Wikipedia

Search results

MAKALAH FONOLOGI BAHASA INDONESIA




BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari hari yang pernah kita lihat masih banyak masyarakat menggunakan bahasa Indonesia tetapi tuturan atau ucapan daerahnya masih terbawa kedalam ucapan bahasa indonesia. Tidak sedikit seorang yang berbicara dalam bahasa Indonesia sebagai bahasa indonesia, akan tetapi dengan ucapan atau intonasi jawa, batak, sunda dan lain-lain.. Hal ini dikarenakan sebagian besar bangsa Indonesia masih memposisikan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Sedangkan bahasa daerah masing-masing telah menjadi bahasa pertama mereka. Bahasa Indonesia masih banyak digunakan dalam komunikasi tertentu, seperti dalam kegiatan-kegiatan resmi maupun berbicara dengan orang yang tidak pernah kita kenal.
Selain itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya di SD istilah yang diekenal tentang fonem digunakan guru adalah istilah huruf walaupun yang dimaksud adalah fonem. Mengingat keduanya merupakan istilah yang berbeda, untuk efektifnya pembelajaran , tentu perlu adanya penyesuaian dalam segi penerapannya.
Oleh karena itu untuk mecapai suatu yang dimaksud bunyi dalam bahasa indonesia sudah seharusnya intonasi khas daerah masing-masing itu dikurangi jika untuk menghilangkan masih susah. Sebagai seorang guru pemahaman mengenai fonologi bahasa Indonesia selain dapat menjadi bekal dalam pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari juga dapat bermanfaat untuk pelatihan kemampuan berbahasa untuk siswa.
B.     Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan Fonologi Bahasa Indonesia ?
2.    Bagaimana cara membedakan ilmu-ilmu bahasa yang tercakup dalam Bahasa Indonesia ?
3.    Bagaimana Mengidentifikasi fonem bahasa Indonesia ?
C.     Tujuan Penulisan
1.    Untuk menjelaskan pengertian fonologi bahasa Indonesia
2.    Untuk memahami ilmu-ilmu bahasa yang tercakup dalam bahasa Indonesia
3.    Untuk mejelaskan fonem-fonem bahasa Indonesia


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Fonologi Bahasa Indonesia
Secara etimologi kata fonologi berasal dari gabungan kata fon yang berarti bunyi dan logi yang berarti ilmu. Menurut Kridalaksana (2007:2) fonologi ialah suatu ilmu tentang bunyi pada umumnya fonetik, sedangkan  bunyi bahasa diteliti atau diuraikan dalam fonologi. Adapun istilah fonologi yang berasal dari gabungan kata Yunani phone ‘bunyi’ dan logos ‘tatanan, kata atau ilmu’.
Dengan demikian Fonologi merupakan sistem bunyi dalam bahasa Indonesia atau ilmu yang mempelajari tentang bunyi bahasa. Fonologi memiliki dua bagian diantara, Fonetik yaitu bagian fonologi yang mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa atau bagaimana suatu bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap manusia. Sedangkan Fonemik yaitu bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut fungsinya sebagai pembeda arti.
B.     Ilmu-ilmu Yang Tercakup Dalam Bahasa
Fonologi dalam tataran ilmu bahasa terdiri atas:
1.    Fonetik
Fonetik yaitu ilmu bahasa yang membahas tentang bunyi-bunyi yang dipakai dalam tutur dan  bagaimana bunyi itu dihasilkan oleh alat ucap.Menurut Samsuri (1994), fonetik adalah studi tentang bunyi-bunyi ujar. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), fonetik diartikan bidang lingustik tentang pengucapan (penghasilan) bunyi ujar adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan alat ucap manusia serta bagaimana bunyi itu dihasilkan Chaer (2007) membagi urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu menjadi tiga jenis fonetik yaitu:
a.    Fonetik Artikularotis
Fonetik artikulatoris disebut juga fonetik organis atau fonetik fisiologis, mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan.Pembahasannya antara lain meliputi masalah alat-alat ucap yang digunakan dalam memproduksi dalam bahasa itu, mekanisme arus udara yang digunakan dalam memproduksi bunyi bahasa, bagaimana bunyi bahasa itu dibuat, mengenaiklasifikasi bahasa yang dihasilkan serta apa kriteria yang digunakan, mengenai silabel, dan juga mengenai unsur-unsur atauciri-ciri supresegmental, seperti tekanan, jeda, durasi dan nada.
b.    Fonetik Akustik
Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam. Objeknya adalah bunyi bahasa ketika merambat di udara, antara lain membicarakan: gelombang bunyi beserta frekuensi dan kecepatannya ketika merambat di udara, spektrum, tekanan, danintensitasbunyi. Juga mengenai skala desibel, resonansi, akustik produksi bunyi, serta pengukuran akustik itu.Kajian fonetik akustik lebih mengarah kepada kajian fisika dari pada kajian linguistik, meskipun linguistic memiliki kepentingan didalamnya.
c.    Fonetik Auditoris
Fonetik auditoris mempelajari bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu diterima oleh telinga, sehingga bunyi-bunyi itu didengar dan dapat dipahami.Dalam hal ini tentunya pambahasan mengena istruktur dan fungsi alat dengar, yang disebut telinga itu bekerja. Bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu, sehingga bias dipahami. Oleh karena itu, kajian fonetik auditoris lebih berkenaan dengan ilmu kedokteran, termasuk kajian neurologi.
Dari ketiga jenis fonetik tersebut yang paling berurusan dengan dunia lingusitik adalah fonetik artikulatoris, sebab fonetik inilah yang berkenaan dengan masalah bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan atau diucapkan manusia. Sedangkan fonetik akustik lebih berkenaan dengan bidang fisika yang dilakukan setelah bunyi-bunyi itu dihasilkan dan sedang merambat di udara. Kajian mengenai frekuensi dan kecepatan gelombang bunyi adalah kajian bidang fisika bukan bidang linguistik. Fonetik auditoris berkenaan dengan bidang kedokteran dari pada linguistik. Kajian mengenai struktur dan fungsi telinga jelas merupakan bidang kedokteran.
2.      Fonemik
Fonemik adalah ilmu yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang berfungsi sebagai pembeda makna. Terkait dengan pengertian tersebut, fonemik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) diartikan:
 (1) Bidang lingustik tentang system fonem.
(2) Sistem fonem suatu bahasa.
(3) Prosedur untuk menentukan fonem suatu bahasa.
Jika dalam fonetik mempelajari berbagai macam bunyi yang dapat dihasilkan oleh alat-alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan, maka dalam fonemik mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-kemungkinan, bunyi ujaran yang manakah yang dapat mempunyai fungsi untuk membedakan arti.
Chaer (2007) mengatakan bahwa fonemik mengkaji bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata.Misal nya bunyi [l], [a], [b] dan [u] dan [r], [a], [b] dan [u]. Jika dibandingkan perbedaannya hanya pada bunyi yang pertama, yaitu bunyi [l] dan bunyi [r]. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua bunyi tersebut adalah fonem yang berbeda dalam bahasa Indonesia, yaitu fonem /l/ dan fonem /r/.
Sebagai bidang yang berkosentrasi dalam deskripsi dan analisis bunyi-bunyi ujar, hasil kerja fonologi berguna bahkan sering dimanfaatkan oleh cabang-cabang lingusitik yang lain, misalnya morfologi, sintaksis, dan semantic
1.    Fonologi dalam cabang morfologi
Bidang morfologi yang kosentrasinya pada tataran struktur internal kata sering memanfaatkan hasil studi fonologi, misalnya ketika menjelaskan morfem dasar {butuh} diucapkan secara bervariasi antara [butUh] dan [bUtUh] serta diucapkan [butuhkan] setelah mendapat proses morfologis dengan penambahan morfem sufiks {-kan}.
2.    Fonologi dalam cabang sintaksis
Bidang sintaksis yang berkosentrasi pada tataran kalimat, ketika berhadapan dengan kalmiat kamu berdiri. (kalimat berita), kamu berdiri? (kalimat tanya), dan kamu berdiri ! (kalimat perintah) ketiga kalimat tersebut masing-masing terdiri dari dua kata yang sama tetapi mempunyai maksud yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dijelaskan dengan memanfaatkan hasil analisis fonologis, yaitu tentang intonasi, jedah dan tekanan pada kalimat yang ternyata dapat membedakan maksud kalimat, terutama dalam bahasa Indonesia.
3.    Fonologi dalam cabang semantik
Bidang semantik yang berkosentrasi pada persoalan  makna kata pun memanfaatkan hasil telaah fonologi. Misal nya dalam mengucapkan sebuah kata dapat divariasikan dan tidak. Contoh kata [tahu], [tau], [teras] dan [t∂ras] akan bermakna lain. Sedangkan kata duduk dan didik ketika diucapkan secara bervariasi [dudUk], [dUdU], [didīk], [dīdī] tidak membedakan makna. Hasil analisis fonologis lah yang membantunya.
C.    Fonem-Fonem Bahasa Indonesia
Fonem merupakan setiap ujaran bunyi dalam satu bahasa mempunyai fungsi membedakan arti, (Santoso:2004). Fonem tidak bisa berdiri sendiri karena belum mengandung arti. Tidak berbeda dengan pendapat tadi, dalam kamus besar bahasa Indonesia  tertulis bahwa yang dimaksud fonem adalah satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan kontras makna. Jadi dapat disimpulkan bahwa fonem merupakan satuan bunyi bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan memiliki fungsi untuk membedakan makna.
Dalam bahasa Indonesia, secara resmi terdapat 32 buah  fonem  yang terdiri atas : 6 fonem vokal( a,i,u,e,o) , 3 fonem diftong  dan 23 fonem  konsonan (p, b, m, w, f, v, t, d, n, c, j, k, g, h.). berikut ini macam-macam fonem :
a.    Alofon adalah variasi fonem karena pengaruh lingkungan suku kata.
Contoh : simpul-simpulan. Fonem /u/ pada kata [simpul] berada pada lingkungan suku tertutup dan fonem /u/ pada kata [simpulan] berada pada lingkungan suku terbuka. Jadi, fonem /u/ mempunyai dua alofon, yaitu [u] dan (u).
b.    Asimilas iadalah proses perubahan bunyi dari tidak sama menjadi sama atau hamper sama. Contoh: in + moral / immoral / imoral.
c.    Desimilasi adalah proses perubahan bunyi yang sama menjadi tidak sama. Contoh : sajjan a menjadi sarjana.
d.   Diftongisasia dalah perubahan  monoftong menja didiftong.
Contoh: anggota menjadi anggauta.
e.    Monoftongisasi   adalah   proses   perubahan   diftong   menjadi monoftong. Contoh: ramai, menjadirame.
f.     Nasalisasia dalah persengauan atau proses memasuk kan huruf nasal (n, m, ng, ny) pada suatu fonem. Contoh : me/m/ pukul menjadi memukul.

Membedakan dan Mengucapkan Fonem Bahasa Indonesia
Secara umum bunyi bahasa dibedakan atas vokal, konsonan, dan semi- vokal. Perbedaan antara vocal dan konsonan didasarkan pada ada atau tidak nya halangan (proses artikulasi) pada alat bicara. Agar lebih jelas, Anda dapat melihat table berikut.
Vokal
Konsonan
a)      Bunyi yang tidak disertai halangan, Halangan hanya ada pada pita suara.
b)      Tidak terdapat artikulasi.
c)      Semua vocal dihasil kan dengan bergetarnya pita suara maka dengan begitu juga disebut bunyisuara.
a)      Bunyi yang dibentuk dengan menghalangi arus udara pada sebagian alat bicara.
b)      Terdapat artikulasi.
c)      Konsonan bersuara adalah yang dihasilkan dengan bergetarnya pita suara.
d)     Konsonan tidak bersuara adalah konsonan yang dihasilkan tanpa bergetarnya pita suara.

1.      Vokal
Bunyi   vokal   dibedakan   berdasarkan   posisi   tinggi   rendahnya  lidah,bagian lidah yang bergerak, struktur, dan bentuk bibir. Dengan demikian, bunyi   vokal   tidak   dibedakan   berdasarkan   posisi   artikulatornya  karena pada bunyi vocal tidak terdapat artikulasi. Artikulator adalah bagian alat ucap yang dapat bergerak.
2.      Konsonan
Konsonan dapat dibedakan menurut:
a.    cara hambat (cara artikulasi) atau cara pengucapannya;
b.    tempat hambat (tempat artikulasi);
c.    hubungan posisi onal antara penghambat-penghambat atau hubungan  antara arti kulator pasif dengan bergetar tidaknya pita suara.
3.      Semi vokal
Bunyi semi vocal termasuk kedalam konsonan. Hubungan antar peng-hambat dalam melafalkan semi vocal disebut renggang lebar atau renggang terbentang. Berdasarkan   hambatannya,  ada   dua   jenis semi vocal sebagai berikut:
1)        Semi vokal bilabial
Semi vokal ini terjadi jika artikulator aktifnya bibir bawah dan artikulator pasif adalah bibir atas. Bunyi yang dihasilkan adalah bunyi {W}
2)    Semi vokal   medio-palatal
Semi vokal   ini   terjadi   jika   articulator aktifnya tengah lidah dan articulator pasifnya langit-langit keras. Bunyi yang dihasilkan {Y}
Cara mengucapkan atau melafalkan bunyi dalam bahasa Indonesia dapat dituliskan dengan lambang fonetis (bunyi).Contoh :
Huruf
Pelafalan
Contoh Kata
Lambang Fonetis
A
A
Air
[a i r]
Au
Aw
Kalau
[k a l aw]
Ai
Ay
intai
[i n t a y]
B
B
bukan
[b u k a n]
C
C
cara
[c a r a ]
D
D
damai
[d a m ai]
E
E
enak
[e n a ?]
E
Ε
nenek
[n ε n ε?]
E
E
gedung
[g e d u h]
F
F
formal
[f o r m a l]
G
G
gundul
[g u n d u l]
H
H
harap
[h a r a p]
I
I
indah
[i n d a h]
I
I
kering
[k e r  I ŋ]
J
J
Jumlah
[j u m l a h]
K
K
Kasih
[k a s i h]
K
?
Rakyat
[r a? y a t]
L
L
lama
[l a m a]
M
M
mandi
[m a n d i]
N
N
nanas
[n a n a s]
Ny
Ñ
nyanyi
[ñ a ñ i ]
Ng
Ŋ
barang
[b a r a ŋ]
O
O
obat
[o b a t]
O
O
tolong
[t c l c h]
Oi
Oy
amboi
[a m b o y]
P
P
pilih
[p i l i h]
R
R
rantai
[r a n t ai]
S
S
suara
[s u a r a]
Sy
Š
syukur
[š u k u r]
T
T
taruh
[t a r u h]
U
U
ulir
[u l I r]
U
U
taruh
[t a r U h]
V
V
visa
[v i s a]
W
W
wanita
[w a n i t a]
Kh
X
ikhwal
[i x w a l]
Y
Y
karya
[k a r y a]
Z
Z
ijazah
[i j a z a h]




BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Berdasarkan  penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Fonologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bunyi. Fonologi sendiri mencakup dua kajian yaitu fonetik dan fonemik.
Oleh karena itu, untuk mencapai suatu ukuran fonem  dalam bahasa Indonesia, sudah seharusnya intonasi khas daerah dikurangi jika mungkin dirasa susah untuk menghilangkan. Pemahaman fonologi bahasa Indonesia selain dapat menjadi bekal dalam pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari hari juga dapat bermanfaat dalam kemampuan berbahasa dengan baik dan benar.
B.     SARAN
Sebagai seorang guru dalam pemahaman fonologi bahasa Indonesia sangat perlu diperluas. Karena selain dapat menjadi bekal pemakaian Bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari juga dapat menjadi pelatihan dalam berkomunikasi pada siswa.


DAFTAR PUSTAKA
Widodo. 2004. Fonologi Bahasa Jawa. Semarang
Alwi, Hasan (Peny.) 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Kridalaksana,. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia.
Marsono, 2007. Fonetik. Yogyakarta: UGM Press.
Parera, Jos Daniel. 1983. Fonetik dan Fonemik. Ende, Flores: Nusa Indah.
Samsuri, 1978. Analisa Bahasa. Jakarta: Erlangga.