Wikipedia

Search results

MAKALAH LANDASAN FILOSOFI, SOSIOLOGIS, KULTURAL, PSIKOLOGIS,ILMIAH dan TEKNOLOGIS DAN PENERAPAN PENDIDIKAN PERSEKOLAHAN


                                                                     BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematik selalu bertolak dari dari sejumlah landasan dan asas-asas tertentu.Landasan dan asasa tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap pengembangan manusia dan masyarakat suatu bangsa tertentu. Beberapa diantara landasan pendididkan tersebut adalah landsan filosofis, sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan.
Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan itu menjemput masa depan.Kajian berbagai landasan-landasan pendidikan itu akan membentuk wawasan yang tepat tentang pendidikan.Dengan wawasan dan pendidikan yang tepat, serta menerapkan asas-asas pendidikan yang tepat pola, akan memberi peluang yang lebih besar dalam merancang dan menyelenggarakan program pendidikan yang tepat wawasan.
Makalah ini akan memusatkan paparan dalam berbagai landasan dan asas pendididkan, serta beberapa hal yang berkaitan dengan penerapannya.Landasan pendididkan tersebut adalah filosofi, sosiologis, kultural, psikologis, dan iptek.Sedangkan asas-asas pendidikan yang akan dikaji adalah Asas tut wuri handayani, asas belajar sepanjang hidup, dan asas kemandirian dalam belajar.

B.Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Landasan Pendidikan itu?
2.      Bagaimana Landasan Filosofi Pendidikan itu?
3.      Bagaimana Landasan Sosiologis Pendidikan itu?
4.      Bagaimana Landasan Kultular Pendidikan itu?
5.      Bagaimana Landasan Psikologis Pendidikan itu?
6.      Bagaimana Landasan Ilmiah dan Teknologis itu?






C.    Tujuan
1.      Untuk Mengetahui Landasan Pendidikan
2.      Untuk Mengetahui Landasan Filosofi Pendidikan
3.      Untuk Mengetahui Landasan Sosiologis Pendidikan
4.      Untuk Mengetahui Landasan Kultural Pendidikan
5.      Untuk Mengertahui Landasan Psikologis Pendidikan
6.      Untuk Mengetahui Landasan Ilmiah dan Teknologis


























      BAB II
PEMBAHASAN
A.    Landasan Pendidikan
Secara leksial landasan berarti tumpuan, dasar atau karena itu landasan merupakan tempat bertumpu,  titik tolak atau dasar pijakan .Titik tolak atau pijakan ini dapat bersifat material, contohnya landasan pacu pesawat terbang; dapat pula bersifat koseptual, contohnya landasan pendidikan.Landasan yang bersifat indentik yang bersifat asumsi.
Pendidikan merupakan kegiatan seorang atau sekelompok orang atau lembaga dalam membantu individu atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan.Kegiatan bantua dalam pendidikan dapat berupa pengelolaan pendidikan, dan dapat pula berupa kegiatan pendidikan seperti bimbingan, pengajaran atau dan atau latihan.
Berkenaan dengan ini perlu dicatat bahwa sebagai suatu kegiatan yang didasari pendidikan mengandung dua dimensi, yaitu dimensi berpikir dan dimensi bertindak.Karena itu, dalam pendidikan akan terdapat momen berpikir tentang pendidikan dan momem bertindak atau melaksanakan pendidikan (mendidik).
Contohnya, sebelum melaksanakan pembelajaran, guru tentunya berpikir terlebh dahulu mengenai tujuan apa yang seharusnya apa yang seharusnya dicapai para siswa melalui pembelajran yang akan dilaksanakan,,materi apa yang akan dipelajari metode dan alat apa yang akan digunakan dala pembelajaran, apa tolak ukur keberhasilannya, alat evaluasi.Secara umum, guru membuat rencana mengajar (momen berpikir).
Setelah itu, bedasarkan hasil pemikiran atau rencananya itu, barulah guru melaksanakn pembelajran (momen bertindak).Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa landasan pendidikan adalah asumsi-asumsi yang menuadi dasar pijakan atau titik tolak dalam rangka praktik pendidikan.
Ada berbagai jenis landasan pendidikan, bedasarkan sumber perolehannya kita dapat mengindentifikasi empat jenis landasan pendidikan, yaitu sebagi berikut.
a.       Landasan religius pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari religi atau agama yang menjadi titik tolak dalam rangka praktik pendidikan.
b.      Landasan filosofi pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari filsafat yang menjadi titik tolak dalam rangka praktik pendidikan.
c.       Landasan ilmiah pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari berbagai cabang atau disiplin ilmu yang menjadi titik tolak dalam rangka praktik pendidikan.
d.      Landasan yuridis atau  hukum pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari peraturan perundang-undangan yang berlaku yang menjadi titik tolak dalam rangka praktik pendidikan.
Misi utama pokok bahasan landasan-landasan pendidikan dalam pendidikan tenaga kependidikan tidak tertuju kepada pengembangan aspek ketrampilan khusus mengenai pendidikan sesuai spesialisasi jurusan atau program pendidikan, yaitu berkenan denagan berbagai asumsi yang bersifat umum tentang pendidikan yang harus dipilih dan diadopsi oleh calon pendidik sehingga menjadi cara pandang dan bersikap dalam rangka melaksanakan peranannya sebagi pendidikan dikemudian hari.
Berbagai asumsi pendidikan yang telah dipilih dan diadopsi oleh seseorang, sekelompok orang, atau lembaga pendidikan akan berfungsi dasar rujukan konseptual dalam rangka pendidikan yang dilaksanaknnya.Secara umum, dapat dikatakan bahwa fungsi landasan pendidikan adalah memberikan dasar pijakan atau titik tolak bagi seseorang, sekelompok orang atau lembaga dalam rangka praktik pendidikan.

B.     Landasan filosofi pendidikan
  Landasan filosofi pendidikan merupakan seperangkat asumsi pendidikan yang deduksi dari asumsi-asumsi filsafat umum (metafisika,epistomologi dan aksiologi) yang bersifat prespkriptif dari suaru aliran filsafat tertentu.Oleh karena landasan pendidikan nasional kita adalah pancasila maka uraian landasan filosofi pendidikan berikut akan dimulai dengan asumsi-asumsi metafisika, epistemologi dan aksiologi pancasila serta selanjutnya dikuti denagan uraian impilikasinya terhadap pendidikan.
    Metafisika(Hakikat Realitas) .Sebagai mana kita yakini realitas atau alam semesta
Tidaklah ada dengan sendirinya, melainkan sebagi ciptaan (makhluk) Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan adalah sumber pertama dari segala yang ada, ialah adaah sebab pertam dari segala sebab tetapi ia tidak disebabkan dari yang lainnya; dan ia juga adalah tujuan dari semua yang ada.
Dialam semesta bukan hanya realitas fisik atau hanya realitas nonfisik yang ada, yang bersifat fisik dan/atau nonfisik tampak dalam pluralitas fenomena alam semesta sebagai keseluruhaan yang intergral.Terdapat alam fana dengansegala isi, nilai, norma atau hukum didalamnya.Alam tersebut adalah tempat dan sarana bagi manusia dalam rangka hidup dan kehidupannya.Dibalik itu terdapat alam akhir yang abadi dimana setelah mati manusia akan dimintai pertanggung jawaban dan menerima imbalan atas pelaksanan tugas hidupnya dari Tuhan Yang Maha Esa.Dalam uraian diatas tersurat dan tersirat makna adanya realitas yang absolut dan bersifat relatif, terdapat realitas yang bersifat menetap atau abadi atau berubah.
            Selanjutnya sebagaiman termaktub dalam Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa hakikat hidup bangsa Indonesia adalah berkat rahmat Allah yang Maha kuasa dan perjuangan yang didorong keinginan luhur untuk mencapai dan mengisi kemerdekaan.Adapun yang menjadi keinginanluhur tersebut yaitu:
a.       Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur;
b.      Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia;
c.       Memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
d.      Ikut melaksanakan ketertibandunia bedasrkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Hakikat Manusia.Manusia adalah ciptaan (makhluk) Tuhan Yang Maha Esa. Manusia adalah kesatuan badani-rohani yang hidup dalam ruang dan waktu, sadar akan diri dan lingkungannya, mempunyai berbagi kebutuhaan yang dibekali naluri dan nafsu, serta memiliki tujuan hidup.Manusia dibekali berbagi potensi (unytuk mampu beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbuat baik, cipta, rasa karsa, dan karya).Dalam eksitensinsya manusia berdimensi atau beraspek individualitas atau personalitas, sosialitas, kultural, moralitas, dan religius.Adapun semua itu menunjukan aspek interaksi atau kominikasi(vertikal maupun horizonta), aspek historisitas dan aspek dinamik.
            Sebagiman tersurat dalam uraian diatas pancasila bahwa mengajarkan bahwa eksistensi pancasila bersifat  mono-pluralis tetapi bersifat intergal maksutnya bahwa manusia yang serba dimensi itu merupakan satu kesatuan utuh berkenaan dengan ini pancasila menganut asas ketuhanan yang maha esa: manusia diyakkini sebagi makhluk Tuhan Yang Esa, mendapatkan penggilan tugas darinya dan harus mempertanggung jawabkan tugasnya terhdap Tuhan Yang Maha Esa(aspek religius); asas monodualisme manusia adalah kesatuan badani-rohani, ia adalah pribadi atau individual, tetapi sekaligus insan sosial;asas mono-pluralisme menyakini keragaman manusia, baik dalam suku bangsa budaya dan sebaginya, tetapi adaah satu kesatuan sebagai bansgsa Indonesia/ Bhineka Tungal Ika:asas sosiallisme dalam eksitensinya manusia terikat oleh runag dan waktu maka ia mempunyai relasi dengan daerah, zaman dan sejarahnya yang diungkapkan denagn sikapnya mencintai tanah air,nusa dan bangsa;asas internalisme: manusia Indonesia tidak akan meniadakan eksitensi manusia lain bagi sebagi pribadi kelompok atau bangsa lain;asas demokrasi:dalam mencapai tujuan kesejahterahan bersama persamaan hak dan kewajiban bangsa dan negara. Sebaliknya asas keadilan sosial dalam merealisasikan diri manusia senantiasa menjunjung tinggi tujuan kepentingan dalam membagi hasil kebudayaannya BP-7 Pusat, 1995.

C.    Landasan Sosiologis Pendidikan
Landasan sosiologis pendidikan adalah seperangkat asumsi yang bersumber dari hasil studi disiplin sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam rangka praktik pendidikan.Hasil studi tersebut berimplikasi terhadap pendidikan.
1.      Individu dan masyarakat serta Impikasinya terhadap Pendidikan
Individu adalah manusia perseorangan yang mempunyai karakter bahwa ia sebagai kesatuan yang tak dapat bisa dibagi, unik, dan otonom.Masyarakat didefinisikan Ralph Linton sebagai ”setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerjasa dan cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri merekasebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas ynag dirumuskan dengan jelas”.Sedangkan Selo Sumardjan mendefinisikan masyarak sebagai “orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan”(Soerjono Soekanto, 1986).Dari dua definisi tersebut, dapat diidentifikasi adanay 5 unsur didalam masyarak, yaitu sebagai berikut.
a.       Manusia yang hidup bersama.
b.      Melakukan interaksi sosial dalam waktu yang cukup lama.
c.       Dengan demikian mereka bekerja sama, berketuruan, memiliki berbagai kebutuhaan.
d.      Mereka mempunyai kesadaran sebagai satu kesatuan.
e.       Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama yang menghasilakan kebudayaan.
2.      Pendidikan dan Masyarakat
Pendidikan sebagai Pranata Sosial.Theodorson G.A.mendefinisikan pranata sosial sebagai(sosial institution) sebagai suatu sistem peran dan norma sosialyang saling berhubungan dan terorganisasi di sekitar pemenuhan kebutuhan atau fungsi yang sangat penting (Sudarja Adiwikarta, 1988).Komblum menggunakan istilah institusi untuk menjelaskan pranata sosial, mendefinisikan sebagai ” suatu struktur status atau peranan yang diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar anggota masyarakat (Kamato Sunarto, 1993).Adapun Koestajaningrat (1984), dalam defininya secara tersurat menyebutkan juga peralata-peralatan dan manusia-manusia yang melaksanakan peranan-peranan itu.
Redaksi definisi-definisi diatas memang berbeda, namun mengandung pengertian yang relatif sama.Esensinya bahwa pranata sosial merupakan suatu sistem aktivitas yang khas dari suatu kelakuan berpola; aktivitas yang khas ini dilakukan oleh berbagai individu atau manusia yang mempunyai status dan peran masing-masing yang saling berhubungan atau mempunyai struktur;mengacu kepada sistem ide, nilai, dan norma atau tata kelakuantertentu; dilakukan dengan menggunakan berbagi peralatan; dan aktivitas khas ini berfungsi untuk memenuhi kebutuhan dasar anggota masyarakat.
Sebagaimana individu-individu, masyarakat pun memiliki berbagai kebutuhan.Untuk memenuhi kebutuhan-kebetuhannya tersebut masyarak membangun pranata-pranata sosial.Contohnya, pranata ekonomi merupakan salah satu pranata sosial yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan mengenai mata pencahariaan hidup, memproduksi barang dan jasa, menyimpan,  mendistribusikan hasil produksi.Demikian halnya, bahwa pendidikan merupakan salah satu pranat sosial yang berfungsi untuk mensosialisasikan generasai mudanya agar tercipta homogenitas atau konformitas.

D.    Landasan Kultural Pendidikan
 Budaya dalam proses pendidikan pada peserta didik secara aktif bertujuan untuk mengembangkan potensi dirinya, melakukan internalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul dimasyarkat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat.
Pendidikan adalah suatu upaya sadar untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal.Usaha sadaritu tidak boleh dilepaskan dari lingkungan pesrta didik berada, terutama dari lingkungan budayanya, karena peserta didik hidup tak terpisahkan dalam lingkungannya dan bertindak sesuai dengan kaidah-kaidah budayanya.
Pendidikan yang tidak dilandasi oleh prinsip itu akan menyebabkan peserta didik tercaput dari akar budayanya.Ketika hal ini terjadi, maka mereka tidak akan mengenal budayanya denagn baik sehingga dia menjadi orang ”asing” dalam lingkungan budayanya.Selain menjadi orang asing, yang lebih akan mengkhawatirkan adalah dia menjadi orang yang tidak menjadi budayanya.
Budaya yang menyebabkan peserta didik tumbuh dan berkembang, dimulai dari budaya dilingkungan terdekat (Kampung, RT, RW. Desa) berkembang  kelingkungan yang lebih luas yaitu budaya nasional bangsa dan budaya universal yang dianut oleh tidak mengenal denagn baik budaya bangsa dan dia tidak menenal dirinya sebagai anggota budaya bangsa. Dalam situasi demikian, ia sangat rentang terhadap pengaruh budaya luar dan bahkan cenderung untuk menerima budaya luar dan bahkan cenderung untuk menerima budaya luar tanpa proses pertimbangan (valueing).
Semakin kuat seseorang memiliki dasar pertimbangan, semakin kuat pula kecenderungan untuk tumbuh dan berkembang menjadi warga negara yang baik. Pada titik kulminasinya, norma yang nilai dan budaya secara kolektif pada tingkat makro akan menjadi norma dan nilai budaya bangsa.Degan demikian, peserta didik akan menjadi warga negara Indonesia yang memiliki wawasan, cara berfikir, cara bertindak, dan cara menyelesaikan masalah sesuai dengn norma dan nilai ciri ke-Indonesianya.
Hal ini sesua dengan fungsi utam pendidikan yang diamanatkan dalam UU Sisdiknas, “mengembngkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdasarkan kehidupan bangsa”.Oleh karena itu, aturan dasar yang menganut penidikan nasional (UUD 1945 dan UU Sisdiknas) sudah memberikan landasan untuk mengembangkan keseluruhan potensi diri seseorang sebagi anggota masyarakat dan bangsa.Dalam UU-RI No.2 Tahun 1989 Pasal 1Ayat 2 ditegaskan juga bahwa yang dimaksud dengan sistem pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia yang bedasarkan pada pancasila dan UUD 1945.
Jadi Landasan kultural adalah landasan pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia, sedangkan kebudayaan adalah hasil cipta dan karya manusia berupa norma-norma, nilai-nilai, kepercayaan,tingkah laku, dan teknologi  yang dipelajari dan dimiliki oleh semua anggota masyarakat tertentu.Usaha- usaha menuju pola tingkah laku, norma-norma, dan nilai-nilai baru disebut tranformasi kebudayaan.
Cara-cara untuk mewariskan kebudayaan, khususnya mengajarkan tingkah laku kepada generasi baru, berbeda dari masyarakat kemasyarakat.Pada dasarnya ada tiga cara umum yang dpat diidentifikasikan, yaitu informal, non formal, dan formal.Cara informal terjadi didalam keluarga dan non formal dalam masyarakat yang berkelanjutan dan berlangsung dalam kehidupan sehari-hari.Sedangkan cara formal melibatkan lembaga khusus yang dibentuk untuk tujuan pendidikan.
Pendidikan formal tersebut dirancang untuk mengarahkan perkembangan tingkah laku anak didik.Anggota masyarakat harus melakukan perubahan-perubahan yang disesuaikan dengan kondisi baru sehingga terbentuklah pola tingkah laku, norma-norma, dan nilai-nilai baru yang sesuai dengan tuntutan perkembangan masyarakat.Usaha-usaha menuju pola tingkah laku, norma-norma dan niali-nilai baru ini disebut tranformasi kebudayaan.Lembaga sosial yang lazim digunakan sebagai alat transmisi dan tranformasi kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga.

Pada masyarakat primitive, transmisi kebudayaan dilakukan secara informal dan non formal, sedangkan pada masyarakat yang telah maju transmisi kebudayan dilakukan secara informal, dan nonformal, dan formal. Pendidikan tidak hanya berfungsi untuk mentransmisi kebudayaan kepada generasi penerus, tetapi pendidikan juga berfungsi untuk mentransformasikan kebudayaan agar sesuai dengan perkembangan dan tujuan zaman.     
Dengan kata lain sekolah secara seimbang laksanakan fungsi ganda pendidikan, yakni sebagai proses sosialisasi dan sebagai agen pembaruan. Perlu diketahui bahwa terkadang kedua fungsi tersebut kadang-kadang dipertentangkan, antara penganut pendidikan sebagai pelestarian. Yang pertama mengutamakan sosialisasi bahkan mungkin domestikasi, sedang yang kedua mengutamakan pengembangan dan pembaruan.

E.     Landasan Psikologis Pendidikan
            Landasan Psikologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumberdari hasil studi disiplin psikologis yang dijadikan titik tolak dalam rangka praktik pendidikan.Perkembangan individu (development) dan bagaimana individu yang belajar (learning) yaitus
1.      Perkembangan Individu dan Impilikasinya terhadap Pendidikan
           Dalam rangka perjalanan hidupnya, setiap individu mengalami perkembangan (development), yaitu proses perubahan yang berlangsung terus-menerus sejak terjadinya pembuhaan (conception) hingga meninggal dunia.Perubahan dalam perkembangan individu terjadi karena kematangan (maturation) dan belajar (learning).
           Kematangan adalah perubahan-perubahan biologis dari pada sebagai perubahan melalui pengalaman.Sedangkan belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu yang bersifat relatif permanen dan terjadi sebagai hasil pengalaman.Kombinasi dari kematangan atau pertumbuhaan biologis dan pengalaman berperan sebagi penentu kesipan belajar (Yelon and Weinstein, 1977)
2.      Faktor- faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Individu dan Implikasinya terhadap Pendidika
           Salah satu masalah yang mrnjadi perhatian para ahli psikologi yaitu mengenai faktoe-faktor apa yang mempengaruhi perkembangan individu jawaba terhadap permasalahan tersebut  dpat dibedakan menjadi tiga kelompok teori, Nativisme, Empirisme, dan Konvergensi.Nativisme. Tokoh teori Nativisme, antara lain Schoupenhauer dan Arnold Gessel.Penganut teori ini berasumsi bahwa setiap individu dilahirkan ke dunia dengan membawa faktor-faktor hereditas yang berasal dari orang tuanya, hereditas inilah yang faktor penentu perkembangan individu.
         Implikasi teori Nativisme terhadap pendidikan, yaitu tidak adanya kemungkinan bagi pendidik dalam upayamengembangkan kepribadian peserta didik.Karena perkembangan individu diyakini hanya akan ditentukan oeh faktor hereditasnya maka pendidikan dipandang tidak akan dapat mengubah sifat-sifat hereditas individu.Akibatnya pendidikan tidaklah perlu.Contohnya, jika seseorang tidak mempunyai faktor hereditas yang mampu menjadi guru, sekalipun ia dididik untuk menjadi guru dalam rentang waktu tertentu secara sungguh-sungguh melalui berbagai strategi dan metode maka ia akan tetap tidak dapat menjadi guru.
              Empirisme. Tokoh Empirisme antara lain John Locke dan J.B Watson.Mereka menolak asumsi Nativisme, mereka berasumsi bahw setiap anak dilahirkan ke dunia dalam keadaan bersih ibarat papan tulis yang belum ditulisi.Perkembangan individu tergantung kepada hasil belajarnya dan faktor penentu utama dalam belajar sepenuhnya berasal dari lingkungan.Impilikasi teori Empirisme terhadap pendidikan yakni memberikan kemungkinan sepenuhnya bagi pendidik untuk dapat membentuk kepribadian peserta didik; tanggung jawab sepenuhnya ada di pihak pendidik.Konvergengsi. Tokoh teori Konvergengsi antara lain Willian Strean dan Robert J.Havighurst.Mereka berasumsi bahwa perkembangan imdividu itu ditentukan oleh faktor hereditas maupun lingkungan.
           Contohnya, Havighurst menyatakan bahwa” karateristik tugas perkembangan anak adalah bedasarkan pada masa bayi dan anak kecil adalah biososial.Sebab, perkembangan anak adalah bedasarkan kematangan yang berangsur-angsur dari organ tubuhnya, dan berhasil tidaknya dalam tugas perkembangan itu tergantung kepada lingkungan sosialnya.
          Impikasi teori Konvergengsi terhadap pendidikan yakni memberikan kemungkinan bagi pendidik untuk dapat membantu perkembnagan individu sesuai dengan apa yang diharapkan, namundemikian dengan pelaksanaannya harus tetap memperhatikan faktor-faktor hereditas peserta didik, seperti kematangan, bakat, kemampuan, keadaan mental.
3.      Teori Belajar dan Implikasinya terhadap Pendidikan
           Peranan guru, antara lain sebagai fasilitator dan motivator bagi anak dalam belajar.Demi pelaksanan peranannya itu dia perlu memenuhi bagaimana anak belajar, adapun hal ini berkenaan dengan teori belajar.Secara umum teori belajar dapat dikelompokan menjadi 3 aliran utama, yaitu behaviorime, kognif, dan humanitase.
           Behaviorisme.Tokoh teori belajar Behaviorisme, antara lain B. F.Skinner.Teori belajar Behaviorisme didasarkan pada asumsi bahwa (1) hasil belajar adalah berupa perubahan tingkah laku yang dapat diobservasi;(2) tingkah laku dan perubahan dan tingkah laku sebagai hasil belajar dimodifikasi oleh kondisi-kondisi lingkungan;(3) komponen teori  behavioral ini adalah stimulus, respons dan konsekuensi;(4) faktor penentu yang penting sebagai kondisi lingkungan dalam belajar adalah reiforcement.
           Kognitif.Tokoh teori belajar kognitif adalah Jerome Bruner.Teorinya didasarkan pada asumsi bahwa(1) individu mempunyai kemampuan memproses informasi.(2) kemampuan memproses informasi tergantung kepada faktor kognitif yang perkembangannya berlangsung secara bertahap sejalan dengan tahapan usianya.(3) belajar adalah proses internal yang kompleks berupa pemrosesan informasi;(4)  hasil belajar adalah berupa perubahan struktur kognitif;(5) cara belajar pada anak-anak dan orang dewasa berbeda sesuai tahap perkembangnnya.
                Humanisme.Tokoh teori belajar Humanisme, antara lain Carl Rogers Teorinya didasarkan pada asumsi bahwa (1) individu adalah pribadi utuh, ia mempunyai kebebasan memilih untuk menentukan kehidupannya;(2) individu mempunyai hasrat untuk mengetahui (curiosity), hasrat untuk bereksplorasi, dan mengasimilasi pengalaman-pengalamanya;(3) belajar adalah fungsi seluruh kepribadian individu;(4) belajar akan bermakna jika melibatkanseluruh kepribadian individu (jika relevan dan kebutuhan individu, dan melibatkan aspek intelektual dan emosional individu).

F.     Landasan Ilmiah Dan Teknologis
           Pendidikan serta ilmu pengetahuan dan teknologi ( iptek ) mempunyai kaitan yang sangat erat. Seperti diketahui, iptek menjadi bagian utama dalam isi pengajaran; dengan kata lain pendidikan berperan sangat penting dalam pewarisan dan pengembangan iptek. Dari sisi lain, setiap perkembangan iptek harus segera diakomodasi oleh pendidikan yakni dengan segera memasukkan hasil pengembangan iptek itu kedalam isinya.
         Terdapat beberapa istilah yang perlu dikaji agar jelas makna dan kedudukan masing-masing, yakni pengetahuan, teknologi, cara istilah lain yang terkait dengannya. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diperoleh melalui berbagai cara pengindraan terhadap fakta, penalaran ( rasio ), intuisi, dan wahyu. Pengetahuan yang memenuhi kriteria dari segi ontologism, epistemologis, dan aksiologis secara konsekuen dan penuh disiplin biasa disebut ilmu ataupun ilmu pengetahuan, kata sifatnya adalah ilmiah atau keilmuan.
             Pengetahuan ilmu pada dasarnya abstrak yang disederhanakan dari fakta atau kejadian alam yang sangat komplek, ilmu mempunyai tiga asumsi tentang objek yaitu
1.      Objek objek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain yang memungkinkan dilakukan klasifikasi.
2.      Objek dalam jangka waktu tertentu tidak mengalami berubahan ( kelestarian yang relatif )
3.      Adanya determinesme, suatu gejala bukan merupakan kejadian yang kebetulan tetapi mempunyai pola tertentu yang bersifat tetap.
            Iptek merupakan satu hasil dari usaha manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, dimulai dari permulaan kehidupan manusia.pendidikan serta ilmu pengetahuan mempunyai kaitan yang sangat erat. Saat ini iptek menjadi bagian utama dalam isi pengajaran, dengan kata lain, pendidikan berperan sangat penting dalam pewarisan dan pengembangan iptek. Dari sisi lain setiap perkembangan iptek harus segera diakomodasikan oleh pendidikan selain itu pendidikan sangat dipengaruhi oleh sejumlah cabang-cabang iptek yang lainnya. Pengetahuan yang memenuhi kriteria dari segi ontologism, epistemologis, dan aksiologis secara konsekuen biasa disebut ilmu.
           Dengan demikan pengetahuan mencangkup sebagai cabang ilmu oleh karena itu, istilah ilmu atau ilmu pengetahuan dapat bermakna kumpulan informasi, cara memperoleh informasi serta manfaat dari informasi itu sendiri. Ketiga sisi ilmu tersebut seharusnya mendapatkan perhatian yang proposional dalam penentuan bahan ajaran, dengan demikian pendidikan bukan hanya berperan dalam pewarisan iptek tetapi juga menerapkan manusia yang sadar iptek dan calon pakaar iptek.