Wikipedia

Search results

Makalah Semantik Bahasa Indonesia


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang tidak terlepas dari arti dan makna pada setiap perkataan yang akan  diucapkan. Sebagai suatu unsur yang dinamik, bahasa senantiasa dikembangkan,dianalisis dan dikaji dengan menggunakan perbagai pendekatan  serta metode untuk mengkajinya. Antara lain pendekatan yang dapat digunakan untuk mengkaji bahasa ialah pendekatan makna.Semantik merupakan salah satu bidang linguistik yang mempelajari tentang makna.  Sejalan dengan berkembangnya zaman perkembangan bahasa pun juga ikut  berkembang dan mengalami pergeseran-pergeseran makna. Pergeseran makna  bahasa memang tidak dapat dihindari, hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang nantinya akan di bahas secara mendalam di dalam pembahasan. Atas dasar itu, tidak mengherankan dalam beberapa tahun terakhir ini di Indonesia muncul  berbagai kata yang memiliki banyak makna baru. Meski demikian makna yang melekat terlebih dahulu tidak serta merta hilang begitu saja. Perubahan makna suatu kata yang terjadi, terkadang hampir tidak disadari oleh pengguna bahasa itu sendiri. Untuk itu perlu bagi kita mengetahui dan memahami ilmu kebahasaan.Jadi, pengetahuan akan adanya hubungan antara lambang atau satuan bahasa, dengan maknanya sangat diperlukan dalam berkomunikasi dengan bahasa itu.Sering timbul pertanyaan dari pemakai bahasa, manakah bentukan kata yang sesuai dengan kaidah semantik. Dan, yang menarik adalah munculnya pendapat yang berbeda dari ahli bahasa yang satu dengan ahli bahasa yang lain. Fenomena itulah yang menarik bagi kami untuk melakukan pengkajian lebih dalam dan memaparkan masalah tentang semantik dalam makalah ini.
.
1.2Rumusan Masalah.
1.      Apa pengertian dari semantik?
2.      Apa saja unsur semantik
3.      Apa saja semantik dan jenis-jenisnya?
4.      Apa saja jenis makna dan faktor perubahan makna?
5.      Apa  saja analisis kesalahan gramatik?
1.3Rumusan Masalah
1.      Untuk mengetahui pengertian dari semantik.
2.      Untuk mengetahui unsur semantik.
3.      Untuk mengetahui saja semantik dan jenis-jenisnya.
4.      Untuk mengetahui saja jenis makna dan faktor perubahan makna.
5.      Untuk mengetahui  analisis kesalahan gramatik.





BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Semantik
            Kata sematik merupakan istilah teknis yang mengacu pada studi tentang makna, berasal dari Bahasa Yunani Kuno sema(bentuk nominanal) yang berarti ‘tanda’ atau ‘lambang’. Bentuk verbalnya adalah seimano yang berarti ‘menandai’ atau ‘melambangkan’. Semantik menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna satu dan yang lainnya, dan pengaruh makna terhadap manusia dan masyarakat.
 Kata semantik ini disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk menyebut bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal yang ditandainya.dan mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Kata semantik sebenarnya merupakan istilah teknis yang mengacu pada studi tentang makna. Istilah ini merupakan istilah baru dalam bahasa Inggris. Para ahli bahasa memberikan pengertian semantik sebagai cabang ilmu bahasa yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik atau tanda-tanda lingual dengan hal-hal yang ditandainya (makna). Istilah lain yang pernah digunakan hal yang sama adalah semiotika, semiologi, semasiologi, dan semetik. Pembicaraan tentang makna kata pun menjadi objek semantik.Pandangan yang bermacam-macam dari para ahli mejadikan para ahli memilik perbedaan dalam mengartikan semantik. Pengertian semantik yang berbeda-beda tersebut justru diharapkan dapat mngembangkan disiplin ilmu linguistik yang amat luas.
Yang dimaksud dengan kata atau lambang di sini sebagai kata sema adalah tanda linguistik yang terdiri dari 2 komponen.
1.      Komponen yang berwujud bentuk-bentuk bunyi bahasa.
2.      Komponen yang diartikan atau makna dari komponen yang pertama.
Dari kedua komponen ini merupakan tanda atau lambang, sedangkan yang ditandai atau dilambanginya adalah sesuatu yang berada di luar bahasa yang lazim disebut referen.
Studi semantik lazim diartikan sebagai bidang dalam linguistik yang meneliti atau membicarakan, atau mengambil makna bahasa sebagai objek kajiannya (Chaer, 2007: 115).
Jadi,semantik secara garis besar diartikan sebagai bidang kajian yang sangat luas karena turut menyinggung aspek-aspek struktur dan fungsi bahasa sehingga dapat dihubungkan dengan psikologi, filsafat, antropologi dan cakupannya.

2.2 Unsur Semantik
 Unsur semantik adalah  komponen-komponen yang ada di dalam  semantik bahasa Indonesia.Berikut dibagi menjadi 4 yaitu:
1. Tanda dan Simbol (Simbol)
Tanda dan simbol (simbol) adalah dua unsur yang terkandung dalam bahasa tersebut. Tanda itu dikembangkan menjadi teori yang disebut semiotik. Semiotika memiliki tiga aspek yang berkaitan dengan ilmu bahasa, yaitu aspek sintaksis, aspek pragmatik, aspek semantik

      Tanda menurut KBBI  adalah  yang menjadi alamat atau yang menyatakan sesuatu. Tanda atau sign dapat dikatakan sebagai substitusi (penggantian) untuk hal lain. Oleh karena itu, tanda memerlukan interpretasi. Teori tanda mengalami perkembangan, dan kemudian dikenal dengan teori semiotik yang dikenal atas tiga cabang, yaitu (a) semantik, (b) sintaksis, dan (c) pragmatik. Semantik berhubungan dengan makna tanda-tanda, sintaksis berhubungan dengan kombinasi atau gabungan tanda-tanda, sedangkan pragmatik berhubungan dengan asal-usul, pemakaian, dan akibat pemakaian tanda-anda di dalam tingkah laku berbahasa.
Ada beberapa cara pengelompokan tanda. Berdasarkan sumber atau asal-usulnya, tanda dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
Tanda yang ditimbulkan oleh alam yang diketahui manusia karena pengalaman, misalnya:
a)      Hari mendung adalah tanda akan segera turun hujan,
b)      Asap membumbung adalah tanda adanya kebakaran,
c)      Petir adalah tanda hujan akan turun lebat;

Tanda yang ditimbulkan oleh binatang yang diketahui manusia dari suara binatang tersebut, misalnya:
a.       Anjing menggonggong adalah tanda ada orang yang masuk halaman rumah,
b.      Ayam berkokok adalah tanda hari mulai pagi;
c.       Tanda yang ditimbulkan oleh manusia.
Tanda yang ditimbulkan oleh manusia dibedakan menjadi dua jenis yaitu, bersifat verbal dan bersifat nonverbal.
Tanda yang bersifat verbal adalah tanda-tanda yang digunakan sebagai alat komunikasi, diihasilkan oleh alat bicara, sedangkan tanda bersifat nonverbal adalah tanda-tanda yang dihasilkan selain dari alat bicara manusia.
Berikut contoh tanda yang bersifat nonverbal melalui gerakan anggota badan (body gesture) atau dikenal dengan istilah bahasa isyarat dan yang bersifat nonverbal melalui suara atau bunyi. Contoh tanda yang bersifat nonverbal melalui  gerakan anggota badan, dan bunyi yaitu:
a)      acungan jempol sebagai tanda hebat atau bagus,
b)      anggukan sebagai tanda hormat atau  pernyataan ya,
c)      gelengan kepala sebagai tanda pernyataan tidak atau bukan.
d)      siulan sebagai tanda gembira, panggilan,
e)      jeritan sebagai tanda sakit, ada bahaya, permintaan pertolongan,
f)      batuk kecil sebagai tanda ingin berkenalan, ada orang lewat.

Tanda-tanda dapat dibagi menjadi 2 :
1.tanda yang sistematis
sedangkan tanda-tanda berupa rambu-rambu lalu-lintas termasuk tanda yang sistematis. Dikatakan sistematis karena tanda-tanda tersebut bergerak secara sistematis, misalnya warna merah bermakna berhenti, warna hijau bermakna silakan jalan, dan warna kuning bersiap untuk melanjutkan perjalanan
2 .tanda yang tidak sistematis
Tanda yang dimbulkan oleh anggota badan termasuk tanda yang tidak sistematis,
.
Tanda dapat pula dibedakan berdasarkan indera yang digunakan sebagai dasar acuan. Berdasarkan hal ini, tanda terbagi menjadi tiga jenis, yakni:
1. Auditif  (indera pendengaran), misalnya beduk sebagai tanda tibanya waktu   sholat; sirene sebagai tanda ada orang terkena musibah (sakit atau meninggal), bel sebagai tanda ada tamu yang hendak masuk ke rumah;
2. Visual (berhubungan dengan indera penglihatan), misalnya rambu lalu-lintas;
3.Audio-Visual (berhubungan dengan penglihatan dan pendengaran), misalnya ambulans yang membunyikan sirene dan lampu merah yang berputar-putar di atasnya sebagai tanda minta diberi jalan agar bisa segera sampai ke tujuan.
Tanda berbeda dengan simbol atau lambang. Perbedaannya terletak pada hubungannya dengan kenyataan. Tanda memilki hubungan langsung dengan kenyataan, sedangkan lambang atau simbol tidak memiliki hubungan langsung dengan kenyataan. Misalnya, papan yang berbentuk bulat bercat putih dan di tengahnya terdapat lintangan berwarna merah yang dipasang pada sebuah patok di satu di antara sudut jalan adalah tanda yang bermakna bahwa jalan itu dilarang untuk dimasuki kendaraan. Orang-orang yang melihat tanda tersebut tidak akan memasuki jalan yang dikenakan tanda itu. Disamping itu, tanda lebih bersifat universal. Artinya, siapa pun orangnya, dari mana pun ia berasal, ia akan tahu makna tanda tersebut tanpa harus mempelajari bahasa suatu negara tersebut, Sedangkan simbol atau lambang tidak bersifat universal karena seseorang akan dapat memahami suatu lambang kalau ia menguasai bahasa dari lambang atau simbol yang digunakan.

        2. Lambang
Lambang  atau simbol memiliki pengertian sebagai sesuatu seperti tanda (lukisan, tulisan, perkataan) yang menyatakan suatu hal, yang mengandung suatu makna tertentu. Chaer mengemukakan (2013: 37) bahwa lambang sebenarnya juga adalah tanda. Hanya bedanya lambang tidak memberi

secara langsung, melainkan melalui sesuatu yang lain. Misalnya warna merah pada bendera Sang Merah Putih merupakan lambang “keberanian”, dan warna putih merupakan lambang “kesucian”. Gambar padi dan kapas pada burung Garuda Pancasila melambangkan”keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Lambang atau simbol merupakan tanda yang bersifat konvensional yang dihasilkan manusia melalui alat ucapnya. Menurut Plato dalam Prawirasumantri (1998: 24) bahwa lambang atau simbol adalah kata dalam suatu bahasa, sedangkan makna adalah objek yang kita hayati di dunia yang berupa rujukan oleh lambang tersebut. lambang bisa bersifat konvensional , perjanjian,tetapi ia dapat diorganisasi, direkam dan dikomunikasikan.

Bunyi-bunyi bahasa atau satuan bahasa sebenarnya termasuk lambang sebab sifatnya konvensional. Untuk memahami makna atau yang diacu oleh bunyi-bunyi bahasa itu kita harus mempelajarinya. Tanpa memepelajarinya, orang Inggris tidak akan tahu bahwa dalam bahasa Indonesia adalah ‘table’ dalam bahasanya.
Contoh
3.Konsep
Konsep merupakan istilah yang diajukan Lyons sebagai pengganti istilah ‘thought’ atau ‘reference’. Istilah ‘konsep’ sebenarnya sama dengan istilah ‘makna’. Jika kita berbicara tentang konsep atau makna, kita tidak bisa mengabaikan keberadaan dua unsure dasar dalam sistem tanda yang secara langsung memiliki hubungan dengan konsepatau makna, yaitu:
      1.Signifiant yaitu unsur abstrak yang terwujud dalam lambang atau simbol,
      2. Signifikantor yaitu yang dengan adanya makna dalam lambang atau simbol itu mampu mengadakan penjulukan, melakukan proses berfikir, dan mengadkan konseptualisasi.
Lambang atau  simbol adalah satuan bahasa yang berupa kata atau kalimat; acuan atau referent adalah objek, peristiwa, fakta atau proses di dalam dunia pengalaman manusia, sedangkan konsep atau pikiran atau reference adalah apa yang ada dalam benak kita tentang objek yang ditunjukan oleh lambang atau simbol.
Antara konsep dan lambang terdapat hubungan timbal balik. Misalnya, kata ‘’rokok’ yang diujarkan oleh seorang penutur dapat menyebabkan penanggap tutur memikirkan kata tersebut. Demikian pula si penutur. Dengan konsepnya dia memakai lambang “r-o-k-o-k’ untuk mengacu pada objek yang sama. Dengan  kata lain, sebelum seseorang mengatakan suatu lambang, di dalam benaknya sudah ada konsep (makna). Kemudian lambang itu dimaknai oleh si penanggap tutur.
Setiap lambang atau simbol yang berupa kata mempunyai konsep. Konsep dapat dikenali dalam keberadaanya sendiri (lepas atau bebas konteks) atau melalui relasi dengan satuan bahasa lainnya (terikat konteks). Kata berkonsep yang bebas konteks terbagi menjadi dua bagian, yaitu yang acuannya dapat dihindari dan yang acuannya tidak dapat dihindari. Dengan demikian, ada tiga kelompok kata yang dimanfaatkan untuk kegiatan komunikasi, yaitu:
Contoh:
1. Kata yang berkonsep, bebas konteks, acuannya dapat dihindari; ‘kursi’, ‘anggur’, ‘lemari’, ‘kuda’;
2.Kata yang berkonsep, bebas konteks, acuannya tidak dapat dihindari: ‘demokrasi’, ‘sakit’, ‘panjang’;
3.Kata yang berkonsep, tetapi harus terikat konteks: ‘yang’, ‘tetapi’, ‘dan’, ‘karena’.

Konsep adalah suatu hal umum yang menjelaskan atau menyusun suatu peristiwa, objek, situasi, ide, atau akal pikiran dengan tujuan untuk memudahkan komunikasi antar manusia dan memungkinkan manusia untuk berpikir lebih baik.

4 Definisi
Definisi adalah  suatu pernyataan mengenai ciri-ciri penting suatu hal, dan biasanya lebih kompleks dari pengertian, makna, atau pengertian suatu hal.Definisi adalah suatu batasan atau arti, bisa juga dimaknai kata, frasa, atau kalimat yang mengungkapkan makna, keterangan, atau ciri utama dari orang, benda, proses, atau aktivitas. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi ialah rumusan tentang ruang lingkup dan ciri-ciri suatu konsep yang menjadi pokok pembicaraan atau studi.Definisi merupakan usaha para ilmuwan untuk membatasi fakta dan konsep.
a)      Ciri-ciri definisi
1.      Suatu arti/makna kata tidak bisa langsung disebut sebagai definisi, karena definisi mempunyai ciri-ciri khusus.Adapun arti/makna kata bisa diartikan sebagai definisi jika terdapat unsur kata atau istilah yang didefinisikan, atau lazim disebut definiendum.Selanjutnya, di dalam arti tersebut harus terdapat unsur kata, frasa, atau kalimat yang berfungsi menguraikan pengertian dan tentunya juga harus ada pilihan katanya.
2.      Pilihan kata tersebut ialah di mana definiens dimulai dengan kata benda, didahului kata ada-lah.Misalnya kalimat Cinta adalah perasaan setia, bangga, dan prihatin dan kalimat Mahasiswa adalah pelajar di perguruan tinggi.
3.      Definiens dimulai dengan selain kata benda umpamanya kata kerja atau didahului kata yaitu. Sebagai contoh Setia yaitu merasa terdorong untuk mengakui, memahami, menerima, menghargai, menghormati, mematuhi, dan melestarikan. Kemudian, definiens juga diharuskan memberi pengertian rupa atau wujud diawali kata merupakan, seperti kalimat Mencintai merupakan tindakan terpuji untuk mengakhiri konflik.
b)Klasifikasi definisi
1.      Definisi nominal
Definisi nominal berupa pengertian singkat. Definiens pada definisi jenis ini terbagi menjadi ada tiga macam.Pertama, sinonim atau padanan, seperti kata manusia yang bersinonim dengan kata orang, maka jika ditulis hasilnya adalah Manusia]] ialah orang.Selanjutnya terkait dengan terjemahan dari bahasa lain, contohnya Kinerja ialah performance. Asal usul sebuah kata dalam definisi nominal juga merupakan hal yang penting.
contoh: Psikologi berasal dari kata "psyche" berarti jiwa, dan "logos" berarti ilmu, psikologi ialah ilmu jiwa.

2.      Definisi formal
Definisi formal disebut juga definisi terminologis, yaitu definisi yang disusun berdasarkan logika formal yang terdiri tiga unsur.Struktur definisi ini berupa "kelas", "genus", "pembeda" (deferensiasi).Ketiga unsur tersebut harus tampak dalam definiens.Struktur formal diawali dengan klarifikasi, diikuti dengan menentukan kata yang akan dijadikan definiendium, dilanjutkan dengan menyebut genus, dan diakhiri dengan menyebutkan kata-kata atau deskripsi pembeda. Pembeda harus lengkap dan menyeluruh sehingga benar-benar menunjukkan pengertian yang sangat khas dan membedakan pengertian dari kelas yang lain.
Contoh kalimat yang merupakan definisi formal adalah Mahasiswa adalah pelajar di perguruan tinggi.
Definisi formal mempunyai syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi agar sesuai dengan aturan yang ada.Di antaranya, fefiniendium dan definiens bersifat koterminus, mempunyai makna yang sama.Kemudian, definiendium dan definiens bersifat konvertabel, dapat ditukarkan tempatnya dan definiens tidak berupa sinonim, padanan, terjemahan, etimologi, bentuk populer, atau pengulangan definiendium.Perbandingannya:
•     Manusia adalah orang yang berakal budi (salah)
•     Manusia adalah insan yang berakal budi (salah)
•     Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna (benar)
Selanjutnya definiens bukanlah kiasan, perumpamaan, atau pengandaian. Contonya kalimat Manusia adalah bagaikan hewan yang tidak pernah merasa puas (salah), kata bagaikan dalam kalimat ini merupakan sesuatu yang tidak dibenarkan dalam definisi formal.
Contoh yang benar berada dalam kalimat Manusia adalah ciptaan Tuhan yang diperintahkan untuk beribadah kepada-Nya.
Syarat berikutnya yaitu definiens menggunakan makna pararel dengan definiendium, tidak menggunakan kata dimana, yang mana, jika, misalnya, dan lain-lain, definiens juga harus menggunakan bentuk positif, bukan kalimat negatif; tanpa kata negatif; tidak, bukan.Misalnya bentuk kalimat negatif Pendidikan kewarganegaraan "tidak lain" adalah pembinaan pelajar agar menjadi warga negara yang baik sehingga mampu hidup bersama dalam masyarakat, baik sebagai anggota keluarga, masyarakat, maupun warga negara, sedang yang benar adalah Pendidikan kewarganegaraan adalah pembinaan pelajar agar menjadi warga negara yang baik sehingga mampu hidup bersama dalam keluarga, masyarakat, dan negara.
Lagi, pembeda (deferiansi)pada definiens harus mencukupi sehingga menghasilkan makna yang tidak bisa (samar)dengan kelas yang lain. Hal ini bisa ditemukan dalam kalimat Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna, tidak benar jika hanya dikatakan bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan.
3.      Definisi operasional
Definisi operasional adalah batasan pengertian yang dijadikan pedoman untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan, misalnya penelitian. Oleh karena itu, definisi ini disebut juga definisi kerja karena dijadikan pedoman untuk melaksanakan suatu penelitian atau pekerjaan tertentu. Definisi ini disebut juga definisi subjektif karena disusun berdasarkan keinginan orang yang akan melakukan pekerjaan.
Yang merupakan ciri-ciri definisi operasional ialah mengacu pada target pekerjaan yang dicapai, berisi pembatasan konsep, tempat, dan waktu, dan bersifat aksi, tindakan, atau pelaksanaan suatu kegiatan.

Contoh:
Definisi tentang operasional variabel ‘’status gizi’’ anak balita adalah hasil penimbangan atau pengukuran berat badan dari tinggi badan anak balit berdasarkan umur.
4.      Definisi paradigmatis
Definisi paradigmatis/personal bertujuan untuk mempengaruhi pola berpikir oranglain. Definisi jenis ini disusun berdasarkan pendapatan nilai-nilai tertentu.
Ada empat ciri-ciri definisi paradigmatis, yakni; disusun berdasarkan paradigma (pola pikir) nilai-nila tertentu, berfungsi untuk mempengaruhi sikap, perilaku, atau tindakan orang lain, bertujuan agar pembaca mengubah sikap sesuai dengan definisi, berhubungan dengan nilai-nilai tertentu.
 misalnya: bisnis, etika, budaya, ajaran, falsafah, tradisi, adat istiadat, pandangan hidup.
Adapun fungsi definisi paradigmatis dapat dikategorikan menjadi empat bagian: pertama, untuk mengembangkan pola berpikir; kedua, mempengaruhi sikap pembaca atau pendengar; ketiga, mendukung argumentasi atau pembuktikan.

Contoh:
1.      Pendidikan adalah upaya mendewasakan anak didik.
2.      Kekayaan laut merupakan potensi alam yang dapat memenuhi dua per tiga kebutuhan hidup bangsa.
2.3 Semantik dan Jenis-Jenisnya
Jenis-Jenis Semantik
1)      Semantik Konseptul
Semantik konseptual yaitu makna denotatif atau makna kognitif yang merupakan faktor sentral dalam komunikasi bahasa. Hal ini dikarenakan terdapat makna konseptual yang mempunyai susunan yang amat kompleks dan rumit.
Contoh : -Ibu
(Ibu memiliki makna konseptual seorang wanita yang telah melahirkan seseorang)
2)      Semantik Gramatikal
Semantik gramatikal atau makna gramatikal sama halnya afiksasi, reduplikasi, komposisi, atau kalmatisasi.
Contoh :  semantik gramatikal atau makna gramatikal yatu proses fiksasi prefiks “ber” dengan “baju” makna gramatikal yang didapat yaitu “mengenakan baju”.
3)      Makna Kontekstual
Makna Kontekstual muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran dengan situasi. Makna kontekstual disebut juga makna struktural karena proses dan satuan gramatikal itu selalu berkenaan dengan struktur ketatabahasaan. Contoh :
Ranbut di kepala nenek sudah putih.
Pak Harjo adalah seorang kepala sekolah.
Pada kepala surat terdapat alamat dan nomor telponnya.
Beras kepala harganya lebih mahal
Makna konteks dapat juga berkenaan dengan situasinya, yakni tempat, waktu, dan lingkungan penggunaan bahasa itu. Sebagi contoh lagi pada kalimat tiga kali empat berapa ? . Kalau ditanyakan pada anak SMP maka jawabnya pasti dua belas tapi lain lagi jika ditanyakan pada ukang foto maka akan dijawab lima ratus atau dengan jawaban yang lain.


4)      Semantik Leksikal
Semantik Leksikal adalah makna yang sebenarnya , sesuai dengan hasil observasi indra kita, makna yang apa adanya dan ada pada kamus. Maksud makna dalam kamus adalah makna dasar atau makna yang konkrit.
Contoh ; -Kuda >Sejenis Binatang
               -Ibu >Seorang perempuan yang melahirkan
5)      Makna Konotitatif
Makna konotitaf merupakan makna lain yang ditambahkan di makna denotatif yang ada di suatu leksem. Makna konotatif (evaluasi) ialah makna tambahan terhadap makna dasarnya yang berupa nilai rasa atau gambar tertentu.
Contoh:
Makna dasar(denotasi)            Makna tambahan(konotasi)
merah : warna …………………… berani; dilarang
ular : binatang ………………… menakutkan/ berbahaya

6)      Semantik Pribahasa
Semantik peribahasa merupakan makna yang masih dapat ditelusuri atau dilacak dari makna unsur-unsurnya karena ada “asosiasi” antara makna asli dengan makna peribahasa.
Contoh : -“Seperti Anjing Dan Kucing” > Dua Orang Yang Tidak pernah akur
7)      Semantik Asosiatif
Semantik asosiatif merupakan makna yang mempunyai suatu leksem atau kata yang berhubungan dengan terdapatnya hubungan kata dengan sesuatu yang ada diluar bahasa. Contoh : makna asosiatif adalah kata merah berasosiasi dengan keberanian, kata “hitam” berasosiasi dengan kejahatan.
8)      Semantik Refensial
Semantik referensial atau referensial merupakan makna di leksem yang berdasarkan pada referensi atua acuannya. Kata yang mempunyai makna referensial mempunyai acuan dikehidupan sekitarr. Contoh : makna referensial adalah pada kata ayam, merah dan sebagainya
9)      Makna Non Referensial
Makna non referensial merupakan makna yang tidak memiliki acuan atau referensi. Kata dan karena, supaya, tidak termasuk dalam kata yang mempunyai makna referensial karena tidak mempunyai referensi. Contoh : Kata dan, atau, dan karena. Kata-kata tersebut tidak memiliki acuan dalam dunia nyata.
10)  Makna Sempit
Makna sempit (narrowed meeaning) merupakan makna yang lebih sempit dari semua ujaran. Makna luas dapat menyempit atau suatu kata yang berasalnya mempunyai makna luas (generik) dapat bermakna sempit (spesifik) karena dibatasi. Contoh : “ahli bahasa”, maka yang dimaksud bukan semua ahli, melainkan seseorang yang mengahlikan dirinya dalam bidang bahasa.
11)  Makna Luas
Makna luas (widened meaning atau extended meaning) merupakan makna yang didalam di suatukata yang lebih luas dari diperkirakan.Makna luas merupakan makna ujaran yang lebih luas dibanding makna pusatnya. Contoh makna luas yaitu makna sekolah di kalima “ia bersekolah lagi di sekolah” yang lebih luas dari makna “gedung tempat belajar”
 12)  Makna Idiomatikal
Makna idiom merupakan satuan ujaran yang mempunyai makna tidak bisa “diramalkan” dari unsurnya, baik itu dengan leksikal ataupun juga secara gramatikal. Contoh secara gramatikal  bentuk “Menjual Rumah “ bermakan “Yang menjual menerima uang dan yang membeli menerima rumahnya , tetapi dalam bahasa indonesi bentuk “Menjual gigi” tidak memiliki makna seperti itu , melainkan bermakna “Tertawa keras-keras” . Jadi makna tersebutlah yang di sebut makna ideomatik.
13)  Makna Kias
Makna kias merupakan oposisi dari arti sebenarnya. Selurh bentuk bahasa baik kata, frase, maupun kalimat yang tidak merujuk pada arti sebenarnya baik arti leksikal, arti konseptual atau artik denotatif yang dinamakan mempunyai arti kiasan. Contoh makna kias yakni puteri malam yang bearti bulan dan raja siang berarti matahari.
2.4 Faktor Perubahan Makn 
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan makna suatu kata. Diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Perkembangan dalam ilmu dan teknologi
Dalam hal ini sebuah kata yang tadinya mengandung konsep makna mengenai sesuatu yang sederhana, tetap digunakan walaupun konsep makna yang dikandung telah berubah sebagai akibat dari pandangan baru atau teori baru dalam satu bidang ilmu atau sebagai akibat dalam perkembangan teknologi. Sebagai contoh perubahan makna kata sastra dari makna tulisan sampai pada makna karya imaginatif adalah salah satu contoh perkembangan bidang keilmuan. Pandangan-pandangan baru atau teori baru mengenai sastra menyebabkan makna kata sastra yang tadinya “bermakna buku yang baik isinya dan baik bahasanya” menjadi berarti “karya yang bersifat imaginatif kreatif”.
2) perkembangan sosial dan budaya
Dalam perkembangan sosial dan budaya kemasyarakatan turut memengaruhi perubahan makna. Sebagai contoh kata saudara dalam bahasa sansekerta bermakna seperut atau satu kandungan. Sekarang kata saudara walaupun masih juga digunakan dalam artian tersebut tapi juga digunakan untuk menyebut siapa saja yang dianggap sederajat atau berstatus sosial yang sama. Hal ini terjadi pula pada hampir semua kata atau istilah perkerabatan seperti bapak, ibu, kakak, adik . Penyebab perubahan makna ini dimungkinkan disebabkan karena dahulu pada zaman sebelum merdeka (dan juga beberapa tahun setelah kemerdekaan) untuk menyebut dan menyapa orang yang lebih tinggi status sosialnya digunakan kata tuan atau nyonya. Kemudian setelah kemerdekaan dan timbulnya kesadaran bahwa sebutan tuan atau nyonya berbau kolonial sehingga kia menggantinya dengan sebutan bapak atau ibu.
3) Pebedaan bidang pemakaian
Kata-kata yang menjadi kosa kata dalam bidang-bidang tertentu itu dalam kehidupan dan pemakaian sehari-hari dapat juga dipakai dalam bidang lain atau menjadi kosa kata umum. Sehingga kata-kata tersebut memiliki makna yang baru, atau makna lain disamping makna aslinya. Misalnya kata menggarap yang berasal dari bidang pertanian dengan segala macam derivasinya seperti tampak pada frase menggarap sawah, tanah garapan dan sebagainya, kini banyak digunakan dalam bidang-bidang lain dengan makna barunya yang berarti mengerjakan seperti tampak pada frasa menggarap skripsi, menggarap naskah drama dan lain-lain. Dari contoh yang diuraikan maka kata-kata tersebut bisa jadi mempunyai arti yang tidak sama dengan arti dalam bidang asalnya, hanya perlu diingat bahwa makna baru kata-kata tersebut masih ada kaitannya dengan makna asli. Kata-kata tersebut diunakan dalam bidang lain secara metaforis atau secara perbandingan. Kesimpulannya makna kata yang digunakan bukan dalam bidangnya itu dan makna kata yang digunakan di dalam bidang asalnya masih berada dalam poliseminya karena makna-makna tersebut masih saling berkaitan atau masih ada persamaan antara makna yang satu dengan makna yang lainnya.
4) Adanya Asosiasi
Kata-kata yang digunakan diluar bidangnya seperti dibicarakan pada bagian sebelumnya masih ada hubungan atau pertautan maknanya dengan makna yang digunakan pada idang asalnya. Agak berbeda dengan perubahan makna yang terjadi sebagai akibat penggunaan dalam bidang yang lain, disini makna baru yang muncul adalah berkaitan dengan hal atau peristiwa lain yang berkenaan dengan kata tersebut. Dalam contoh kata amplop dengan kata uang terjadi asosiasi yaitu berkenaan dengan wadah. Kata amplop berasal dari bidang administrasi atau surat menyurat, makna asalnya adalah sampul surat. Ke dalam amplop itu selain biasa dimasukkan surat, biasa pula dimasukkan benda lain seperti uang. Oleh karena itu dalam kalimat “ Berikan dia amplop biar urusanmu cepat selesai”. Dalam kalimat itu kata amplop bermakna uang sebab amplop yang dimaksud bukan berisi surat atau tidak berisi apa-apa melainkan berisi uang sebagai sogokan.
5) Pertukaran Tanggapan Indra
Dalam penggunaan bahasa banyak terjadi kasus pertukaran tanggapan antara indera yang satu dengan indera yang lain. Rasa pedas, misalnya yang seharusnya ditanggap dengan alat indera perasa pada lidah tertukar menjadi ditanggap oleh alat indera pendengaran seperti tampak dalam ujaran kata-katanya cukup pedas. Contoh lain pada kata kasar yang seharusnya ditanggap oleh alat indera peraba yaitu kulit namun bisa juga ditanggap oleh alat indera penglihatan mata seperti pada kalimat Tingkah lakunya kasar. Pertukaran alat indera penanggap ini biasa disebut dengan istilah sinestesia. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani sun artinya sama dan aisthetikas artinya tampak. Dalam pemakaian bahasa Indonesia secara umum banyak sekali terjadi gejala sinestesia ini. Contoh yang lain terjadi pada beberapa frase yaitu suaranya sedap didengar, warnanya enak dipandang, suaranya berat sekali, bentuknya manis, kedengarannya memang nikmat dan masih banyak contoh-contoh yang lain.
6) Perbedaan Tanggapan
Setiap unsur leksikal atau kata sebenarnya secara sinkronis telah mempunyai makna leksikal yang tetap. Namun karena pandangan hidup dan ukuran dalam norma kehidupan di dalam masyarakat maka banyak kata yang menjadi memiliki nilai rasa yang rendah, kurang menyenangkan. Di samping itu ada juga yang menjadi memiliki nilai rasa yang tinggi atau menyenangkan. Kata-kata yang nilainya merosot menjadi rendah ini disebut dengan istilah peyoratif sedangkan yang nilainya naik menjadi tinggi disebut ameliorative. Contoh kata bini sekarang ini dianggap peyoratif sedangkan kata istri dianggap ameliorative. Begitupun terjadi pada kata laki dan suami, kata bang dan bung. Nilai rasa itu kemungkinan besar hanya bersifat sinkronis. Secara diakronis ada kemungkinan bisa berubah. Perkembangan pandangan hidup yang biasanya sejalan dengan perkembangan budaya dan kemasyarakatan dapat memungkinkan terjadinya perubahan nilai rasa peyoratif atau amelioratifnya sebuah kata.
7) Adanya Penyingkatan
Dalam bahasa Indonesia ada sejumlah kata atau ungkapan yang karena sering digunakan maka kemudian tanpa diucapkan atau dituliskan secara keseluruhan orang sudah mengerti maksudnya. Oleh karena itu kemudian banyak orang menggunakan singkatannya saja daripada menggunakan bentukya secara utuh. Sebagai contoh ada yang berkata “ ayahnya meninggal” tentu maksudnya meninggal dunia tapi hanya disebutkan meninggal saja. Hal ini terjadi pula pada kata berpulang yang maksudnya berpulang ke rahmatullah, ke perpus yang maksudnya ke perpustakaan, ke lab yang maksudnya ke laboratarium dan sebagainya. Kalau disimak sebenarnya dalam kasus penyingkatan kata ini bukanlah peristiwa perubahan makna yang terjadi sebab makna atau konsep itu tetap. Yang terjadi adalah perubahan bentuk kata. Kata yang semula berbentuk utuh disingkat menjadi bentuk yang lebih pendek.
8) Proses Gramatikal
Proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi dan komposisi akan menyebabkan pula terjadinya perubahan makna. Tetapi dalam hal ini yang terjadi sebenarnya bukan perubahan makna sebab bentuk kata itu sudah berubah sebagai hasil proses gramatikal dan proses tersebut telah melahirkan makna-makna gramatikal.
9) Pengembangan Istilah
Salah satu upaya dalam pengembangan atau pembentukan istilah baru adalah dengan memanfaatkan kosa ata bahasa Indonesia yang ada dengan jalan member makna baru baik dengan menyempitkan, meluaskan maupun memberi makna baru. Seperti pada kata papan yang semula bermakna lempengan kayu tipis kini diangkat menjadi istilah untuk makna perumahan, kata teras yang semula bermakna inti atau saripati kayu sekarang memiliki makna yang baru yaitu utama atau pimpinan.

2.5 Analisis Kesalahan Semantik
Setyawati (2010: 103) mengatakan bahwa kesalahan berbahasa dalam tataran semantik dapat berkaitan dengan bahasa tulis maupun bahasa lisan. Kesalahan berbahasa dalam tataran semantic ini penekanannya pada penyimpangan makna, baik yang berkaitan dengan fonologi, morfologi, maupun sintaksis. Jadi, jika ada sebuah bunyi, bentuk kata, ataupun kalimat yang maknanya menyimpang dari makna yang seharusnya maka tergolong ke dalam kesalahan berbahasa semantik. Banyak penyimpangan terjadi dalam penggunaan bahasa sehari-hari yang berkaitan dengan makna yang tidak tepat. Makna yang tidak tepat tersebut dapat berupa: (a) kesalahan penggunaan kata-kata yang mirip, (b) kesalahan pilihan kata atau diksi.
a.       Kesalahan penggunaan kata-kata yang mirip kata-kata yang bermiripan tersebut dapat digolongkan kedalam tiga kelompok, yakni pasangan yang seasal, pasangan yang berasing, dan pasangan yang terancukan.
b.      Kesalahan pilihan kata atau diksi. Pengguanaan kata-kata yang saling menggantikan yang dipaksakan akan menimbulkan perubahan makna kalimat bahkan merusak sturktur kalimat, jika tidak disesuaikan dengan makna atau maksud kalimat yang sebenarnya. Pilihan kata yang tidak tepat sering penggunaannya divariasikan secara bebas, sehingga menimbulkan kesalahan. Kalimat seperti tidak bermasalah,  jika hanya dicermati sekilas saja.

1.      Grejala hiperkorek
Kata yang sudah betul dibetul-betulkan lagi akhirnya menjadi salah.
/s/ dijadikan /sy/ atau sebaliknya
Sarat dan Syarat
Kata Sarat yang berarti penuh, sedangkan Syarat merupakan ketentuan yang harus di penuhi.
 /p/ dijadikan /f/ atau sebaliknya
  polio – folio
kata polio memiliki makna ‘penyakit pada tulang’; sedangkan kata folio berarti ‘ukuran kertas’.
2.      Gejala Pleonasme
Penggunaan unsur bahasa yang berlebihan.
Contoh :
Sudah sejak dari tadi temanmu menunggu
Seharusnya :
sudah dari tadi temanmu menunggu
3.      Pilihan Kata atau Diksi
Sudah sejak dari tadi temanmu menunggu.
Seharusnya :
Sudah dari tadi temanmu menunggu.
4.      Ambiguitas
Kemungkinan adanya makna lebih dari satu dalam sebuah kata, gabungan kata, atau kalimat.
Contoh :
a.       Tipe Afiks
Mengukur : Meng + Ukur : melakukan pengukuran
b.      Tipe idiomatik
angkat topi; artinya, salut
gulung tikar; artinya, bangkrut
membuka lembaran baru; artinya memulai hidup baru dan melupakan masa lalu.
c.       Tipe referensi dan substitusi
Tania bersahabat dengan Nurul, dia sangat mencintai ibunya.
 (dia tidak jelas ditujukan pada Tania atau Nurul)
d.      Tipe atribut dalam kalimat
Dia menerima uang sebanyak lima puluh ribuan.
(tidak jelas uang yang diterima  berupa uang lima puluh ribu atau uang sepuluh ribuan yang berjumlah dua puluh).










BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dapat di ambil kesimpulan bahwa kata semantik yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang di tandainya atau dengan kata lain bidang studi yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Oleh karena itu kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau arti. Semantik bahasa terdiri atas:
1.    Tata bahasa (gramatika)
2.    Fonologi (fonemik)
3.    Fonetik
4.    Leksikon
Pengetahuan semantik akan memudahkan dalam memilih dan menggunakan kata dengan makna yang tepat dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat umum.

3.2 Saran
            Semoga kedepanya makalah ini dapat dijadikan referensi agar lebih lagi kedepanya.Dan satu lagi untuk para pembaca hendaklah di zaman yang serba berubah ini kita lebih tanggap terhadap  perubahan-perubahan yang terjadi khususnya dalam bidang bahasa Indonesia. Kita harus melestarikan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Perubahan yang terjadi perlu kita cermati dengan baik agar keaslian bahasa Indonesia tetap terjaga khususnya semantik ini.




DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.
Alwi, hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Balai Pustaka.
Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Djajasudarma, T. Fatimah. 1999. Semantik Pemahaman Ilmu Makna. Bandung: PT Rafika Aditama.
Suwandi, Sarwiji. 2008.Semantik Pengantar Kajian Makna.Yogyakarta: Media Perkasa.
Parera, J.D. 2004. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga.
Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.
Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan Praktik. Cetakan Kedua. Surakarta: Yuma Pustaka.