Wikipedia

Search results

MAKALAH PENILAIAN OUTENTIK DALAM KURIKULUM 2013


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian merupakan tiga dimensi dari sekian banyak dimensi yang sangat penting dalam pendidikan. Ketiga dimensi tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Kurikulum  merupakan penjabaran tujuan pendidikan yang menjadi landasan proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan guru untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam kurikulum.
Asesmen atau penilaian merupakan salah satu kegiatan terpenting tetapi juga paling banyak diperdebatkan, yang melibatkan guru. Asesmen juga merupakan alat yang tak ternilai harganya bagi guru dan system pendidikan, yang memungkinkan guru untuk merencanakan pelajarannya dengan lebih baik dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan murid-muridnya, dan ini membantu pihak guru maupun sekolah untuk melihat apakah murid-murid benar-benar belajar dari apa yang diajarkan. Guru kemudian dapat menyesuaikan pengajarannya bila hal ini tidak terjadi. Asesmen juga dapat memungkinkan guru untuk melihat seberapa jauh kinerja murid untuk melihat seberapa jauh kinerja murid mereka dibandingkan norma nasional yang ada.
Istilah asesmen mengacu pada semua informasi yang dikumpulkan tentang murid di kelas oleh guru, baik melalui pengetesan formal, esai, dan pekerjaan rumah, atau secara informal melalui observasi atau interaksi. Berkembangnya metode dalam pendidikan tentu saja sejalan dengan berkembangnya sistem evaluasi di dalam pendidikan dan pembelajaran itu sendiri. Namun, sampai sekarang masih banyak sekolah-sekolah yang terlalu kaku dan tradisional dalam menerapkan sistem evaluasi kepada siswa. Siswa terkadang hanya dihadapkan pada sesuatu yang hanya bersifat fakta, jawaban pendek atau pertanyaan pilihan ganda. Siswa hanya dinilai pada sejumlah tugas terbatas yang mungkin tidak sesuai dengan apa yang dikerjakan di kelas, menilai dalam situasi yang telah ditentukan sebelumnya di mana kandungannya sudah ditetapkan, seolah hanya menilai prestasi, jarang memberi sarana untuk menilai kemampuan siswa memonitor pembelajaran mereka sendiri bahkan jarang memasukkan soal-soal yang menilai respon emotional terhadap pengajaran.
Pada dasarnya, suatu sistem penilaian yang baik adalah tidak hanya mengukur apa yang hendak diukur, namun juga dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada siswa agar lebih bertanggung jawab atas apa yang mereka pelajari, sehingga penilaian menjadi bagian integral dari pengalaman pembelajaran dan melekatkan aktivitas autentik yang dilakukan oleh siswa yang dikenali dan distimulasi oleh kemampuan siswa untuk menciptakan atau mengaplikasikan pengetahuan yang mereka dapat di ranah yang lebih luas.
Autentic assessment dianggap mampu untuk lebih mengukur secara keseluruhan hasil belajar dari siswa karena penilaian ini menilai kemajuan belajar bukan melulu hasil tetapi juga proses dan dengan berbagai cara. Dengan kata lain sistem penilaian seperti ini dianggap lebih adil untuk siswa sebagai pembelajar, karena setiap jerih payah yang siswa hasilkan akan lebih dihargai. Berdasarkan uraian pada latar belakang, penyusun tertarik untuk menyusun makalah yang berjudul ”Penilaian Autentik (Authentic Assessment)”.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penyusun paparkan, maka rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini yaitu:
1.      Apa yang dimaksud dengan penilaian autentik (Authentic Assessment)?
2.      Bagaimana karakteristik dari penilaian autentik (Authentic Assessment)?
3.      Bagaimana langkah-langkah dalam penilaian autentik (Authentic Assessment)?



C.     Tujuan
Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah dipaparkan, adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1.      Pengertian penilaian autentik (Authentic Assessment).
2.      Karakteristik dari penilaian autentik (Authentic Assessment).
3.      Langkah-langkah dalam penilaian autentik (Authentic Assessment).
D.    Manfaat
Penyusunan makalah ini diharapkan :
1.      Dapat meningkatkan wawasan para pembaca mengenai asesmen.
2.      Dapat memberikan informasi ilmiah mengenai penilaian autentik (Authentic Assessment).


















BAB II
PEMBAHASAN
A.     Penilaian Autentik (Authentic Assessment)
1)      Pengertian
Pada awalnya istilah tersebut diperkenalkan oleh Wiggins tahun 1990  untuk menyesuaikan dengan yang biasa dilakukan oleh orang dewasa sebagai  reaksi (menentang) penilaian berbasis sekolah seperti mengisi titik-titik, tes  tertulis, pilihan ganda, kuis, dan jawaban singkat. Jadi dikatakan autentik dalam arti  sesungguhnya dan realistis. Apabila kita melihat di tempat kerja, orang-orang tidak diberikan tes pilihan ganda untuk menguji bisa tidaknya mereka melakukan pekerjaan tersebut. Mereka mempunyai performansi, kinerja atau unjuk kerja.  Dalam bisnis dikatakan performance assessment. Penilaian autentik merupakan suatu bentuk penilaian yang para siswanya diminta untuk menampilkan tugas pada situasi yang sesungguhnya yang mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan pengetahuan esensial yang bermakna.
Asesmen autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah asesmen merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel.
Secara konseptual asesmen autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika menerapkan asesmen autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.
 Biasanya suatu penilaian otentik melibatkan suatu tugas (task) bagi para siswa untuk menampilkan, dan sebuah kriteria penilaian atau rubrik (rubrics) yang akan digunakan untuk menilai penampilan berdasarkan tugas tersebut.


2)      Jenis-jenis Penilaian Autentik (Authentic Assessment)
Beberapa jenis asesmen autentik disajikan berikut ini.
a.       Penilaian Kinerja
Asesmen autentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi peserta didik, khususnya dalam proses dan aspek-aspek yangg akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta para peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya. Dengan menggunakan informasi ini, guru dapat memberikan umpan balik terhadap kinerja peserta didik baik dalam bentuk laporan naratif maupun laporan kelas. Ada beberapa cara berbeda untuk merekam hasil penilaian berbasis kinerja:
1)      Daftar cek (checklist). Digunakan untuk mengetahui muncul atau tidaknya unsur-unsur tertentu dari indikator atau sub indikator yang harus muncul dalam sebuah peristiwa atau tindakan.
2)      Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records). Digunakan dengan cara guru menulis laporan narasi tentang apa yang dilakukan oleh masing-masing peserta didik selama melakukan tindakan. Dari laporan tersebut, guru dapat menentukan seberapa baik peserta didik memenuhi standar yang ditetapkan.
3)      Skala penilaian (rating scale). Biasanya digunakan dengan menggunakan skala numerik berikut predikatnya. Misalnya: 5=baik sekali, 4=baik, 3=cukup, 2=kurang, 1=kurang sekali.
4)      Memori atau ingatan (memory approach). Digunakan oleh guru dengan cara mengamati peserta didik ketika melakukan sesuatu, dengan tanpa membuat catatan. Guru menggunakan informasi dari memorinya untuk menentukan apakah peserta didik sudah berhasil atau belum. Cara seperti tetap ada manfaatnya, namun tidak cukup dianjurkan.
Penilaian kinerja memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus. Pertama, langkah-langkah kinerja harus dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja yang nyata untuk suatu atau beberapa jenis kompetensi tertentu. Kedua, ketepatan dan kelengkapan aspek kinerja yang dinilai. Ketiga, kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan oleh peserta didik untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. Keempat, fokus utama dari kinerja yang akan dinilai, khususnya indikator esensial yang akan diamati. Kelima, urutan dari kemampuan atau keterampilan peserta didik yang akan diamati.
Penilaian diri (self assessment) termasuk dalam rumpun penilaian kinerja. Penilaian diri merupakan suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor.
1)      Penilaian ranah sikap. Misalnya, peserta didik diminta mengungkapkan curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
2)      Penilaian ranah keterampilan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya oleh dirinya berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
3)      Penilaian ranah pengetahuan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dari suatu mata pelajaran tertentu berdasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
Teknik penilaian diri bermanfaat memiliki beberapa manfaat positif. Pertama, menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik. Kedua, peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya. Ketiga, mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik berperilaku jujur. Keempat, menumbuhkan semangat untuk maju secara personal.
b.      Penilaian Proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data. Dengan demikian, penilaian proyek bersentuhan dengan aspek pemahaman, mengaplikasikan, penyelidikan, dan lain-lain.
Selama mengerjakan sebuah proyek pembelajaran, peserta didik memperoleh kesempatan untuk mengaplikasikan sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Karena itu, pada setiap penilaian proyek, setidaknya ada tiga hal yang memerlukan perhatian khusus dari guru.
1)      Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.
2)      Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.
3)      Orijinalitas atas keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan oleh peserta didik.
Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan, dan produk proyek. Dalam kaitan ini serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru meliputi penyusunan rancangan dan instrumen penilaian, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan. Penilaian proyek dapat menggunakan instrumen daftar cek, skala penilaian, atau narasi. Laporan penilaian dapat dituangkan dalam bentuk poster atau tertulis.
Produk akhir dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan penilaian khusus. Penilaian produk dari sebuah proyek dimaksudkan untuk menilai kualitas dan bentuk hasil akhir secara holistik dan analitik. Penilaian produk dimaksud meliputi penilaian atas kemampuan peserta didik menghasilkan produk, seperti makanan, pakaian, hasil karya seni (gambar, lukisan, patung, dan lain-lain), barang-barang terbuat dari kayu, kertas, kulit, keramik, karet, plastik, dan karya logam. Penilaian secara analitik merujuk pada semua kriteria yang harus dipenuhi untuk menghasilkan produk tertentu. Penilaian secara holistik merujuk pada apresiasi atau kesan secara keseluruhan atas produk yang dihasilkan.
c.       Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai), atau informasi lain yang relevan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dituntut oleh topik atau mata pelajaran tertentu. Fokus penilaian portofolio adalah kumpulan karya peserta didik secara individu atau kelompok pada satu periode pembelajaran tertentu. Penilaian terutama dilakukan oleh guru, meski dapat juga oleh peserta didik sendiri.
Melalui penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik. Misalnya, hasil karya mereka dalam menyusun atau membuat karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku/ literatur, laporan penelitian, sinopsis, dan lain-lain. Atas dasar penilaian itu, guru dan/atau peserta didik dapat melakukan perbaikan sesuai dengan tuntutan pembelajaran.
Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini.
1)      Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
2)      Guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat.
3)      Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran.
4)      Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.
5)      Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
6)      Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen portofolio yang dihasilkan.
7)      Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.
d.      Penilaian Tertulis
Meski konsepsi asesmen autentik muncul dari ketidakpuasan terhadap tes tertulis yang lazim dilaksanakan pada era sebelumnya, penilaian tertulis atas hasil pembelajaran tetap lazim dilakukan. Tes tertulis terdiri dari memilih atau mensuplai jawaban dan uraian. Memilih jawaban dan mensuplai jawaban. Memilih jawaban terdiri dari pilihan ganda, pilihan benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat. Mensuplai jawaban terdiri dari isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian.
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta didik berkesempatan memberikan jawabannya sendiri yang berbeda dengan teman-temannya, namun tetap terbuka memperoleh nilai yang sama. Misalnya, peserta didik tertentu melihat fenomena kemiskinan dari sisi pandang kebiasaan malas bekerja, rendahnya keterampilan, atau kelangkaan sumberdaya alam. Masing-masing sisi pandang ini akan melahirkan jawaban berbeda, namun tetap terbuka memiliki kebenarann yang sama, asalkan analisisnya benar. Tes tersulis berbentuk esai biasanya menuntut dua jenis pola jawaban, yaitu jawaban terbuka (extended-response) atau jawaban terbatas (restricted-response). Hal ini sangat tergantung pada bobot soal yang diberikan oleh guru. Tes semacam ini memberi kesempatan pada guru untuk dapat mengukur hasil belajar peserta didik pada tingkatan yang lebih tinggi atau kompleks.
B.     Karakteristik dari Penilaian Autentik (Authentic Assessment)
1.      Tugas Autentik
Tugas otentik merupakan suatu tugas yang meminta siswa melakukan atau menampilkannya dianggap autentik apabila: (i) siswa diminta untuk mengkonstruk respons mereka sendiri, bukan sekedar memilih dari yang tersedia; (ii) tugas merupakan tantangan yang mirip (serupa) yang dihadapkan dalam (dunia) kenyataan sesungguhnya.
Terdapat lima kriteria task untuk penilaian autentik, yaitu: 1) tugas tersebut bermakna baik bagi siswa maupun bagi guru; 2) tugas disusun bersama atau melibatkan siswa; 3) tugas tersebut menuntut siswa menemukan dan menganalisis informasi sama baiknya dengan menarik kesimpulan tentang hal tersebut; 4) tugas tersebut meminta siswa untuk mengkomunikasikan hasil dengan jelas; 5) tugas tersebut mengharuskan siswa untuk bekerja atau melakukan.
Ada dua hal yang perlu dipilih dalam menyiapkan tugas dalam penilaian autentik, yaitu keterampilan (skills) dan kemampuan (abilities). Selanjutnya ada lima dimensi yang perlu dipertimbangkan pada saat menyiapkan task yang autentik pada pembelajaran sains. Pertama, length atau lama waktu pengerjaan tugas. Kedua, jumlah tugas terstruktur yang perlu dilalui siswa. Ketiga, partisipasi individu, kelompok atau kombinasi keduanya. Keempat, fokus evaluasi: pada produk atau pada proses. Kelima, keragaman cara-cara komunikatif yang dapat digunakan siswa untuk menunjukkan kinerjanya.
2.      Tipe Tugas Autentik
Tugas-tugas penilaian kinerja dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, yakni:
a.       computer adaptive testing (tidak berbentuk tes obyektif), yang menuntut peserta tes dapat mengekspresikan diri untuk dapat menunjukkan tingkat kemampuan yang nyata;
b.      tes pilihan ganda diperluas, dengam memberikan alasan terhadap jawaban yang dipilih;
c.       extended response atau open ended question juga dapat digunakan;
d.      group performance assessment (tugas-tugas kelompok) atau individual performance assessment (tugas perorangan);
e.       interview berupa pertanyaan lisan dari asesor; observasi partisipatif;
f.        portofolio sebagai kumpulan hasil karya siswa;
g.       projek, expo atau demonstrasi;
h.       constructed response, yang siswa perlu mengkonstruk sendiri jawabannya.

3.      Kriteria Penilaian (Rubrics)
Sebagaimana telah diungkapkan bahwa penilaian otentik atau penilaian berbasis kinerja terdiri dari tasks + rubrics. Selanjutnya akan diuraikan tentang “rubrics”. Rubrics merupakan alat pemberi skor yang berisi daftar kriteria untuk sebuah pekerjaan atau tugas.
Secara singkat scoring rubrics terdiri dari beberapa komponen, yaitu: (i) dimensi, (ii) definisi dan contoh, (iii) skala, dan (iv) standar. Dimensi akan dijadikan dasar menilai kinerja siswa. Definisi dan contoh merupakan penjelasan mengenai setiap dimensi. Skala ditetapkan karena akan digunakan untuk menilai dimensi, sedangkan standar ditentukan untuk setiap kategori kinerja.
Walaupun suatu rubrik atau scoring rubrics sudah disusun sebaik-baiknya, tetapi harus disadari bahwa tidak mungkin rubrik yang sudah disusun itu sempurna atau satu-satunya kriteria untuk menilai kinerja siswa dalam bidang tertentu. Dari satu tugas bisa saja disusun lebih dari satu rubrik. Oleh karena itu perlu pula dikembangkan alat untuk menilai suatu rubrik. Pertanyaan-pertanyaan berikut dapat digunakan sebagai patokan untuk menilai suatu rubrik.
a.       Seberapa jauh rubrik tersebut (jelas) berhubungan langsung dengan kriteria yang dinilai?
b.      Seberapa jauh rubrik tersebut mencakup keseluruhan dimiensi kinerja yang dinilai?
c.       Apakah kriteria yang dipilih sudah menggunakan standar yang secara umum berlaku dalam bidang kinerja yang dinilai?
d.      Sejauh mana dimensi & skala yang digunakan terdefinisi dengan baik?
e.       Jika menggunakan skala numeric sejauh mana angka-angka yang digunakan itu memang secara adil telah menggambarkan perbedaan dari setiap kategori kinerja?
f.        Seberapa jauh selisih skor yang dihasilkan oleh rater yang berbeda?
g.       Apakah rubrik yang digunakan dipahami oleh siswa?
h.       Apakah rubrik cukup adil dan bebas dari bias?
i.         Apakah rubrik mudah digunakan, cukup praktis dan mudah diadministra-sikannya?
4.      Deskriptor dan Level Kinerja
Rubrik di atas melibatkan komponen lain yang umum digunakan dalam penilaian autentik atau penilaian berbasis kinerja, yaitu deskriptor. Deskriptor mengeksplisitkan tingkat kinerja siswa pada masing-masing level dari suatu penampilan. Contohnya seperti rumusan standar minimal dalam perumusan tujuan pembelajaran khusus. Deskriptor digunakan untuk memperjelas harapan atau aspek yang dinilai. Selain itu descriptor juga membantu penilai (rater) lebih konsisten dan lebih obyektif. Bagi guru yang melaksanakan penilaian autentik, deskriptor membantu memperoleh umpan balik yang lebih baik.


C.     Langkah-langkah dalam Menciptakan Penilaian Autentik (Authentic Assessment)
1.      Langkah 1 Mengidentifikasi standar Seperti tujuan umum (goal)
Standar merupakan pernyataan yang harus diketahui dan dapat dilakukan siswa, tetapi ruang lingkupnya lebih sempit dan lebih mudah dicapai daripada tujuan umum. Biasanya standar merupakan satu pernyataan singkat yang harus diketahui atau mampu dilakukan siswa pada poin tertentu. Agar operasional, rumusan standar hendaknya dapat diobservasi dan dapat diukur. Contoh: siswa mampu menjumlah dua digit angka dengan benar; menjelaskan proses fotosintesis; mengidentifikasi sebab dan akibat perang mikroba; menggunakan pinhole camera untuk menciptakan “kertas” positif dan “kertas” negatif. Jadi, standar harus ditulis dengan jelas, operasional, tidak ambigu dan tidak rancu, tidak terlalu luas atau terlalu sempit, mengarahkan pembelajaran dan melakukan penilaian.
2.      Langkah 2 Memilih suatu tugas autentik
Dalam memilih tugas autentik, pertama-tama kita perlu mengkaji standar yang kita buat, dan mengkaji kenyataan (dunia) sesungguhnya. Misalnya daripada meminta siswa menyelesaikan soal pecahan, lebih baik kita siapkan tugas memecahkan masalah pembagian martabak untuk suatu keluarga beranak tujuh agar setiap anggota keluarga mempunyai bagian yang sama.
3.      Langkah 3 Mengidentifikasi Kriteria untuk tugas (tasks)
Kriteria tidak lain adalah indikator-indikator dari kinerja yang baik pada sebuah tugas. Apabila terdapat sejumlah indikator, sebaiknya diperhatikan apakah indikator-indikator tersebut sekuensial (memerlukan urutan) atau tidak.
a.       Contoh-contoh kriteria
Contoh sejumlah indikator dalam urutan (mengamat dengan mikroskop):
1)      Mengatur pencahayaan melalui penggunaan cermin;
2)      Menempatkan obyek di atas lubang pada meja mikroskop;
3)      Mengatur posisi lensa obyektif (perbesaran rendah) tepat di atas lubang dengan obyek tersebut dengan jarak kira-kira setengah sentimeter di atasnya;
4)      Menempatkan salah satu mata (dengan kedua mata terbuka) pada lensa okuler sambil memutar pengatur kasar ke belakang;
5)      Mengatur penempatan obyek sambil tetap melihat di bawah mikroskop;
6)      Memutar revolver yang merupakan tempat melekatnya lensa obyektif sehingga lensa obyek berukuran lebih tinggi tepat di atas obyek yang sedang diamati;
7)      Memutar pengatur halus perlahan-lahan dengan mata tetap mengamati melalui lensa okuler;
8)      Memperlihatkan obyek yang sudah ditemukan (atau menggambar obyek yang ditemukan).
Contoh sejumlah indikator tidak dalam urutan (dalam matematika):
1)      ketepatan kalkulasi;
2)      ketepatan pengukuran pada model skala;
3)      label-label pada model skala;
4)      organisasi kalkulus;
5)      kerapihan menggambar;
6)      kejelasan keterangan/eksplanasi.
b.      Karakteristik suatu kriteria yang baik
Kriteria yang baik antara lain adalah sebagai berikut.
1)      dinyatakan dengan jelas, singkat;
2)      pernyataan tingkah laku, dapat diamati;
3)      ditulis dalam bahasa yang dipahami siswa.
c.       Jumlah Kriteria untuk sebuah task
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.
1)      batasi jumlah kriteria, hanya pada unsur-unsur yang esensial dari suatu tugas (antara 3-4, di bawah 10);
2)      tidak perlu mengukur setiap detil tugas;
3)      kriteria yang lebih sedikit untuk tugas-tugas yang lebih kecil atau sederhana.
Contoh tes singkat atau kuis diberikan berikut ini sebagai latihan
1)      Tugas 1: Tuliskan tiga kriteria bagi seorang petugas laboratorium yang baik!
2)      Tugas 2: Tuliskan tiga kriteria presentasi lisan yang baik!
4.      Langkah 4 Menciptakan standar kriteria atau rubrik (rubrics)
a.       Menyiapkan suatu rubrik analitis
Dalam rubrik tidak selalu diperlukan descriptor. Deskriptor merupakan karakteristik perilaku yang terkait dengan level-level tertentu, seperti observasi mendalam, prediksinya beralasan, kesimpulannya berdasarkan hasil observasi.
b.      Menyiapkan suatu rubrik yang holistic
Dalam rubrik holistic, dilakukan pertimbangan seberapa baik seseorang telah menampilkan tugasnya dengan mempertimbangkan kriteria secara keseluruhan. Sebagai contoh, dalam presentasi dapat disiapkan rubrik keseluruhan sebagai berikut.
Aspek Persentasi Oral
Kriteria Penilaian Presentasi Oral
Penguasaan (Mastery)
Selalu melakukan kontak pandang
Volume selalu sesuai
Antusiasme hadir selama presentasi
      Rangkuman sangat akurat
Kemahiran (Proficiency)
Biasanya melakukan kontak pandangan
Volume biasanya sesuai
Antusiasme muncul pada kebanyakan presentasi
-       Hanya 1-2 kesalahan dalam rangkuman
Pengembangan
Kadang-kadang melakukan kontak pandangan
Volume kadang-kadang memadai
Sewaktu-waktu antusiasme dalam presentasi
     Beberapa kesalahan dalam rangkuman
Ketidakakuratan
Tak pernah atau jarang melakukan kontak pandangan
Volume tidak memadai
Jarang tampak antusiasme dalam presentasi
     Banyak kekeliruan dalam rangkuman

c.       Mencek rubrik yang telah dibuat
Untuk keperluan pengecekan rubrik yang telah dibuat sebaiknya kita meminta kepada rekan kerja sesama guru untuk merevieuwnya, atau meminta siswa mengenai kejelasannya. Masukan dari mereka dapat digunakan untuk memperbaiki standar yang telah kita siapkan. Ada baiknya kita juga memeriksa atau mencek apakah rubrik tersebut dapat dikelola dengan mudah. Bayangkan penampilan atau kinerja siswa ketika sedang melakukannya.





















BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Setelah penyusun memaparkan pembahasan pada Bab II, maka penyusun menyimpulkan bahwa:
1.      Penilaian otentik merupakan suatu bentuk penilaian yang para siswanya diminta untuk menampilkan tugas pada situasi yang sesungguhnya yang mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan pengetahuan esensial yang bermakna.
2.      Jenis-jenis penilaian autentik yaitu penilaian kinerja, proyek, portofolio, dan tertulis.
a.       Penilaian kinerja yang digunakan untuk menilai partisipasi dan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
b.      Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu.
c.       Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu.
d.      Penilaian tertulis merupakan bentuk penilaian dengan cara tertulis yang dapat berupa pilihan ganda, essai, menjodohkan, benar-salah, dan sebagainya.
3.      Kriteria dari penilaian autentik yaitu penilaian yang berbasis pada kinerja yang terdiri terdiri dari tasks + rubrics.
4.      Langkah-langkah penilaian autentik terdiri dari:
a.       Mengidentifikasi standar Seperti tujuan umum (goal)
b.      Memilih suatu tugas otentik
c.       Mengidentifikasi Kriteria untuk tugas (tasks)
B.     Saran
Saran penyusun dalam makalah ini yaitu agar sekiranya dosen pembimbing menerima dan bersedia memberikan bimbingan kepada penyusun jika dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kesalahan-kesalahan.


























DAFTAR PUSTAKA

Dantes, Nyoman. 2008. Hakikat Asesmen Otentik Sebagai Penilaian Proses Dan Produk Dalam Pembelajaran Yang Berbasis Kompetensi. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha

Ibrahim, Muslimin. 2005. Asesmen Berkelanjutan: Konsep dasar, Tahapan Pengembangan dan Contoh. Surabaya: UNESA University Press Anggota IKAPI

Muijs, Daniel & David Reynolds. 2008. Effective Teaching Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sudarwan, Prof., (2013). Pendekatan-pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran, Makalah pada Workshop Kurikulum. Jakarta.

Zainul, A. 2001. Alternative Assessment Applied Approach Mengajar di Perguruan Tinggi. Jakarta: Ditjen Dikti Depdiknas.