BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi
yang dipakai manusia untuk tujuan komunikasi.
Untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaan bahasa tidak dapat di
pisahkan dari manusia karena
bahasa selalu mengikuti setiap
aktifitasnya. Oleh karena itu pengajaran Bahasa Indonesia pada hakikatnya
mempunyai ruang lingkup dan tujuan yang menumbuhkan kemampuan mengungkapkan
pikiran dan perasaan dengan menggunakan bahasa secara baik dan benar. Erat
hubunganya dengan pemakaian bahasa
karena bahasa merupakan alat yang paling vital bagi kehidupan manusia
yang sekurung-kurangnya kita mengenal dua bahasa, pertama bahasa daerah atau bahasa ibu, sedangkan kedua adalah
bahasa indonesia keaneragaman bahasa
daerah mencerminkan kekayaan budaya
nasional, maka sangat penting di jaga.
Berbagai aspek sering kali para ahli
mempergunakan juga fonologi sebagai alat untuk menganalisis bahasa dalam bidang
mereka maka terjadi semacam gabungan pendekatan dalam studi itu. Selain itu,
dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya di Sekolah Dasar, istilah yang
dikenal dan lazim digunakan guru adalah istilah “huruf” walaupun yang dimaksud
adalah “fonem”. Mengingat keduanya merupakan istilah yang berbeda, untuk
efektifnya pembelajaran, tentu perlu diadakan penyesuaian dalam segi
penerapannya. Oleh karena itu, untuk mencapai suatu ukuran lafal atau fonem
baku dalam bahasa Indonesia, sudah seharusnya lafal-lafal atau intonasi khas
daerah itu dikurangi jika mungkin diusahakan dihilangkan.
Banyak kajian teori mengenai bahasa ini.
Salah satunya kajian tentang fonologi Memusatkan perhatiannya kepada bahasa
sebagai media komunikasi. Sebagai calon pendidik selayaknya memahami kajian
tentang fonologi ini untuk dijadikan pedoman mengajarkan pelajaran Bahasa
Indonesia. Penulis merasa perlu untuk menyusun makalah ini agar dapat membantu
pada khususnya mahasiswa dan pada pembaca
umumnya untuk mengetahui tentang batasan dan kajian fonologi, beberapa
pengertian mengenai tata bunyi, kajian fonetik mengkhususkan perhatian pada
makna yang di timbulkan oleh bunyi bahasa
ketika dituturkan sedangkan, kajian fonemik mempelajari tentang
perbedaan makna yang timbulkan oleh perbedaan cara penuturan dalam satu bunyi
bahasa, dan gejala fonologi Bahasa Indonesia.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengertian dari fonologi Bahasa Indonesia?
2.
Bagaimana
penjelasan mengenai fonetik?
3.
Bagaimana
penjelasan mengenai fonemik atau kajian fonem dan bagaimana bentuk realisasi
& variasi fonem?
4.
Apa
saja perubahan yang ada dalam fonem?
5. Bagaimana
ciri-ciri fonologis dalam bahasa pergaulan remaja?
C. Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengertian dari fonologi Bahasa Indonesia
2.
Untuk
mengetahui penjelasan mengenai fonetik
3.
Untuk
mengetahuipenjelasan mengenai fonemik atau kajian fonem serta mengetahui
realisasi dan variasi dari fonem
4.
Untuk
mengetahuiperubahan yang ada dalam fonem
5.
Untuk
mengetahui ciri-ciri fonologis dalam bahasa
pergaulan remaja
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Fonologi Bahasa Indonesia
Dalam Kamus Besar Indonesia (1997)
dinyatakan bahwa fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki
bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya. Atau suatu
ilmu mempelajari bunyi bahasa pada
umumnya. Pengertian lebih dalam fonologi, fonologi meliputi fonetik (
mempelajari cara alat ucap yang dapat menghasilkan bunyi, fonemik ( mempelajari
bunyi yang mempunyai fungsi sebagai pembeda makna ).
B. Pengertian
Fonem
Fonem
adalah Bahasa didukung oleh bunyi ujaran, yaitu bunyi dihasilkan dari alat ucap
manusia dan dapat menimbulkan atau mewujudkan bahasa. Bunyi alat-alat seperti
peluit, kentongan, beduk, dan masih banyak lagi, walaupun bersifat komunikatif,
tidak bisa disebut bahasa. Bunyi dihasilkan oleh alat ucap manusia, jadi yang
bisa ketahui itulah yang biasa kita sebut dengan fenom atau lambang bunyi
ujaran.
Realisasi
dan Variasi Fonem
a)
Realisasi
Vokal
Vocal
merupakan bunyi yang dihasilkan karena udara yang keluar dari paru-paru dan
tidak mendapat halangan. Vokal terdiri atas vokal tunggal dan vokal rangkap.
-
Vokal
tunggal ialah sebuah silaba (suku kata) yang mampu berdiri sendiri. Seperti /i,
e, ', a, o, u/ contoh:
sekali, coban
-
Vokal
rangkap (diftong) ialah penyatuan dua vokoid (bunyi bahasa tanpa hambatan) dalam sebuah suku kata yang timbul
karena adanya peluncuran bunyi vokoid lainnya dalam satu hembusan. Jenis
diftong sebagai berikut:
a.
[ey]
adalah diftong menurun,[suney] Batak diftong menutup ‘sungai’
b.
[ay]
adalah diftong menurun [sunay] Palembang
diftong menutup ‘sungai’
c.
[aw]
adalah diftong menurun [kalaw] Jawa
diftong menutup ‘kalau’
d.
[ow]adalah
diftong menurun [kowsa] Alorditong
menutup ‘kausa’
Dalam diftong juga dikenal dengan istilah:
Diftongisasi; yaitu proses perubahan dari satu fonem
(monoftong) menjadi dua fonem (diftong).
o
sodara --- saudara
o
pante --- pantai
o
tobat --- taubat
o
pulo --- pulau
o
sunge --- sungai
o
|
Contoh:
Monoftongisasi;
yaitu proses perubahan dari dua fonem (diftong) menjadi satu fonem (monoftong).
o
saudara --- sodara
o
pantai --- pante
o
taubat --- tobat
o
pulau --- pulo
o
sungai --- sunge
o
|
Contoh :
b)
Variasi
Fonem (Alofon)
Variasi
fonem ditentukan oleh lingkungan yang berbeda-beda, karena banyaknya bahasa
daerah di Indonesia sehingga dalam pengucapannya juga bervariasi. Alovon
terbagi menjadi dua :
·
Alofon
Vokal
Fonem
/i/ memiliki dua alofon yakni [i] dan [I].
Dilafalkan [i] suku kata terbuka: pada kata seperti gigi, ini, tadi. Suku kata tertutup pada kata seperti
simpang, minta, pinggul.
Dilafalkan [I] suku kata tertutup : banting, parit, kirim
Fonem /e/
memiliki dua alofon yakni [e] dan [e^]
Dilafalkan [e] pada suku
kata terbuka seperti serong, sore, besok.
Dilafalkan [e^]
pada suku kata tertutup seperti: nenek, bebek, tokek.
Fonem /e/ memiliki satu alofon seperti enam,
entah, pergi, bekerja
Fonem /u/ memiliki dua alofon yaitu [u]
dan [U]
Dilafakan [u] suku kata terbuka: pada
kata upah, tukang bantu, pada suku kata tertutup: puncak, bungsu, rumput
Dilafalkan [U] pada suku kata tertutup
dan tidak mendapat tekanan keras seperti warung, bungsu, rumput
Fonem /a/ memiliki satu alofon seperti
akan, dua, makan
Fonem /o/ memiliki dua alofon yakni [o]
dan [O]
Dilafalkan [o] pada kata took, roda,
biro
Dilafalkan
[O] pada kata rokok, mogok, pojok
·
Alofon
Konsonan
Terbagi
atas semua fonem kecuali fonem vocal
Misalnya
:
Fonem
/p/ memiliki dua alofon yakni [p] dan [P]
Dilafakan [p] pada kata pintu,
sampai
Dilafalkan [P] pada kata sedap,
tangkap, tatap
C.
Perubahan
Fonem
1. Asimilasi
Adalah peristiwa
berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi yang lain sebagai akibat adanya pengaruh
bunyi dilingkungan. Misalnya kata sabtu dering dilafalkan menggunakan pelafalan
/p/ bukan /b/
2. Disimilasi
Adalah perubahan yang
terjadi bila bunyi yang sama berubah menjadi tidak sama, misalnya kata cipta
yang berasal dari bahasa Sansekerta citta. Bunyi /tt/ berubah menjadi bunyi
/pt/ dalam BI.
3. Arkifonem
Adalah hilangnya
kekontrasan dua fonem yang berbeda pada posisi yang sama, misalnya /b/ dan /p/
pada kata jawab dan jawap yang terdapat pada kata dengan akhiran –an yaitu
jawaban
4.
Kontraksi
Adalah penyingkatan
pelafalan suatu kata dalam bahasa, misalnya kata tidak tahu dilafalkan ndak tau
5.
Metatesi
Merupakan proses
perubahaan urutan fonem dalam bahasa, misal kata jalur menjadi lajur
6.
Epentesis
Merupakan penyisipan
suatu fonem kedalam suatu kata tertentu, misal penyisipan fonem /m/ pada kata
kapak
D. Penjabaran
Fonetik
Fonetik (bunyi bahasa) yaitu ilmu yang
mempelajari cara alat ucap menghasilkan bunyi. Fonetik juga merupakan ilmu yang
menyelidiki dan menganalisa bunyi-bunyi ujaran tanpa memperhatikan fungsinya
tapi menyelidiki bagaimana bunyi ujaran itu dan bagaimana menghasilkannya.
Dibedakan atas tiga macam yaitu fonetik akustik,
fonetik auditoris, dan fonetik organis, berikut penjelasannya :
1. Fonetik
akustik : penyelidikan bunyi bahasa menurut aspek fisis, adalah sebagai getaran
udara. Contoh, saat kita memetik girar maka senar gitar akan bergetar sehingga
menyebabkan udara bergetar pula dan terjadilah bunyi yang dapat didengar.
2. Fonetik
audittoris : penyelidikan mengenai bagaimana telinga manusia menerima bunyi
bahasa tersebut.
3. Fonetik
Organis : penyelidikan bunyi-bunyi bahasa dihasilkan alat (organ) bicara
manusia (organs of speech) dan bidang ini penting sekali bagi linguistik.
Ketiga jenis fonetik ini yang paling penting dalam
penyelidikan suatu bahasa, serta pengertian fonetik yang dibicarakan padabab
ini, didalamnya meliputi :
1. Alat
Ucap
Yang dibicarakan dalam fonetik
yaitu alat ucap, disini ada tiga alat ucap yang sangat penting dalam
menghasilkan bunyi ucapan, antara lain :
a. Udara
atau nafas yang keluar dari paru-paru yang melalui pita suara
b. Artikulator,
adalah alat ucap yang dengan cara digerakan atau digeser saat menghasilkan
bunyi ujaran atau ucapan.
c. Titik
artikulasi, adalah alat ucap menjadi tujuan sentuh articulator pada saat
menghasilkan ujaran atau ucapan.
Dapat kita bedakan bahwa alat ucap ada
yang dapat digerakkan da nada juga alat ucap yang tidak dapat digerakkan pada
saat menghasilkan bunyi ujaran atau ucapan. Yang tidak dapat digerakan yaitu
gigi, lekung kaki gigi, dan masih banyak lagi. Jadi alat ucap tersebut tidak
dapat bertindak sebagai artikulator. Ada juga alat ucap yang bertindak atau
bekerja hanya sebagai artikulator, yaitu ujung pada lidah. Sedangkan bibir atas
dan bawah dapat bertindak sebagai artikulator serta titik artikulasi. contohnya
dalam menghasilkan
fonem d pada kata “dalam”, udara yang
keluar dari paru-paru dihalangi oleh ujung lidah yang kemudian bergerak ke
depan menyentuh lekung kaki gigi atas. Dalam hal ini maka ujung lidah bertindak
sebagai artikulator, sedangkan lekung
kaki gigi atas bertindak sebagai titik
artikulasi. Sebagai contoh lain, kita ambil
konsonan /p/ yang dalam menghasilkannya, udara yang keluar dari paru-paru
ditahan sepenuhnya oleh bibir bawah dan bibir atas kita, kemudian dilepaskan.
Dalam melepaskan udara tersebut kedua bibir kita saling bergerak dan
bersentuhan satu sama lain.
2.
Konsonan
Konsonan merupakan bunyi yang terjadi
karena udara yang keluar dari paru-paru mendapat halangan. Seperti juga vokal,
maka konsonan dilihat dari cara menghasilkannya dapat kita bedakan atas
beberapa macam. Dari bermacam-macam konsonan tersebut antara lain:
1. Dilihat
dari artikulator dan titik artikulasinya
a) Konsonan
bi-labial (Latin bi = dua + labial = bibir) yaitu konsonan yang dihasilkan
dengan bibir bawah dan bibir atas sekaligus bertindak sebagai articulator dan
titik artikulasi. Contohnya seperti huruf p,b,m,w.
b) Konsonan
labio-dental (labio/labial = bibir + dental = gigi) yaitu konsonan yang
dihasilkan dengan bibir (bawah) sebagai articulator dan gigi (atas) sebagai
titik artikulasi. Contohnya seperti huruf f dan v.
c) Konsonan
apiko-interdental (apiko/apex = ujung lidah + interdental = antargigi) yaitu
konsonan yang dihasilkan dengan ujung lidah sebagai articulator dan antar gigi
sebagai artikulasi. Contohnya seperti huruf t (tulis), n (mentah).
d) Konsonan
apiko-alveolar (apiko = ujung lidah + alveulum/alveolar = lengkung kaki gigi)
yaitu konsonan yang dihasilkan dengan ujung lidah sebagai articulator dan
lekung kaki gigi sebagai titik artikulasinya. Contohnya seperti huruf d (deras), n (menulis).
e) Konsonan
palatal (palatal/palatum = langit-langit keras) yaitu konsonan yang dihasilkan
dengan tengah lidah sebagai articulator dan langit-langit keras sebagai titik
artikulasinya. Contohnya seperti huruf c,j dan ny.
f) Konsonan
velar (velar/velum = langit-langit lembut) yaitu konsonan yang dihasilkan
dengan belakang lidah sebagai articulator dan langit-langit lembut sebagai
titik artikulasinya. Contohnya seperti huruf k,g,ng dan kh.
g) Konsonan
hamzah atau glotal stop yaitu bunyi yang dihasilkan dengan udara yang keluar
dari paru-paru terhalang sepenuhnya di pita suara, karena glottis tertutup
rapat. Contohnya seperti tanda ‘
h) Konsonan
laringal yaitu konsonan yang dihasilkan dengan posisi pita suara terbuka lebar,
sehingga udara yang keluar dari paru-paru hanya mengalami gesekan. Contohnya
huruf h, karena hanya mengalami gesekan saja maka pada umumnya fonem /h/
dimasukkan sebagai semi vocal.
2.
Dilihat
dari macam halangan yang dijumpainya
a.
Konsonan
hambat atau letupan :
Yaitu konsonanyang dihasilkan dengan menghambat sama sekali
udarayang keluar dari paru-paru di tempat atau daerah artikulasi tertentu,
kemudian dilepaskan, dan terjadilah bunyi letus. Jika tempat artikulasinya di
antara dua bibir, terjadilah konsonan letup bilabial (p dan b), bila
tempat artikulasinya di antara lidah dan lekung kaki gigi, terjadilah konsonan
letup apikoalveolar (t dan d), bila tempat artikulasinya di antara
pangkal lidah dengan langit-langit lembut, terjadilah konsonan letup dorso-velar
(k dan g), dan apabila tempat artikulasinya di antara tengah lidah dan
langit-langit keras, maka terjadilah konsonan letup medio-palatal (c dan
j).
Dalam pemakaiannya, konsonan-konsonan letup tersebut dapat di
akhiri oleh suara peletusan arus udara, dapat diakhiri oleh suara peletusan
arus udara, atau terjadi penahanan arus udara, atau terjadi penahanan arus
udara. Yang mengalami peletusan ditandai apabila konsonan tersebut diikuti oleh
fonem vokal dan biasanya mengawali suatu silaba (suku kata), sedang yang tidak
mengalami peletusan ditandai oleh tidak diikutinya fonem vokal, dan biasanya
mengakhiri suatu silaba. Selanjutnya, konsonan letup yang mengalami peletusan
disebut konsonan letup atau konsonan hambat eksplosif b dalam paku dan besar.
Sedangkan yang tidak mengalami peletusan disebut konsonan imlposif (t dan k
dalam lekat dan enak). Contoh lain konsonan hambat implosif : takdir,
sabda,jadwal,sakti,dan sebagainya.
b.
Konsonan
kontinuan
Yaitu konsonan yang terjadi karena udara yang keluar dari paru-paru
mendapat halangan berupa penggeseran, pengadukan, dan penggetaran. Yang
termasuk konsonan kontinuan, adalah:
i.
Frikatif
; yaitu konsonan yang terjadi karena udara yang keluar
dari paru-paru mengalami gesekan; f,v,kh.
ii.
Spiran;
yaitu konsonan yang terjadi karena pengadukan terhadap
udara yang keluar dari paru-paru: s,z,sy.
iii.
Likuida;
yaitu konsonan yang terjadi atau dihasilkan dengan
mengangkat
lidah ke langit-langit keras, sehingga udara yang keluar dari paru-paru
terpaksa melalui kedia sisi lidah.
iv.
Getar;
yaitu konsonan yang dihasilkan dengan jalan mengangkat
ujung lidah ke lekung kaki gigi, lalu
ditarik ke belakang secara berulang-ulang dengan frekuensi yang tinggi,
sehingga ujung lidah bergetar dengan cepat, dan terjadilah konsonan getar atau
tril ( r ). Apabila konsonan getar ini menggunakan ujung lidah sebagai
artikulator dan lekung kaki gigi sebagai titik artikulasinya, maka akan
terjadilah konsonan getar apikal dengan simbol ( r ). Apabila dihasilkan dengan
anak tekak sebagai artikulator dan belakang lidah sebagai titik artikulasinya,
maka akan terjadi getar uvular, dan dilambangkan dengan ( r ) atau R.
ada satu lagi jenis getar yang dihasilkan dengan ujung lidah sebagai tindak
sebagai titik artikulasinya, maka akan terjadi getar palatal yang dilambangkan
dengan ( r ). Akan tetapi, getar palatal ini sebenarnya bukan getar, melainkan
berupa gesekan udara. Sebabnya ujung lidah hampir tidak bergetar dan hanya
mempersempit jalan udara saja. Oleh karena itu, sebaiknya getar ini dimasukkan
ke konsonan frikatif, yang digunakan oleh penutur bahasa Inggris. Sedangkan
getar uvular /r/ atau /R/ adalah getarnya orang pelat.
3. Dilihat
dari turut-tidaknya pita suara bergetar
a. Konsonan
bersuara: yaitu konsonan yang dihasilkan dengan udara yang keluar dari
paru-paru turut menggetarkan pita suara: b, d, g, n, j, v, z dan sebagainya.
b. Konsonan
tak bersuara: yaitu konsonan yang dihasilkan dengan udara yang keluar dari
paru-paru tidak turut menggetarkan pita suara: p, t, c, k, f, s, h, kh, dan sy.
4. Dilihat
dari jalan yang dilalui udara waktu keluar dari paru-paru
a)
Konsonan oral: bila
udara keluar dari paru-paru melalui rongga mulut: b, d, g, k, l, r, dan
sebagainya.
b)
Konsonan nasal: yaitu
apabila udara keluar dari paru-paru melalui rongga hidung: m, n, ng, dan ny.
Selanjutnya
untuk memperjelas uraian di atas, maka pada halaman berikutnya disertakan Tabel
klasifikasi konsonan.
Dari sejumlah konsonan yang ada,
beberapa di antaranya jarang sekali atau bahkan tidak pernah dipakai atau tidak
pernah kita jumpai dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu konsonan itu
dianggap sebagai fonem asing. Fonem-fonem asing tersebut adalah f, v, q, dan x.
E.
Penjabaran
Fonemik
1. Pengertian
Fonemisasi
Yang dimaksud dengan fenom
yaitu satuan bahasa terkecil yang mempunyai sifat fungsional artinya, satuan
memiliki fungsi untuk membedakan makna. Sedangkan fonemisasi adalah usaha
untuk menemukan bunyi-bunyi yang berfungsi dalam rangka pembedaan makna
tersebut. Fonemik adalah ilmu yang menyelidiki atau mempelajari bunyi
ujaran, dalam fungsinya sebagai pembeda arti. Ini berarti bahwa setiap fonem
atau bunyi ujaran, secara fungsional mendukung timbulnya suatu makna yang
berbeda satu dengan yang lain.
Sebagai contoh, kita perhatikan deretan
kata berikut ini: mata, masa, mana, maka, dan sebagainya, atau pasangan kata
mata dengan mati, maka dengan maki, kata maki dengan kaki, dan sebagainya. Pada
masing-masing deretan atau pasangan kata di atas, hanya terdapat perbedaan satu
fonem saja. Namun, perbedaan fonem tersebut ternyata membawa perubahan, bahkan
perbedaan arti. Jadi jelaslah bahwa
perbedaan pemakaian fonem membawa pula perbedaan arti. Kesimpulan lebih lanjut
fonem membuktikan, bahwa setiap fonem mempunyai fungsi untuk membedakan arti. Contoh
lain: Ibu - iba;
sakit – rakit; malas – malam; curi
– cari; sabit – sakit; hutan – hutang; datar – dasar; baku
– laku; nyonya – nona; dan
sebagainya.
F.
Ciri-ciri
fonologis bahasa pergaulan remaja
Terdapat
beberapa ciri-ciri yang menonjol dalam bahasa pergaulan remaja yaitu
diantarnya:
a. Cenderung
menggunakan vokal /e/, /ә/, dan /o/
Secara umum bahasa pergaulan remaja
memiliki ciri yang sangat menonjol pada pemunculan vokal /e/ sebagai vokal depan, tengah, tegang, dan
tidak bulat; vokal /o/ sebagai vokal belakang, tengah, bulat, dan tegang. Di samping
itu, variasi bunyi-bunyi vokal ditandai
dengan munculnya bunyi vocal /ә/ (pepet) pada hampir sebagian
besar kosakata remaja. Kata-kata tersebut antara lain terdapat pada
/guwe/, /ngeles/, /capek
deh/, /tetep/, /banget/,
/temen/, /bete/, /sampe/,
/bosen/, /seeh/, /ember/, / rame/,
/cewek/, /deh/, /gue/,
/sampe/.Untuk vocal /o/ terdapat pada kata-kata /lo/,
/cowok/, /bokap/, /nyokap/,
/gokil/, /bo,ong/, dan
sebagainya.
b. Melesapkan
bunyi
Pelesapan bunyi kata-kata bahasa pergaulan remaja ini memiliki
kecenderungan melesapkan segmen pertama seperti berikut ini. Ruas /s/ yang
menjadi pengawal kata-kata berikut ini dilesapkan setelah didahului bunyi vocal.
Contohnya:
/sudah/ [udah]
/saja/ [aja]
Para remaja cenderung melesapkan /h/ di
awal kata dan hanya ada beberapa kata yang mengalami pelesapan pada tengah kata
yaitu /bohong/. Pelesapan /h/ terjadi jika diawali oleh vokal. Berikut adalah
kata-kata yang mengalami pelesapan /h/,
baik di awal maupun di tengah kata. Contohnya:
/hangat/ [angat]
/hancur/ [ancur]
/habis/ [abis]
/hafal/ [apal]
/bohong/ [bo’ong]
Pelesapan bunyi [s] pada awal kata pada
dasarnya untuk memudahkan alat- alat artikulasi dan merupakan ciri keinformalan
pemakaiannya. Begitu juga dengan pelesapan bunyi [h] baik pada awal kata maupun
di tengah kata juga mengindikasikan kemudahan alat-alat ucap untuk bergerak.
Karena pengucapan bunyi [h] membutuhkan kerja alat-alat artikulasi yang lebih
berat sehingga demi kemudahan dan kesantaian bunyi tersebut disenyapkan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fonologi
meliputi fonetik (mempelajari cara alat ucap yang dapat menghasilkan bunyi),
fonemik (mempelajari bunyi yang mempunyai fungsi sebagai pembeda makna).Fonem
adalah Bahasa didukung oleh bunyi ujaran. Dengan mempelajari ilmu fonologi
Bahasa Indonesia dapat meningkatkan kualitas pengucapan dalam berbahasa.
B. Saran
Makalah ini masih perlu adanya masukan dari pembaca
pada khususnya, diperlukan adanya kritik dan saran bagi penulis. Penulis
berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan sedikit pelafalan Bahasa
Indonesia dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Aminoedin,dkk.1984.
FonologiBahasaIndonesia. Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
B.S, Kusno.
1985. Pengantar Tata Bahasa Indonesia.
Bandung : CV Rosda Bandung
Chaer, Abdul.
1994. Linguistik Umum. Jakarta:
Rineka Cipta
Scribd.id.
2019. Fonologi Bahasa Indonesia.
Dikutip tanggal 24 September 2019.https://id.scribd.com/doc/35281010/Fonologi-Bahasa-Indonesia
Wikibooks,
2019. Pengertian Fonem. Dikutip
tanggal 23 September 2019. https://id.m.wikibooks.org/wiki/Bahasa/Fonem