-kata atau kelompok-kelompok kata ke dalam suatu gerak yang dinamis.
Oleh karena itu tidap dapat dibenarkan untuk
menyusun tata kalimat suatu bahasa dengan menerangkan begitu saja sintaksis
bahasa lain, seperti yang dilakukan oleh ahli-ahli tata bahasa lama. Sintaksis
suatu bahasa haruslah merupakan perumusan dari berbagai macam gejala susun
peluk kata-kata dalam suatu bahasa..Bagi guru sekolah dasar, memiliki
ketrampilan berbahasa merupakan suatu modal untuk mengembangkan kompentensi
siswa-siswanya dalam berkomunikasi, pemahaman mengenai tata kalimat dalam
bahasa Indonesia sudah tentu menjadi suatu kebutuhan dasar. Untuk itulah dalam
makalah ini kami membahasa mengenai sintaksis beserta strukturinternal kalimatnya
yang berupa frasa, klausa, dan kalimat itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
Definisi Sintaksis?
2. Bagaimana
Fungsi Sintaksis dalam Kalimat?
3. Bagaimana
Frasa itu?
4. Bagaimana
Klausa itu?
5. Bagaimana
Kalimat itu?
C. Tujuan
1. Untuk
Mengetahui Definisi Sintaksis
2. Untuk
Mengetahui Fungsi Sintaksis dalam Kalimat
3. Untuk
Mengetahui Frasa
4. Untuk
Mengetahui Klausa
5. Untuk
Mengetahui Kalimat
D. Manfaat
a. Mampu Mengetahui
dan Memahami Makalah dan Ciri-ciri serta Syarat- syarat dalam Makalah.
b. Mengetahui Belajar
memahami Masalah dan mencari solusi.
c. Mampu Menerapkan
Ilmu Pengetahuan yang dipelajari untuk diimplentasikan.
d. Menambah wawasan dan
pengetahuan tentang Sintaksis Bahasa
e. Sebagai salah satu
referensi pengetahuan tentang Sintaksis Bahasa
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Sintaksis
Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa (linguistik) yang
memfokuskan kajian tentang kalimat. Sintaksis sering juga disebut sebagai ilmu
tata kalimat. Ilmu yang lebih memfokuskan kajiannya pada kata, kelompok kata
(frasa), klausa, dan kajian yang berkaitan dengan jenis-jenis kalimat.
Jenis-jenis kalimat tersebut, meliputi kalimat tunggal, kalimat majemuk,
kalimat aktif, kalimat pasif, kalimat transitif, dan kalimat intransitif. Ada
beberapa pendapat atau pandangan yang telah dikemukaan para ahli berkaitan
dengan definisi kata sintaksis tersebut. Venhar (1993:70) mengatakan bahwa dari
segi etimologi, kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani,
yaitu dari kata sun yang berarti dengan kata tattein yang
berarti menempatkan. Makna kata suntattein berarti menempatkan kata atau ilmu
tentang penempatan kata atau kalimat.
Dengan demikian, secara etimologi kata,
kata sintaksis berarti menempatkan. Sementara Pteda (1988:85)
mengatakan bahwa kata sintaksis diserap dari bahasa Belanda, yaitu dari kata syntaxis (Inggris: syntax).
Namun secara lebih luas, kata sintaksis dalam ilmu bahasa
Indonesia diterjemahkan sebagai ilmu tentang seni merangkai kalimat
sesuai kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang benar. Para ahli bahasa
menerjemahkan kata sintaksis dengan beraneka ragam.
Masing-masing ahli tidak memiliki kesamaan pandangan dalam mendefinisikan kata
sintaksis tersebut. Mereka menerjemahkan menurut sudut pandang masing-masing.
Hal ini sebagaimana yang dapat dilihat berikut:
1.
Sintaksis adalah ilmu bahasa yang menyelidiki semua hubungan antarkata dan
antarkelompok kata (frasa) dalam satuan dasar, yaitu kalimat (Verhaar,
1982:70).
2.
Sintaksis adalah studi tentang kaidah kombinasi kata
menjadi satuan yang lebih besar, frasa, dan kalimat (Moelino, 1976:103).
3.
Sintaksis adalah salah satu cabang tata bahasa yang membicarakan struktur
kalimat, klausa, dan frasa (Taringan, 1983:4).
4.
Sintaksis berarti bagian dari tata bahasa yang mempelajari atau
membicarakan dasar-dasar serta proses pembetukan kalimat dalam suatu bahasa,
seperti kata, intonasi, dan sistem tata bahasa yang dipakai (Keraf, 1984: 137).
5.
Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang membicarakan
seluk beluk wacana, kalimat klausa, dan frasa berbeda dengan morfologi yang
membicarakan seluk beluk kata atau morfem(Ramlan, 1987: 21).
Bedasarkan beberapa rumusan tersebut dapat
disimpulkan bahwa ilmu sintaksis adalah ilmu yang berkaitan dengan
kajian kata, frasa, klausa dan kalimat.
B.
Fungsi Sintaksis dalam Kalimat
Tiap kata atau frasa dalam kalimat mempunyai fungsi yang mengaitkannya
dengan kata atau frasa lain yang ada dalam kalimat tersebut. Fungsi itu
bersifay sintaksis, artinya berkaitan dengan urutan kata atau frasa dalam
kalimat. Fungsi sintaksis utama bahasa adalah subjek, predikat, objek,
pelengkap dan keterangan.
1.
Fungsi Objek
Pada
umumnya subjek berupa nomina, atau klausa. Contoh :
a.
Harimau binatang liar
b.
Anak itu belum makan
c.
Yang tidak ikut upacara akan ditindak
Pada
umunya, subjek terletak disebelah kiri predikat. Jika unsur subjek panjang
dibandingkan dengan unsur predikat, subjek sering diletakkan di akhir kalimat.
Contoh:
a.
Manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian tidak banyak.
b.
Tidak banyak manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian.
Subjek
pada kalimat imperatif adalah kedua atau orang pertamajamak dan biasanya tidak
hadir. Contoh:
a.
Tolong (kamu) bersihkan meja ini
b.
Mari (kita) makan
Subjek
pada kalimat aktif transitif akan menjadi pelengkap bila kalimat ini
dipasifkan. Contoh:
a.
Anak itu (S) menghabiskan kue saya
b.
Kue saya dihabiskan (oleh) anak itu (pel)
2.
Fungsi predikat
Predikat merupakan konstituen pokok yang
disertai konstituen subjek disebelah kiri dan jika ada, konstituen objek,
pelengkap, atau keterangan wajib disebelah kanan. Predikat kalimat biasanya
berupa frasa verbal atau frasa adjektival. Pada kalimat yang berola SP,
Predikat dapat pula berupa frasa nominal, frasa preposional, disamping frasa
verbal dan frasa adjektival. Contoh:
a.
Ayahnya guru bahasa inggris
b.
Adiknya dua
c.
Ibu sedang ke pasar
d.
Dia sedang tidur
e.
Gadis itu cantik sekali
3.
Fungsi objek
Objek adalah konstituen yang kehadirannya
dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Letaknya
selalu setelah langsung predikat. Dengan demikian, objek dapat dikenali dengan
memperhatikan jenis predikat yang dilengkapinya dan ciri khas objek itu
sendiri.Objek biasanya berupa nomina atau frasa nominal. Jika objek tergolong
nomina, frasa nominal tak bernyawa, nomina objek itu dapat diganti dengan
promina-nya, dengan promina- nya, dan jika berupa promina aku atau kamu (tunggal),
bentuk-ku dan –mu dapat digunakan. Contoh:
a.
Adi mengunjungi Pak Rustam
b.
Adi mengunjunginya
4.
Fungsi pelegkap
Contoh
pelengkap dengan predikat yang berupa verba takransitif dan dwitansitif seta
adjektiva:
a.
Orang itu bertubuh Raksasa
b.
Negara ini berlandaskan Hukum
c.
Ida benci pada Kebohongan
5.
Fungsi keterangan
Keterangan merupakan fungsi sinaksis yang
paling mudah berpindah letaknya, pada umumnya, kehadiran keterangan dalam
kalimat bersifat manasuka. Konstituen keterangan biasanya berupa frasa nominal,
preposional, atau frasa adverbial. Contoh:
a.
Dia mememotong rambutnya di kamar
b.
Dia makan di kelas
c.
Dia mengantuk di sekolah
Selain
oleh satuan yang berupa kata frasa atau frasa, fungsi
keterangan dapat pula diisi oleh klausa. Contoh:
a.
Dia memotong rambutnya sebelum dia mendapat peringatan dari sekolah
b.
Dia makan dikelas karena dia lapar
c.
Dia mengantuk dikamar sebab semalam dia tidak tidur.
B. Frasa
1.
Definisi Frasa
Frasa
atau frase dapat didefinisikan sebagai kelompok kata yang terdiri dari dua kata
atau lebih. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan Kreaf (1984:138) bahwa frasa
adalah suatu konstruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih kedua kata
tersebut dapat berfungsi sebagai inti atau hanya salah satunya saja berupa
inti. Namun, satu hal perlu dipahami berkaitan dengan frasa ini adalah masing-
masing kata yang membentuk konstruksi tersebut merupakan suatu kesatuan yang
utuh.
Ramlan
(1987:153) dalam bukunya berjudul, lmu Bahasa Indonesia:Sintaksis mendefinisikan
frasa sebagai satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih dan tidak
melampaui batas fungsi unsur klausa. Sementara yang dimaksud Ramlan tidak
melampaui batas fungsi klausa adalah tidak melampaui batas fungsinya di dalam
kalimat, apakak sebagai subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan.
Jika sudah melewati batas fungsi tersebut, dia tidal lagi tergolong frasa,
mungkin sudah masuk sebagai klausa atau kalimat.
Tokoh
linguistik lain seperti Pateda (1988:89) dalam bukunya berjudul, Linguatik
(Sebuah Pengantar) mendefinisikan frasa sebagai kelompok kata yang
terdiri dari dua kata atau lebih. Frasa lebih kecil dari klausa, diantara
kata-kata tersebutterdapat hubungan. Definisi yang lebih dikemukan Pateda ini
lebih memfokuskan bahwa frasa lebih kecil dari klausa. Dengan demikian, frasa
tidak mungkin dapat menggantikan klausa di dalam kalimat karena tidak atau
belum memenuhi syarat sebagai klausa.
Selanjutnya Parera (1988:32) dalam bukunya
berjudul, Pengantar Linguistik Umum Bidang Sintaksis Seri C merumuskan
kata frasa sebagai suatu kontruksi yang dapat dibentuk dua kata atau lebih,
baik dalam bentuk pola dasar kalimat, maupun tidak. Suatu frasa minimal terdiri
dua anggota pembentuk, yaitu bagian frasa terdekat atau langsung yang membentuk
frasa itu sendiri. Rumusan yang dikemukakan oleh Parera ini lebih menekaknkan
bahwa frasa dibangun atas dua kata atau lebih. Dua tau lebih kata tersebut
memiliki hubungan yang sangat dekat.
Lain pula Traingan (1983:50) dalam bukunya
berjudul Prinsip-Prinsip Dasar Pembelajaran Sintaksis merumuskan frasa sebagai
satuan linguistik yang secara pontesial merupakan gabungan dua kata atau lebih
atau tidak mempunyai ciri-ciri sebagai klausa. Rumusan yang dikemukakan Taringan
hampir sama dengan yang dikemukakan ahli terdahulu, yaitu frasa dibangun atas
beberapa atas beberapa kata (dua atau lebih) kemudian belum memenuhi syarat
sebagai klausa.
Rumusan tentang frasa juga dapat dijumpai
pada sumber lain yang menyatakan frasa sebagai kata yang membentuk satu
kesatuan dan menduduki satu fungsi gramatikal dalam kalimat. Frasa tidak
bersifat predikat dan tidak mempunyai predikat (hi-in facebook.com, 27
Oktober 2009). Bertolak dari beberapa rumusan yang telah dikemukakan para ahli
linguistik tersebut dapat disimpulkan bahwa frasa adalah kelompok kata.
Sebagai kelompok kata, frasa biasanya dibangun atas dua kata atau lebih.
Selanjutnya, bangun yang dibentuk dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui
batas fungsi, baik sebagai subjek, predikat, objek, pelengkap, maupun keterangan.
2.
Ciri-ciri Frasa
Mengingat antara frasa dan kata majemuk
memiliki kesamaan, yaitu sama- sama dibangun atas beberapa kata maka untuk
dapat membedakan keduanya perlu diketahui ciri-ciri dasar yang
terdapat pada frasa itu sendiri. Ciri-ciri yang melekat pada frasa sebetulnya
telah tersirat pada beberapa definisi yang telah dikemukakan para ahli.
Ciri-ciri yang dimaksud, diantaranya:
a.
Frasa terdiri dua kata atau lebih;
b.
Frasa belum melampaui batas fungsi (SPOK);
c.
Frasa belum memenuhi syarat sebagai klausa;
d.
Frasa lebih kecil dari pada klausa.
Bedasarkan ciri-ciri yang melekat pada frasa
tersebut maka frasa memiliki kesamaan dengan kata majemuk. Frasa dan kata
majemuk sama-sama dibangun oleh dua kata atau lebih. Jika demikian, apa pula
yang membedakan frasa dengan kata majemuk? Perbedaan yang melekat pada keduanya
sebagaimana terlihatdalam tabel berikut ini.
No.
|
Sudut Pandang
|
Frasa
|
Kata Majemuk
|
1.
|
Struktur
|
Susunannya dapat dibalikkan
|
Susunannya tidak
dapat dibalikkan
|
2.
|
Bisa diulang
|
Sebagian morfemnya dapat diulang
|
Sebagian
morfemnya tidak
dapat diulang,
harus diulang
seluruhnya.
|
3.
|
Jenis morfemnya
|
Terdiri dari morfem bebas seluruhnya.
|
Bisa salah satu
konstituennya
berupa morfem
terikat.
|
Ciri
yang melekat pada frasa ternyata juga dimiliki oleh idiom jika frasa dibangun
atas dua atau lebih kata, idiom jga demikian. Maka, apa perbedaan antara frasa
dan idiom? Perbedaan frasa, kata majemuk, dan idiom sebagaimana dapat dilihat
melalui tabel berikut ini.
No.
|
Sudut
Pandang
|
Frasa
|
Kata Majemuk
|
Idiom
|
1.
|
Struktur
|
Susunanya
dapat diubah
|
Susunanya tidak
dapat diubah
|
Susunanya
tidak dapat
diubah
|
2.
|
Jika diulang
|
Sebagian morfemnya dapat diulang
|
Sebagian
morfemnya tidak
dapat diulang. Jika diulang harus
diulang seluruhnya
|
Sebagian morfemnya tidak dapat
diulang
|
3.
|
Jenis morfem
|
Terdiri dari morfem bebas seluruhnya
|
Bisa salah satu
konstitennya berupa morfem
terkait
|
Kedua konstituennya berupa morfem
bebas
|
4.
|
Makna
|
Tidak membentuk
makna baru
|
Membentuk makna baru denotatif
|
Membentuk makna
konotatif
|
Bedasarkan tabel diatas dapat disimpulkan
bahwa idiom sama dengan kat majemuk, tetapi kata majemuk belum tentu sama
dengan idiom. Persamaan idiom dengan kata majemuk karena keduanya sama-sama
membentuk makna makna baru. Keduanya juga memiliki perbedaan, kata majemuk
cenderung membentuk maknakonotatif. Inilah yang menjadi perbedaan mendasar
sehingga keduanya tidak sama (berbeda).
Contoh:
a.
Dia tinggal di rumah batu itu
b.
Amrin dirawat di rumah sakit
c.
Rumah tangga-nya berjalan akur-akur saja
Rumah batu mengandung makna rumah tersebut
terbuat dari bahan dasar batu-batuan. Rumah sakit mengandung makna rumah tempat
merawat orang sakit. Sementara rumah tangga mengandung makna keluarga. Dengan
demikian, dapat ditarik sebuah simpulan bahwa jika sebuah kempok kata memiliki
makna yang tersusun dari sebuah kata pembentuknya, kata yang dibentuknya
tersebut adalah frasa. Jika makna gabungan kelompok kata tersebut
ditentukannya oleh satu katanya, gabungan tersebut disebut kata majemuk. Namun,
jika makna kedua kelompok kata tersebut jauh dari kata pembentuknya, gabungan
kata tersebut disebut indiom. Bandingkan pula kata-kata, seperti gedung tinggi,
naik haji, dan panjang tangan.
3.
Jenis Jenis
Frasa
Jenis-jenis frasa dapat dikelompokkan atas
berapa kelompok. Pertama, berdasarkan kelas kata. Kedua berdasarkan unsur inti.
A.
Berdasarkan Kelas Kata
Berdasarkan kelas kata yang menduduki frasa maka
frasa dibedakan menjadi dua golongan , yaitu frasa endosentrik dan frasa
eksosentrik. Frasa endosentrik juga dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu
frasa endosentrik atributif dan frasa endosentrik koordinatif ( parera, 1988: 33-40).
1.
Frasa
Endosentrik
a)
Frasa endosentrik Atributif
Frasa
endosentrik atributif adalah sejenis frasa yang salah satu katanya merupakan
atribut. Berdasarkan letak atau posisi atribut ( A ) di dalam frasa maka parera
( 1988: 34 ) mengelompokkan frasa menjadi empat kelompok sebagai berikut :
· Atribut
mendahului pusat: AX Contoh :
a.
Ani membca buku setiap hari
b.
Matahari hampir terbenam di ufuk barat
c.
Pak budi tidak datang pada pertemuan kemarin.
d.
Saya mohon bapak dapat memberikan sepatah kata pada acara besok
e.
Ayah mengirimkan uang untuk biaya kuliah anaknya setiap bulan.
· Pusat
di depan, atribut di belakang: XA Conntoh:
a.
Indonesia memiliki beberapa gunung berapi yang masih aktif.
b.
Kewajiban kita adalah memberikan bantuan semampunya.
c.
Saya sudah siapkan uang pemmbayar utang setiap bulan.
d.
Pabrik pupuk Cilacap terdapat dipulau jawa.
e.
Universitas Maritim Raja Ali Haji memiliki beberapa orang guru besar luar.
biasa.
· Atribut
terpisah/terbagi: AXA Contoh:
a.
Ibu telah menyiapkan sebuah mangga yang
masak untuk kami
b.
Tiga orang mahasiswa Indonesia berhasil
diterima di Universitas Bonn Jerman.
c.
Saran yang anda berikan sangat baik.
d.
Ia libur kerja setiap hari Jumat.
e.
Dia mencari sebuah buku kesukaanya.
· Atribut
dan pusat terpisah: XAX Contoh:
a.
He did not go.
b.
She can never go.
*pola
XAX belum dijumpai didala bahaasa Indonesia.
· Atribut
mana suka: AX atau XA Contoh:
a.
Pendengar sekalian dimana sekalian dimana saja berada atau sekalian
pendengar dimana saja berada.
b.
Dia berpaling ke orang lain atau dia
berpaling kelain orang.
b)
Frasa endosentrik koordinatif
Frasa endosentrik koordinatif adalah frasa
yang memiliki dua kata dan berasal dari kelas yang sama. Berdasarkan kelas kata
dan berasal dari kelas yang sama. Berdasarkan kelas kata yang mengiringinya
tersebut, parera (1983: 36) mengelompokkan frasa endosentrik koordinatf menjadi
empat kelompok.
· Penambahan (Adiktif)
Kedudukan
anggota pembentuk sama, yaitu yang satu tidak tergantung yang lain.
Contoh:
a.
Baju itu terlihat putih lagi bersih.
b.
Jadilah orang yang berilmu lagi beriman!
c.
Cobalah kamu berdiri serta mengedepankan tangan!
· Penggabungan
Contoh:
a.
Upacara tersebut diikuti pemuda dan pemudi kampung ini.
b.
Pekerjaan tersebut membutuhkan keahliaan dan kemahiran.
c.
Samakah menurut Saudara lembu dan kerbau?
d.
Perbanyaklah latihan membaca dan menulis!
Pemisahan/Pilihan
Contoh:
a.
Tuhan tidak membedakan kaya atau miskin umat-Nya.
b.
Datanglah dua atau tiga orang kesini.
c.
Keduanya, baik adik maupun kakak sama dimata ayah.
d.
Kebenran berita itu, entrah ya, entah tidak.
· Perwalian (Aposisi)
Konstruksi
aposisi/perwalian adalah sebuah konstruksi endosentris dan masuk akal untuk
menganggapnya sebagai konstruksi atributif, akan tetapi sulit mencari pusat
konstruksinya.
Contoh:
a.
Pabrik itu diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
b.
Buku itu ditulis Prof. Dr . M. Moelijono
c.
Beliau termasuk kelompok cendekiawan Muslim Indonesia
d.
Pak Rahmad, Adik Buk Bejo menjadi lurah Desa
Bestari
2.
Frasa Eksosentrik
Frasa eksosentrik adalah suatu konnstruksi
yang terdiri dari dua kata atau lebih, tetapi berdistribusi tidak mengikuti
salaah satu unsur pembentuknya, ahli lain mendefinisikan frasa eksosentrik
dengan sebutan frasa yang tidak memiliki unsur inti. Biasanya frasa eksosentrik
ini mengisi unsur keterangan dalam kalimat. Parera (1988: 40) mengelompokkan
jenis frasa eksosentrik
Sumber
lain menyatakan bahwa frasa eksosentrik adalah frasa yang unsur- unsurnya
terdiri atas kelas kata keterangan. Selanjutnya, frasa eksosentrik juga
diterjemahkan sebagai gabungan dua kata atau lebih yang menunjukkan kelas kata
dari perpaduan itu tidak sama dengan kelas kata satu (atau lebih) unsur
pembenttuknya ( hi-in facebook corn:27 Oktober 2009).
Contoh:
a.
dari sekolah (
kata keterangan:asal)
b.
di
kampus (keterangan:tempat)
c.
ke rumah (keterangan:tujuan)
2.) Berdasarkan Inti Kata
Pengelompokan jenis frasa berdasarkan unsur
inti yang membangun frasa tersebut sama dengan pengelompokan atas kelas katanya
diatas. Perbedaan hanya dilihat dari ada tidak unsur inti didalam frasa
tersebut. Jika memiliki inti, dikelompokkan kedalam
eksosentrik. Pengelopokan frasa berdasarkan intinya masing-masing ahli berdrda
sudut pandang. Bandingkan pandangan Verhaat tarigan, Ramlan, dan Alwi berikut
ini!
A.
J.M.W Verhaar
a.
Frasa Endosentrik
Frasa endosntrik adalah frasa yang berdistribusi paralel
dengan pusatnya.
Contoh:
Kata gedung berdistribusi
pararel dengan frasa, “ gedung yang tinggi itu’’.
b.
Frasa Eksosentrik
Frsa eksosentrik adalah frasa yang berdistribusi
komplementer dengan pusatnya.
Contoh:
Frasa
gedung yang tinggi itu tidak dapat di disubsitusikan dengan kata gedung sebab
berdistribusi komplementer(1993: 113).
B.
Hendry Guntur Tarigan
Tarigan(1983: 50-62) membagi frasa atas dua kelompok,
yaitu frasa
a. Frasa Ekosentris yang tidak memiliki
hulu, tidak memiliki pusat attau non- beaded atau noncentered. Jenis frasa
eksosentris dibedakan menjadi tiga, yaitu frasa preposisi, frasa posposisi, dan
frasa preposisi.
· Frasa preposisi
Frasa
preposisi adalah frasa yang penghubungnya terletak di depan. Contoh:
- Di
rumah
- Ke kampus
- Dari kantor
· Frasa posposisi
Frasa
posposisi adalah frasa yang penghubungnya menduduki posisi dibagian belakang.
Contoh:
- The
soldier gived it to me (penanda S)
- I
saw a soildier. (penanda S)
· Frasa preposposisi
Frasa
eksosentrik preposisi adalah frasa yang penghubungnya menduduki posisi di
bagian depan dan dibagian belakang.
Contoh:
- dari depan sana
- yang jahat laku
b. Frasa endosentris
Frasa
endosentrik adalah frasa yang berhulu atau berputar atau frasa yang mempunyai
fungsi sama dengan hulungnya berdasarkan unsur hulunnya, frasa endosentri
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu frasa endosentri beraneka hulu dan frasa
endosentrik modifikatif.
· Frasa
endosentri berneka hulu
Frasa
beraneka hulu adalah frasa yang memeiliki hulu lebih dari satu.tarigan
mengkafuikasikan frasa beraneka hulu menjadi dua jenis, yaitu frasa koordinatif
dan frasa apositif
a.
Frasa koordinatif
1)
Koordinatif nominal
Frasa
koordinati noinal adalah gabungan dua atau lebih frasa yang bertipe niominal.
Contoh:
- keerbau,
sapi, dan kambing irtu dijualnya dengan harga murah.
- dia
dan kamu tidak mempunyai hubunngan darah
2)
Koordinatif verbal
Frasa
koordinati verbal adalah frasa yang terdiri atas gabungan dua atau lebih bentuk
verbal.
- Kami
berembuk dan berunding selama dua jam
- Mereka
bernyanyi dan menari gembira.
3)
Koordinatif adjectival
Frasa
koordinatif adjectival adalah frasa yang terdiri dari gabungan dua atau lebih
frasa atau kata yang bertipeadjektiva.
Contoh;
- Ia
rajin, tabah, lagi gagah.
4)
Koordinatif adverbal
Frasa
koordinatif adverbal adalah frasa yang terdiri atas gabungan dua atau lebih
frasa atau kata yang bertipe adverbial (keterangan).
Contoh;
- pemudah
itu berjalan dengan tergesah-gesah dan cepat sekali
- pikir
dahulu baik-baik dan masak-masak sebelum berbuat!
b. Frasa Endosentrik
Apositif
Frasa
endosentrik apositif adalah frasa yang hulu-hulunya mempunyai referensi yang
sama dan pada umumnya bersifat nominal.
Contoh:
- Pak
ahmad, tukangpangkasitu, dipukuli orang kemarin.
· Frasa
endosentrik modifikatif
a.
Endosentrik modikatif nominal
Frasa
endosentrik modikatif nominal adalah frasa yang hulunya berupa kata benda atau
nominal.
Contoh:
- Orang
kuat harus melindungi orang lemah.
- Saya
lebih suka kopi manis dari pada kopi pahit
b.
Endosentris modikatif verbal
Frasa
endosentrik modikatif verbal adalah frasa yang hulunya berupa kata kerja atau
verbal.
Contoh;
- Saya
akan pergi nanti sore ke rumah ali.s
- Adik
sedang belajar dikamar.
c.
Endosentrik modikatif abjektifal
Frasa
endosentrik modikatif abjektival adalah frasa yang hulunya berupa kata keadaan
atau abjektifal.
Contoh:
- Harga
mobil itu terlalu mahal
d.
Endisentris modifikatif adverbial
Frasa
endosentrik modifikatif adalah frasa yang hulunya berupa kata keterangan atau
adverbial.
Contoh:
- Nanti
malam ada pertemuan antar pemuda.
- Dia
pulang kemarin pagi ke rumah (Tarigan, 1983: 50-62)
3. M. Ramlan
Ramlan(1987:155)
mengelompokan frasa menjadi dua golongan yaitu frasa endosentrik dan frasa
eksosentrik. Keduanya di bedakan berdasarkan distribusi kata.
a.
Frasa endosentrik
Frasa
endosentrik adalah frasa yang yang memiliki distribusi sama dengan unsurnya,
baik dengan salah satu unsure maupun semua unsur.
· Endosentrik koodirnatif
Frasa
endosentrik koodirnatif memiliki unsur-unsur yang setara. Setaraannya tersebut
dapat dibuktikan dengan kemungkinan unsur-unsur tersebut dihubungkan dengan
kata penghubung dan atau.
Contoh:
- Suami
istri
- Ayah ibu.
· Endosentrik atributif
Frasa
endosentrik atributif terdiri atas unsur-unsur yang tidak setara. Oleh
sebabitu, unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan dengan kata penghubung dana
tau.
Contoh:
- Mobil baru
- Orang itu
- Sedangbelajar
- Malam ini
- Sangat bangga
- Sekolah impres
· Endosentik apositif
Frasa
endosentrik apositif adalah frasa yang salah satu unsurnya dapat mengantikan.
Contoh:
- Susi,
anak pak ahmad telah menjadi dokter.
- Susi telah
menjadi dokter
*Susi=
unsur pusat (UP) Anak pak ahmad= (AP)
b.
Frasa Eksosentrik
Frasa
eksosentrik adalah frasa yang tidak memiliki distribusi yang sama dengan semua unsurnya.
Contoh:
- Di perpustakan
- Dari rumah
- Kekampus.
Selain bedasarkan distribusi kata, Ramlan
juga membedakan frasa atas jenis kata yang menduduki frasa tersebut.hasilnya,
ramlan mengelompokkan frasa menjadi lima kelompok, yaitu (a) frasa keterangan,
(b) frasa verbal, (c) frasa bilangan, (d) frasa keterangan, dan (e) frasa
depan. Berikut penjelasan dari masing-masing kelompok.
a.
Frasa Nominal Contoh :
- Baju baru
- Rumah baru
- Gadis cantik
Kemudian
secara kategori, frasa nominal(N) dapat:
· N
diikuti N Contoh :
- Pekarangan
rumah( Atr+UP)
- Ayah
ibu (UP+UP)
· N
diikuti bilangan
Adalah
N sebagai UP sementara bilangan sebagai Atr.
Contoh:
- Dua
orang petani (Atr+ UP)
- Telur
tiga petak (UP+ Atr)
- Sarung
sepuluh helai (UP +Atr)
· N
diikuti keterangan
N sebagai UP danketerangan sebagai Atr
Contoh:
- Koran
kemarin pagi
- Orang
tadi siang
- Cerita kemarin
· N
dikuti frasa depan
N
sebagai UP dan frasa sebagai Atr.
Contoh:
- Beras
dari bandung
- Kiriman
utuk adik
- Kereta
apa ke surabaya
· N
didahului bilangan
N
sebagai UP dan bilangan sebagai Atr.
Contoh:
- Dua
kertas kerja
- Lima
kodi kain batik
- Sepuluh
ekor ayam
· N
didahului kata sandang
N
sebagai UP dan kata sandang sebagai Atr.
Contoh:
- Si
ahmad
- Sang pangeran
· Kata yang diikuti N
Kata yang sebagai
Atr dan N sebagai Atr.
Contoh:
- Yang ini
- Yang itu
- Yang baik
· Kata yang diikuti verba
Kata yang sebagai Atr dan
sebagai Verba sebagai UP. Contoh:
- Yang
akan mengajar
- Yang
sangat menderita
- Yang
tidak naik kelas
- Yang terpandai
- Yang berjilbab
· Kata yang diikuti
kata bilangan
Kata yang sebagai Atr dan
bilangan sebagai Atr Contoh:
- Yang dua
- Yang
tiga buah
- Yang
kelima puluh
· Kata yang diikuti
kata keterangan
Kata yang sebagai
Atr dan keterangan sebagai Atr.
Contoh:
- Yang
kemarin sore
- Yang sekarang
· Kata yang diikuti
frasa depan
Kata yang sebagai
Atr dan frasa depan sebagai Atr.
Contoh:
- yang
dari jakarta
- yang
ke medan
selain
bedasarkan kategorial. Ramlan juga membagi frasa bedasarkan makna
unsur-unsurnya sebagai berikut.
(1) Hubungan
penjumlahan Contoh:
- Suami
dan istri usai
- Penanaman
modsl asing dan pembangunan
(2) Hubungan
kesamaan Contoh:
- Bapak
Soeharto, Presiden RI
- Kakak
saya, Ahmad
(3) Hubungan
pemilihan Contoh:
- Ayah
ayau ibu
- Dua
atau tiga
(4) Hubungan
penerang Contoh:
- buku baru
- acara terakhir
(5) hubungan
pembatas Contoh:
- Beras jawa
- Gedung sekolah
(6) Hubungan
penentu atau penunjuk Contoh:
- Perkarangan
luas itu
- Pembangunan ini
(7) Hubungan
penjumlahan Contoh:
- Dua
buah buku
- Dua
puluh lima liter
- Lima
kiligram beras
(8) Hubungan
sebutan Contoh:
- Bapak Mentri
- Haji basuki
- Letkol Darusman
b.
Frasa Verbal
Frasa
verbal adalah frasa yang mempunyai golongan distribusi yang sama dengan kata
verbal.
Contoh:
- Dua
orang mahasiswa sedang membaca buku di perpustakaan.
Frasa sedang
membaca mempunyai distribusi yang sama dengan kata verbal membaca.
Sementara kata membaca termasuk golongan verbal. Contoh lain,
yaitu:
- Akan pergi
- Duduk lagi
- Sudah
datang
Dilihat
dari aspek hubungan makna anatrunsur dalam frasa verbal maka frasa verbal dapat
dikelompokkan sebagai berikut.
· Hubungan
penjumlahan Contoh:
- Hitam
lagi kelam
- Bersih
lagi suci
· Hubungan
pemilihan Contoh:
- Besar
atau kecil
- Gemuk
atau kurus
- Duduk
atau berdiri
- Tua muda
- Kaya miskin
· Hubungan
ragam Contoh:
- Mungkin
sedang makan
- Mau membaca
- Dapat dihukum
- Harus datang
*ragam= sika pembicara terhadap peristiwa
· Hubungan
negatif Contoh:
- Tidak memperhatikan
- Belum selesai
- Bukan belajar
· Hubungan
aspek Contoh:
- Akan pergi
- Akan lari
- Akan dijual
· Hubungan
tingkat Contoh:
- Kurang cakap
- Amat pandai
- Sangat kuat
- Terlalu kurus
- Gemul dekali
c.
Frasa bilangan Contoh:
- Lima
helai celana
- Satu
ikat lidi
- -
segelas air
d.
Frasa keterangan Contoh:
- Kemarin sore
- Esok pagi
- Siang ini
e.
Frasa depan Contoh:
- Disebuah desa
- Ke
lantai atas
- Dari
rumah teman.
4. Hasan Alwi
Alwi
(1998:157) dalam bukunya berjudul, Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia mengelompokkan frasa menjadi beberapa kelompok, yaitu (a)
nomina, (b) verba, (c) pronomina, (d) adjektiva dan (e) adverbia.
a.
Frasa Nomina
Frasa
nomina adalah frasa yang dibentuk dari kata benda (nomina).
Contoh:
- Baju merah
- Rumah mewah
- Yang
dijual ditoko
b.
Frasa verba
Frasa
verba adalah frasa yang dibentuk dari dua kata atau lebih dengan verba sebagai
intinya dan tidak merupakan klausa. Jenis frasa ini dikelompokkkan menjadi
beberapa macam, sebagi berikut.
· Frasa
Verba Endosentrik Stributif (VEA)
VEA
adalah frasa yang berinti dari golongan verba, dikuti pewatas, apakah ia
terletak di depan atau dibelakang. Salah satu kelompok kata dapat menduduki
sebagai pewatas depan adalah akan, harus, dapat, boleh, suka ingin, dan
mau.
Contoh:
- Akan pergi
- Boleh pergi
- Mau datang
- Harus datang
- Ingin makan
· Frasa
Verba Endosentrik Koordinatif (VEK)
VEK
adalah frasa yang terdiri atas dua verba yang digabung dengan kata
penghuung dan, atau.
Contoh:
- Menangis
dan meratapi nasibnya
- Mengakui
atau mengingkari janji
c.
Frasa Pronomina
Frasa
pronomina adalah frasa yang daapat dibentuk dengan cara : Penambahan numeralia
kolektif
Contoh:
- Mereka berdua
- Kami sekalian
- Kamu semua
· Penambahan
kata penunjuk Contoh:
- Kamu itu
- Mereka itu
· Penambahan
kata sendiri
Contoh:
- Saya sendiri
- Mereka sendirian
· Penambahan
klausa dengan yang
Contoh:
- Mereka yang tidak
hadir
· Penambahan
frasa nomina yang berfungsi apositif Contoh:
- Kami,
bangsa Indonesia
- Kami,
para Pemuda Indonesia
d.
Frasa Numeralia Contoh:
- Dua ekor
- Lima orang
- Tiga lembar
e.
Frasa Ajektiva
Frasa
adjektiva adalah frasa yang menyatakan keadaan dapat diterangkan dengan
kata sudah, harus, dan dapat.
Contoh:
- Sudah
tenang
- Sudah
harus tenang
- Harus
cepat sembuh
- Akan mahal
f.
Frasa Adverbia
Frasa
adverbia adalah frasa yang dibentuk dari frasa adjektiva dengan cara
menambahkan kata penghubung dengan atau mengulanginya.
Contoh:
- Dengan gembira
- Dengan baik
- Cepat-cepat
- Selambat-lambatnya
(Moelino, 1988:127-222)
C. Klausa
1. Definisi Klausa
Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh
para ahli yang berkaitan dengan klausa. Ramlan (1981:62) mengatakan bahwa
klausa adalah satuan gramatik yang terdiri dari predikat (P), baik diikuti oleh
unsur subjek (S), objek (S), pelengkap (Pel.) keterangan (K), maupun
tidak.Selanjutnya Tarigan (1998:21) mendefinisikan klausa sebagai kelompok kata
yang hanya mengandung satu predikat (P). Kemudian, Parera (1988:21)
mendefinisikan klausa sebagai sebuah kalimat yang hanya memenuhi salah satu
pola dasar kalimat inti dengan satu atau lebih unsur pusat (UP). Selanjutnya
Keraf (1984:138) mendefinisikan klausa sebagai suatu kontruksi yang didalamnya
terdapat beberapa kata yang mengandung hubungan fungsional, yang dalam tata
bahasa lama dikenal dengan subjek, predikat,objek, dan keterangan. Sebuah
klausa sekurang-kurangnya harus mengandung subjek dan predikat.
2. Ciri-ciri Klausa
Ciri-ciri yang dimiliki sebuah klausa sudah
terkandung dari beberapa rumusan makna klausa yang dikemukakan para ahli
linguistic di atas.Ciri-ciri yang dimaksud antara lain:
a.
Merupakan kelompok kata
b.
Memiliki unsur predikat
c.
Satu klausa memiliki satu predikat.
3. Jenis Jenis Klausa
Berkaitan dengan jenis-jenis klausa para ahli
mengelompokan beberapa jenis, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Jos Daniel Parere
Parera mengelompokan jenis klausa atas dua,
yaitu klausa final dan klausa nonfinal.
a. Klausa Final
Klausa
final adalah klausa yang baik secara suprasegmental maupun secara segmental
dapat menjadi klausa yang berdiri sendiri atau klausa swasta.
Contoh:
- Anak
itu melempari anjing. (1 klausa final)
- Saya
memarahi dia. (1 klausa final)
b. Klausa Nonfinal
Klausa
non final adalah adalah klausa yang, baik secara segmental maupun
suprasegmental tidak dapat berdiri sendiri. Klausa nonfinal memiliki satu
persyaratan, yaitu memenuhi PDKI (Pola Dasar Kalimat Indonesia) atau berbentuk
kata kerja finit, tetapi ia tidak dapat berdiri sendiri tanpa dihilangkan ciri
segmental atau suprasegmental yang mengikatnya.
Contoh
:
- Agar
tujuanya tercapai
- Tidak
terjadi gangguan (Paren, 1988:22-23)
Sebuah klausa non final dapat menjadi klausa
final. Caranya dengan menghilangkan unsur pengikat yang ada didalamnya.
Contoh
:
- Tujuannya
tercapai
- Tidak
terjadi gangguan.
2.
M. Ramlan
Ramlan mengelompokan jenis klausa menjadi
tiga, yaitu berdasarkan (a) struktur interen, (b) ada tidaknya kata negative,
(c) dan berdasarkan jenis kata yang menduduki P.
a. Berdasarkan
Struktur Interen
· Klausa lengkap
1) Subjek
(S) terletak didepan predikat (P).
Contoh :
- Badan
orang itu besar
- Mereka menulis.
Subjek
|
Predikat
|
Badan orang itu
|
sangat besar
|
Mereka
|
menulis
|
2) Subjek
terletak di beelakang predikat Contoh :
- Sangat
besar badanya.
- Masuklah
dia ke ruangan.
Predikat
|
Subjek
|
Sangat besar
|
badanya
|
Masuklah
|
dia
|
· Klausa
tak lengkap
Klausa tak lengkap adalah klausa yang tidak
memiliki unsue S, tetapi memiliki unsur P yan di ikuti oleh O dan K.
Contoh
:
- Sedang bermain-main
- Menulis surat.
Subjek
|
Predikat
|
-
|
Sedang
bermain
|
-
|
menulis
|
b. Berdasarkan
Kata Negatif
Berdasarkan ada tidaknya kata negative yang
secara gramatikal menegatifkan predikat, dibagi menjadi dua bentuk.
· Klausa positif
Klausa positif adalah klausa yang tidak
memiliki kata negative Contoh :
- Para
korban gunung berapi diliputi rasa duka.
- Ia
teman baik saya.
· Klausa Negatif
Klausa
yang memiliki kata-kata negative yang secara gramatikal mengaktifkan P.
Kata-kata negatif tersebut seperti :tidak, tak, tiada, bukan, belum, dan
jangan.
Contoh
:
- Ia
tidak jadi dating.
- Tiada
hari tanpa membaca
- Jangan
mencoret-coret dinding.
c. Berdasarkan
kategori Kata atau Frasa yang Menduduki Fungsi Predikat
· Klausa Nominal
Klausa
nominal adalah klausa yang P-nya terdiri dari kata atau frasa golongan
N.
Contoh
:
- Ia
guru SD
- Ayah petani
- Yang
dibeli orang itu adalah sepeda
- Mereka
itu karyawan kami
· Klausa verbal
Klausa
verbal adalah klausa yang P-nya terdiri dari kata atau frasa golongan
V.
Contoh
:
- Ani
membaca buku.
- Saya
menulis surat.
- Petani
mengerjakan sawahnya dengan tekun. Klausa verbal dibagi lagi atas jenis kata
pada predikat.
1) Klausa
verbal adjektif
Klausa
verbal adjektif adalah klausa yang jenis predikatnya terdiri dari golongan V
yang ternmasuk golongan kata sifat atau berunsur pusat kata sifat.
Contoh
:
- Udaranya
panas sekali
- Anaknya pandai-pandai
2) Klausa
verbal intransitif
Klausa
verbal intransitif adalah klausa yang jenis predikatnya terdiri dari kata
verbal yang termasuk golongan kata kata kerja intransitif atau terdiri dari
frasa verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja intransitif .
Contoh
:
- Burung-burung
bertebrangan di atas permukaan air.
- Anak-anak
sedang bermain di teras belakang.
3) Klausa
verbal aktif
Klausa
verbal aktif adalah klausa yang unsur predikatnya terdiri dari kata verbal yamg
termasuk golongan kata kerja transitif atau terdiri dari kata verbal yang
unsuer pusatnya berupa kata kerja transitif.
Contoh
:
- Amir
menghirup kopinya.
- Ahmad
sedang membaca novel.
4) Klausa
verbal pasif
Klausa
verbal pasif adalah klausa yang terdiri dari kata verbal yang termasuk golongan
kata kerja pasif.
Contoh
:
- Saya
sesalkan keputusan ini.
- Presiden
dipilih oleh MPR untuk jangka waktu lima tahun.
5) Klausa
verbal reflektif
Klausa
verbal reflektif adalah klausa yang predikatnya terdiri dari kata kerja
reflektif (perbuatanya).
Conoth
:
- Mereka
sedang mengasingkan diri.
- Anak-anak
itu menyembunyikan diri.
6) Klausa
verbal resiprokal
Klausa
verbal resiprokal adalah klausa yang predikatnya terdiri dari kata kerja yang
termasuk golongan kata kerja resiprokal, yaitu kata kerja yang menyatakan
kesalingan.
Contoh
:
- Mereka
saling memukul.
- Anak
itu selalu ejek-mengejek.
· Klausa Bilangan
Klausa
bilangan adalah klausa yang predikatnya terdiri dari kata atau frasa yang
bergolongan bilangan.
Contoh
- Roda
mobil itu enam.
- Anaknya
dua orang.
- Kerbau
petai itu dua ekor.
· Klausa depan
Klausa
depan adalah klausa yang predikatnya terdiri dari frasa depan, yaitu frasa yang
diawali kata depan sebagai penanda.
Contoh
:
- Sayur
itu dari desa.
- Pegawai
itu ke kantor setiap hari.
D. Kalimat
1. Pengertian Kalimat
Keraf (1984:156) mendefinisikan kalimat
sebagai satu bagian dari ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan,
sedang intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap. Pengertian
tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1982:72) bahwa
“kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai
pola intonasi final dan secara aktual dan potensial terdiri dari klausa.
Selain pendapat tersebut, dalam Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia (1988) dinyatakan bahwa kalimat adalah bagian terkecil
ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara
kebahasaan. Dalam wujud lisan, kalimat diiringi oleh alunan
titinada, disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi selesai, dan diikuti oleh
kesenyapan yang memustahilkan adanya perpaduan
atau
asimilasi
bunyi. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru.
2. Jenis Jenis Kalimat
Dari
segi bentuk, kalimat dapat dikelompokkan atas dua jenis: (a) kalimat tunggal
dan (b) kalimat majemuk.
a). Kalimat Tunggal
Kalimat
tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu pola (SP, SPO, SPOK) atau
kalimat yang hanya terdiri atas satu klausa.
Contoh
:
- Dia pergi.
- Dia
melempar mangga.
- Ahmad
pergi ke pasar kemarin sore.
Jenis kalimat tunggal terdiri atas empat
macam, yakni kalimat nominal, kalimat verbal, kalimat ajektival dan kalimat
preposisional (Depdikbud, 1988). Kelima jenis kalimat tunggal tersebut adalah
sebagai berikut :
· Kalimat nominal
Yakni
kalimat tunggal yang predikatnya dari kata benda.Misalnya:
- Ibuku
petani sawah
- Ayahku
pegawai kantor pajak.
- Kakakku
tukang kayu.
· Kalimat
verbal yakni kalimat tunggal yang predikatnya dibentuk dari kata kerja/ verbal.
Kalimat verbal terdiri atas lima macam yakni kalimat verbal intransitif, ekatransitif, dwitransitif,
semitransitif, dan pasif
· Kalimat
intransitif adalah kalimat tunggal yang prediktnya tidak memerlukan objek,
misalya :
- Pak
desa belum pergi ke kantor
- Ibunya sedang
berenang di kolam
- Adik-adikku telah
belajat matematika.
· Kalimat
ekatransitif, yakni kalimat tunggal yag predikatnya hanya memerlukan objek tanpa diikuti pelengkap. Misalnya :
- Saya makan
nasi goreng
- Ibu mencuci pakaian
· Kalimat
dwitransitif adalah kalimat tunggal yang predikatnya memerlukan objek dan
pelengkap, misalnya :
- Ali membelikan
adiknya baju tadi malam
- Nurhani memasakkan
nasi suaminya kemarin.
- Suwarni mendengakan
neneknya bicara di kamar
· Kalimat
semitransitif adalah kalimat tunggal yang predikatnya dari semitransitif,
misalnya :
- Alimuddin kehilangan
uang milyaran kemarin
- Rumah
Pak Desa kemasukan pencuri.
- Ibu
Aminah kedatangan tamu dari Jakarta
b) Kalimat
pasif adalah kalimat tunggal yang predikatnya biasanya dari kata kerja berawalan di- , misalnya:
- Rumah
itu dibeli oleh Pak Alimin Syahid.
- Motor
itu dijual oleh Toko Mandala.
- Persoalan
itu telah diselesaikan oleh Camat Makassar
· Kalimat
ajektival yakni kalimat tunggal yang predikatnya dari kata sifat atau
ajektival, misalnya:
- Buku
bahasa Inggrisku sangat tebal,
- Rumahku besar sekali
- Keluarga
itu sangat sopan dan bijaksana
· Kalimat
preposisional yakni kalimat tunggal yang predikatnya dari kata depan atau
preposisi, misalnya:
- Tempat
tinggalnya di Makasar
- Beras
ciliwung itu dari Sidrap
- Wesel
pos ini untuk Miranda
Di samping itu, Menurt (Keraf, 1982) kalimat
tunggal dilihat dari segi maknanya dapat dikelompokkan atas empat macam, yakni:
1) Kalimat berita
Kalimat
berita adalah kalimat yang digunakan bila kita ingin mengutarakan suatu
peristiwa atau kejadian yang kita alami dan atau yang dialami orang
lain.Misalnya:
- Ali
pergi ke Jakarta kemarin.
- Jalan
itu sangat licin
- Saya
mau berangkat ke Jakarta besok pagi.
2) Kalimat tanya.
Kalimat
tanya, kalimat yang maksudnya atau berfungsi untuk menanyakan sesuatu, yang di
dalamnya terdapat tiga kemungkinan ciri:
a. mengunakan
intonasi tanya,
b. menggunakan
kata tanya,
c. menggunakan
partikel -kah.
Misalnya, seperti berikut.
- Ibu datang?
- Kapan
Ibu datang?
- Akankah
ibu datang?
Jenis kata tanya yang biasa digunakan dalam
kalimat tanya dapat dikelompokkan menurut sifatnya, sebagai berikut
:
a) Untuk
menanyakan benda/hal: apa, untuk apa, tentang apa. Misalnya :
- Apa
yang kamu cari di sini?
- Untuk
apa kamu bekerja siang dan malamTentang apa yang masih belum jelas bagimu?
b) Untuk
menanyakan manusia: siapa, dengan siapa, untuk siapa. Misalnya
: Siapa yang kaucari kemarin sore?
- Dengan
siapa Anda pergi ke Jakarta?
- Untuk
siapa Anda bekerja keras selama ini?
c) Untuk
menanyakan jumlah: berapa, berapa banyak. Misalnya :
- Berapa
buku yang Anda perlukan bulandepan?
- Berapa
banyak uang yang akan kaupinjam sekarang?
d) Untuk
menanyakan pilihan: mana, yang mana, Misalnya:
- Mana
yang kausenangi, membeli baju atau celana?
- Yang
mana kau pilih , belajar di Unhas atau di UNM?
e) Untuk
menanyakan tempat: di mana, ke mana, dari mana. Misalnya :
- Di
mana engkau akan tiggal bulan depan?
- Ke
mana Dia akan pergi merantau?
- Dari
mana Amin pergi baru sekarang kelihatan
f) Untuk
menanyakan temporal: bila, kapan, bilamana, apabila. Misalnya:
- Bila
dia selesai studinya di UGM?
- Kapan
Kamarudin menjadi dosen IPS di UNJ?
- Bila
mana Hamid menyelesaikan pembangunan rumahnya?
g) Untuk
menanyakan kausalitas: mengapa, apa sebab, akibat apa. Misalnya:
- Mengapa
Anda tidak mau menjadi guru?
- Apa
sebabanya Anda jarang pergi ke kampung halamannya?
- Akibat
apa yang ditimbulkan jika malas belajar di masa muda?
Kalimat
tanya terdiri atas tiga macam :
(a) Kalimat
tanya biasa: kalimat yang benar-benar menanyakan sesuatu.
(b) Kalimat
tanya retoris: kalimat yang menanyakan menggunakan ciri kalimat tanya tetapi
tidak perlu dijawab. Kalimat ini biasa dipakai orang yang berpidato sebagai
cara untuk menarik perhatian pendengar.
(c) kalimat
yang senilai perintah: bentuknya bertanya tetapi maksudnya menyuruh, misalnya “Apakah
jendela itu bisa dibuka sekarang?”
3) Kalimat Perintah
Kalimat
perintah adalah kalimat yang maksudnya menyuruh orang lain melakukan sesuatu.
Misalnya :
- Buatlah
satu kalimat yang berpola SPOK!
- Pergilah
ke sekolah!
- Carilah
pekerjaan apa saja, yang penting halal.
Kalimat
Perintah Mempunyai Beberapa Jenis :
1) Suruhan
Misalnya :
- Pergi
dari sini!
- Makan
obat dahulu baru ke sekolah!
2) Permintaan.
Misalnya :
- Tolong
bawa surat ini ke kantor pos!
- Bisakah
Anda buatkan lukisan pemandangan!
- Mohon
buatkan meja kayu!
3) Memperkenankan
Misalnya :
- Masuklah
ke dalam kalau Anda perlu!
- Silakan
keluarlah jika ada yang mau dibeli!
- Disilakan
berangkat dahulu!
4) Ajakan
Misalnya:
- Marilah
kita istirahat sejenak!
- Mari
kita bekerja sama-sama!
- Ayo
kita makan sama-sama!
5) Larangan Misalnya :
- Jangan
pergi hari ini!
- Tidak
boleh pergi pada tengah malam!
- Jangan
pergi ke pasar
6) Bujukan
Misalnya :
- Tidurlah
ibu menjagamu, sayang!
- Makan
bersama neneklah, nanti saya yang jaga di luar!
7) Harapan
Misalnya:
- Mudah-mudahan
Anda selamat sampai di tujuan!
- Semoga
Anda sehat wal’afiat!
- Semoga
Anda sukses selalu!
4) Kalimat seru
Seru adalah kalimat yang mengungkapkan
perasaan kagum. Karena rasa kagum berkaitan dengan sifat, maka kalimat seru
hanya dapat dibuat dari kalimat berita yang predikatnya adjektiva (Depdikbud,
1988).
Contoh
:
- Alangkah
bebasnya pergaulan mereka!
- Bukan
main bodohnya anak itu!
- Sungguh
cerdas anak itu!
b) Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang di
dalamnya terdapat lebih dari satu pola kalimat, misalnya: SP + SP, SPO + SPO;
atau kalimat yang di dalamnya terdapat induk kalimat (diterangkan) dan anak
kalimat (menerangkan). Contoh:
- Saya
minum teh dan bapak minum kopi. (majemuk setara)
- Kami
sedang makan ketika paman datang kemarin.
(majemuk bertingkat)
- Pak
Bupati telah menyelenggarakan sebuah malam kesenian, yang dimeriahkan oleh para
artis nasional, serta dihadiri para pejabat muspida. (majemuk campuran)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut bahwasannya frasa
sendiri adalah kesatua yang lebih besar dari kata dan lebih kecil dari kalimat.
Frase dilihat dari segi hubungan distribusi unsur-unsurnya terdiri atas frase
edosentrik (atributif, koordinatif, apositif) dan ekosentrik; frase dilihat
dari segi kategori katanya tersdiri atas empat macam frase nominal, verbal,
ajektival, numerial, fromina. Klausa dilihat dari segi kata yang menduduki
predikat terdiri atas klausa verbal (ajektif, intranstif, aktif, pasif dan
resiprokal), dan klausa depan.
Adapun kalimat adalah satuan bahasa yang
secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final. Kalimat ditinjau
dari segi jumlah pola struktur dikandungnya terdiri atas kalimat tunggal dan
kalimat majemuk kalimat tunggal terdiri atas beberapa jenis, yakni kalimait
nominal, kalimat verbal, (intransitif, ekstransitif, dwritansitif, semi
transitif, pasif) kalimat ajektival, kalimat preposisional. Dan kalimat tunggal
ditinjau dari segi maknanya terdiri atas kalimat berita, tanya, dan kalimat
seru. Adapun jenis kalimat majemuk terdiri atas dua jenis, yakni kalimat
majemuk setara (pejumlahan pertentang, pemilihan, sebab), kalimat majemuk
bertingkat.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan, kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam
menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-sumberyang lebih banyak yang
tentunya dapat dipertanggung jawabkan oleh kerena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca.
Daftar Pustaka
Guntur, Hendry Taringan. 1983. Prinsip-Prinsip
Sintaksis. Bandung: Angkasa.
Keraf,
Gorys. 1984. Tatabahasa Indonesia. Ende-Flores:
Nusa Indah.
Ramlan, M. 1987. Ilmu Bahasa
Indonesia Sintaksis.Yogyakarta: C. V. Karyono. Verhaar, J. W. M. 19983. Pengantar Lingustik. Yogyakarta:
Gadjah Mada
University Press.
Alwi, Hasan. (Ed). 1998. Tata Bahasa
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Moeliono, Anton M. 1988. Tata baku Bahasa Indonesia. Jakaerta:
Balai Pustaka. Suhardi. 2013. Dasar-Dasar
Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia.Yogyakarta: AR-
RUZZ MEDIA.
Rosdiana.
2011. Bahasa dan Sastra Indonesia di SD.
Jakarta: UniversitasTerbuka.