Wikipedia

Search results

Makalah Fonologi Bahasa Indonesia


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi yang dipakai manusia untuk tujuan komunikasi.  Untuk mengungkapkan  pikiran dan perasaan  bahasa tidak dapat di pisahkan  dari manusia  karena  bahasa selalu mengikuti  setiap aktifitasnya. Oleh karena itu pengajaran Bahasa Indonesia pada hakikatnya mempunyai ruang lingkup dan tujuan yang menumbuhkan kemampuan mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan menggunakan bahasa secara baik dan benar. Erat hubunganya dengan pemakaian bahasa  karena bahasa merupakan alat yang paling vital bagi kehidupan manusia yang sekurung-kurangnya kita mengenal dua bahasa, pertama bahasa daerah  atau bahasa ibu, sedangkan kedua adalah bahasa indonesia  keaneragaman bahasa daerah mencerminkan  kekayaan budaya nasional, maka sangat penting di jaga.
Berbagai aspek sering kali para ahli mempergunakan juga fonologi sebagai alat untuk menganalisis bahasa dalam bidang mereka maka terjadi semacam gabungan pendekatan dalam studi itu. Selain itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya di Sekolah Dasar, istilah yang dikenal dan lazim digunakan guru adalah istilah “huruf” walaupun yang dimaksud adalah “fonem”. Mengingat keduanya merupakan istilah yang berbeda, untuk efektifnya pembelajaran, tentu perlu diadakan  penyesuaian dalam segi penerapannya. Oleh karena itu, untuk mencapai suatu ukuran lafal atau fonem baku dalam bahasa Indonesia, sudah seharusnya lafal-lafal atau intonasi khas daerah itu dikurangi jika mungkin diusahakan dihilangkan.
Banyak kajian teori mengenai bahasa ini. Salah satunya kajian tentang fonologi Memusatkan perhatiannya kepada bahasa sebagai media komunikasi. Sebagai calon pendidik selayaknya memahami kajian tentang fonologi ini untuk dijadikan pedoman mengajarkan pelajaran Bahasa Indonesia. Penulis merasa perlu untuk menyusun makalah ini agar dapat membantu pada khususnya mahasiswa dan pada pembaca  umumnya untuk mengetahui tentang batasan dan kajian fonologi, beberapa pengertian mengenai tata bunyi, kajian fonetik mengkhususkan perhatian pada makna yang di timbulkan oleh bunyi bahasa  ketika dituturkan sedangkan, kajian fonemik mempelajari tentang perbedaan makna yang timbulkan oleh perbedaan cara penuturan dalam satu bunyi bahasa, dan gejala fonologi Bahasa Indonesia.


B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari fonologi Bahasa Indonesia?
2.      Bagaimana penjelasan mengenai fonetik?
3.      Bagaimana penjelasan mengenai fonemik atau kajian fonem dan bagaimana bentuk realisasi & variasi fonem?
4.      Apa saja perubahan yang ada dalam fonem?
5.      Bagaimana ciri-ciri fonologis dalam bahasa pergaulan remaja?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian dari fonologi Bahasa Indonesia
2.      Untuk mengetahui penjelasan mengenai fonetik
3.      Untuk mengetahuipenjelasan mengenai fonemik atau kajian fonem serta mengetahui realisasi dan variasi dari fonem
4.      Untuk mengetahuiperubahan yang ada dalam fonem
5.      Untuk mengetahui ciri-ciri fonologis dalam bahasa pergaulan remaja






BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Fonologi Bahasa Indonesia
Dalam Kamus Besar Indonesia (1997) dinyatakan bahwa fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya. Atau suatu ilmu mempelajari bunyi  bahasa pada umumnya. Pengertian lebih dalam fonologi, fonologi meliputi fonetik ( mempelajari cara alat ucap yang dapat menghasilkan bunyi, fonemik ( mempelajari bunyi yang mempunyai fungsi sebagai pembeda makna ).

B.       Pengertian Fonem
Fonem adalah Bahasa didukung oleh bunyi ujaran, yaitu bunyi dihasilkan dari alat ucap manusia dan dapat menimbulkan atau mewujudkan bahasa. Bunyi alat-alat seperti peluit, kentongan, beduk, dan masih banyak lagi, walaupun bersifat komunikatif, tidak bisa disebut bahasa. Bunyi dihasilkan oleh alat ucap manusia, jadi yang bisa ketahui itulah yang biasa kita sebut dengan fenom atau lambang bunyi ujaran.
Realisasi dan Variasi Fonem
a)      Realisasi Vokal
Vocal merupakan bunyi yang dihasilkan karena udara yang keluar dari paru-paru dan tidak mendapat halangan. Vokal terdiri atas vokal tunggal dan vokal rangkap.
-        Vokal tunggal ialah sebuah silaba (suku kata) yang mampu berdiri sendiri. Seperti /i, e, ', a, o, u/ contoh:  sekali, coban
-        Vokal rangkap (diftong) ialah penyatuan dua vokoid (bunyi bahasa tanpa hambatan) dalam sebuah suku kata yang timbul karena adanya peluncuran bunyi vokoid lainnya dalam satu hembusan. Jenis diftong sebagai berikut:
a.       [ey] adalah diftong menurun,[suney] Batak  diftong menutup ‘sungai’
b.      [ay] adalah diftong menurun [sunay] Palembang diftong menutup ‘sungai’
c.       [aw] adalah diftong menurun [kalaw] Jawa diftong menutup ‘kalau’
d.      [ow]adalah diftong menurun [kowsa] Alorditong menutup ‘kausa’
Dalam diftong juga dikenal dengan istilah:
Diftongisasi; yaitu proses perubahan dari satu fonem (monoftong) menjadi dua fonem (diftong).

o   sodara --- saudara   
o   pante --- pantai
o   tobat --- taubat
o   pulo --- pulau
o   sunge --- sungai
o    


Contoh:
                          Monoftongisasi; yaitu proses perubahan dari dua fonem (diftong) menjadi satu fonem (monoftong).

o   saudara --- sodara
o   pantai --- pante
o   taubat --- tobat
o   pulau --- pulo
o   sungai --- sunge

o    


                          Contoh :

b)      Variasi Fonem (Alofon)
Variasi fonem ditentukan oleh lingkungan yang berbeda-beda, karena banyaknya bahasa daerah di Indonesia sehingga dalam pengucapannya juga bervariasi. Alovon terbagi menjadi dua :
·         Alofon Vokal
Fonem /i/ memiliki dua alofon yakni [i] dan [I].
Dilafalkan [i] suku kata terbuka: pada kata seperti gigi, ini, tadi. Suku kata tertutup pada kata seperti simpang, minta, pinggul.
Dilafalkan [I] suku kata tertutup : banting, parit, kirim
Fonem /e/ memiliki dua alofon yakni [e] dan [e^]
                      Dilafalkan [e] pada suku kata terbuka seperti serong, sore, besok.
Dilafalkan [e^] pada suku kata tertutup seperti: nenek, bebek, tokek.
Fonem /e/ memiliki satu alofon seperti enam, entah, pergi, bekerja
Fonem /u/ memiliki dua alofon yaitu [u] dan [U]
Dilafakan [u] suku kata terbuka: pada kata upah, tukang bantu, pada suku kata tertutup: puncak, bungsu, rumput
Dilafalkan [U] pada suku kata tertutup dan tidak mendapat tekanan keras seperti warung, bungsu, rumput
Fonem /a/ memiliki satu alofon seperti akan, dua, makan
Fonem /o/ memiliki dua alofon yakni [o] dan [O]
                 Dilafalkan [o] pada kata took, roda, biro
                 Dilafalkan [O] pada kata rokok, mogok, pojok
·      Alofon Konsonan
Terbagi atas semua fonem kecuali fonem vocal
Misalnya :
Fonem /p/ memiliki dua alofon yakni [p] dan [P]
                 Dilafakan [p] pada kata pintu, sampai
                 Dilafalkan [P] pada kata sedap, tangkap, tatap
C.      Perubahan Fonem
1.      Asimilasi
Adalah peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi yang lain sebagai akibat adanya pengaruh bunyi dilingkungan. Misalnya kata sabtu dering dilafalkan menggunakan pelafalan /p/ bukan /b/
2.      Disimilasi
Adalah perubahan yang terjadi bila bunyi yang sama berubah menjadi tidak sama, misalnya kata cipta yang berasal dari bahasa Sansekerta citta. Bunyi /tt/ berubah menjadi bunyi /pt/ dalam BI.
3.      Arkifonem
Adalah hilangnya kekontrasan dua fonem yang berbeda pada posisi yang sama, misalnya /b/ dan /p/ pada kata jawab dan jawap yang terdapat pada kata dengan akhiran –an yaitu jawaban
4.        Kontraksi
Adalah penyingkatan pelafalan suatu kata dalam bahasa, misalnya kata tidak tahu dilafalkan ndak tau
5.        Metatesi
Merupakan proses perubahaan urutan fonem dalam bahasa, misal kata jalur menjadi lajur
6.        Epentesis
Merupakan penyisipan suatu fonem kedalam suatu kata tertentu, misal penyisipan fonem /m/ pada kata kapak

D.      Penjabaran Fonetik
Fonetik (bunyi bahasa) yaitu ilmu yang mempelajari cara alat ucap menghasilkan bunyi. Fonetik juga merupakan ilmu yang menyelidiki dan menganalisa bunyi-bunyi ujaran tanpa memperhatikan fungsinya tapi menyelidiki bagaimana bunyi ujaran itu dan bagaimana menghasilkannya. Dibedakan atas tiga macam yaitu fonetik akustik, fonetik auditoris, dan fonetik organis, berikut penjelasannya :
1.      Fonetik akustik : penyelidikan bunyi bahasa menurut aspek fisis, adalah sebagai getaran udara. Contoh, saat kita memetik girar maka senar gitar akan bergetar sehingga menyebabkan udara bergetar pula dan terjadilah bunyi yang dapat didengar.
2.      Fonetik audittoris : penyelidikan mengenai bagaimana telinga manusia menerima bunyi bahasa tersebut.
3.      Fonetik Organis : penyelidikan bunyi-bunyi bahasa dihasilkan alat (organ) bicara manusia (organs of speech) dan bidang ini penting sekali bagi linguistik.

Ketiga jenis fonetik ini yang paling penting dalam penyelidikan suatu bahasa, serta pengertian fonetik yang dibicarakan padabab ini, didalamnya meliputi :
1.    Alat Ucap
Yang dibicarakan dalam fonetik yaitu alat ucap, disini ada tiga alat ucap yang sangat penting dalam menghasilkan bunyi ucapan, antara lain :
a.       Udara atau nafas yang keluar dari paru-paru yang melalui pita suara
b.      Artikulator, adalah alat ucap yang dengan cara digerakan atau digeser saat menghasilkan bunyi ujaran atau ucapan.
c.       Titik artikulasi, adalah alat ucap menjadi tujuan sentuh articulator pada saat menghasilkan ujaran atau ucapan.
Dapat kita bedakan bahwa alat ucap ada yang dapat digerakkan da nada juga alat ucap yang tidak dapat digerakkan pada saat menghasilkan bunyi ujaran atau ucapan. Yang tidak dapat digerakan yaitu gigi, lekung kaki gigi, dan masih banyak lagi. Jadi alat ucap tersebut tidak dapat bertindak sebagai artikulator. Ada juga alat ucap yang bertindak atau bekerja hanya sebagai artikulator, yaitu ujung pada lidah. Sedangkan bibir atas dan bawah dapat bertindak sebagai artikulator serta titik artikulasi. contohnya dalam menghasilkan fonem d pada kata “dalam”, udara yang keluar dari paru-paru dihalangi oleh ujung lidah yang kemudian bergerak ke depan menyentuh lekung kaki gigi atas. Dalam hal ini maka ujung lidah bertindak sebagai artikulator, sedangkan lekung kaki gigi atas bertindak sebagai titik artikulasi. Sebagai contoh lain, kita ambil konsonan /p/ yang dalam menghasilkannya, udara yang keluar dari paru-paru ditahan sepenuhnya oleh bibir bawah dan bibir atas kita, kemudian dilepaskan. Dalam melepaskan udara tersebut kedua bibir kita saling bergerak dan bersentuhan satu sama lain.
2.    Konsonan
Konsonan merupakan bunyi yang terjadi karena udara yang keluar dari paru-paru mendapat halangan. Seperti juga vokal, maka konsonan dilihat dari cara menghasilkannya dapat kita bedakan atas beberapa macam. Dari bermacam-macam konsonan tersebut antara lain:
1.    Dilihat dari artikulator dan titik artikulasinya
a)      Konsonan bi-labial (Latin bi = dua + labial = bibir) yaitu konsonan yang dihasilkan dengan bibir bawah dan bibir atas sekaligus bertindak sebagai articulator dan titik artikulasi. Contohnya seperti huruf p,b,m,w.
b)      Konsonan labio-dental (labio/labial = bibir + dental = gigi) yaitu konsonan yang dihasilkan dengan bibir (bawah) sebagai articulator dan gigi (atas) sebagai titik artikulasi. Contohnya seperti huruf f dan v.
c)      Konsonan apiko-interdental (apiko/apex = ujung lidah + interdental = antargigi) yaitu konsonan yang dihasilkan dengan ujung lidah sebagai articulator dan antar gigi sebagai artikulasi. Contohnya seperti huruf t (tulis), n (mentah).
d)     Konsonan apiko-alveolar (apiko = ujung lidah + alveulum/alveolar = lengkung kaki gigi) yaitu konsonan yang dihasilkan dengan ujung lidah sebagai articulator dan lekung kaki gigi sebagai titik artikulasinya. Contohnya seperti huruf d (deras), n (menulis).
e)      Konsonan palatal (palatal/palatum = langit-langit keras) yaitu konsonan yang dihasilkan dengan tengah lidah sebagai articulator dan langit-langit keras sebagai titik artikulasinya. Contohnya seperti huruf c,j dan ny.
f)       Konsonan velar (velar/velum = langit-langit lembut) yaitu konsonan yang dihasilkan dengan belakang lidah sebagai articulator dan langit-langit lembut sebagai titik artikulasinya. Contohnya seperti huruf k,g,ng dan kh.
g)      Konsonan hamzah atau glotal stop yaitu bunyi yang dihasilkan dengan udara yang keluar dari paru-paru terhalang sepenuhnya di pita suara, karena glottis tertutup rapat. Contohnya seperti tanda ‘
h)      Konsonan laringal yaitu konsonan yang dihasilkan dengan posisi pita suara terbuka lebar, sehingga udara yang keluar dari paru-paru hanya mengalami gesekan. Contohnya huruf h, karena hanya mengalami gesekan saja maka pada umumnya fonem /h/ dimasukkan sebagai semi vocal.
2.    Dilihat dari macam halangan yang dijumpainya
a.    Konsonan hambat atau letupan :
Yaitu konsonanyang dihasilkan dengan menghambat sama sekali udarayang keluar dari paru-paru di tempat atau daerah artikulasi tertentu, kemudian dilepaskan, dan terjadilah bunyi letus. Jika tempat artikulasinya di antara dua bibir, terjadilah konsonan letup bilabial (p dan b), bila tempat artikulasinya di antara lidah dan lekung kaki gigi, terjadilah konsonan letup apikoalveolar (t dan d), bila tempat artikulasinya di antara pangkal lidah dengan langit-langit lembut, terjadilah konsonan letup dorso-velar (k dan g), dan apabila tempat artikulasinya di antara tengah lidah dan langit-langit keras, maka terjadilah konsonan letup medio-palatal (c dan j).
Dalam pemakaiannya, konsonan-konsonan letup tersebut dapat di akhiri oleh suara peletusan arus udara, dapat diakhiri oleh suara peletusan arus udara, atau terjadi penahanan arus udara, atau terjadi penahanan arus udara. Yang mengalami peletusan ditandai apabila konsonan tersebut diikuti oleh fonem vokal dan biasanya mengawali suatu silaba (suku kata), sedang yang tidak mengalami peletusan ditandai oleh tidak diikutinya fonem vokal, dan biasanya mengakhiri suatu silaba. Selanjutnya, konsonan letup yang mengalami peletusan disebut konsonan letup atau konsonan hambat eksplosif b dalam paku dan besar. Sedangkan yang tidak mengalami peletusan disebut konsonan imlposif (t dan k dalam lekat dan enak). Contoh lain konsonan hambat implosif : takdir, sabda,jadwal,sakti,dan sebagainya.
b.    Konsonan kontinuan
Yaitu konsonan yang terjadi karena udara yang keluar dari paru-paru mendapat halangan berupa penggeseran, pengadukan, dan penggetaran. Yang termasuk konsonan kontinuan, adalah:
                                                     i.               Frikatif ; yaitu konsonan yang terjadi karena udara yang keluar
dari paru-paru mengalami gesekan; f,v,kh.
                                                   ii.               Spiran; yaitu konsonan yang terjadi karena pengadukan terhadap
udara yang keluar dari paru-paru: s,z,sy.
                                                 iii.               Likuida; yaitu konsonan yang terjadi atau dihasilkan dengan
mengangkat lidah ke langit-langit keras, sehingga udara yang keluar dari paru-paru terpaksa melalui kedia sisi lidah.
                                                 iv.               Getar; yaitu konsonan yang dihasilkan dengan jalan mengangkat
ujung lidah ke lekung kaki gigi, lalu ditarik ke belakang secara berulang-ulang dengan frekuensi yang tinggi, sehingga ujung lidah bergetar dengan cepat, dan terjadilah konsonan getar atau tril ( r ). Apabila konsonan getar ini menggunakan ujung lidah sebagai artikulator dan lekung kaki gigi sebagai titik artikulasinya, maka akan terjadilah konsonan getar apikal dengan simbol ( r ). Apabila dihasilkan dengan anak tekak sebagai artikulator dan belakang lidah sebagai titik artikulasinya, maka akan terjadi getar uvular, dan dilambangkan dengan ( r ) atau R. ada satu lagi jenis getar yang dihasilkan dengan ujung lidah sebagai tindak sebagai titik artikulasinya, maka akan terjadi getar palatal yang dilambangkan dengan ( r ). Akan tetapi, getar palatal ini sebenarnya bukan getar, melainkan berupa gesekan udara. Sebabnya ujung lidah hampir tidak bergetar dan hanya mempersempit jalan udara saja. Oleh karena itu, sebaiknya getar ini dimasukkan ke konsonan frikatif, yang digunakan oleh penutur bahasa Inggris. Sedangkan getar uvular /r/ atau /R/ adalah getarnya orang pelat.
3.    Dilihat dari turut-tidaknya pita suara bergetar
a.       Konsonan bersuara: yaitu konsonan yang dihasilkan dengan udara yang keluar dari paru-paru turut menggetarkan pita suara: b, d, g, n, j, v, z dan sebagainya.
b.      Konsonan tak bersuara: yaitu konsonan yang dihasilkan dengan udara yang keluar dari paru-paru tidak turut menggetarkan pita suara: p, t, c, k, f, s, h, kh, dan sy.
4.    Dilihat dari jalan yang dilalui udara waktu keluar dari paru-paru
a)        Konsonan oral: bila udara keluar dari paru-paru melalui rongga mulut: b, d, g, k, l, r, dan sebagainya.
b)        Konsonan nasal: yaitu apabila udara keluar dari paru-paru melalui rongga hidung: m, n, ng, dan ny.
Selanjutnya untuk memperjelas uraian di atas, maka pada halaman berikutnya disertakan Tabel klasifikasi konsonan.

Dari sejumlah konsonan yang ada, beberapa di antaranya jarang sekali atau bahkan tidak pernah dipakai atau tidak pernah kita jumpai dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu konsonan itu dianggap sebagai fonem asing. Fonem-fonem asing tersebut adalah f, v, q, dan x.

E.       Penjabaran Fonemik
1.    Pengertian Fonemisasi
Yang dimaksud dengan fenom yaitu satuan bahasa terkecil yang mempunyai sifat fungsional artinya, satuan memiliki fungsi untuk membedakan makna. Sedangkan fonemisasi adalah usaha untuk menemukan bunyi-bunyi yang berfungsi dalam rangka pembedaan makna tersebut. Fonemik adalah ilmu yang menyelidiki atau mempelajari bunyi ujaran, dalam fungsinya sebagai pembeda arti. Ini berarti bahwa setiap fonem atau bunyi ujaran, secara fungsional mendukung timbulnya suatu makna yang berbeda satu dengan yang lain.
Sebagai contoh, kita perhatikan deretan kata berikut ini: mata, masa, mana, maka, dan sebagainya, atau pasangan kata mata dengan mati, maka dengan maki, kata maki dengan kaki, dan sebagainya. Pada masing-masing deretan atau pasangan kata di atas, hanya terdapat perbedaan satu fonem saja. Namun, perbedaan fonem tersebut ternyata membawa perubahan, bahkan perbedaan arti. Jadi jelaslah bahwa perbedaan pemakaian fonem membawa pula perbedaan arti. Kesimpulan lebih lanjut fonem membuktikan, bahwa setiap fonem mempunyai fungsi untuk membedakan arti. Contoh lain: Ibu -  iba; sakit – rakit; malas – malam; curi – cari; sabit – sakit; hutan – hutang; datar – dasar; baku – laku; nyonya – nona; dan sebagainya.

F.     Ciri-ciri fonologis bahasa pergaulan remaja
Terdapat beberapa ciri-ciri yang menonjol dalam bahasa pergaulan remaja yaitu diantarnya:
a.    Cenderung menggunakan vokal /e/, /ә/, dan /o/
Secara umum bahasa pergaulan remaja memiliki ciri yang sangat menonjol pada pemunculan vokal /e/  sebagai vokal depan, tengah, tegang, dan tidak bulat; vokal /o/ sebagai vokal belakang, tengah, bulat, dan tegang. Di samping itu, variasi bunyi-bunyi vokal ditandai  dengan  munculnya  bunyi vocal /ә/ (pepet) pada hampir sebagian besar kosakata  remaja.  Kata-kata tersebut antara lain terdapat pada /guwe/,  /ngeles/,  /capek  deh/,  /tetep/,  /banget/,  /temen/,  /bete/,  /sampe/,  /bosen/,  /seeh/,  /ember/,  / rame/,  /cewek/,  /deh/,  /gue/,  /sampe/.Untuk vocal /o/ terdapat pada kata-kata  /lo/,  /cowok/,   /bokap/,  /nyokap/,  /gokil/,  /bo,ong/, dan sebagainya.
b.    Melesapkan bunyi
Pelesapan bunyi kata-kata  bahasa pergaulan remaja ini memiliki kecenderungan melesapkan segmen pertama seperti berikut ini. Ruas /s/ yang menjadi pengawal kata-kata berikut ini dilesapkan setelah didahului bunyi vocal. Contohnya:
/sudah/                  [udah]
/saja/                     [aja]
Para remaja cenderung melesapkan /h/ di awal kata dan hanya ada beberapa kata yang mengalami pelesapan pada tengah kata yaitu /bohong/. Pelesapan /h/ terjadi jika diawali oleh vokal. Berikut adalah kata-kata yang  mengalami pelesapan /h/, baik di awal maupun di tengah kata. Contohnya:
                        /hangat/           [angat]
                        /hancur/           [ancur]
                        /habis/              [abis]
                        /hafal/              [apal]
                        /bohong/          [bo’ong]
Pelesapan bunyi [s] pada awal kata pada dasarnya untuk memudahkan alat- alat artikulasi dan merupakan ciri keinformalan pemakaiannya. Begitu juga dengan pelesapan bunyi [h] baik pada awal kata maupun di tengah kata juga mengindikasikan kemudahan alat-alat ucap untuk bergerak. Karena pengucapan bunyi [h] membutuhkan kerja alat-alat artikulasi yang lebih berat sehingga demi kemudahan dan kesantaian bunyi tersebut disenyapkan






BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Fonologi meliputi fonetik (mempelajari cara alat ucap yang dapat menghasilkan bunyi), fonemik (mempelajari bunyi yang mempunyai fungsi sebagai pembeda makna).Fonem adalah Bahasa didukung oleh bunyi ujaran. Dengan mempelajari ilmu fonologi Bahasa Indonesia dapat meningkatkan kualitas pengucapan dalam berbahasa.

B.     Saran
Makalah ini masih perlu adanya masukan dari pembaca pada khususnya, diperlukan adanya kritik dan saran bagi penulis. Penulis berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan sedikit pelafalan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar.




DAFTAR PUSTAKA
Aminoedin,dkk.1984. FonologiBahasaIndonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
B.S, Kusno. 1985. Pengantar Tata Bahasa Indonesia. Bandung : CV Rosda Bandung
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Scribd.id. 2019. Fonologi Bahasa Indonesia. Dikutip tanggal 24 September 2019.https://id.scribd.com/doc/35281010/Fonologi-Bahasa-Indonesia
Wikibooks, 2019. Pengertian Fonem. Dikutip tanggal 23 September 2019. https://id.m.wikibooks.org/wiki/Bahasa/Fonem