A. Hakikat Sintaksis
Istilah sintaksis diambil dari bahasa Belanda, yaitu syntaxis dan bahasa Inggris yaitu, syntax. Secara tradisional sintaksis
adalah bidang tataran linguistic yang disebut tata bahasa atau gramatika (grammar). Tata bahasa memiliki dua
bidang, yaitu morfologi dan sintaksis. Kedua bidang ini memang berbeda, tetapi
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Orang-orang biasanya membedakannya
dengan pegertian morfologi itu membicrakan struktur internal kata, sedangkan
pengertian sintaksis membicarakan kata dalam hubungannya dengan kata lain atau
unsur-unsur lain sebagai suatu satuan ujaran.
Ramlan (1789) mengemukakan bahwa sintaksis adalah
bagian atau cabang ilmu bahasa yang membicarakan sebeluk-beluk wacana, kalimat,
klausa, dan frasa. Stryker dan Tarigan (1998) mengatakan bahwa syntx in the studi of the patterns by which
words are combined to make sentences. Artinya sintaksis adalah telaah mengenai pola pola yang
diperlukan sebagai sarana untuk menghubung-hubungkan kata menjadi kalimat.
Kemudian Muliono (1998) menegaskan bahwa sintaksis adalah studi kaidah
kombinasi kata menjadi satuan yang lebih besar, yakni frasa, klausa, dan
kalimat. Dari beberapa pendapat dari para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang membahas tentang kaidah
penggabungan kata menjadi satuan gramatik yang lebih besar disebut frasa,
klausa, dan kalimat, serta penempatan morfem suprasegmental(intonasi) sesuai
dengan struktur semantik yang diinginkan pembicara sebagai dasarnya.
B. Kedudukan Sintaksis Dalam Ilmu Bahasa (Linguistik)
Lingusitik sebagai disiplin ilmu memiliki beberapa
cabang atau subdisiplin. Pembagian subdisiplin itu tergantung pada
tetaran-tataran ruang lingkupnya, yakni mencakup fon, fonem, morf, morfem,
kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, wacana, smantik, dan pragmatik. Ilmu
yang membicarakan fonem disebut
fonemik, yang
membicarakan morf, morfem, dan kata dsebut morfologi, yang membicarakan frasa,
klausa, dan kalimat disebut sintaksis.
Disamping itu ilmu yang membicarakan makna yang
disebut dengan semantik, dan membicarakan tentag leksikon disebut leksikologi
atau leksikografi. Ruang lingkup seperti itu tidak emuanya tergolong dalam
tatabahasa. Yang tergolong dalam tatabahasa adalah morf, morfem, kata, frasa,
klausa, dan kalimat. Dengan demikian subdisiplin yang tergolong dalam
tatabahasa hanyalah morfologi dan sintaksis.
C. Fungsi, Kategori Dan Peran Sintaksis
1.
Fungsi
Fungsi kajian sintaksis terdiri atas beberaoa
komponen, tiga yang penting adalah subjek, predikat, objek, pelengkap, dan
keterangan.
a.
Subjek dan Predikat
Subjek adalah bagian yang terangkan predikat. Subjek
dapat dicari dengan pertanyaan “Apa atau Siapa yang disebut dalam predikat”.
Predikat adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek. Predikat dapat
ditentukan dengan pertanyaan “yang tersebut dalam subjek sedang apa, siapa,
berapa, dimana, dan lain-lain”. Subjek berupa frasa nomina atau pengganti frasa
nomina. Disis lain, predikat bisa berupa frasa nomina, frasa verba, frasa
adjectiva, frasa numeralia, atau pun frasa preposisi.
Contoh kalimat yang memiliki
subjek dan predikat
a)
Mahasiswa sedang belajar.
Mahasiswa menduduki fungsi subjek,
sedangakan sedang belajar
menduduki fungsi predikat.
Mahasiswa (S) Predikat (P).
b.
Objek dan Pelangkap
Objek berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina,
sedangkan pelengkap berupa frasa nomina, verba, adjectiva, numeralia,
preposisi, dan pengganti nomina. Objek mengikuti predikat yang berupa verba
transitif
(memerlukan objek) atau semitransitif dan pelengkap mengikuti predikat
yang berupa verba intrasitif (tidak memerlukan objek). Objek juga dapat diubah
menjadi subje dan pelengkap tidak dapat diubah menjadi subjek.
Conton kalimat yang memiliki yang
memiliki objek dan pelengkap
a)
Dia sedang membenahi kamarnya
Dia menduduki
fungsi subjek, sedang membenahi menduduki
fungsipredikat, dan kamarnya meruapakan
objek. Dia (S) sedang membenahi (P) kamarnya (O).
b)
Paman berjualan sayuran
Subjek diduduki oleh frasa paman berjualan menduduki fungsi predikat dan
sayuran sebagai pelengkap. Paman (S) berjualan (P) sayuran (Pel).
c.
Keterangan
Keterangan adalah bagian kalimat yang enerangkan
subjek, predikat, objek atau pelengkap. Keterangan berupa frasa nomina, frasa
preposisi, dan frasa konjungsi. Keterangan mudah dipindah-pindah, kecuali
diletakkan diantara predikat dan objek atau predikat dan pelengkap.
Contoh kalimat yang memiliki keterangan
a)
Hari ini mahasiswa mengadakan seminar di Audiotorium
Hari ini dan di audotorium merupakan keterangan, mahasiswa menduduki fungsi sebagai
subjek, mengadakan merupakan predikt,
dan seminar adalah fungsi objek. Hari
ini (K), Mahasiswa (S) mengdakan (P) seminar (O) di auditorium (K).
2.
Kategori
Dalam ilmu bahasa, kata yang memiliki bentuk dan
perilaku yang sama atau mirip dimasukkan ke dalam suatu kelompok. Disisi lain,
kata yang memiliki bentuk dan perilaku yang sama atau mirip dengan sesamanya,
tetapi berbeda dengan kelompok yang pertama, dimasukkan kedalam kelompok yang
lain. Dengan kata lain, kata dapat dibedakan berdasarkan kategori sintaksisnya.
Kategori
sintaksis sering pula disebut kategori atau kelas kata. Empat kategori
sintaksis utama adalalah:
a. Verba atau kata kerja
b. Nomina atau kata benda
c. Adjectiva atau kata sifat
d. Adverbal atau kata keterangan
3.
Peran sintaksis
Suatu kata dalam konteks kalimat
memiliki peraan semantik tertentu.
Contoh sebagai berikut:
a.
Farida menunggui adiknya
b. Pencuri itu lari
c. Penjahat itu mati
Berdasarkan peran semestinya, farida pada kalimat (1)
adalah pelaku, yakni orang yang melakukan perbuatan menunggui. Adiknya pada
kalimat (1) adalah sasaran, yakni yang terkena perbuatan yang dilakukan oleh
pelaku. Pencuri pada kalimat (2) adalah juga pelaku dia melakukan perbuatan
lari. Akan tetapi, penjahat pada kalimat (3) bukanlah pelaku karena mati bukanlah
perbuatan yang dia lakukan, melainkan suatu peristiwa yang terjadi padanya.
Oleh karena itu, mekipun wujud sintaksisnya mirip dengan kalimat
(2), penjahat itu pada kalimat
(3) adalah sasaran.
d. Satuan Sintaksis
1.
Kata
Kata merupakan satuan terkecil dari sintaksis. Kata
juga berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis, sebagai penanda kategori
sintaksis dan sebagai penyatuan satuan-satuan dari satuan sintaksis.
Klasifikasi kata dapat dibedakan menjadi:
a.
Klasifikasi kata berdasarkan bentuknya
a)
Kata dasar, ialah kata yang merupakan kata dasar
pembentukan kata berimbuhan atau bentuk terkecil yang tidak dapat
disegmentasikan lagi. Misalnya lari, meja, beli, makan, dan sebagainya.
b)
Kata berimbuhan ialah kata-kata yang mengalami
perubahan bentuk akibat melekatnya imbuhan baik di awal, di tengah, di akhir,
baik dengan gabungan, maupun konfiks. Contohnya digambar, mempersembahkan,
tarikan, dan sebagainya.
c)
Kata berulang atau reduplikasi ialah kata yang
mengalami perulangan. Contohnya buku-buku, berlari-lari, dan sebagainya.
d)
Kata majemuk ialah hasil dan proses penggabungan
morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga
memiliki identitas yang baru. Contohnya rumah sakit, daya juang, lalu lintas,
dan sebagainya.
b. Klasifikasi kata berdasarkan kelasnya
a)
Verba (kata kerja) adalah kata-kata yang menyatakan
tindakan atau perbuatan. Contohnya pergi, makan, minum, tidur, suka, dan sebagainya.
b)
Adjektiva (kata sifat) adalah suatu kata yang
digunakan untuk mengungkap sifat atau keadaan suatu objek, baik itu manusia,
hewan dan tumbuhan serta barang/ benda. Contohnya paling, lebih, kurang, dan
sebagainya.
c)
Nomina (kata benda) adalah kata-kata yang sifatnya
merujuk dari bentuk sebuah benda atau barang. Contohnya lemari, meja, kursi,
papan tulis, radio, dan sebagainya.
d)
Adverbial (kata keterangan) adalah suatu jenis kata
yang sifatnya memberikan keterangan (penjelasan) terhadap semua kalimat. Kata
keterangan dapat dibedakan menjadi keterangan waktu, keterangan tempat.
Contohnya pagi, siang, sore, malam, rumah, teras, kelas, toko, dan sebagainya.
e)
Konjungsi (kata sambung) adalah kata untuk
menghubungkan kata-kata, ungkapan-ungkapan atau kalimat-kalimat dan sebagainya
dan tidak untuk tujuan atau maksud lain.
2.
Frase
Merupakan satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat non
predikatif atau gabungan kata yang salah satu fungsi sintaksis dalam kalimat.
Contoh: tanah tinggi, belum
makan, kamar tidur. Ciri-ciri frase yaitu :
a)
Frase terdiri dari dua kata atau lebih
b) Frase belum melampaui batas
fungsi (SPOK)
c)
Frase belum memenuhi syarat sebagai
klausa
d)
Frase lebih kecil daripada klausa Beberapa kategori
mengenai frase yaitu :
a.
Frase nominal, contohnya adik saya, sebuah meja, rumah
makan yang mimiliki fungsi sebagai S
atau O.
b.
Frase verbal, contohnya suka makn, sudah mandi, makan
minum yang memiliki fungsi sebagai P.
c.
Frase ajektifal, contohnya sangat indah, bagus sekali,
merah muda memiliki fungsi sebagai P.
d.
Frase preposional, contohnya di pasar, ke Surabaya,
pada tahun 2006 yang memiliki fungsi sebagai
Ket.
Jenis-jenis frase:
a. Frase Endosentrik
Adalah frase yang satu unsurnya memiliki perilaku sintaksis yang sama
dengan keseluruhannya (dapat menggantikan kedudukan secara keseluruhan).
b.
Frase Eksosentrik
Adalah frase yang hubungan kedua unsurnya sangat erat, sehingga kedua
unsurnya tidak bisa dipisahkan sebagai pengisi fungsi sintaksis.
c.
Frase Koordinatif
Adalah frase yang komponen pembentuknya terdiri dari dua komponen atau
lebih yang sama.
d.
Frase Subordinatif
Adalah frase yang kedudukan kedua unsurnya tidak sama, unsur yang satu
berstatus sebagai atasan dan yang lain sebagai bawahan.
3.
Klausa
Adalah satuan sintaksis berupa runtutan kata kata
berkonstruktif predikatif. Klausa berpontensi jadi kalimat tunggal karena
didalamnya ada fungsi sintaksis wajib, yaitu subjek dan predikat.
a)
Contoh: Kakek membaca koran tadi pagi.
Contoh dalam
kalimat majemuk koordinatif yang terdapat dua kalusa: Nenek membaca komik.
b)
Contoh klausa yang terletak ditengah kalimat karena
disisipkan sebagai keterangan tambahan: Gadis itu bukan cucu nenek.
Jenis-jenis klausa:
a.
Berdasarkan struktur:
1)
Klausa bebas: memiliki unsur-unsur lengkap minimal
mempunyai subjek dan predikat.
Contoh: Nenekku masih cantik.
2)
Klausa terikat: mempunyai struktur yang tidak lengkap.
Contoh: Konstruksi
“tadi pagi” yang bisa menjadi kelimat jawaban untuk kalimat tanya “Kapan nenek
membaca koran?”
b.
Berdasarkan unsur segmental yang menjadi predikat:
1)
Klausa verbal: klausa yang predikatnya berkategori
verba. Misal: nenek madi, matahari terbit.
2)
Klausa nominal: klausa yang predikatnya berupa nomina.
Misal: kakeknya petani di desa itu (nominanya adalah petani).
3)
Klausa Adjektif: Kalusa yang predikatnya
berkategorikan kata sifat. Misal: ibu dosen itu cantik sekali.
4)
Klausa adverbal: kalusa yang predikatnya bberupa
adverbal. Misal bandelnya teramat sangat.
5)
Kalusa Preposional: kalusa yang predikatnya berupa
frase yang berkategori preposisi. Contoh: nenek ada di kamar, dia datang dari
medan dan kakek pergi ke pasar baru.
6)
Klausa numeral: Klausa yang predikatnya berupa
kata/frase numerial: contoh: gajinya adalah lima juta dan taksi ada delapan buah.
4.
Kalimat
Merupakan satuan sintaksis yang disusun dari
konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila
diperlukan, serta disertai dengan intonasi final. Intonasi final yang merupakan
syarat penting dalam pembentukan kata dapat berupa:
a.
Intonasi deklaratif, yang dalam bahasa ragam tulis diberi tanda titik
b.
Intonasi interogatif, yang dalam bahasa ragam tulis diberi tanda tanya
c.
Intonasi imperative, yang dalam bahasa ragam tulis diberi tanda seru
d.
Intonasi interjektif, yang dalam bahasa ragam tulis diberi tanda seru.
Tanpa intonasi final ini sebuah
klausa tidak akan menjadi sebuah kalimat.
Jenis kalimat
a.
Berdasarkan kategori klausanya dibedakan adanya
a)
Kalimat verbal, merupakan kalimat yang predikatnya
berupa verba atau frase verbal
b)
Kalimat ajektifal, merupakan kalimat yang predikatnya
berupa ajektifa atau frase ajektifal
c)
Kalimat nominal, merupakan kalimat yang predikatnya
berupa nomina atau frase nominal
d)
Kalimat preposisional, merupakan kalimat yang
predikatnya berupa frase prepsisional. Kalimat ini hanya digunakan dalam bahasa
ragam nonformal
e)
Kalimat numeral, merupakan kalimat yang predikatnya
berupa numeralia atau frase numeral. Kalimat ini hanya digunakan dalam bahasa
ragam nonformal
f)
Kalimat adverbial, merupakan kalimat yang predikatnya
berupa adverbia atau frase adverbial
b. Berdasarkan jumlah klausanya
dibedakan adanya
a) Kalimat sederhana, yaitu
kalimat yang dibangun oleh sebuah klausa
b)
Kalimat “bersisipan”, yaitu kalimat yang pada salah
satu fungsinya “disisipkan” sebuah klausa sebagai penjelas atau keterangan
c)
Kalimat majemuk rapatan, yaitu sebuah kalimat majemuk
yang terdiri dari dua klausa atau lebih dimana ada fungsi-fungsi klausanya yang
dirapatkan karena merupakan substansi yang sama
d)
Kalimat majemuk setara, yaitu kalimat yang terdiri
dari dua klausa atau lebih dan memiliki kedudukan yang setara
e)
Kalimat majemuk bertingkat, yaitu kalimat yang terdiri
dari dua buah klausa yang kedudukannya tidak
setara
f)
Kalimat majemuk kompleks, yaitu kalimat yang terdiri
dari tiga klausa atau lebih yang di dalamnya terdapat hubungan koordinatif
(setara) dan juga hubungan subordinatif (bertingkat)
c.
Berdasarkan modusnya dibedakan adanya
a) Kalimat berita (deklaratif),
yakni kalimat yang berisi pernyataan belaka
b)
Kalimat Tanya (interogatif), yakni kalimat yang berisi
pertanyaan yang perlu dijawab
c)
Kalimat perintah (imperatif), yakni kalimat yang
berisi perintah dan perlu diberi reaksi berupa
tindakan
d)
Kalimat seruan (interjektif), yaitu kalimat yang
menyatakan ungkapan perasaan
e)
Kalimat harapan (optatif), yakni kalimat yang
menyatakan harapan atau keinginan
ANALISIS
KALIMAT
Kalimat:
Fungsi,
Kategori, Makna
Rani
|
membaca
|
buku sastra
|
di perpustakaan
|
|
F
|
S
|
P
|
O
|
Ket
|
K
|
N
|
V
|
FN
|
FP
|
M
|
Pelaku
|
Perbuatan
|
Penderita
|
Keterangan
|
5.
Wacana
Wacana merupakan satuan tertinggi dalam hierarki
sintaksis, wacana memiliki pengertian lengkap atau utuh dibangun oleh kalimat
atau kalimat- kalimat. Artinya yaitu sebuah wacana mungkin hanya terdiri dari
sebuah kalimat, mungkin juga terdiri dari sejumlah kalimat. Ciri-ciri khas
sebuah wacana sebagai berikut :
a.
Urutan penanda, mencakup konjungsi/ adverbial
transisional, bentuk kata kerja khusus dn bntuk-bentuk pronominal
b.
Ciri-ciri kala urutan kalimat dan klausa, mencakup
urutan linguistik kata-kata dan urutan historis peristiwa-peristiwa
c.
Ciri-ciri spasial urutan kalimat dan klausa, mencakup
pendirian sang pengarang dan posisi pencerita/
pembicara
d.
Penyambung formal dan semantic, mencakup susunal
parallel atau kiastik dan ciri-ciri urutan matrik/ rima
e.
Urutan tipe kalimat dan klausa, mencakup wacana
langsung dan wacana tidak langsung
Jenis wacana
a. Berdasarkan tertulis atau tidaknya
Wacana tertulis
misalnya surata, majalah, cerpen, novel, dsb. Sedangkan wacana tidak tertulis
atau lisan misalnya diskusi, debat, dan dialog.
b.
Berdasarkan pengungkapan langsung dan tidak langsung
Wacana langsung adalah wacana yang berisi pengungkapan langsung dari si
penutur atau si pembicara. Salah satu contoh seperti dialog langsung. Sedangkan
wacana tidak langsung adalah wacana yang berisi ugkapan ungkapan tidak langsung
dari sang tokoh. Contohnya yaitu resume, laporan, dan sebaginya.
c.
Berdasarkan cara menuturkan
Wacana ini dibedakan menjadi dua yaitu wacana pmbeberan dan wacana
penuturan. Wacana pembeberan adalah wacana yang berisi pembeberan suatu
peristiwa atau kasus. Contoh adalah pernyataan kasus dari seorang saksi kepada
pihak penyidik terhadap peristiwa yang terjadi. Biasanya disampaikan secara
terbuka tanpa ada yang ditutup-tutupi. Sedangkan wacana penuturan adalah wacana
yang berisi pernyataan sikap dari seseorang. Contohnya adalah wacana langsung
yaitu wacana hasil tuturan seseorang.
d.
Berdasarkan bentuk
Wacana ini dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu waca ilmiah,
wacana puisi, wacana drama. Wacana ilmiah adalah wacana yang berisi hasil
kajian ilmiah. Contohnya skripsi, tesis, dan disertasi. Wacana puisi adalah
wacana sastra berupa ungkapan sesaat sang penulis. Misalnya ungkapan perasaan
kagum, sedih, senang, gembira, pilu, kesal, dan sebagainya. Sementara wacana
drama adalah wacana sastra yang berisi dialog-dialog sang tokoh. Biasanya
wacana ini ditulis dengan maksud untuk ditampilkan di atas pentas(dilakonkan).
Contohnya teks atau naskah drama.
A.
Kesimpulan
BAB III
PENUTUP
Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang
membahas tentang kaidah penggabungan kata menjadi satuan gramatik yang lebih
besar disebut frasa, klausa, dan kalimat, serta penempatan morfem
suprasegmental(intonasi) sesuai dengan struktur semantik yang diinginkan
pembicara sebagai dasarnya. Ilmu yang membicarakan fonem disebut fonemik, yang
membicarakan morf, morfem, dan kata dsebut morfologi, yang membicarakan frasa,
klausa, dan kalimat disebut sintaksis.
Satuan sintaksis terdiri dari kata yang merupakan satuan
terkecil dari sintaksis. Frase berupa gabungan kata yang bersifat non
predikatif atau gabungan kata yang salah satu fungsi sintaksis dalam kalimat.
Klausa berupa runtutan kata kata berkonstruktif predikatif. Kalimat terdiri
dari konstituen dasar dan intonasi final. Wacana memiliki pengertian lengkap
atau utuh dibangun oleh kalimat atau kalimat-kalimat.
B.
Saran
Pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan siswa agar berkomunikasi dengan baik dan benar.
Materi ini sangat penting untuk di ajarkan kepada anak sejak usia dini karena
dapat berpengaruh terhadap perkembangan bahasa anak. Semoga dengan penulisan
makalah ini pembaca dapat memahami materi tentang apresiasi sastra Indonesia.
Jika terdapat kekurangan, dengan senang hati penulis akan menerima kritik dan
saran yang membangun agar pada kesempatan selanjutnya penulis dapat menuliskan
makalah yang lebih baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Chaer,
Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia
(Pendekatan Proses). Jakarta: RINEKA CIPTA
Suhardi. 2013. DASAR-DASAR
ILMU SINTAKSIS BAHASA INDONESIA.
Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA
Awalludin.
2017. PENGEMBANGAN BUKU TEKS SINTAKSIS
BAHASA INDONESIA.Yogyakarta: DEEPUBLISH
Supriyadi. 2014.Sintaksis
Bahasa Indonesia. Gorontalo: UNG Press
Manaf,
Ngusman Abdul. 2009. Sintaksis: Teori dan
terapannya dalam Bahasa Indonesia. Padang: Sukabina Press