BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang
tidak terlepas dari arti dan makna
pada setiap perkataan yang akan
diucapkan. Sebagai suatu unsur yang dinamik, bahasa senantiasa
dikembangkan,dianalisis dan dikaji dengan menggunakan perbagai pendekatan serta metode untuk mengkajinya. Antara lain pendekatan yang dapat digunakan untuk mengkaji bahasa ialah pendekatan makna.Semantik merupakan salah satu
bidang linguistik yang mempelajari tentang makna. Sejalan dengan berkembangnya zaman
perkembangan bahasa pun juga ikut berkembang dan mengalami
pergeseran-pergeseran makna. Pergeseran makna bahasa memang tidak dapat
dihindari, hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang nantinya akan di bahas
secara mendalam di dalam pembahasan. Atas dasar itu, tidak mengherankan dalam
beberapa tahun terakhir ini di Indonesia muncul berbagai kata yang
memiliki banyak makna baru. Meski demikian makna yang melekat terlebih dahulu
tidak serta merta hilang begitu saja. Perubahan makna suatu kata yang terjadi,
terkadang hampir tidak disadari oleh pengguna bahasa itu sendiri. Untuk itu
perlu bagi kita mengetahui dan memahami ilmu kebahasaan.Jadi, pengetahuan akan adanya hubungan antara
lambang atau satuan bahasa, dengan maknanya sangat diperlukan dalam
berkomunikasi dengan bahasa itu.Sering timbul pertanyaan
dari pemakai bahasa, manakah bentukan kata yang sesuai dengan kaidah semantik.
Dan, yang menarik adalah munculnya pendapat yang berbeda dari ahli bahasa yang
satu dengan ahli bahasa yang lain. Fenomena itulah yang menarik bagi kami untuk
melakukan pengkajian lebih dalam dan memaparkan masalah tentang semantik dalam
makalah ini.
.
1.2Rumusan Masalah.
1.
Apa pengertian dari semantik?
2.
Apa saja unsur semantik
3.
Apa saja semantik dan jenis-jenisnya?
4.
Apa saja jenis makna dan faktor perubahan makna?
5.
Apa saja analisis kesalahan
gramatik?
1.3Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari semantik.
2.
Untuk mengetahui unsur semantik.
3.
Untuk mengetahui saja semantik dan jenis-jenisnya.
4.
Untuk mengetahui saja jenis makna dan faktor perubahan makna.
5.
Untuk mengetahui analisis
kesalahan gramatik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Semantik
Kata
sematik merupakan istilah teknis yang mengacu pada studi tentang makna, berasal
dari Bahasa Yunani Kuno sema(bentuk nominanal) yang berarti ‘tanda’ atau
‘lambang’. Bentuk verbalnya adalah seimano yang berarti ‘menandai’ atau
‘melambangkan’. Semantik menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang
menyatakan makna, hubungan makna satu dan yang lainnya, dan pengaruh makna
terhadap manusia dan masyarakat.
Kata
semantik ini disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk menyebut bidang
linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal
yang ditandainya.dan mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Kata semantik sebenarnya merupakan istilah teknis yang
mengacu pada studi tentang makna. Istilah ini merupakan istilah baru dalam
bahasa Inggris. Para ahli bahasa memberikan pengertian semantik sebagai cabang
ilmu bahasa yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik atau
tanda-tanda lingual dengan hal-hal yang ditandainya (makna). Istilah lain yang
pernah digunakan hal yang sama adalah semiotika, semiologi, semasiologi, dan
semetik. Pembicaraan tentang makna kata pun menjadi objek semantik.Pandangan
yang bermacam-macam dari para ahli mejadikan para ahli memilik perbedaan dalam mengartikan
semantik. Pengertian semantik yang berbeda-beda tersebut justru diharapkan
dapat mngembangkan disiplin ilmu linguistik yang amat luas.
Yang
dimaksud dengan kata atau lambang di sini sebagai kata sema adalah tanda
linguistik yang terdiri dari 2 komponen.
1.
Komponen yang berwujud bentuk-bentuk bunyi bahasa.
2.
Komponen yang diartikan atau makna dari komponen yang pertama.
Dari kedua komponen ini merupakan tanda atau lambang,
sedangkan yang ditandai atau dilambanginya adalah sesuatu yang berada di luar
bahasa yang lazim disebut referen.
Studi semantik lazim
diartikan sebagai bidang dalam linguistik yang meneliti atau membicarakan, atau
mengambil makna bahasa sebagai objek kajiannya (Chaer, 2007: 115).
Jadi,semantik secara garis besar diartikan sebagai
bidang kajian yang sangat luas karena turut menyinggung aspek-aspek struktur
dan fungsi bahasa sehingga dapat dihubungkan dengan psikologi, filsafat,
antropologi dan cakupannya.
2.2 Unsur Semantik
Unsur semantik adalah komponen-komponen yang ada di dalam semantik bahasa Indonesia.Berikut dibagi
menjadi 4 yaitu:
1. Tanda dan Simbol (Simbol)
Tanda dan simbol (simbol) adalah dua unsur yang
terkandung dalam bahasa tersebut. Tanda itu dikembangkan menjadi teori yang disebut
semiotik. Semiotika memiliki tiga aspek yang berkaitan dengan ilmu bahasa,
yaitu aspek sintaksis, aspek pragmatik, aspek semantik
Tanda menurut KBBI
adalah yang menjadi alamat atau yang menyatakan sesuatu. Tanda atau sign
dapat dikatakan sebagai substitusi (penggantian) untuk hal lain. Oleh
karena itu, tanda memerlukan interpretasi. Teori tanda mengalami
perkembangan, dan kemudian dikenal dengan teori semiotik yang dikenal atas tiga
cabang, yaitu (a) semantik, (b) sintaksis, dan (c) pragmatik. Semantik
berhubungan dengan makna tanda-tanda, sintaksis berhubungan dengan kombinasi
atau gabungan tanda-tanda, sedangkan pragmatik berhubungan dengan asal-usul,
pemakaian, dan akibat pemakaian tanda-anda di dalam tingkah laku berbahasa.
Ada
beberapa cara pengelompokan tanda. Berdasarkan sumber atau asal-usulnya, tanda
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
Tanda yang
ditimbulkan oleh alam yang diketahui manusia karena pengalaman, misalnya:
a) Hari mendung adalah
tanda akan segera turun hujan,
b) Asap membumbung
adalah tanda adanya kebakaran,
c) Petir adalah tanda
hujan akan turun lebat;
Tanda yang ditimbulkan oleh binatang yang diketahui
manusia dari suara binatang tersebut, misalnya:
a. Anjing
menggonggong adalah tanda ada orang yang masuk halaman rumah,
b. Ayam berkokok adalah
tanda hari mulai pagi;
c. Tanda yang
ditimbulkan oleh manusia.
Tanda
yang ditimbulkan oleh manusia dibedakan menjadi dua jenis yaitu, bersifat
verbal dan bersifat nonverbal.
Tanda
yang bersifat verbal adalah tanda-tanda yang digunakan sebagai alat komunikasi,
diihasilkan oleh alat bicara, sedangkan tanda bersifat nonverbal adalah
tanda-tanda yang dihasilkan selain dari alat bicara manusia.
Berikut
contoh tanda yang bersifat nonverbal melalui gerakan anggota badan (body
gesture) atau dikenal dengan istilah bahasa isyarat dan yang bersifat
nonverbal melalui suara atau bunyi. Contoh tanda yang bersifat nonverbal
melalui gerakan anggota badan, dan bunyi yaitu:
a) acungan jempol
sebagai tanda hebat atau bagus,
b) anggukan sebagai
tanda hormat atau pernyataan ya,
c) gelengan kepala
sebagai tanda pernyataan tidak atau bukan.
d) siulan sebagai tanda
gembira, panggilan,
e) jeritan sebagai tanda
sakit, ada bahaya, permintaan pertolongan,
f) batuk kecil sebagai
tanda ingin berkenalan, ada orang lewat.
Tanda-tanda dapat
dibagi menjadi 2 :
1.tanda yang
sistematis
sedangkan tanda-tanda
berupa rambu-rambu lalu-lintas termasuk tanda yang sistematis. Dikatakan
sistematis karena tanda-tanda tersebut bergerak secara sistematis, misalnya
warna merah bermakna berhenti, warna hijau bermakna silakan jalan, dan warna
kuning bersiap untuk melanjutkan perjalanan
2 .tanda yang tidak sistematis
Tanda yang dimbulkan
oleh anggota badan termasuk tanda yang tidak sistematis,
.
Tanda dapat pula
dibedakan berdasarkan indera yang digunakan sebagai dasar acuan. Berdasarkan
hal ini, tanda terbagi menjadi tiga jenis, yakni:
1. Auditif (indera pendengaran), misalnya
beduk sebagai tanda tibanya waktu sholat; sirene sebagai tanda ada
orang terkena musibah (sakit atau meninggal), bel sebagai tanda ada tamu yang
hendak masuk ke rumah;
2. Visual (berhubungan dengan indera
penglihatan), misalnya rambu lalu-lintas;
3.Audio-Visual (berhubungan dengan penglihatan dan
pendengaran), misalnya ambulans yang membunyikan sirene dan lampu merah yang
berputar-putar di atasnya sebagai tanda minta diberi jalan agar bisa segera
sampai ke tujuan.
Tanda berbeda dengan simbol atau lambang. Perbedaannya
terletak pada hubungannya dengan kenyataan. Tanda memilki hubungan langsung
dengan kenyataan, sedangkan lambang atau simbol tidak memiliki hubungan
langsung dengan kenyataan. Misalnya, papan yang berbentuk bulat bercat putih
dan di tengahnya terdapat lintangan berwarna merah yang dipasang pada sebuah
patok di satu di antara sudut jalan adalah tanda yang bermakna bahwa jalan itu
dilarang untuk dimasuki kendaraan. Orang-orang yang melihat tanda tersebut
tidak akan memasuki jalan yang dikenakan tanda itu. Disamping itu, tanda lebih
bersifat universal. Artinya, siapa pun orangnya, dari mana pun ia berasal, ia
akan tahu makna tanda tersebut tanpa harus mempelajari bahasa suatu negara
tersebut, Sedangkan simbol atau lambang tidak bersifat universal karena
seseorang akan dapat memahami suatu lambang kalau ia menguasai bahasa dari
lambang atau simbol yang digunakan.
2. Lambang
Lambang
atau simbol memiliki pengertian sebagai
sesuatu seperti tanda (lukisan, tulisan, perkataan) yang menyatakan suatu hal,
yang mengandung suatu makna tertentu. Chaer mengemukakan (2013: 37) bahwa
lambang sebenarnya juga adalah tanda. Hanya bedanya lambang tidak memberi
secara
langsung, melainkan melalui sesuatu yang lain. Misalnya warna merah pada
bendera Sang Merah Putih merupakan lambang “keberanian”, dan warna putih
merupakan lambang “kesucian”. Gambar padi dan kapas pada burung Garuda
Pancasila melambangkan”keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Lambang
atau simbol merupakan tanda yang bersifat konvensional yang dihasilkan manusia
melalui alat ucapnya. Menurut Plato dalam Prawirasumantri (1998: 24) bahwa
lambang atau simbol adalah kata dalam suatu bahasa, sedangkan makna adalah
objek yang kita hayati di dunia yang berupa rujukan oleh lambang tersebut.
lambang bisa bersifat konvensional , perjanjian,tetapi ia dapat diorganisasi,
direkam dan dikomunikasikan.
Bunyi-bunyi
bahasa atau satuan bahasa sebenarnya termasuk lambang sebab sifatnya
konvensional. Untuk memahami makna atau yang diacu oleh bunyi-bunyi bahasa itu
kita harus mempelajarinya. Tanpa memepelajarinya, orang Inggris tidak akan tahu
bahwa dalam bahasa Indonesia adalah ‘table’ dalam bahasanya.
Contoh
3.Konsep
Konsep merupakan istilah yang diajukan Lyons sebagai
pengganti istilah ‘thought’ atau ‘reference’. Istilah ‘konsep’ sebenarnya sama
dengan istilah ‘makna’. Jika kita berbicara tentang konsep atau makna, kita
tidak bisa mengabaikan keberadaan dua unsure dasar dalam sistem tanda yang
secara langsung memiliki hubungan dengan konsepatau makna, yaitu:
1.Signifiant yaitu unsur abstrak yang
terwujud dalam lambang atau simbol,
2. Signifikantor yaitu yang dengan adanya
makna dalam lambang atau simbol itu mampu mengadakan penjulukan, melakukan
proses berfikir, dan mengadkan konseptualisasi.
Lambang
atau simbol adalah satuan bahasa yang berupa kata atau kalimat; acuan
atau referent adalah objek, peristiwa, fakta atau proses di dalam dunia
pengalaman manusia, sedangkan konsep atau pikiran atau reference adalah
apa yang ada dalam benak kita tentang objek yang ditunjukan oleh lambang atau
simbol.
Antara
konsep dan lambang terdapat hubungan timbal balik. Misalnya, kata ‘’rokok’ yang
diujarkan oleh seorang penutur dapat menyebabkan penanggap tutur memikirkan
kata tersebut. Demikian pula si penutur. Dengan konsepnya dia memakai lambang
“r-o-k-o-k’ untuk mengacu pada objek yang sama. Dengan kata lain, sebelum
seseorang mengatakan suatu lambang, di dalam benaknya sudah ada konsep (makna).
Kemudian lambang itu dimaknai oleh si penanggap tutur.
Setiap
lambang atau simbol yang berupa kata mempunyai konsep. Konsep dapat dikenali
dalam keberadaanya sendiri (lepas atau bebas konteks) atau melalui relasi
dengan satuan bahasa lainnya (terikat konteks). Kata berkonsep yang bebas
konteks terbagi menjadi dua bagian, yaitu yang acuannya dapat dihindari dan
yang acuannya tidak dapat dihindari. Dengan demikian, ada tiga kelompok kata
yang dimanfaatkan untuk kegiatan komunikasi, yaitu:
Contoh:
1. Kata yang berkonsep, bebas konteks, acuannya
dapat dihindari; ‘kursi’, ‘anggur’, ‘lemari’, ‘kuda’;
2.Kata yang berkonsep, bebas konteks, acuannya tidak
dapat dihindari: ‘demokrasi’, ‘sakit’, ‘panjang’;
3.Kata yang berkonsep, tetapi harus terikat konteks:
‘yang’, ‘tetapi’, ‘dan’, ‘karena’.
Konsep
adalah suatu hal umum yang menjelaskan atau menyusun suatu peristiwa, objek,
situasi, ide, atau akal pikiran dengan tujuan untuk memudahkan komunikasi antar
manusia dan memungkinkan manusia untuk berpikir lebih baik.
4 Definisi
Definisi
adalah suatu pernyataan mengenai ciri-ciri penting suatu hal, dan
biasanya lebih kompleks dari pengertian, makna, atau pengertian suatu hal.Definisi
adalah suatu batasan atau arti, bisa juga dimaknai kata, frasa, atau kalimat
yang mengungkapkan makna, keterangan, atau ciri utama dari orang, benda,
proses, atau aktivitas. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi ialah
rumusan tentang ruang lingkup dan ciri-ciri suatu konsep yang menjadi pokok
pembicaraan atau studi.Definisi merupakan usaha para ilmuwan untuk membatasi
fakta dan konsep.
a)
Ciri-ciri
definisi
1. Suatu arti/makna kata tidak bisa langsung disebut
sebagai definisi, karena definisi mempunyai ciri-ciri khusus.Adapun arti/makna
kata bisa diartikan sebagai definisi jika terdapat unsur kata atau istilah yang
didefinisikan, atau lazim disebut definiendum.Selanjutnya, di dalam arti
tersebut harus terdapat unsur kata, frasa, atau kalimat yang berfungsi
menguraikan pengertian dan tentunya juga harus ada pilihan katanya.
2. Pilihan kata tersebut ialah di mana definiens dimulai
dengan kata benda, didahului kata ada-lah.Misalnya kalimat Cinta adalah
perasaan setia, bangga, dan prihatin dan kalimat Mahasiswa adalah pelajar di
perguruan tinggi.
3.
Definiens
dimulai dengan selain kata benda umpamanya kata kerja atau didahului kata
yaitu. Sebagai contoh Setia yaitu merasa terdorong untuk mengakui, memahami,
menerima, menghargai, menghormati, mematuhi, dan melestarikan. Kemudian,
definiens juga diharuskan memberi pengertian rupa atau wujud diawali kata
merupakan, seperti kalimat Mencintai merupakan tindakan terpuji untuk
mengakhiri konflik.
b)Klasifikasi definisi
1.
Definisi nominal
Definisi
nominal berupa pengertian singkat. Definiens pada definisi jenis ini terbagi
menjadi ada tiga macam.Pertama, sinonim atau padanan, seperti kata manusia yang
bersinonim dengan kata orang, maka jika ditulis hasilnya adalah Manusia]] ialah
orang.Selanjutnya terkait dengan terjemahan dari bahasa lain, contohnya Kinerja
ialah performance. Asal usul sebuah kata dalam definisi nominal juga merupakan
hal yang penting.
contoh:
Psikologi berasal dari kata "psyche" berarti jiwa, dan
"logos" berarti ilmu, psikologi ialah ilmu jiwa.
2.
Definisi formal
Definisi
formal disebut juga definisi terminologis, yaitu definisi yang disusun
berdasarkan logika formal yang terdiri tiga unsur.Struktur definisi ini berupa
"kelas", "genus", "pembeda" (deferensiasi).Ketiga
unsur tersebut harus tampak dalam definiens.Struktur formal diawali dengan
klarifikasi, diikuti dengan menentukan kata yang akan dijadikan definiendium,
dilanjutkan dengan menyebut genus, dan diakhiri dengan menyebutkan kata-kata
atau deskripsi pembeda. Pembeda harus lengkap dan menyeluruh sehingga
benar-benar menunjukkan pengertian yang sangat khas dan membedakan pengertian
dari kelas yang lain.
Contoh
kalimat yang merupakan definisi formal adalah Mahasiswa adalah pelajar di
perguruan tinggi.
Definisi
formal mempunyai syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi agar sesuai dengan
aturan yang ada.Di antaranya, fefiniendium dan definiens bersifat koterminus,
mempunyai makna yang sama.Kemudian, definiendium dan definiens bersifat
konvertabel, dapat ditukarkan tempatnya dan definiens tidak berupa sinonim,
padanan, terjemahan, etimologi, bentuk populer, atau pengulangan
definiendium.Perbandingannya:
•
Manusia adalah orang yang berakal budi (salah)
•
Manusia adalah insan yang berakal budi (salah)
•
Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna (benar)
Selanjutnya definiens bukanlah kiasan, perumpamaan,
atau pengandaian. Contonya kalimat Manusia adalah bagaikan hewan yang tidak
pernah merasa puas (salah), kata bagaikan dalam kalimat ini merupakan sesuatu
yang tidak dibenarkan dalam definisi formal.
Contoh
yang benar berada dalam kalimat Manusia adalah ciptaan Tuhan yang diperintahkan
untuk beribadah kepada-Nya.
Syarat
berikutnya yaitu definiens menggunakan makna pararel dengan definiendium, tidak
menggunakan kata dimana, yang mana, jika, misalnya, dan lain-lain, definiens
juga harus menggunakan bentuk positif, bukan kalimat negatif; tanpa kata
negatif; tidak, bukan.Misalnya bentuk kalimat negatif Pendidikan
kewarganegaraan "tidak lain" adalah pembinaan pelajar agar menjadi
warga negara yang baik sehingga mampu hidup bersama dalam masyarakat, baik
sebagai anggota keluarga, masyarakat, maupun warga negara, sedang yang benar
adalah Pendidikan kewarganegaraan adalah pembinaan pelajar agar menjadi warga negara
yang baik sehingga mampu hidup bersama dalam keluarga, masyarakat, dan negara.
Lagi,
pembeda (deferiansi)pada definiens harus mencukupi sehingga menghasilkan makna
yang tidak bisa (samar)dengan kelas yang lain. Hal ini bisa ditemukan dalam
kalimat Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna, tidak benar jika
hanya dikatakan bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan.
3.
Definisi operasional
Definisi
operasional adalah batasan pengertian yang dijadikan pedoman untuk melakukan
suatu kegiatan atau pekerjaan, misalnya penelitian. Oleh karena itu, definisi
ini disebut juga definisi kerja karena dijadikan pedoman untuk melaksanakan
suatu penelitian atau pekerjaan tertentu. Definisi ini disebut juga definisi
subjektif karena disusun berdasarkan keinginan orang yang akan melakukan
pekerjaan.
Yang
merupakan ciri-ciri definisi operasional ialah mengacu pada target pekerjaan
yang dicapai, berisi pembatasan konsep, tempat, dan waktu, dan bersifat aksi,
tindakan, atau pelaksanaan suatu kegiatan.
Contoh:
Definisi
tentang operasional variabel ‘’status gizi’’ anak balita adalah hasil
penimbangan atau pengukuran berat badan dari tinggi badan anak balit
berdasarkan umur.
4.
Definisi paradigmatis
Definisi
paradigmatis/personal bertujuan untuk mempengaruhi pola berpikir oranglain.
Definisi jenis ini disusun berdasarkan pendapatan nilai-nilai tertentu.
Ada
empat ciri-ciri definisi paradigmatis, yakni; disusun berdasarkan paradigma
(pola pikir) nilai-nila tertentu, berfungsi untuk mempengaruhi sikap, perilaku,
atau tindakan orang lain, bertujuan agar pembaca mengubah sikap sesuai dengan
definisi, berhubungan dengan nilai-nilai tertentu.
misalnya: bisnis, etika, budaya, ajaran,
falsafah, tradisi, adat istiadat, pandangan hidup.
Adapun
fungsi definisi paradigmatis dapat dikategorikan menjadi empat bagian: pertama,
untuk mengembangkan pola berpikir; kedua, mempengaruhi sikap pembaca atau
pendengar; ketiga, mendukung argumentasi atau pembuktikan.
Contoh:
1. Pendidikan adalah upaya mendewasakan anak
didik.
2. Kekayaan laut merupakan potensi alam yang
dapat memenuhi dua per tiga kebutuhan hidup bangsa.
2.3 Semantik dan
Jenis-Jenisnya
Jenis-Jenis Semantik
1) Semantik Konseptul
Semantik konseptual yaitu
makna denotatif atau makna kognitif yang merupakan faktor sentral dalam komunikasi
bahasa. Hal ini dikarenakan terdapat makna konseptual yang mempunyai susunan
yang amat kompleks dan rumit.
Contoh
: -Ibu
(Ibu memiliki makna
konseptual seorang wanita yang telah melahirkan seseorang)
2) Semantik Gramatikal
Semantik gramatikal atau makna gramatikal
sama halnya afiksasi, reduplikasi, komposisi, atau kalmatisasi.
Contoh : semantik gramatikal atau makna gramatikal
yatu proses fiksasi prefiks “ber” dengan “baju” makna gramatikal yang didapat
yaitu “mengenakan baju”.
3) Makna Kontekstual
Makna
Kontekstual muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran dengan situasi. Makna
kontekstual disebut juga makna struktural karena proses dan satuan gramatikal
itu selalu berkenaan dengan struktur ketatabahasaan. Contoh :
Ranbut
di kepala nenek sudah putih.
Pak
Harjo adalah seorang kepala sekolah.
Pada kepala surat
terdapat alamat dan nomor telponnya.
Beras kepala harganya
lebih mahal
Makna konteks dapat juga
berkenaan dengan situasinya, yakni tempat, waktu, dan lingkungan penggunaan
bahasa itu. Sebagi contoh lagi pada kalimat tiga kali empat berapa ? .
Kalau ditanyakan pada anak SMP maka jawabnya pasti dua belas tapi lain lagi
jika ditanyakan pada ukang foto maka akan dijawab lima ratus atau dengan
jawaban yang lain.
4)
Semantik
Leksikal
Semantik Leksikal adalah
makna yang sebenarnya , sesuai dengan hasil observasi indra kita, makna yang
apa adanya dan ada pada kamus. Maksud makna dalam kamus adalah makna dasar atau
makna yang konkrit.
Contoh
; -Kuda >Sejenis Binatang
-Ibu >Seorang
perempuan yang melahirkan
5) Makna Konotitatif
Makna konotitaf merupakan makna lain yang ditambahkan di makna denotatif
yang ada di suatu leksem. Makna
konotatif (evaluasi) ialah makna tambahan terhadap makna dasarnya yang berupa
nilai rasa atau gambar tertentu.
Contoh:
Makna
dasar(denotasi)
Makna tambahan(konotasi)
merah
: warna …………………… berani; dilarang
ular
: binatang ………………… menakutkan/ berbahaya
6)
Semantik Pribahasa
Semantik peribahasa merupakan makna
yang masih dapat ditelusuri atau dilacak dari makna unsur-unsurnya karena ada
“asosiasi” antara makna asli dengan makna peribahasa.
Contoh : -“Seperti Anjing Dan Kucing” > Dua Orang Yang Tidak pernah
akur
7) Semantik Asosiatif
Semantik asosiatif merupakan makna
yang mempunyai suatu leksem atau kata yang berhubungan dengan terdapatnya
hubungan kata dengan sesuatu yang ada diluar bahasa. Contoh : makna asosiatif
adalah kata merah berasosiasi dengan keberanian, kata “hitam” berasosiasi
dengan kejahatan.
8)
Semantik Refensial
Semantik referensial atau
referensial merupakan makna di leksem yang berdasarkan pada referensi atua
acuannya. Kata yang mempunyai makna referensial mempunyai acuan dikehidupan
sekitarr. Contoh
: makna referensial adalah pada kata ayam, merah dan sebagainya
9)
Makna Non Referensial
Makna non referensial merupakan makna
yang tidak memiliki acuan atau referensi. Kata dan karena, supaya, tidak
termasuk dalam kata yang mempunyai makna referensial karena tidak mempunyai
referensi. Contoh : Kata dan, atau, dan karena. Kata-kata tersebut tidak
memiliki acuan dalam dunia nyata.
10) Makna Sempit
Makna sempit (narrowed meeaning)
merupakan makna yang lebih sempit dari semua ujaran. Makna luas dapat menyempit
atau suatu kata yang berasalnya mempunyai makna luas (generik) dapat bermakna
sempit (spesifik) karena dibatasi. Contoh : “ahli
bahasa”, maka yang dimaksud bukan semua ahli, melainkan seseorang yang
mengahlikan dirinya dalam bidang bahasa.
11) Makna Luas
Makna luas (widened meaning atau
extended meaning) merupakan makna yang didalam di suatukata yang lebih luas
dari diperkirakan.Makna luas merupakan makna ujaran yang lebih luas dibanding
makna pusatnya. Contoh makna luas yaitu makna sekolah di kalima “ia bersekolah
lagi di sekolah” yang lebih luas dari makna “gedung tempat belajar”
Makna idiom merupakan satuan ujaran
yang mempunyai makna tidak bisa “diramalkan” dari unsurnya, baik itu dengan
leksikal ataupun juga secara gramatikal. Contoh secara gramatikal bentuk “Menjual Rumah “ bermakan “Yang
menjual menerima uang dan yang membeli menerima rumahnya , tetapi dalam bahasa
indonesi bentuk “Menjual gigi” tidak memiliki makna seperti itu , melainkan
bermakna “Tertawa keras-keras” . Jadi makna tersebutlah yang di sebut makna
ideomatik.
13) Makna Kias
Makna kias merupakan oposisi dari arti
sebenarnya. Selurh bentuk bahasa baik kata, frase, maupun kalimat yang tidak
merujuk pada arti sebenarnya baik arti leksikal, arti konseptual atau artik
denotatif yang dinamakan mempunyai arti kiasan. Contoh makna kias yakni puteri
malam yang bearti bulan dan raja siang berarti matahari.
2.4 Faktor
Perubahan Makn
Banyak
faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan makna suatu kata. Diantaranya
adalah sebagai berikut :
1)
Perkembangan dalam ilmu dan teknologi
Dalam
hal ini sebuah kata yang tadinya mengandung konsep makna mengenai sesuatu yang
sederhana, tetap digunakan walaupun konsep makna yang dikandung telah berubah
sebagai akibat dari pandangan baru atau teori baru dalam satu bidang ilmu atau
sebagai akibat dalam perkembangan teknologi. Sebagai contoh perubahan makna
kata sastra dari makna tulisan sampai pada makna karya imaginatif adalah salah
satu contoh perkembangan bidang keilmuan. Pandangan-pandangan baru atau teori
baru mengenai sastra menyebabkan makna kata sastra yang tadinya “bermakna buku
yang baik isinya dan baik bahasanya” menjadi berarti “karya yang bersifat
imaginatif kreatif”.
2)
perkembangan sosial dan budaya
Dalam
perkembangan sosial dan budaya kemasyarakatan turut memengaruhi perubahan
makna. Sebagai contoh kata saudara dalam bahasa sansekerta bermakna seperut
atau satu kandungan. Sekarang kata saudara walaupun masih juga digunakan dalam
artian tersebut tapi juga digunakan untuk menyebut siapa saja yang dianggap
sederajat atau berstatus sosial yang sama. Hal ini terjadi pula pada hampir
semua kata atau istilah perkerabatan seperti bapak, ibu, kakak, adik . Penyebab
perubahan makna ini dimungkinkan disebabkan karena dahulu pada zaman sebelum
merdeka (dan juga beberapa tahun setelah kemerdekaan) untuk menyebut dan menyapa
orang yang lebih tinggi status sosialnya digunakan kata tuan atau nyonya.
Kemudian setelah kemerdekaan dan timbulnya kesadaran bahwa sebutan tuan atau
nyonya berbau kolonial sehingga kia menggantinya dengan sebutan bapak atau ibu.
3)
Pebedaan bidang pemakaian
Kata-kata
yang menjadi kosa kata dalam bidang-bidang tertentu itu dalam kehidupan dan
pemakaian sehari-hari dapat juga dipakai dalam bidang lain atau menjadi kosa
kata umum. Sehingga kata-kata tersebut memiliki makna yang baru, atau makna
lain disamping makna aslinya. Misalnya kata menggarap yang berasal dari bidang
pertanian dengan segala macam derivasinya seperti tampak pada frase menggarap
sawah, tanah garapan dan sebagainya, kini banyak digunakan dalam bidang-bidang
lain dengan makna barunya yang berarti mengerjakan seperti tampak pada frasa
menggarap skripsi, menggarap naskah drama dan lain-lain. Dari contoh yang
diuraikan maka kata-kata tersebut bisa jadi mempunyai arti yang tidak sama
dengan arti dalam bidang asalnya, hanya perlu diingat bahwa makna baru
kata-kata tersebut masih ada kaitannya dengan makna asli. Kata-kata tersebut
diunakan dalam bidang lain secara metaforis atau secara perbandingan.
Kesimpulannya makna kata yang digunakan bukan dalam bidangnya itu dan makna
kata yang digunakan di dalam bidang asalnya masih berada dalam poliseminya
karena makna-makna tersebut masih saling berkaitan atau masih ada persamaan
antara makna yang satu dengan makna yang lainnya.
4)
Adanya Asosiasi
Kata-kata
yang digunakan diluar bidangnya seperti dibicarakan pada bagian sebelumnya
masih ada hubungan atau pertautan maknanya dengan makna yang digunakan pada
idang asalnya. Agak berbeda dengan perubahan makna yang terjadi sebagai akibat
penggunaan dalam bidang yang lain, disini makna baru yang muncul adalah
berkaitan dengan hal atau peristiwa lain yang berkenaan dengan kata tersebut.
Dalam contoh kata amplop dengan kata uang terjadi asosiasi yaitu berkenaan
dengan wadah. Kata amplop berasal dari bidang administrasi atau surat menyurat,
makna asalnya adalah sampul surat. Ke dalam amplop itu selain biasa dimasukkan
surat, biasa pula dimasukkan benda lain seperti uang. Oleh karena itu dalam
kalimat “ Berikan dia amplop biar urusanmu cepat selesai”. Dalam kalimat itu
kata amplop bermakna uang sebab amplop yang dimaksud bukan berisi surat atau
tidak berisi apa-apa melainkan berisi uang sebagai sogokan.
5)
Pertukaran Tanggapan Indra
Dalam
penggunaan bahasa banyak terjadi kasus pertukaran tanggapan antara indera yang
satu dengan indera yang lain. Rasa pedas, misalnya yang seharusnya ditanggap
dengan alat indera perasa pada lidah tertukar menjadi ditanggap oleh alat
indera pendengaran seperti tampak dalam ujaran kata-katanya cukup pedas. Contoh
lain pada kata kasar yang seharusnya ditanggap oleh alat indera peraba yaitu
kulit namun bisa juga ditanggap oleh alat indera penglihatan mata seperti pada
kalimat Tingkah lakunya kasar. Pertukaran alat indera penanggap ini biasa
disebut dengan istilah sinestesia. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani sun
artinya sama dan aisthetikas artinya tampak. Dalam pemakaian bahasa Indonesia
secara umum banyak sekali terjadi gejala sinestesia ini. Contoh yang lain
terjadi pada beberapa frase yaitu suaranya sedap didengar, warnanya enak
dipandang, suaranya berat sekali, bentuknya manis, kedengarannya memang nikmat
dan masih banyak contoh-contoh yang lain.
6)
Perbedaan Tanggapan
Setiap
unsur leksikal atau kata sebenarnya secara sinkronis telah mempunyai makna
leksikal yang tetap. Namun karena pandangan hidup dan ukuran dalam norma
kehidupan di dalam masyarakat maka banyak kata yang menjadi memiliki nilai rasa
yang rendah, kurang menyenangkan. Di samping itu ada juga yang menjadi memiliki
nilai rasa yang tinggi atau menyenangkan. Kata-kata yang nilainya merosot
menjadi rendah ini disebut dengan istilah peyoratif sedangkan yang nilainya
naik menjadi tinggi disebut ameliorative. Contoh kata bini sekarang ini
dianggap peyoratif sedangkan kata istri dianggap ameliorative. Begitupun
terjadi pada kata laki dan suami, kata bang dan bung. Nilai rasa itu
kemungkinan besar hanya bersifat sinkronis. Secara diakronis ada kemungkinan
bisa berubah. Perkembangan pandangan hidup yang biasanya sejalan dengan
perkembangan budaya dan kemasyarakatan dapat memungkinkan terjadinya perubahan
nilai rasa peyoratif atau amelioratifnya sebuah kata.
7)
Adanya Penyingkatan
Dalam
bahasa Indonesia ada sejumlah kata atau ungkapan yang karena sering digunakan
maka kemudian tanpa diucapkan atau dituliskan secara keseluruhan orang sudah
mengerti maksudnya. Oleh karena itu kemudian banyak orang menggunakan
singkatannya saja daripada menggunakan bentukya secara utuh. Sebagai contoh ada
yang berkata “ ayahnya meninggal” tentu maksudnya meninggal dunia tapi hanya
disebutkan meninggal saja. Hal ini terjadi pula pada kata berpulang yang
maksudnya berpulang ke rahmatullah, ke perpus yang maksudnya ke perpustakaan,
ke lab yang maksudnya ke laboratarium dan sebagainya. Kalau disimak sebenarnya
dalam kasus penyingkatan kata ini bukanlah peristiwa perubahan makna yang
terjadi sebab makna atau konsep itu tetap. Yang terjadi adalah perubahan bentuk
kata. Kata yang semula berbentuk utuh disingkat menjadi bentuk yang lebih
pendek.
8)
Proses Gramatikal
Proses
gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi dan komposisi akan menyebabkan pula
terjadinya perubahan makna. Tetapi dalam hal ini yang terjadi sebenarnya bukan
perubahan makna sebab bentuk kata itu sudah berubah sebagai hasil proses
gramatikal dan proses tersebut telah melahirkan makna-makna gramatikal.
9)
Pengembangan Istilah
Salah
satu upaya dalam pengembangan atau pembentukan istilah baru adalah dengan
memanfaatkan kosa ata bahasa Indonesia yang ada dengan jalan member makna baru
baik dengan menyempitkan, meluaskan maupun memberi makna baru. Seperti pada
kata papan yang semula bermakna lempengan kayu tipis kini diangkat menjadi
istilah untuk makna perumahan, kata teras yang semula bermakna inti atau
saripati kayu sekarang memiliki makna yang baru yaitu utama atau pimpinan.
2.5 Analisis
Kesalahan Semantik
Setyawati
(2010: 103) mengatakan bahwa kesalahan berbahasa dalam tataran semantik dapat
berkaitan dengan bahasa tulis maupun bahasa lisan. Kesalahan berbahasa dalam
tataran semantic ini penekanannya pada penyimpangan makna, baik yang berkaitan
dengan fonologi, morfologi, maupun sintaksis. Jadi, jika ada sebuah bunyi,
bentuk kata, ataupun kalimat yang maknanya menyimpang dari makna yang
seharusnya maka tergolong ke dalam kesalahan berbahasa semantik. Banyak
penyimpangan terjadi dalam penggunaan bahasa sehari-hari yang berkaitan dengan
makna yang tidak tepat. Makna yang tidak tepat tersebut dapat berupa: (a)
kesalahan penggunaan kata-kata yang mirip, (b) kesalahan pilihan kata atau
diksi.
a. Kesalahan
penggunaan kata-kata yang mirip kata-kata yang bermiripan tersebut dapat
digolongkan kedalam tiga kelompok, yakni pasangan yang seasal, pasangan yang
berasing, dan pasangan yang terancukan.
b. Kesalahan
pilihan kata atau diksi. Pengguanaan kata-kata yang saling menggantikan yang
dipaksakan akan menimbulkan perubahan makna kalimat bahkan merusak sturktur
kalimat, jika tidak disesuaikan dengan makna atau maksud kalimat yang
sebenarnya. Pilihan kata yang tidak tepat sering penggunaannya divariasikan
secara bebas, sehingga menimbulkan kesalahan. Kalimat seperti tidak bermasalah,
jika hanya dicermati sekilas saja.
1. Grejala
hiperkorek
Kata
yang sudah betul dibetul-betulkan
lagi akhirnya menjadi salah.
/s/ dijadikan /sy/ atau sebaliknya
Sarat dan Syarat
Kata Sarat yang berarti penuh,
sedangkan Syarat merupakan ketentuan yang harus di penuhi.
/p/
dijadikan /f/ atau sebaliknya
polio – folio
kata
polio memiliki makna ‘penyakit pada tulang’; sedangkan kata folio berarti
‘ukuran kertas’.
2.
Gejala Pleonasme
Penggunaan
unsur bahasa yang berlebihan.
Contoh
:
Sudah sejak dari tadi temanmu
menunggu
Seharusnya :
sudah dari tadi temanmu menunggu
3. Pilihan Kata atau Diksi
Sudah
sejak dari tadi temanmu menunggu.
Seharusnya :
Sudah
dari tadi temanmu menunggu.
4. Ambiguitas
Kemungkinan
adanya makna lebih dari satu dalam sebuah kata, gabungan kata, atau kalimat.
Contoh
:
a. Tipe
Afiks
Mengukur : Meng + Ukur
: melakukan pengukuran
b. Tipe idiomatik
angkat topi; artinya, salut
gulung tikar; artinya, bangkrut
membuka lembaran baru; artinya memulai hidup baru dan melupakan masa lalu.
c. Tipe referensi dan substitusi
Tania bersahabat dengan Nurul,
dia sangat mencintai ibunya.
(dia tidak jelas ditujukan pada Tania atau Nurul)
d. Tipe atribut dalam kalimat
Dia menerima uang sebanyak lima
puluh ribuan.
(tidak jelas uang yang diterima berupa uang lima puluh ribu atau uang sepuluh ribuan yang
berjumlah dua puluh).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dapat
di ambil kesimpulan bahwa kata semantik yang digunakan untuk bidang linguistik
yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang di
tandainya atau dengan kata lain bidang studi yang mempelajari makna atau arti
dalam bahasa. Oleh karena itu kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu
tentang makna atau arti. Semantik bahasa terdiri atas:
1. Tata bahasa (gramatika)
2. Fonologi (fonemik)
3. Fonetik
4. Leksikon
Pengetahuan
semantik akan memudahkan dalam memilih dan menggunakan kata dengan makna yang
tepat dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat umum.
3.2 Saran
Semoga
kedepanya makalah ini dapat dijadikan referensi agar lebih lagi kedepanya.Dan
satu lagi untuk para pembaca hendaklah di zaman yang serba
berubah ini kita lebih tanggap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
khususnya dalam bidang bahasa Indonesia. Kita harus melestarikan bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional. Perubahan yang terjadi perlu kita cermati
dengan baik agar keaslian bahasa Indonesia tetap terjaga khususnya semantik
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer,
Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa
Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.
Alwi, hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.
Jakarta: PT. Balai Pustaka.
Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa
Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Djajasudarma, T. Fatimah. 1999. Semantik
Pemahaman Ilmu Makna. Bandung: PT Rafika Aditama.
Suwandi,
Sarwiji. 2008.Semantik Pengantar Kajian
Makna.Yogyakarta: Media Perkasa.
Parera, J.D. 2004. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga.
Pateda, Mansoer.
2010. Semantik Leksikal. Jakarta:
Rineka Cipta.
Setyawati, Nanik. 2010. Analisis
Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan Praktik. Cetakan Kedua. Surakarta:
Yuma Pustaka.