Wikipedia

Search results

MAKALAH LENGKAP SINTAKSIS BAHASA INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam kehidupan manusia membutuhkan komunikasi, dan bahasa dibutuhkan manusia didalam berkomunikasi. Komunikasi yang berlangsung dapat secara lisan maupun tulisan. Kedua bentuk komunikasi yang berlangsung dapat secara lisan maupun tulisan. Kedua bentuk komunikasi ini tentunya membutuhkan ketrampilan berbahasa yang memadai untuk menghasilkan sebuah komunikasi yang efektif dan efektif dan efesiensi dalam berbahasa akan sangat dipengaruhi oleh ketrampilan berbahasa khususnya ketrampilan dalam penyusunan kalimat yang akan digunakan untuk berkomunikasi.
Penyusunan kalimat, akan berawal dari pemahaman mengenai makna kata sebagai penyusunan kalimat tersebut, yang selanjutnya akan membentuk sebuah frasa, klausa, dan pada akhirnya terbentuklah sebuah kalimat untuk berkomunikasi. Sehingga petinglah pemahaman mengenai sintaksis sebagai sebuah cabang linguistik atau ilmu bahasa untuk diketahui para penutur bahasa Indonesia agar komunikasi menjadi efektif dan efisien.Setiap bahasa mempunyai sistem-sistem yang khusus untuk mengikat kata-kata atau kelompok-kelompok kata ke dalam suatu gerak yang dinamis.
Oleh karena itu tidap dapat dibenarkan untuk menyusun tata kalimat suatu bahasa dengan menerangkan begitu saja sintaksis bahasa lain, seperti yang dilakukan oleh ahli-ahli tata bahasa lama. Sintaksis suatu bahasa haruslah merupakan perumusan dari berbagai macam gejala susun peluk kata-kata dalam suatu bahasa..Bagi guru sekolah dasar, memiliki ketrampilan berbahasa merupakan suatu modal untuk mengembangkan kompentensi siswa-siswanya dalam berkomunikasi, pemahaman mengenai tata kalimat dalam bahasa Indonesia sudah tentu menjadi suatu kebutuhan dasar. Untuk itulah dalam makalah ini kami membahasa mengenai sintaksis beserta strukturinternal kalimatnya yang berupa frasa, klausa, dan kalimat itu sendiri.
B.     Rumusan Masalah
1.               Bagaimana Definisi Sintaksis?
2.               Bagaimana Fungsi Sintaksis dalam Kalimat?
3.               Bagaimana Frasa itu?
4.               Bagaimana Klausa itu?
5.               Bagaimana Kalimat itu?

C.    Tujuan
1.               Untuk Mengetahui Definisi Sintaksis
2.               Untuk Mengetahui Fungsi Sintaksis dalam Kalimat
3.               Untuk Mengetahui Frasa
4.               Untuk Mengetahui Klausa
5.               Untuk Mengetahui Kalimat
D.           Manfaat
a.    Mampu Mengetahui dan Memahami Makalah dan Ciri-ciri serta Syarat- syarat dalam Makalah.
b.    Mengetahui Belajar memahami Masalah dan mencari solusi.
c.    Mampu Menerapkan Ilmu Pengetahuan yang dipelajari untuk diimplentasikan.
d.   Menambah wawasan dan pengetahuan tentang Sintaksis Bahasa
e.    Sebagai salah satu referensi pengetahuan tentang Sintaksis Bahasa

BAB II
PEMBAHASAN


A.    Definisi Sintaksis
Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa (linguistik) yang memfokuskan kajian tentang kalimat. Sintaksis sering juga disebut sebagai ilmu tata kalimat. Ilmu yang lebih memfokuskan kajiannya pada kata, kelompok kata (frasa), klausa, dan  kajian yang berkaitan dengan jenis-jenis kalimat. Jenis-jenis kalimat tersebut, meliputi kalimat tunggal, kalimat majemuk, kalimat aktif, kalimat pasif, kalimat transitif, dan kalimat intransitif. Ada beberapa pendapat atau pandangan yang telah dikemukaan para ahli berkaitan dengan definisi kata sintaksis tersebut. Venhar (1993:70) mengatakan bahwa dari segi etimologi, kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata sun yang berarti dengan kata tattein yang berarti menempatkan. Makna kata suntattein berarti menempatkan kata atau ilmu tentang penempatan kata atau kalimat.
Dengan demikian, secara etimologi kata, kata sintaksis berarti menempatkan. Sementara Pteda (1988:85) mengatakan bahwa kata sintaksis diserap dari bahasa Belanda, yaitu dari kata syntaxis (Inggris: syntax). Namun secara lebih luas, kata sintaksis dalam ilmu bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai ilmu tentang seni merangkai kalimat sesuai kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang benar. Para ahli bahasa menerjemahkan kata sintaksis dengan beraneka ragam. Masing-masing ahli tidak memiliki kesamaan pandangan dalam mendefinisikan kata sintaksis tersebut. Mereka menerjemahkan menurut sudut pandang masing-masing. Hal ini sebagaimana yang dapat dilihat berikut:
1.      Sintaksis adalah ilmu bahasa yang menyelidiki semua hubungan antarkata dan antarkelompok kata (frasa) dalam satuan dasar, yaitu kalimat (Verhaar, 1982:70).
2.       Sintaksis adalah studi tentang kaidah kombinasi kata menjadi satuan yang lebih besar, frasa, dan kalimat (Moelino, 1976:103).
3.      Sintaksis adalah salah satu cabang tata bahasa yang membicarakan struktur kalimat, klausa, dan frasa (Taringan, 1983:4).
4.      Sintaksis berarti bagian dari tata bahasa yang mempelajari atau membicarakan dasar-dasar serta proses pembetukan kalimat dalam suatu bahasa, seperti kata, intonasi, dan sistem tata bahasa yang dipakai (Keraf, 1984: 137).
5.       Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat klausa, dan frasa berbeda dengan morfologi yang membicarakan seluk beluk kata atau morfem(Ramlan, 1987: 21).
Bedasarkan beberapa rumusan tersebut dapat disimpulkan bahwa ilmu sintaksis adalah ilmu yang berkaitan dengan kajian kata, frasa, klausa dan kalimat.
B.     Fungsi Sintaksis dalam Kalimat
Tiap kata atau frasa dalam kalimat mempunyai fungsi yang mengaitkannya dengan kata atau frasa lain yang ada dalam kalimat tersebut. Fungsi itu bersifay sintaksis, artinya berkaitan dengan urutan kata atau frasa dalam kalimat. Fungsi sintaksis utama bahasa adalah subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan.
1.      Fungsi Objek
Pada umumnya subjek berupa nomina, atau klausa. Contoh :
a.       Harimau binatang liar
b.      Anak itu belum makan
c.       Yang tidak ikut upacara akan ditindak
Pada umunya, subjek terletak disebelah kiri predikat. Jika unsur subjek panjang dibandingkan dengan unsur predikat, subjek sering diletakkan di akhir kalimat. Contoh:
a.           Manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian tidak banyak.
b.      Tidak banyak manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian.
Subjek pada kalimat imperatif adalah kedua atau orang pertamajamak dan biasanya tidak hadir. Contoh:
a.       Tolong (kamu) bersihkan meja ini
b.      Mari (kita) makan
Subjek pada kalimat aktif transitif akan menjadi pelengkap bila kalimat ini dipasifkan. Contoh:
a.       Anak itu (S) menghabiskan kue saya
b.       Kue saya dihabiskan (oleh) anak itu (pel)
2.       Fungsi predikat
Predikat merupakan konstituen pokok yang disertai konstituen subjek disebelah kiri dan jika ada, konstituen objek, pelengkap, atau keterangan wajib disebelah kanan. Predikat kalimat biasanya berupa frasa verbal atau frasa adjektival. Pada kalimat yang berola SP, Predikat dapat pula berupa frasa nominal, frasa preposional, disamping frasa verbal dan frasa adjektival. Contoh:
a.       Ayahnya guru bahasa inggris
b.       Adiknya dua
c.       Ibu sedang ke pasar
d.      Dia sedang tidur
e.       Gadis itu cantik sekali
3.      Fungsi objek
Objek adalah konstituen yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Letaknya selalu setelah langsung predikat. Dengan demikian, objek dapat dikenali dengan memperhatikan jenis predikat yang dilengkapinya dan ciri khas objek itu sendiri.Objek biasanya berupa nomina atau frasa nominal. Jika objek tergolong nomina, frasa nominal tak bernyawa, nomina objek itu dapat diganti dengan promina-nya, dengan promina- nya, dan jika berupa promina aku atau kamu (tunggal), bentuk-ku dan –mu dapat digunakan. Contoh:
a.       Adi mengunjungi Pak Rustam
b.       Adi mengunjunginya
4.      Fungsi pelegkap
Contoh pelengkap dengan predikat yang berupa verba takransitif dan dwitansitif seta adjektiva:
a.       Orang itu bertubuh Raksasa
b.      Negara ini berlandaskan Hukum
c.       Ida benci pada Kebohongan
5.       Fungsi keterangan
Keterangan merupakan fungsi sinaksis yang paling mudah berpindah letaknya, pada umumnya, kehadiran keterangan dalam kalimat bersifat manasuka. Konstituen keterangan biasanya berupa frasa nominal, preposional, atau frasa adverbial. Contoh:
a.       Dia mememotong rambutnya di kamar
b.       Dia makan di kelas
c.        Dia mengantuk di sekolah
Selain oleh satuan yang berupa kata frasa atau frasa, fungsi keterangan  dapat pula diisi oleh klausa. Contoh:
a.       Dia memotong rambutnya sebelum dia mendapat peringatan dari sekolah
b.        Dia makan dikelas karena dia lapar
c.        Dia mengantuk dikamar sebab semalam dia tidak tidur.
B.  Frasa
1.      Definisi Frasa
Frasa atau frase dapat didefinisikan sebagai kelompok kata yang terdiri dari dua kata atau lebih. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan Kreaf (1984:138) bahwa frasa adalah suatu konstruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih kedua kata tersebut dapat berfungsi sebagai inti atau hanya salah satunya saja berupa inti. Namun, satu hal perlu dipahami berkaitan dengan frasa ini adalah masing- masing kata yang membentuk konstruksi tersebut merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Ramlan (1987:153) dalam bukunya berjudul, lmu Bahasa Indonesia:Sintaksis mendefinisikan frasa sebagai satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih dan tidak melampaui batas fungsi unsur klausa. Sementara yang dimaksud Ramlan tidak melampaui batas fungsi klausa adalah tidak melampaui batas fungsinya di dalam kalimat, apakak sebagai subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan. Jika sudah melewati batas fungsi tersebut, dia tidal lagi tergolong frasa, mungkin sudah masuk sebagai klausa atau kalimat.

Tokoh linguistik lain seperti Pateda (1988:89) dalam bukunya berjudul, Linguatik (Sebuah Pengantar) mendefinisikan frasa sebagai kelompok kata yang terdiri dari dua kata atau lebih. Frasa lebih kecil dari klausa, diantara kata-kata tersebutterdapat hubungan. Definisi yang lebih dikemukan Pateda ini lebih memfokuskan bahwa frasa lebih kecil dari klausa. Dengan demikian, frasa tidak mungkin dapat menggantikan klausa di dalam kalimat karena tidak atau belum memenuhi syarat sebagai klausa.
Selanjutnya Parera (1988:32) dalam bukunya berjudul, Pengantar Linguistik Umum Bidang Sintaksis Seri C merumuskan kata frasa sebagai suatu kontruksi yang dapat dibentuk dua kata atau lebih, baik dalam bentuk pola dasar kalimat, maupun tidak. Suatu frasa minimal terdiri dua anggota pembentuk, yaitu bagian frasa terdekat atau langsung yang membentuk frasa itu sendiri. Rumusan yang dikemukakan oleh Parera ini lebih menekaknkan bahwa frasa dibangun atas dua kata atau lebih. Dua tau lebih kata tersebut memiliki hubungan yang sangat dekat.
Lain pula Traingan (1983:50) dalam bukunya berjudul Prinsip-Prinsip Dasar Pembelajaran Sintaksis merumuskan frasa sebagai satuan linguistik yang secara pontesial merupakan gabungan dua kata atau lebih atau tidak mempunyai ciri-ciri sebagai klausa. Rumusan yang dikemukakan Taringan hampir sama dengan yang dikemukakan ahli terdahulu, yaitu frasa dibangun atas beberapa atas beberapa kata (dua atau lebih) kemudian belum memenuhi syarat sebagai klausa.
Rumusan tentang frasa juga dapat dijumpai pada sumber lain yang menyatakan frasa sebagai kata yang membentuk satu kesatuan dan menduduki satu fungsi gramatikal dalam kalimat. Frasa tidak bersifat predikat dan tidak mempunyai predikat (hi-in facebook.com, 27 Oktober 2009). Bertolak dari beberapa rumusan yang telah dikemukakan para ahli linguistik tersebut dapat disimpulkan bahwa frasa adalah kelompok kata. Sebagai kelompok kata, frasa biasanya dibangun atas dua kata atau lebih. Selanjutnya, bangun yang dibentuk dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi, baik sebagai subjek, predikat, objek, pelengkap, maupun keterangan.

2.      Ciri-ciri Frasa
Mengingat antara frasa dan kata majemuk memiliki kesamaan, yaitu sama- sama dibangun atas beberapa kata maka untuk dapat membedakan keduanya perlu diketahui ciri-ciri dasar yang terdapat pada frasa itu sendiri. Ciri-ciri yang melekat pada frasa sebetulnya telah tersirat pada beberapa definisi yang telah dikemukakan para ahli. Ciri-ciri yang dimaksud, diantaranya:
a.       Frasa terdiri dua kata atau lebih;
b.      Frasa belum melampaui batas fungsi (SPOK);
c.       Frasa belum memenuhi syarat sebagai klausa;
d.      Frasa lebih kecil dari pada klausa.        
Bedasarkan ciri-ciri yang melekat pada frasa tersebut maka frasa memiliki kesamaan dengan kata majemuk. Frasa dan kata majemuk sama-sama dibangun oleh dua kata atau lebih. Jika demikian, apa pula yang membedakan frasa dengan kata majemuk? Perbedaan yang melekat pada keduanya sebagaimana terlihatdalam tabel berikut ini.

No.
Sudut Pandang
Frasa
Kata Majemuk
1.
Struktur
Susunannya dapat dibalikkan
Susunannya     tidak
dapat dibalikkan
2.
Bisa diulang
Sebagian morfemnya dapat diulang
Sebagian morfemnya                    tidak dapat                   diulang,
harus            diulang
seluruhnya.
3.
Jenis morfemnya
Terdiri dari morfem bebas seluruhnya.
Bisa     salah            satu konstituennya berupa         morfem
terikat.

 Ciri yang melekat pada frasa ternyata juga dimiliki oleh idiom jika frasa dibangun atas dua atau lebih kata, idiom jga demikian. Maka, apa perbedaan antara frasa dan idiom? Perbedaan frasa, kata majemuk, dan idiom sebagaimana dapat dilihat melalui tabel berikut ini.

No.
Sudut
Pandang
Frasa
Kata Majemuk
Idiom
1.
Struktur
Susunanya
dapat diubah
Susunanya                       tidak dapat diubah
Susunanya
tidak              dapat diubah
2.
Jika diulang
Sebagian morfemnya dapat diulang
Sebagian morfemnya                           tidak dapat diulang. Jika diulang           harus
diulang seluruhnya
Sebagian morfemnya tidak              dapat diulang
3.
Jenis morfem
Terdiri dari morfem bebas seluruhnya
Bisa     salah     satu konstitennya berupa        morfem terkait
Kedua konstituennya berupa morfem
bebas
4.
Makna
Tidak membentuk
makna baru
Membentuk makna baru denotatif
Membentuk makna
konotatif


Bedasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa idiom sama dengan kat majemuk, tetapi kata majemuk belum tentu sama dengan idiom. Persamaan idiom dengan kata majemuk karena keduanya sama-sama membentuk makna makna baru. Keduanya juga memiliki perbedaan, kata majemuk cenderung membentuk maknakonotatif. Inilah yang menjadi perbedaan mendasar sehingga keduanya tidak sama (berbeda).
Contoh:
a.       Dia tinggal di rumah batu itu
b.       Amrin dirawat di rumah sakit
c.       Rumah tangga-nya berjalan akur-akur saja
Rumah batu mengandung makna rumah tersebut terbuat dari bahan dasar batu-batuan. Rumah sakit mengandung makna rumah tempat merawat orang sakit. Sementara rumah tangga mengandung makna keluarga. Dengan demikian, dapat ditarik sebuah simpulan bahwa jika sebuah kempok kata memiliki makna yang tersusun dari sebuah kata pembentuknya, kata yang dibentuknya tersebut adalah frasa. Jika makna gabungan kelompok kata tersebut ditentukannya oleh satu katanya, gabungan tersebut disebut kata majemuk. Namun, jika makna kedua kelompok kata tersebut jauh dari kata pembentuknya, gabungan kata tersebut disebut indiom. Bandingkan pula kata-kata, seperti gedung tinggi, naik haji, dan panjang tangan.
3.      Jenis Jenis Frasa
Jenis-jenis frasa dapat dikelompokkan atas berapa kelompok. Pertama, berdasarkan kelas kata. Kedua berdasarkan unsur inti.
A.    Berdasarkan Kelas Kata
 Berdasarkan kelas kata yang menduduki frasa maka frasa dibedakan menjadi dua golongan , yaitu frasa endosentrik dan frasa eksosentrik. Frasa endosentrik juga dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu frasa endosentrik atributif dan frasa endosentrik koordinatif ( parera, 1988: 33-40).

1.      Frasa Endosentrik
a)      Frasa endosentrik Atributif
Frasa endosentrik atributif adalah sejenis frasa yang salah satu katanya merupakan atribut. Berdasarkan letak atau posisi atribut ( A ) di dalam frasa maka parera ( 1988: 34 ) mengelompokkan frasa menjadi empat kelompok sebagai berikut :
·           Atribut mendahului pusat: AX Contoh :
a.       Ani membca buku setiap hari
b.      Matahari hampir terbenam di ufuk barat
c.        Pak budi tidak datang pada pertemuan kemarin.
d.      Saya mohon bapak dapat memberikan sepatah kata pada acara besok
e.       Ayah mengirimkan uang untuk biaya kuliah anaknya setiap bulan.
·           Pusat di depan, atribut di belakang: XA Conntoh:
a.       Indonesia memiliki beberapa gunung berapi yang masih aktif.
b.      Kewajiban kita adalah memberikan bantuan semampunya.
c.        Saya sudah siapkan uang pemmbayar utang setiap bulan.
d.      Pabrik pupuk Cilacap terdapat dipulau jawa.
e.       Universitas Maritim Raja Ali Haji memiliki beberapa orang guru besar luar. biasa.
·                Atribut terpisah/terbagi: AXA Contoh:
a.       Ibu telah menyiapkan sebuah mangga yang masak untuk kami
b.       Tiga orang mahasiswa Indonesia berhasil diterima di Universitas Bonn Jerman.
c.        Saran yang anda berikan sangat baik.
d.       Ia libur kerja setiap hari Jumat.
e.        Dia mencari sebuah buku kesukaanya.
·                Atribut dan pusat terpisah: XAX Contoh:
a.       He did not go.
b.      She can never go.

*pola XAX belum dijumpai didala bahaasa Indonesia.

·                Atribut mana suka: AX atau XA Contoh:
a.       Pendengar sekalian dimana sekalian dimana saja berada atau sekalian pendengar dimana saja berada.
b.       Dia berpaling ke orang lain atau dia berpaling kelain orang.
b)      Frasa endosentrik koordinatif
Frasa endosentrik koordinatif adalah frasa yang memiliki dua kata dan berasal dari kelas yang sama. Berdasarkan kelas kata dan berasal dari kelas yang sama. Berdasarkan kelas kata yang mengiringinya tersebut, parera (1983: 36) mengelompokkan frasa endosentrik koordinatf menjadi empat kelompok.
·         Penambahan (Adiktif)

Kedudukan anggota pembentuk sama, yaitu yang satu tidak tergantung yang lain.
Contoh:

a.       Baju itu terlihat putih lagi bersih.
b.      Jadilah orang yang berilmu lagi beriman!
c.       Cobalah kamu berdiri serta mengedepankan tangan!
·                Penggabungan Contoh:
a.       Upacara tersebut diikuti pemuda dan pemudi kampung ini.
b.      Pekerjaan tersebut membutuhkan keahliaan dan kemahiran.
c.        Samakah menurut Saudara lembu dan kerbau?
d.      Perbanyaklah latihan membaca dan menulis!
 Pemisahan/Pilihan Contoh:
a.       Tuhan tidak membedakan kaya atau miskin umat-Nya.
b.      Datanglah dua atau tiga orang kesini.
c.       Keduanya, baik adik maupun kakak sama dimata ayah.
d.      Kebenran berita itu, entrah ya, entah tidak.
·                Perwalian (Aposisi)

Konstruksi aposisi/perwalian adalah sebuah konstruksi endosentris dan masuk akal untuk menganggapnya sebagai konstruksi atributif, akan tetapi sulit mencari pusat konstruksinya.
Contoh:

a.       Pabrik itu diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
b.       Buku itu ditulis Prof. Dr . M. Moelijono
c.        Beliau termasuk kelompok cendekiawan Muslim Indonesia
d.        Pak Rahmad, Adik Buk Bejo menjadi lurah Desa Bestari
2.      Frasa Eksosentrik
Frasa eksosentrik adalah suatu konnstruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih, tetapi berdistribusi tidak mengikuti salaah satu unsur pembentuknya, ahli lain mendefinisikan frasa eksosentrik dengan sebutan frasa yang tidak memiliki unsur inti. Biasanya frasa eksosentrik ini mengisi unsur keterangan dalam kalimat. Parera (1988: 40) mengelompokkan jenis frasa eksosentrik
Sumber lain menyatakan bahwa frasa eksosentrik adalah frasa yang unsur- unsurnya terdiri atas kelas kata keterangan. Selanjutnya, frasa eksosentrik juga diterjemahkan sebagai gabungan dua kata atau lebih yang menunjukkan kelas kata dari perpaduan itu tidak sama dengan kelas kata satu (atau lebih) unsur pembenttuknya ( hi-in facebook corn:27 Oktober 2009).
Contoh:

a.       dari sekolah                        ( kata keterangan:asal)
b.      di kampus                            (keterangan:tempat)
c.       ke rumah                              (keterangan:tujuan)
2.)     Berdasarkan Inti Kata

Pengelompokan jenis frasa berdasarkan unsur inti yang membangun frasa tersebut sama dengan pengelompokan atas kelas katanya diatas. Perbedaan hanya dilihat dari ada tidak unsur inti didalam frasa tersebut. Jika memiliki inti, dikelompokkan kedalam eksosentrik. Pengelopokan frasa berdasarkan intinya masing-masing ahli berdrda sudut pandang. Bandingkan pandangan Verhaat tarigan, Ramlan, dan Alwi berikut ini!
A.    J.M.W Verhaar
a.       Frasa Endosentrik
Frasa endosntrik adalah frasa yang berdistribusi paralel dengan pusatnya.
Contoh:
Kata gedung berdistribusi pararel dengan frasa, “ gedung yang tinggi itu’’.
b.      Frasa Eksosentrik
Frsa eksosentrik adalah frasa yang berdistribusi komplementer dengan pusatnya.
Contoh:

Frasa gedung yang tinggi itu tidak dapat di disubsitusikan dengan kata gedung sebab berdistribusi komplementer(1993: 113).
B.      Hendry Guntur Tarigan
Tarigan(1983: 50-62) membagi frasa atas dua kelompok, yaitu frasa
a. Frasa Ekosentris yang tidak memiliki hulu, tidak memiliki pusat attau non- beaded atau noncentered. Jenis frasa eksosentris dibedakan menjadi tiga, yaitu frasa preposisi, frasa posposisi, dan frasa preposisi.
·                Frasa preposisi

Frasa preposisi adalah frasa yang penghubungnya terletak di depan. Contoh:
-                 Di rumah
-                 Ke kampus

-                 Dari kantor
·                Frasa posposisi

Frasa posposisi adalah frasa yang penghubungnya menduduki posisi dibagian belakang.
Contoh:

-                 The soldier gived it to me (penanda S)
-                 I saw a soildier. (penanda S)
·                Frasa preposposisi

Frasa eksosentrik preposisi adalah frasa yang penghubungnya menduduki posisi di bagian depan dan dibagian belakang.
Contoh:

-                 dari depan sana
-                 yang jahat laku
b.  Frasa endosentris

Frasa endosentrik adalah frasa yang berhulu atau berputar atau frasa yang mempunyai fungsi sama dengan hulungnya berdasarkan unsur hulunnya, frasa endosentri dibagi menjadi dua kelompok, yaitu frasa endosentri beraneka hulu dan frasa endosentrik modifikatif.
·                Frasa endosentri berneka hulu

Frasa beraneka hulu adalah frasa yang memeiliki hulu lebih dari satu.tarigan mengkafuikasikan frasa beraneka hulu menjadi dua jenis, yaitu frasa koordinatif dan frasa apositif
a.       Frasa koordinatif
1)      Koordinatif nominal

Frasa koordinati noinal adalah gabungan dua atau lebih frasa yang bertipe niominal.

Contoh:

-                 keerbau, sapi, dan kambing irtu dijualnya dengan harga murah.
-                 dia dan kamu tidak mempunyai hubunngan darah

2)      Koordinatif verbal

Frasa koordinati verbal adalah frasa yang terdiri atas gabungan dua atau lebih bentuk verbal.
-                 Kami berembuk dan berunding selama dua jam
-                 Mereka bernyanyi dan menari gembira.
3)      Koordinatif adjectival

Frasa koordinatif adjectival adalah frasa yang terdiri dari gabungan dua atau lebih frasa atau kata yang bertipeadjektiva.
Contoh;

-                 Ia rajin, tabah, lagi gagah.
4)      Koordinatif adverbal

Frasa koordinatif adverbal adalah frasa yang terdiri atas gabungan dua atau lebih frasa atau kata yang bertipe adverbial (keterangan).
Contoh;

-                 pemudah itu berjalan dengan tergesah-gesah dan cepat sekali
-                 pikir dahulu baik-baik dan masak-masak sebelum berbuat!
b. Frasa Endosentrik Apositif

Frasa endosentrik apositif adalah frasa yang hulu-hulunya mempunyai referensi yang sama dan pada umumnya bersifat nominal.
Contoh:

-                 Pak ahmad, tukangpangkasitu, dipukuli orang kemarin.
·                Frasa endosentrik modifikatif
a.       Endosentrik modikatif nominal

Frasa endosentrik modikatif nominal adalah frasa yang hulunya berupa kata benda atau nominal.
Contoh:

-                 Orang kuat harus melindungi orang lemah.
-                 Saya lebih suka kopi manis dari pada kopi pahit
b.      Endosentris modikatif verbal

Frasa endosentrik modikatif verbal adalah frasa yang hulunya berupa kata kerja atau verbal.
Contoh;

-                 Saya akan pergi nanti sore ke rumah ali.s
-                 Adik sedang belajar dikamar.
c.       Endosentrik modikatif abjektifal

Frasa endosentrik modikatif abjektival adalah frasa yang hulunya berupa kata keadaan atau abjektifal.
Contoh:

-                 Harga mobil itu terlalu mahal
d.      Endisentris modifikatif adverbial

Frasa endosentrik modifikatif adalah frasa yang hulunya berupa kata keterangan atau adverbial.
Contoh:

-                 Nanti malam ada pertemuan antar pemuda.
-                 Dia pulang kemarin pagi ke rumah (Tarigan, 1983: 50-62)
3.  M. Ramlan

Ramlan(1987:155) mengelompokan frasa menjadi dua golongan yaitu frasa endosentrik dan frasa eksosentrik. Keduanya di bedakan berdasarkan distribusi kata.

a.       Frasa endosentrik
Frasa endosentrik adalah frasa yang yang memiliki distribusi sama dengan unsurnya, baik dengan salah satu unsure maupun semua unsur.
·                Endosentrik koodirnatif

Frasa endosentrik koodirnatif memiliki unsur-unsur yang setara. Setaraannya tersebut dapat dibuktikan dengan kemungkinan unsur-unsur tersebut dihubungkan dengan kata penghubung dan atau.
Contoh:

-                 Suami istri
-                 Ayah ibu.
·                Endosentrik atributif

Frasa endosentrik atributif terdiri atas unsur-unsur yang tidak setara. Oleh sebabitu, unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan dengan kata penghubung dana tau.
Contoh:

-                 Mobil baru
-                 Orang itu
-                 Sedangbelajar
-                 Malam ini
-                 Sangat bangga
-                 Sekolah impres
·                Endosentik apositif

Frasa endosentrik apositif adalah frasa yang salah satu unsurnya dapat mengantikan.
Contoh:

-                 Susi, anak pak ahmad telah menjadi dokter.
-                 Susi                            telah menjadi dokter

*Susi= unsur pusat (UP) Anak pak ahmad= (AP)
b.      Frasa Eksosentrik

Frasa eksosentrik adalah frasa yang tidak memiliki distribusi yang sama dengan semua                           unsurnya.
Contoh:

-                 Di perpustakan
-                 Dari rumah
-                 Kekampus.

Selain bedasarkan distribusi kata, Ramlan juga membedakan frasa atas jenis kata yang menduduki frasa tersebut.hasilnya, ramlan mengelompokkan frasa menjadi lima kelompok, yaitu (a) frasa keterangan, (b) frasa verbal, (c) frasa bilangan, (d) frasa keterangan, dan (e) frasa depan. Berikut penjelasan dari masing-masing kelompok.
a.       Frasa Nominal Contoh :
-                 Baju baru
-                 Rumah baru
-                 Gadis cantik

Kemudian secara kategori, frasa nominal(N) dapat:

·                N diikuti N Contoh :
-          Pekarangan rumah( Atr+UP)
-          Ayah ibu (UP+UP)
·                N diikuti bilangan

Adalah N sebagai UP sementara bilangan sebagai Atr.

Contoh:

-                 Dua orang petani (Atr+ UP)
-                 Telur tiga petak (UP+ Atr)
-                 Sarung sepuluh helai (UP +Atr)
·                N diikuti keterangan

N sebagai UP danketerangan sebagai Atr Contoh:
-                 Koran kemarin pagi
-                 Orang tadi siang
-                 Cerita kemarin
·                N dikuti frasa depan
N sebagai UP dan frasa sebagai Atr.
Contoh:
-                 Beras dari bandung
-                 Kiriman utuk adik
-                 Kereta apa ke surabaya
·                N didahului bilangan
N sebagai UP dan bilangan sebagai Atr.
Contoh:
-                 Dua kertas kerja
-                 Lima kodi kain batik
-                 Sepuluh ekor ayam
·                N didahului kata sandang
N sebagai UP dan kata sandang sebagai Atr.
Contoh:
-                 Si ahmad
-                 Sang pangeran
·                Kata yang diikuti N
Kata yang sebagai Atr dan N sebagai Atr.

Contoh:
-                 Yang ini
-                 Yang itu
-                 Yang baik
·                Kata yang diikuti verba
Kata yang sebagai Atr dan sebagai Verba sebagai UP. Contoh:
-                 Yang akan mengajar
-                 Yang sangat menderita
-                 Yang tidak naik kelas
-                 Yang terpandai
-                 Yang berjilbab
·                Kata yang diikuti kata bilangan
Kata yang sebagai Atr dan bilangan sebagai Atr Contoh:
-                 Yang dua
-                 Yang tiga buah
-                 Yang kelima puluh
·                Kata yang diikuti kata keterangan
Kata yang sebagai Atr dan keterangan sebagai Atr.
Contoh:
-                 Yang kemarin sore
-                 Yang sekarang
·                Kata yang diikuti frasa depan
Kata yang sebagai Atr dan frasa depan sebagai Atr.
Contoh:
-                 yang dari jakarta
-                 yang ke medan
selain bedasarkan kategorial. Ramlan juga membagi frasa bedasarkan makna unsur-unsurnya sebagai berikut.
(1)            Hubungan penjumlahan Contoh:

-                 Suami dan istri usai
-                 Penanaman modsl asing dan pembangunan
(2)            Hubungan kesamaan Contoh:
-                 Bapak Soeharto, Presiden RI
-                 Kakak saya, Ahmad
(3)            Hubungan pemilihan Contoh:
-                 Ayah ayau ibu
-                 Dua atau tiga
(4)            Hubungan penerang Contoh:
-                 buku baru
-                 acara terakhir
(5)            hubungan pembatas Contoh:
-                 Beras jawa
-                 Gedung sekolah
(6)            Hubungan penentu atau penunjuk Contoh:
-                 Perkarangan luas itu
-                 Pembangunan ini
(7)            Hubungan penjumlahan Contoh:
-                 Dua buah buku
-                 Dua puluh lima liter
-                 Lima kiligram beras
(8)            Hubungan sebutan Contoh:
-                 Bapak Mentri
-                 Haji basuki
-                 Letkol Darusman

b.      Frasa Verbal
Frasa verbal adalah frasa yang mempunyai golongan distribusi yang sama dengan kata verbal.
Contoh:
-                 Dua orang mahasiswa sedang membaca buku di perpustakaan.
Frasa sedang membaca mempunyai distribusi yang sama dengan kata verbal membaca. Sementara kata membaca termasuk golongan verbal. Contoh lain, yaitu:
-                 Akan pergi
-                 Duduk lagi
-                 Sudah datang
Dilihat dari aspek hubungan makna anatrunsur dalam frasa verbal maka frasa verbal dapat dikelompokkan sebagai berikut.
·                Hubungan penjumlahan Contoh:
-                 Hitam lagi kelam
-                 Bersih lagi suci
·                Hubungan pemilihan Contoh:
-                 Besar atau kecil
-                 Gemuk atau kurus
-                 Duduk atau berdiri
-                 Tua muda
-                 Kaya miskin
·                Hubungan ragam Contoh:
-                 Mungkin sedang makan
-                 Mau membaca
-                 Dapat dihukum
-                 Harus datang

*ragam= sika pembicara terhadap peristiwa

·                Hubungan negatif Contoh:
-                 Tidak memperhatikan
-                 Belum selesai
-                 Bukan belajar
·                Hubungan aspek Contoh:
-                 Akan pergi
-                 Akan lari
-                 Akan dijual
·                Hubungan tingkat Contoh:
-                 Kurang cakap
-                 Amat pandai
-                 Sangat kuat
-                 Terlalu kurus
-                 Gemul dekali
c.       Frasa bilangan Contoh:
-                 Lima helai celana
-                 Satu ikat lidi
-                 - segelas air
d.      Frasa keterangan Contoh:
-                 Kemarin sore
-                 Esok pagi
-                 Siang ini
e.       Frasa depan Contoh:
-                 Disebuah desa
-                 Ke lantai atas
-                 Dari rumah teman.



4.  Hasan Alwi
Alwi (1998:157) dalam bukunya berjudul, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia mengelompokkan frasa menjadi beberapa kelompok, yaitu (a) nomina, (b) verba, (c) pronomina, (d) adjektiva dan (e) adverbia.
a.       Frasa Nomina
Frasa nomina adalah frasa yang dibentuk dari kata benda (nomina).
Contoh:
-                 Baju merah
-                 Rumah mewah
-                 Yang dijual ditoko
b.      Frasa verba
Frasa verba adalah frasa yang dibentuk dari dua kata atau lebih dengan verba sebagai intinya dan tidak merupakan klausa. Jenis frasa ini dikelompokkkan menjadi beberapa macam, sebagi berikut.
·                Frasa Verba Endosentrik Stributif (VEA)
VEA adalah frasa yang berinti dari golongan verba, dikuti pewatas, apakah ia terletak di depan atau dibelakang. Salah satu kelompok kata dapat menduduki sebagai pewatas depan adalah akan, harus, dapat, boleh, suka ingin, dan mau.
Contoh:
-                 Akan pergi
-                 Boleh pergi
-                 Mau datang
-                 Harus datang
-                 Ingin makan
·                Frasa Verba Endosentrik Koordinatif (VEK)
VEK adalah frasa yang terdiri atas dua verba yang digabung dengan kata penghuung dan, atau.
Contoh:
-                 Menangis dan meratapi nasibnya
-                 Mengakui atau mengingkari janji

c.       Frasa Pronomina
Frasa pronomina adalah frasa yang daapat dibentuk dengan cara : Penambahan numeralia kolektif
Contoh:
-                 Mereka berdua
-                 Kami sekalian
-                 Kamu semua
·                Penambahan kata penunjuk Contoh:
-                 Kamu itu
-                 Mereka itu
·                Penambahan kata sendiri
Contoh:
-                 Saya sendiri
-                 Mereka sendirian
·                Penambahan klausa dengan yang
Contoh:
-                 Mereka yang tidak hadir
·                Penambahan frasa nomina yang berfungsi apositif Contoh:
-                 Kami, bangsa Indonesia
-                 Kami, para Pemuda Indonesia
d.      Frasa Numeralia Contoh:
-                 Dua ekor
-                 Lima orang
-                 Tiga lembar
e.       Frasa Ajektiva
Frasa adjektiva adalah frasa yang menyatakan keadaan dapat diterangkan dengan kata sudah, harus, dan dapat.
Contoh:
-                 Sudah tenang

-                 Sudah harus tenang
-                 Harus cepat sembuh
-                 Akan mahal
f.       Frasa Adverbia
Frasa adverbia adalah frasa yang dibentuk dari frasa adjektiva dengan cara menambahkan kata penghubung dengan atau mengulanginya.
Contoh:
-                 Dengan gembira
-                 Dengan baik
-                 Cepat-cepat
-                 Selambat-lambatnya (Moelino, 1988:127-222)
C.            Klausa
1.              Definisi Klausa

Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli yang berkaitan dengan klausa. Ramlan (1981:62) mengatakan bahwa klausa adalah satuan gramatik yang terdiri dari predikat (P), baik diikuti oleh unsur subjek (S), objek (S), pelengkap (Pel.) keterangan (K), maupun tidak.Selanjutnya Tarigan (1998:21) mendefinisikan klausa sebagai kelompok kata yang hanya mengandung satu predikat (P). Kemudian, Parera (1988:21) mendefinisikan klausa sebagai sebuah kalimat yang hanya memenuhi salah satu pola dasar kalimat inti dengan satu atau lebih unsur pusat (UP). Selanjutnya Keraf (1984:138) mendefinisikan klausa sebagai suatu kontruksi yang didalamnya terdapat beberapa kata yang mengandung hubungan fungsional, yang dalam tata bahasa lama dikenal dengan subjek, predikat,objek, dan keterangan. Sebuah klausa sekurang-kurangnya harus mengandung subjek dan predikat.

2.              Ciri-ciri Klausa

Ciri-ciri yang dimiliki sebuah klausa sudah terkandung dari beberapa rumusan makna klausa yang dikemukakan para ahli linguistic di atas.Ciri-ciri yang dimaksud antara lain:
a.       Merupakan kelompok kata
b.      Memiliki unsur predikat
c.       Satu klausa memiliki satu predikat.
3. Jenis Jenis Klausa

Berkaitan dengan jenis-jenis klausa para ahli mengelompokan beberapa jenis, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Jos Daniel Parere

Parera mengelompokan jenis klausa atas dua, yaitu klausa final dan klausa nonfinal.
a.               Klausa Final

Klausa final adalah klausa yang baik secara suprasegmental maupun secara segmental dapat menjadi klausa yang berdiri sendiri atau klausa swasta.
Contoh:

-                 Anak itu melempari anjing. (1 klausa final)
-                 Saya memarahi dia. (1 klausa final)
b.               Klausa Nonfinal

Klausa non final adalah adalah klausa yang, baik secara segmental maupun suprasegmental tidak dapat berdiri sendiri. Klausa nonfinal memiliki satu persyaratan, yaitu memenuhi PDKI (Pola Dasar Kalimat Indonesia) atau berbentuk kata kerja finit, tetapi ia tidak dapat berdiri sendiri tanpa dihilangkan ciri segmental atau suprasegmental yang mengikatnya.
Contoh :

-                 Agar tujuanya tercapai
-                 Tidak terjadi gangguan (Paren, 1988:22-23)

Sebuah klausa non final dapat menjadi klausa final. Caranya dengan menghilangkan unsur pengikat yang ada didalamnya.
Contoh :

-                 Tujuannya tercapai
-                 Tidak terjadi gangguan.
2. M. Ramlan

Ramlan mengelompokan jenis klausa menjadi tiga, yaitu berdasarkan (a) struktur interen, (b) ada tidaknya kata negative, (c) dan berdasarkan jenis kata yang menduduki P.
a.               Berdasarkan Struktur Interen
·                Klausa lengkap
1)              Subjek (S) terletak didepan predikat (P).

Contoh :

-                 Badan orang itu besar
-                 Mereka menulis.

Subjek
Predikat
Badan orang itu
sangat besar
Mereka
menulis


2)              Subjek terletak di beelakang predikat Contoh :
-                 Sangat besar badanya.
-                 Masuklah dia ke ruangan.

Predikat
Subjek
Sangat besar
badanya
Masuklah
dia


·                Klausa tak lengkap

Klausa tak lengkap adalah klausa yang tidak memiliki unsue S, tetapi memiliki unsur P yan di ikuti oleh O dan K.

Contoh :

-          Sedang bermain-main
-          Menulis surat.

Subjek
Predikat
-
Sedang bermain
-
menulis
b.               Berdasarkan Kata Negatif

Berdasarkan ada tidaknya kata negative yang secara gramatikal menegatifkan predikat, dibagi menjadi dua bentuk.
·                Klausa positif

Klausa positif adalah klausa yang tidak memiliki kata negative Contoh :
-                 Para korban gunung berapi diliputi rasa duka.
-                 Ia teman baik saya.
·                Klausa Negatif

Klausa yang memiliki kata-kata negative yang secara gramatikal mengaktifkan P. Kata-kata negatif tersebut seperti :tidak, tak, tiada, bukan, belum, dan jangan.
Contoh :

-                 Ia tidak jadi dating.
-                 Tiada hari tanpa membaca
-                 Jangan mencoret-coret dinding.
c.               Berdasarkan kategori Kata atau Frasa yang Menduduki Fungsi Predikat
·         Klausa Nominal

Klausa nominal adalah klausa yang P-nya terdiri dari kata atau frasa golongan
N.

Contoh :

-                 Ia guru SD
-                 Ayah petani
-                 Yang dibeli orang itu adalah sepeda
-                 Mereka itu karyawan kami
·                Klausa verbal

Klausa verbal adalah klausa yang P-nya terdiri dari kata atau frasa golongan
V.

Contoh :

-                 Ani membaca buku.
-                 Saya menulis surat.
-                 Petani mengerjakan sawahnya dengan tekun. Klausa verbal dibagi lagi atas jenis kata pada predikat.
1)              Klausa verbal adjektif

Klausa verbal adjektif adalah klausa yang jenis predikatnya terdiri dari golongan V yang ternmasuk golongan kata sifat atau berunsur pusat kata sifat.
Contoh :

-          Udaranya panas sekali
-          Anaknya pandai-pandai
2)              Klausa verbal intransitif

Klausa verbal intransitif adalah klausa yang jenis predikatnya terdiri dari kata verbal yang termasuk golongan kata kata kerja intransitif atau terdiri dari frasa verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja intransitif .
Contoh :

-                 Burung-burung bertebrangan di atas permukaan air.

-                 Anak-anak sedang bermain di teras belakang.
3)              Klausa verbal aktif

Klausa verbal aktif adalah klausa yang unsur predikatnya terdiri dari kata verbal yamg termasuk golongan kata kerja transitif atau terdiri dari kata verbal yang unsuer pusatnya berupa kata kerja transitif.
Contoh :

-                 Amir menghirup kopinya.
-                 Ahmad sedang membaca novel.
4)              Klausa verbal pasif

Klausa verbal pasif adalah klausa yang terdiri dari kata verbal yang termasuk golongan kata kerja pasif.
Contoh :

-                 Saya sesalkan keputusan ini.
-                 Presiden dipilih oleh MPR untuk jangka waktu lima tahun.
5)              Klausa verbal reflektif

Klausa verbal reflektif adalah klausa yang predikatnya terdiri dari kata kerja reflektif (perbuatanya).
Conoth :

-                 Mereka sedang mengasingkan diri.
-                 Anak-anak itu menyembunyikan diri.
6)              Klausa verbal resiprokal

Klausa verbal resiprokal adalah klausa yang predikatnya terdiri dari kata kerja yang termasuk golongan kata kerja resiprokal, yaitu kata kerja yang menyatakan kesalingan.
Contoh :

-                 Mereka saling memukul.

-                 Anak itu selalu ejek-mengejek.
·                Klausa Bilangan

Klausa bilangan adalah klausa yang predikatnya terdiri dari kata atau frasa yang bergolongan bilangan.
Contoh

-                 Roda mobil itu enam.
-                 Anaknya dua orang.
-                 Kerbau petai itu dua ekor.
·                Klausa depan

Klausa depan adalah klausa yang predikatnya terdiri dari frasa depan, yaitu frasa yang diawali kata depan sebagai penanda.
Contoh :

-                 Sayur itu dari desa.
-                 Pegawai itu ke kantor setiap hari.

D. Kalimat 

1.             Pengertian Kalimat

Keraf (1984:156) mendefinisikan kalimat sebagai satu bagian dari ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, sedang intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap. Pengertian tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1982:72) bahwa “kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual dan potensial terdiri dari klausa.
Selain pendapat tersebut, dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988) dinyatakan bahwa kalimat adalah bagian terkecil ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara kebahasaan. Dalam wujud lisan,  kalimat diiringi oleh alunan titinada, disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi selesai, dan diikuti oleh kesenyapan yang memustahilkan adanya perpaduan atau

asimilasi bunyi. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru.
2. Jenis Jenis Kalimat

Dari segi bentuk, kalimat dapat dikelompokkan atas dua jenis: (a) kalimat tunggal dan (b) kalimat majemuk.

a). Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu pola (SP, SPO, SPOK) atau kalimat yang hanya terdiri atas satu klausa.
Contoh :

-                 Dia pergi.
-                 Dia melempar mangga.
-                 Ahmad pergi ke pasar kemarin sore.

Jenis kalimat tunggal terdiri atas empat macam, yakni kalimat nominal, kalimat verbal, kalimat ajektival dan kalimat preposisional (Depdikbud, 1988). Kelima jenis kalimat tunggal tersebut adalah sebagai berikut :
·           Kalimat nominal

Yakni kalimat tunggal yang predikatnya dari kata benda.Misalnya:

-                 Ibuku petani sawah
-                 Ayahku pegawai kantor pajak.
-                   Kakakku tukang kayu.
·                Kalimat verbal yakni kalimat tunggal yang predikatnya dibentuk dari kata kerja/ verbal. Kalimat verbal terdiri atas lima macam yakni kalimat verbal intransitif, ekatransitif, dwitransitif, semitransitif, dan pasif
·                Kalimat intransitif adalah kalimat tunggal yang prediktnya tidak memerlukan objek, misalya :
-                 Pak desa belum pergi ke kantor
-                 Ibunya sedang berenang di kolam

-                 Adik-adikku telah belajat matematika.
·                Kalimat ekatransitif, yakni kalimat tunggal yag predikatnya hanya memerlukan objek tanpa diikuti pelengkap. Misalnya :
-                 Saya makan nasi goreng
-                 Ibu mencuci pakaian
·                Kalimat dwitransitif adalah kalimat tunggal yang predikatnya memerlukan objek dan pelengkap, misalnya :
-                 Ali membelikan adiknya baju tadi malam
-                   Nurhani memasakkan nasi suaminya kemarin.
-                 Suwarni mendengakan neneknya bicara di kamar
·                Kalimat semitransitif adalah kalimat tunggal yang predikatnya dari semitransitif, misalnya :
-                 Alimuddin kehilangan uang milyaran kemarin
-                 Rumah Pak Desa kemasukan pencuri.
-                 Ibu Aminah kedatangan tamu dari Jakarta
b)             Kalimat pasif adalah kalimat tunggal yang predikatnya biasanya dari kata kerja berawalan di- , misalnya:
-                 Rumah itu dibeli oleh Pak Alimin Syahid.
-                 Motor itu dijual oleh Toko Mandala.
-                 Persoalan itu telah diselesaikan oleh Camat Makassar
·                Kalimat ajektival yakni kalimat tunggal yang predikatnya dari kata sifat atau ajektival, misalnya:
-                 Buku bahasa Inggrisku sangat tebal,
-                 Rumahku besar sekali
-                 Keluarga itu sangat sopan dan bijaksana
·                Kalimat preposisional yakni kalimat tunggal yang predikatnya dari kata depan atau preposisi, misalnya:
-                 Tempat tinggalnya di Makasar
-                 Beras ciliwung itu dari Sidrap
-                 Wesel pos ini untuk Miranda

Di samping itu, Menurt (Keraf, 1982) kalimat tunggal dilihat dari segi maknanya dapat dikelompokkan atas empat macam, yakni:

1)              Kalimat berita

Kalimat berita adalah kalimat yang digunakan bila kita ingin mengutarakan suatu peristiwa atau kejadian yang kita alami dan atau yang dialami orang lain.Misalnya:
-                 Ali pergi ke Jakarta kemarin.
-                 Jalan itu sangat licin
-                 Saya mau berangkat ke Jakarta besok pagi.

2)              Kalimat tanya.

Kalimat tanya, kalimat yang maksudnya atau berfungsi untuk menanyakan sesuatu, yang di dalamnya terdapat tiga kemungkinan ciri:
a.                 mengunakan intonasi tanya,
b.               menggunakan kata tanya,
c.                 menggunakan partikel -kah.

Misalnya, seperti berikut.

-                 Ibu datang?
-                 Kapan Ibu datang?
-                 Akankah ibu datang?

Jenis kata tanya yang biasa digunakan dalam kalimat tanya dapat dikelompokkan menurut sifatnya, sebagai berikut :
a)               Untuk menanyakan benda/hal: apa, untuk apa, tentang apa. Misalnya :
-                 Apa yang kamu cari di sini?
-                 Untuk apa kamu bekerja siang dan malamTentang apa yang masih belum jelas bagimu?
b)              Untuk menanyakan manusia: siapa, dengan siapa, untuk siapa. Misalnya : Siapa yang kaucari kemarin sore?
-                 Dengan siapa Anda pergi ke Jakarta?
-                 Untuk siapa Anda bekerja keras selama ini?
c)               Untuk menanyakan jumlah: berapa, berapa banyak. Misalnya :

-                 Berapa buku yang Anda perlukan bulandepan?
-                 Berapa banyak uang yang akan kaupinjam sekarang?
d)              Untuk menanyakan pilihan: mana, yang mana, Misalnya:
-                 Mana yang kausenangi, membeli baju atau celana?
-                 Yang mana kau pilih , belajar di Unhas atau di UNM?
e)                 Untuk menanyakan tempat: di mana, ke mana, dari mana. Misalnya :
-          Di mana engkau akan tiggal bulan depan?
-          Ke mana Dia akan pergi merantau?
-          Dari mana Amin pergi baru sekarang kelihatan
f)                Untuk menanyakan temporal: bila, kapan, bilamana, apabila. Misalnya:
-          Bila dia selesai studinya di UGM?
-          Kapan Kamarudin menjadi dosen IPS di UNJ?
-          Bila mana Hamid menyelesaikan pembangunan rumahnya?
g)              Untuk menanyakan kausalitas: mengapa, apa sebab, akibat apa. Misalnya:
-                 Mengapa Anda tidak mau menjadi guru?
-                 Apa sebabanya Anda jarang pergi ke kampung halamannya?
-                 Akibat apa yang ditimbulkan jika malas belajar di masa muda?

Kalimat tanya terdiri atas tiga macam :

(a)     Kalimat tanya biasa: kalimat yang benar-benar menanyakan sesuatu.

(b)     Kalimat tanya retoris: kalimat yang menanyakan menggunakan ciri kalimat tanya tetapi tidak perlu dijawab. Kalimat ini biasa dipakai orang yang berpidato sebagai cara untuk menarik perhatian pendengar.
(c)     kalimat yang senilai perintah: bentuknya bertanya tetapi maksudnya menyuruh, misalnya “Apakah jendela itu bisa dibuka sekarang?”
3)              Kalimat Perintah

Kalimat perintah adalah kalimat yang maksudnya menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Misalnya :
-                 Buatlah satu kalimat yang berpola SPOK!
-                 Pergilah ke sekolah!

-                 Carilah pekerjaan apa saja, yang penting halal.

Kalimat Perintah Mempunyai Beberapa Jenis :

1)                Suruhan Misalnya :
-                 Pergi dari sini!
-                   Makan obat dahulu baru ke sekolah!
2)              Permintaan.

Misalnya :

-                 Tolong bawa surat ini ke kantor pos!
-                 Bisakah Anda buatkan lukisan pemandangan!
-                 Mohon buatkan meja kayu!
3)              Memperkenankan Misalnya :
-                 Masuklah ke dalam kalau Anda perlu!
-                 Silakan keluarlah jika ada yang mau dibeli!
-                 Disilakan berangkat dahulu!
4)                Ajakan Misalnya:
-                 Marilah kita istirahat sejenak!
-                 Mari kita bekerja sama-sama!
-                 Ayo kita makan sama-sama!
5)                Larangan Misalnya :
-                 Jangan pergi hari ini!
-                 Tidak boleh pergi pada tengah malam!
-                 Jangan pergi ke pasar

6)              Bujukan Misalnya :
-                 Tidurlah ibu menjagamu, sayang!
-                 Makan bersama neneklah, nanti saya yang jaga di luar!
7)                Harapan Misalnya:
-                 Mudah-mudahan Anda selamat sampai di tujuan!
-                 Semoga Anda sehat wal’afiat!
-                 Semoga Anda sukses selalu!

4)      Kalimat seru

Seru adalah kalimat yang mengungkapkan perasaan kagum. Karena rasa kagum berkaitan dengan sifat, maka kalimat seru hanya dapat dibuat dari kalimat berita yang predikatnya adjektiva (Depdikbud, 1988).
Contoh :

-                 Alangkah bebasnya pergaulan mereka!
-                 Bukan main bodohnya anak itu!
-                 Sungguh cerdas anak itu!

b)      Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk adalah kalimat yang di dalamnya terdapat lebih dari satu pola kalimat, misalnya: SP + SP, SPO + SPO; atau kalimat yang di dalamnya terdapat induk kalimat (diterangkan) dan anak kalimat (menerangkan). Contoh:
-                 Saya minum teh dan bapak minum kopi. (majemuk setara)
-                 Kami sedang makan ketika paman datang kemarin. (majemuk bertingkat)
-                 Pak Bupati telah menyelenggarakan sebuah malam kesenian, yang dimeriahkan oleh para artis nasional, serta dihadiri para pejabat muspida. (majemuk campuran)

BAB III
PENUTUP


A.            Kesimpulan

Dari pembahasan tersebut bahwasannya frasa sendiri adalah kesatua yang lebih besar dari kata dan lebih kecil dari kalimat. Frase dilihat dari segi hubungan distribusi unsur-unsurnya terdiri atas frase edosentrik (atributif, koordinatif, apositif) dan ekosentrik; frase dilihat dari segi kategori katanya tersdiri atas empat macam frase nominal, verbal, ajektival, numerial, fromina. Klausa dilihat dari segi kata yang menduduki predikat terdiri atas klausa verbal (ajektif, intranstif, aktif, pasif dan resiprokal), dan klausa depan.
Adapun kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final. Kalimat ditinjau dari segi jumlah pola struktur dikandungnya terdiri atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk kalimat tunggal terdiri atas beberapa jenis, yakni kalimait nominal, kalimat verbal, (intransitif, ekstransitif, dwritansitif, semi transitif, pasif) kalimat ajektival, kalimat preposisional. Dan kalimat tunggal ditinjau dari segi maknanya terdiri atas kalimat berita, tanya, dan kalimat seru. Adapun jenis kalimat majemuk terdiri atas dua jenis, yakni kalimat majemuk setara (pejumlahan pertentang, pemilihan, sebab), kalimat majemuk bertingkat.
B.             Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-sumberyang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan oleh kerena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.


Daftar Pustaka

Guntur, Hendry Taringan. 1983. Prinsip-Prinsip Sintaksis. Bandung: Angkasa.
Keraf, Gorys. 1984. Tatabahasa Indonesia. Ende-Flores: Nusa Indah.
Ramlan, M. 1987. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis.Yogyakarta: C. V. Karyono. Verhaar, J. W. M. 19983. Pengantar Lingustik. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Alwi, Hasan. (Ed). 1998. Tata Bahasa Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Moeliono, Anton M. 1988. Tata baku Bahasa Indonesia. Jakaerta: Balai Pustaka. Suhardi. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia.Yogyakarta: AR-
RUZZ MEDIA.
Rosdiana. 2011. Bahasa dan Sastra Indonesia di SD. Jakarta: UniversitasTerbuka.