BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring berkembangnya zaman, maka pengetahuan harus semakin meningkat.
Dalam bidang studi pun harus meningkat, termasuk bidang studi IPS, karena IPS
merupakan suatu bidang studi yang harus dikaji dan dipelajari di kalangan
pelajar terutama anak SD, yang memiliki tujuan untuk menggambarkan penekanan
sasaran akhir yang hendak dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses dan
menyelesaikan pendidikan SD. Fungsi dan tujuan pengajaran IPS merupakan
bagaimana persoalan guru yang menghadapi tugasnya, serta dalam pengembangan IPS
disesuaikan dengan perkembangan anak.
B. Rumusan Masalah
1)
Apa yang dimaksud dengan fakta, konsep,
generalisasi dan teori dalam IPS ?
2)
Apa pentingnya fakta, konsep, generalisasi dan
teori dalam IPS ?
3)
Apa saja jenis keterampilan yang ada dalam IPS ?
4)
Bagaimana penanaman nilai dan sikap dalam IPS ?
C. Tujuan Masalah
1)
Untuk mengetahui tentang fakta, konsep,
generalisasi dan teori dalam IPS
2)
Untuk mengetahui pentingnya fakta, konsep,
generalisasi dan teori dalam IPS
3)
Untuk mengetahui jenis keterampilan yang ada dalam
IPS
4)
Untuk mengetahui penanaman nilai dan sikap dalam
IPS
BAB II
PEMBAHASAN
1. FAKTA, KONSEP, GENERALISASI DAN TEORI DALAM IPS
Dalam proses pembelajaran IPS terdapat
hal-hal pokok yang harus dipahami dan dikuasai oleh peserta didik. Hal-hal
tersebut adalah fakta, konsep, generalisasi, dan akhirnya teori-teori.
1.1 Fakta
Fakta adalah hal (keadaan, peristiwa) yang
merupakan kenyataan yang sungguh-sungguh terjadi dan terjamin kebenarannya.
atau sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi. Fakta sosial adalah cara
bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di luar individu dan mempunyai
kekuatan memaksa dan mengendalikan individu tersebut. Contoh, di sekolah
seorang murid diwajibkan untuk datang tepat waktu, menggunakan seragam, dan
bersikap hormat kepada guru. Kewajiban-kewajiban tersebut dituangkan ke dalam
sebuah aturan dan memiliki sanksi tertentu jika dilanggarFakta dapat
menyebabkan lahirnya teori baru. Fakta juga dapat menjadi alasan untuk menolak
teori yang ada dan bahkan fakta dapat mendorong untuk mempertajam rumusan teori
yang sudah ada. Banks (Ischak:2004:2.7) mengemukakan bahwa fakta merupakan
pernyataan positif dan rumusannya sederhana.
Beberapa contoh fakta ,seperti dibawah ini :
a) Gunung Galunggung meletus tahun 1982.
b)Pada tahun 1997 banyak hutan di Sumatera dan Kalimantan terbakar.
c) Jakarta adalah ibukota Indonesia.
1.2 Konsep
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2007:588), pengertian konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau
apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami
hal-hal lain. Menurut Soedjadi (2000:14) pengertian konsep adalah ide abstrak
yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada
umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata
Konsep adalah suatu kesepakatan bersama untuk
penamaan sesuatu dan merupakan alat intelektual yang membantu kegiatan berfikir
dan memecahkan masalah. Dari pengertian tersebut dapat ditarik sebuah ke
simpulan bahwa konsep mengandung atribut. Atribut adalah ciri yang membedakan
tabel objek atau peristiwa atau proses dari obyek, peristiwa atau proses
lainnya. Atribut dapat didasarkan atas fakta berupa informasi konkret yang
dapat dibuktikan melalui laporan seseorang atau hasil pengamatan langsung.
Laporan verbal, gambar-gambar, chart yang berisi data dapat digunakan untuk
mengkomunikasikan atribut.
Dalam konsep terdapat makna denotatif dan
makna konotatif. Makna denotative berkenaan dengan arti kata, seperti pada
kamus, misalnya arti kata Revolusi adalah perubahan cepat dalam hal prosedur,
kebiasaan, lembaga, dan seterusnya. Revolusi juga mempunyai makna konotatif
antara lain sebagai berikut:
1. Makna revolusi merangkum makna denotative.
2. Revolusi tidak sama dengan pemberontakan,
melainkan kejadian yang penting yang telah direncanakan dan diatur secara
sungguh-sungguh.
3. Konsep revolusi ini mencakup kepemimpinan,
baik oleh kelompok maupun perseorangan.
4. Revolusi juga berarti menentang segala
sesuatu, apakah itu orang atau lembaga, lebih jauh bukan hanya menentang tetapi
juga melawan dengan kekuatan.
Dalam perkembangan lebih lanjut para siswa
akan memiliki pemahaman yang benar tentang arti konsep dalam Revolusi
Kemerdekaan Indonesia, Negara berkembang, pertumbuhan ekonomi republik,
kabinet, dan seterusnya. Jika mereka tidak memperoleh arti yang benar tentang
makna yang terkandung didalam konsep-konsep tersebut, mereka akan memberi arti
secara menggelikan (Womarck : 32).
Pengajaran konsep disekolah sesungguhnya
dalam rangka memahami makna konotatif, karena itu pengajaran konsep harus:
1. Diberikan dalam sesuatu konteks bukan
diterangkan tanpa ada kaitan dengan sesuatu, seperti kita menjelaskan arti dari
suatu istilah atau kata.
2. Siswa harus diberi kesempatan untuk sampai
kepada pengertiannya sendiri tentang sesuatu konsep, tentunya dengan bimbingan
guru misalnya, guru menyuru mereka mendeskripsikan sendiri.
3. Siswa harus membacanya sendiri, mendengarkan
penjelasan, dan segera menuliskan makna konsep segera setelah diperkenalkan.
Kegunaan Konsep
Pembinaan Konsep IPS
Agar anak didik dapat memahami pengertian
konsep-konsep IPS dengan lebih jelas dan memadai maka seorang guru hendaknya
memperhatikan hal-hal penting dalam mengajarkan konsep-konsep IPS. Dalam hal
ini Yelon (dalam Husein Achmad, 1982) mengemukakan bagaimana mengajar
konsep yang baik sebagai berikut:
1) Merumuskan tujuan.
Guru harus menetapkan tujuan tertentu untuk masing-masing mata
pelajaran. Dalam mengajar konsep, guru hendaknya memberi kesempatan kepada
siswa untuk menggunakan kemampuannya dalam memberikan atau memilih
contoh-contoh tentang konsep
2) Menyadari adanya pengetahuan prasyarat yang
akan membantu pemahaman konsep.
Syarat utama untuk mempelajari konsep adalah memilah-milah, yaitu
membedakan antara obyek yang satu dengan obyek lainnya, antara symbol yang satu
dengan simbol yang lain. Selanjutnya guru harus mengetahui pengetahuan
prasyarat, yaitu bahwa siswa harus mampu menunjukkan atribut definisi dan
memahami konsep.
3) Menyajikan definisi dan contoh-contoh. Guru
harus menyajikan definisi contoh-contoh. Sebab konsep akan mudah dipahami
apabila:
a. Aspek yang
relevan dengan stimulus jelas dan aspek yang tidak relevan dengan stimulus
kurang jelas atau kurang tajam.
b. Jumlah aspek
yang tidak relevan dengan stimulus dikurangi
c. Banyak
menggunakan contoh-contoh yang positif
d. Memberikan definisi
dan contoh atas obyek yang dipelajari
e. Memberi
kesempatan kepada siswa untuk merespon dan memberikan
1.3 Generalisasi
Schuneke (1988:16) mengemukakan bahwa
generalisasi merupakan abstraksi dan sangat terikat konsep. Generalisasi
menghubungkan beberapa konsep sedemikian rupa sehingga terbentuk suatu
pola hubungan yang bermakna dan menggambarkan hal yang lebih luas.
Artinya, dalam pikiran kita terbentuk pola-pola hubungan bermakna yang lebih
luas (Djodjo Suradisastra 1991/1992:39). Menurut Nursid Sumaatmadja (1980:83),
generalisasi adalah hubungan dua konsep atau lebih dalam bentuk kalimat
lengkap, yang merupakan pernyataan deklaratif dan dapat dijadikan suatu prinsip
atau ketentuan dalam IPS.
Jadi dapat disimpulkan bahwa seseorang dikatakan menyusun generalisasi,
apabila orang itu menarik dua konsep atau lebih dengan sedemikian rupa sehingga
saling berhubungan satu dengan Iainnya. Untuk lebih jelasnya kita ambil contoh
berikut. Ada ungkapan : “Makin primitif suatu masyarakat, lingkungan
hidupnya akan makin mempengaruhi cara hidup masyarakat itu” kita
menemukan paling sedikit tiga konsep, yaitu: (1) Masyarakat primitif; (2)
Lingkungan hidup; (3) Cara hidup.
Generalisasi yang baik adalah generalisasi
yang tidak menyebut orang, tempat atau benda. Alasannya, apabila kita
menyebutkannya berarti generalisasi yang kita buat memiliki tingkat abstraksi
yang rendah, tingkat keberlakuannya juga sempit atau rendah. Generalisasi harus
ditulis sedemikian rupa sehingga siswa dapat mengaplikasikannya dalam
berbagaisituasi yang bagaimanapun juga.
Generalisasi sejarah dalam konteks IPS bukan
untuk dihafalkan melainkan untuk dipahami dan diaplikasikan kepada situasi baru
yang dihadapi. Untuk meningkatkan kemampuan uitu diperkenalkan gagasan-gagasan
dan pemikiran-pemikiran yang sesuai dengan kemampuan berpikir siswa sehingga
mereka dapat menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan sejarah.
Tugas guru di kelas untuk mengembangkannya dalam kegiatan belajar
mengajar disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan serta kemampuannya.
Guru-guru dituntut kreativitasnya dalam mencari dan mengolah sumber belajar
agar kegiatan belajar mengajar yang dikelolanya berjalan lancar.
1.4 Teori
Sebuah teori adalah sepasang proposisi yang
berhubungan, dan menerangkan hubungan antara beberapa generalisasi. Kekuatan
teori terletak pada kemampuannya menerangkan dan meramalkan fenomena. Menurut
Skager dan Weinberg, makin bersemangat lapangan inquirymakin
mendekati kenyataan teori-teori tersebut (Husein Achmad, 1982:9). Proposisi
yang menghubungkan fakta merupakan teori yang lebih mudah dari pada proposisi
yang menghubungkan konsep. Selanjutnya proposisi yang menghubungkan konsep,
lebih mudah dari proposisi yang menghubungkan generalisasi. Sedangkan teori
yang lebih tinggi akan mengembangkan bentuk konsep yang lebih umum.
Seperti halnya generalisasi, teori dapat juga
disusun berdasarkan kekuatan-kekuatan yang ada pada teori- teori tersebut.
Kriterianya adalah sebagai berikut (Fraenkel dalam Husein Achmad. 1982).
1. Bagaimana luasnya proposisi yang
dihubungkan (breath).
2. Bagaimana kompleksnya proposisi yang
dihubungkan (complexity).
3. Sampai sejauh mana teori tersebut dapat
diterapkan pada daerah, kejadian, orang, dan objek yang dikenal teori
tertentu (Applicabilit).
4. Sampai seluas mana hubungan dari
proposisi-proposisi melukiskan dan menerangkan unsur yang penting dari tingkah
laku manusia serta menerangkan segi-segi yang penting dewasa
ini (explanatory power).
5. Sampai sejauh mana teori membimbing ke arah
pendalaman yang lain (depth).
6. Berapa banyak konsep yang diharapkan pada
kenyataan yang ada dalam teori (conceptual strengt).
7. Sampai sejauh mana terujinya hipotesis yang
dapat diambil dari proposisi yang dihubungkan dengan teori tersebut dapat
teruji (testability).
Teori berdimensi luas menjangkau sesuatu yang
lebih luas dari teori berdimensi sempit jangkauannya meliputi keseluruhan dalam
suatu disiplin ilmu. Teori ini menghubungkan berbagai gejala dan informasi
dalam keseluruhan tersebut sedemikian rupa sehingga menjadi suatu kesatuan yang
utuh. Dalam IPS teori berdimensi luas jarang ditemukan, karena gejala-gejala
dalam kehidupan masyarakat sangat luas dan bertali-temali sangat rumit. Setelah
memahami teori, kita dapat lebih melihat keteraturan tentang gejala-gejala
dalam masyarakat dengan lebih sempurna.
1.5 Pentingnya Antara Fakta, Konsep, Generalisasi dan Teori dalam IPS
Dari gambaran diatas jelas bahwa suatu
peristiwa merupakan dasar darimana kegiatan belajar mengajar IPS dimulai. Guru
dan siswa harus aktif menjemput peristiwa ini dan mengolahnya menjadi
content, isi bahan pengajaran. Dalam proses pengolahan menjadi
bahan pengajaran itulah berfungsinya fakta, konsep, dan generalisasi
itulah guru dapat mengorganisasikan bahan pengajaran IPS. Jadi skenario dari
alur pengembangan peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi, sesungguhnya
sudah ditangan guru, dan dijadikan sebagai bahan dalam perencanaan kegiatan
belajar mengajar dikelas. Contohnya sebagai berikut dengan topik “Benua Afrika,
Eropa, dan Amerika.”
2.
KETERAMPILAN DALAM ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
a.
Keterampilan Mental
1.
Memandang bahwa hidup ini dapat diperbaiki.
2.
Menghargai usaha manusia dalam mencapai hasil yang
lebih baik.
3.
Mempunyai kesadaran waktu yang tinggi.
4.
Mampu menyatakan pendapat/gagasan dan menghargai
pendapat/gagasan orang lain.
b.
Keterampilan Personal
Keterampilan
dasar IPS dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di dalam lingkungan masyarakat tempat
tinggal Anda dalam IPS selain kita dapat mengembangkan pengetahuan yang berhubungan dengan pemahaman
konsep-konsep, teori-teori, fakta-fakta yang ada di lingkungan sekitar, juga penanaman
nilai/norma-norma yang baik untuk dapat diterapkan dalam kehidupan di
masyarakat.
c.
Keterampilan Sosial Dalam Masyarakat
1.
Melibatkan
diri dalam berbagai kegiatan pembangunan bersama anggota masyarakat lainnya.
2.
Menyadarkan
kepada anggota masyarakat akan pentingnya menjaga dan memelihara
norma-norma luhur yang terkandung dalam Pancasila maupun agama sebagai pegangan hidupnya
3.
Keterampilan untuk mencarikan jalan pemecahannya
dalam mengambil langkah-langkah
mengatasi/mengurangi masalah
d.
Keterampilan Motorik
Keterampilan motorik merupakan salah satu keterampilan
yang paling nyata dari kemampuan manusia. Keterampilan ini dapat dikembangkan
dan dibina melalui keterampilan berbuat, berlatih, dan koordinasi indera serta
anggota badan. Dalam proses belajar mengajar keterampilan motorik tampak dalam
kegiatan menggambar, menggaris, membuat peta, membuat model, menggunting, dan
sebagainya.
e.
Keterampilan Intelektual
Keterampilan ini memungkinkan individu untuk berinteraksi dengan
lingkungan dalam bentuk simbul-simbul atau konsep. Individu belajar mulai dari
tingkat yang paling rendah, misalnya menulis huruf “a”, dan maju sampai ke
tingkat yang lebih tinggi berapa pun adalah sesuai dengan keinginan dan
kemampuan intelektualnya individu.
Keterampilan
intelektual yang dikembangkan dalam pengajaran IPS bertujuan untuk melatih
siswa berpikir logis dan sistematis dalam memecahkan persoalan yang nyata dalam
kehidupan di masyarakat. Aktivitas yang tampak dalam proses belajar adalah
mengumpulkan, menunjukkan, memahami, menerapkan, menganalisa, dan menilai
(Saidihardjo dan Sumadi HS, 1996:97-98).
3. Pengertian Sikap dan Nilai
Sikap adalah sebagai keadaan yang ada pada
diri manusia yang menggerakkan untuk bertindak, sikap menyertai manusia dengan
perasaan-perasaan tertentu dalam menanggapi suatu obyek dan semua terbentuk
atas pengalaman.
Nilai
merupakan ukuran tentang baik-buruk, tentang tata-laku yang telah mendalam
dalam kehidupan masyarakat serta nilai merupakan pencerminan budaya suatu
masyarakat.
4. Cara Penanaman Nilai dan Sikap dalam Pengajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial
Penanaman
Nilai dan Sikap dalam Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial hendaknya dipersiapkan
dan dirancang berkesinambungan dengan penekanan pada setiap tingkat yang
berbeda. Semakin tinggi jenjangnya semakin besar unsur pemahaman dan
pertanggungjawabannya. Pengajaran IPS dilaksanakan dalam waktu yang terbatas,
sehingga tidak mungkin dapat memperkenalkan seluruh nilai-nilai kehidupan
manusia kepada siswa. Oleh karena itu, nilai-nilai yang akan ditanamkan kepada
siswa merupakan nilai-nilai yang pokok dan mendasar bagi kehidupan manusia.
Menurut
Paul Suparno, SJ. sikap dan tingkah laku yang berlaku umum yang lebih
mengembangkan nilai kemanusiaan dan mengembangkan kesatuan sebagai warga
masyarakat perlu mendapatkan tekanan. Beberapa sikap dan tingkah laku itu
antara lain:
1.
Sikap penghargaan kepada setiap manusia
Setiap manusia adalah bernilai, inilah yang
menjadi hak asasi manusia dan sikap yang harus dipunyai. Dalam wujud tindakan,
misalnya siswa saling menghargai temannya, tidak menjelekkan temannya dan
sebagainya.
2.
Sikap tenggang rasa, jujur, berlaku adil, suk
mengabdi, ramah, setia, sopan, dan tepat janji
Sikap ini jelas membantu orang dalam
berhubungan dengan orang lain dan hidup bersama orang lain.
3.
Sikap demokratis dan menghargai gagasan orang
lain serta mau hidup bersama orang lain yang berbeda
Sikap ini jelas membantu kita menjadi
manusia, karena memanusiakan manusia lain. Kaita harus rela hidup bersama dalam
perbedaan karena perbedaan adalah keadaan asasi kita.
4.
Kebebasan dan tanggung jawab
Sikap manusia sebagai pribadi adalah ia
mempunyai kebebasan untuk mengungkapkan dirinya dan bertanggung jawab terhadap
ungkapannnya.sikap ini jelas diwujudkan dalam kebebbasan mimbar, kebebasan
berbicaram kebebasan untuk mengungkapkan gagasan dan tanggung jawab. Siswa bisa
diajak untuk bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukannya dan tidak
lari dari tanggung jawab.
5.
Penghargaan terhadap alam
Alam diciptakan untuk dimanfaatkan oleh
manusia agar dapat hidup bahagia, namun dalam pemafaatannya kita harus
perhatikan dan jangan sampai kita mengeksploitasi secara besar-besaran dan
membuat alam rusak.
6.
Penghormatan kepada Sang Pencipta.
Sebagai makhluk kita menghormati Sang
Pencipta. Melalui penghayatan iman, siswa diajak untuk menghormati dan emmuji
Sang Pencipta, dan pujian itu dapat diwujudkan dalam sikap berbaik kepada semua
makhluk ciptaan termasuk dirinya sendiri. Sikap menghargai iman orang lain,
menghargai budaya orang lain perlu dikembangkan dalam kerangka rela hidup
saling membantu dan menerima orang lain.
7.
Beberapa sikap pengembangan sebagai pribadi
manusia seperti disisplin, bijaksana, cermat, mandiri, percaya diri, semuanya
lebih menunjang penyempurnaan diri pribadi
Kesadaran dan penghayatan siswa terhadap
nilai yang menjadi landasan dan falsafah hidup bangsa Indonesia harus
ditanamkan secara berkesinambungan sehingga sikap mental siswa menjadi
benar-benar memancarkan kebenaran dan tanggung jawab. Penanaman nilai dan sikap
harus sudah dimulai sejak kecil (TK, SD) dan berkelanjutan pada jenjang
berikutnya.
Pada
jenjang SD, siswa harus diperkenalkan pada proses pengembangan pemahaman
alasan-alasan akan nilai-nilai yang diperkenalkan. Pada siswa kelas rendah,
unsur-unsur permainan dan penanaman nilai tidak boleh dilupakan. Kegiatan yang
dapat diperkenalkan antara lain : mengunjungi musium, kebun binatang,
tempat-tempat bersejarah, dan mengenal lingkungan alam.
Nilai-nilai
yang ditanamkan kepada iswa harus semakin diperdalam dengan cara memperkenalkan
mengapa nilai-nilai itu ditanamkan. Tahap
demi tahap mulai dikembangkan unsur pemahaman kepada diri siswa, nilai-nilai
kejujura, keadilan, kepahlawanan harus sudah mulai diperkenalkan dan harus
mendapat tekanan serta perhatian. Cerita dan dongeng dapat menjadi sarana yang
baik untuk pengenalan dan penanaman nilai-nilai tersebut.
Pada
kelas tinggi, harus ditambah porsi pemahamannya, kegiatannya harus dipilih yang
dapat membangun sikap tanggung jawab, keteraturan, kebersamanan dalm kelompok
yang slaing membantu. Pemberian tugas individu maupun kelompok, diskusi, dan
tanya jawab merupakan metode yang cocok untuk menanamkan nilai dan sikap dalam
pengajaran IPS.
Pengajaran
nilai dan sikap hendaknya benar-benar mampu menyentuh kesadaran nilai siswa itu
sendiri dan tertanam melalui logika pembenaran yang dapat diterima siswa,
sehingga nilai-nilai tersebut menjadi milik dan keyakinan yang tidak berubah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan IPS penting diberikan kepada siswa pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah, karena siswa sebagai anggota masyarakat perlu mengenal
masyarakat dan lingkungannya. Untuk mengenal masyarakat siswa dapat beljar
melalui media cetak, media elektronika, maupun secara langsung melalui
pengalaman hidupnya ditengah-tengah msyarakat. Dengan pengajaran IPS,
diharapkan siswa dapat memiliki sikap peka dan tanggap untuk bertindak secara
rasional dan bertanggungjawab dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang
dihadapi dalam kehidupannya.
Hubungan antara fakta, konsep, dan generalisasi sangatlah erat, fakta
merupakan segala sesuatu yang dapat dihayati/dipahami yang kebenarannya dapat
dipertanggungjawabkan,sedangkan konsep merupakan susunan fakta-fakta secara
sistematik yang berkaitan antar fakta di dalamnya. Dan generalisasi merupakan
pernyataan tentang hubungan antar konsep yang mengandung fakta-fakta di
dalamnya. Sehingga antar fakta,konsep dan generalisasi merupakan suatu kepaduan
yang utuh dalam penyusunannya.
Saran
Demikianlah makalah ini dibuat, tentunya masih banyak kekurangan dan
kesalahan di dalam penulisan maupun pengambilan referensi, oleh sebab itu
selaku penyusun makalah ini menerima kritik dan saran agar pembuatan makalah
kami ke depan menjadi lebih baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua, Amin.
Daftar Pustaka
Wahab, Abdul Aziz. 2009. Konsep Dasar IPS. Jakarta : Universitas
Terbuka