Wikipedia

Search results

PENELITIAN KUALITATIF PROGRAM INQUIRY BASED LEARNING DALAM PENILAIAN KARAKTER TERHADAP SISWA KELAS 4 SD NEGERI 14 KOTA BIMA NUSA TENGGARA BARAT


BAB I

1.1  Latar Belakang
Upaya penerapan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran merupakan ciri khas dan menjadi kekuatan dari Kurikulum 2013. Pendekatan saintifik menjadikan siswa lebih aktif dalam mengkonstruk pengetahuan dan ketrampilannya, mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan menemukan fakta-fakta dari suatu fenomena atau kejadian. Proses pembelajaran dalam pendekatan saintifik, siswa dibelajarkan dan dibiasakan untuk menemukan kebenaran ilmiah, bukan beropini dalam melihat fenomena. Siswa dilatih untuk mampu berpikir kritis, logis, runut dan sistematis dengan menggunakan kapasitas berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking/HOT).Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran menuntut adanya perubahan setting dan bentuk pembelajaran tersendiri yang berbeda dengan pembelajaran konvensional.
Kata “Inquiry” berasal dari Bahasa Inggris yang berarti mengadakan penyelidikan, menanyakan keterangan, melakukan pemeriksaan (Echols dan Hassan Shadily, 2003: 323). Sedangkan menurut Gulo (2005:84) inkuiri berarti pertanyaan atau pemeriksaan, penyelidikan. Pendekatan IBL adalah suatu pendekatan yang digunakan dan mengacu pada suatu cara untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan (informasi), atau mempelajari suatu gejala. Pembelajaran dengan pendekatan IBL selalu mengusahakan agar siswa selalu aktif secara mental maupun fisik. Materi yang disajikan guru bukan begitu saja diberitahukan dan diterima oleh siswa, tetapi siswa diusahakan sedemikian rupa sehingga mereka memperoleh berbagai pengalaman dalam rangka “menemukan sendiri” konsep-konsep yang direncanakan oleh guru.
Dalam bidang pembelajaraan, dikenal pendekatan pembelajaran yang disebut Inquiry-Based Learning (IBL) dan pendekatan pengajaran yang disebut Inquiry-Based Teaching (IBT). IBL adalah cara memperoleh pengetahuan melalui proses inquiry (Hebrank, 2000). Sementara itu, IBT adalah sebuah pendekatan pengajaran yang memandatkan guru untuk menciptakan situasi yang memposisikan pemelajar sebagai ilmuwan. Pembelajar mengambil inisiatif untuk mempertanyakan suatu fenomena, mengajukan hipotesis, melakukan observasi di lapangan, menganalisis data, dan menarik simpulan, serta menjelaskan temuannya itu kepada orang lain. Jawaban yang diharapkan atas pertanyaan tersebut tidak bersifat tunggal tetapi jamak. Yang penting adalah bahwa dalam mencari jawaban, pemelajar bekerja dengan menggunakan standar tertentu yang jelas sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, dimungkinkan pemelajar mengintegrasikan dan mensinergikan berbagai disiplin ilmu dan/atau metode yang berbeda (Budnitz, 2003).
 Pembelajaran  dengan  pendekatan  inkuiri  dapat  menggunakan  berbagai macam metode. Apapun metode yang dipilih hendaknya tetap mencerminkan ciri-ciri pembelajaran dengan pendekatan inkuiri. Ada beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan dengan pendekatan inkuiri, antara lain: tanya jawab, diskusi, demonstrasi, eksperimen dan lain-lain.
1.2  Rumusa Masalah
1.      Bagaimana kegunaan inquiri based learning dalam penilaian karakter siswa?
2.      Apa kelebihan dan kelemahan dalam inquiri based learning ini?
3.      Bagaimana solusi yang baik dalam penilaian karakter?
1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui kegunaan inquiri based learning dalam penelitian karakter siswa.
2.      Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan inquiri based learning.
3.      Untuk memudahkan guru dalam mengajar.
4.      Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan relajar mengajar
5.      Mengembangkan sikap percaya pada diri sendiri (self-belief) pada diri siswa tentang
apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.
1.4  Manfaat
1.      Memudahkan guru dalam mengambil langkah metode atau pun model belajar yang tepat.
2.      Guru dalam mengimplementasikan kurikulum dan pembelajaran lebih menekankan pada penguasaan materi sesuai target kurikulum.
3.      Untuk pembelajaran disekolah agar tidak selalu digunakan metode ceramah. Menitik beratkan pada aktivitas siswa dalam proses belajar.
4.      Memudahkan siswa bersosialisasi dalam kehidupan masyarakat dan lebih memiliki pengalaman untuk menambah pengetahuan atau ilmu secara langsung dengan masyarakat itu sendiri.
1.5  Batas Penelitian
Permasalahan yang ada di sekolah adalah guru dalam proses pembelajaran sebagian besar hanya menggunakan metode ceramah. Penyampaian materi hanya sebatas menyampaikan teori yang ada di buku dan materi dapat terselesaikan dalam satu semester. Proses penyampaian materi yang demikian mnyebabkan siswa hanya mampu dalam aspek kognitif semata dan lemah dalam aspek afektif dan psikomotor. Sumber belajar yang ada di lingkungan sekolah belum dimanfaatkan secara maksimal, karena guru mempunyai peran dominan dalam proses pembelajaran. Fakta yang ada di sekolah bahwa tidak semua elemen dan unsur siap untuk melaksanakan pembelajaran dengan Kurikulum 2013.Pembelajaran di dalam kelas dalam Kurikulum 2013 diharapkan untuk melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik dengan beberapa model pembelajaran. Kenyataannya kesiapan dari guru dan kebiasaan siswa dalam belajar masih menggunakan metode yang konvensional.





BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1  Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Progaram Inquiri Based Learning
Menurut Sukrisno Program adalah kata, ekspresi, atau pernyataan yang disusun dan dirangkai menjadi satu kesatuan prosedur, yang berupa urutan langkah, untuk menyelesaikan masalah yang diimplementasikan dengan menggunakan bahasa pemrograman sehingga dapat dieksesuksi oleh komputer.
Inquiry adalah kata yang memiliki banyak makna bagi banyak orang dalam
berbagai konteks yang berbeda. Dalam bidang sains, inquiry berarti seni atau ilmu
bertanya tentang alam dan menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut. Inquiry
dilakukan melalui langkah-langkah seperti observasi dan pengukuran, hipotesis,
interpretasi, dan penyusunan teori. Inquiry memerlukan eksperimentasi, refleksi, dan pengenalan terhadap kekuatan dan kelemahan metode yang digunakan (Hebrank, 2000).
Dalam bidang pembelajaraan, dikenal pendekatan pembelajaran yang disebut
Inquiry-Based Learning (IBL) dan pendekatan pengajaran yang disebut Inquiry-Based Teaching (IBT). IBL adalah cara memperoleh pengetahuan melalui proses inquiry (Hebrank, 2000). Pendekatan saintifik dengan metode Inquiry Based Learning dalam proses pembelajaran diharapkan memberikan suatu pencerahan dan rekontruksi atas proses pembelajaran yang berkembang sekarang ini.
      Dapat disimpulkan Program Inquiry Based Learning adalah langkah untuk menyelesaikan suatu masalah menggunakan model Inquiry Based Learning yang dapat membantu dalam konteks penilaian karakter anak. Penelitian penilaian karakter anak memerlukan eksperimentas,refleksi, dan pengenalan terhadap kekutan dan kelemahan dalam metode tersebut.
2.1.2        Penilaian Karakter Siswa
Menurunnya karakter berkebangsaan pada generasi maka dicetuskan pendidikan karakter bangsa sebagai wujud pendidikan karakter kebangsaan kepada peserta didik. Pendidikan karakter bangsa Indonesia. Dalam pelaksanaannya pendidikan karakter bangsa indonesia tidak berdiri sendiri tetapi berintegrasi dengan pelajan-pelajaran yangada dengan memasukkan nilai-nilai karakter dan budaya bangsa Indonesia.
Instrumen yang digunakan bisa dalam bentuk kuesioner. Bentuk kuesioner ini
memiliki kelemahan dan kebaikannya. Kebaikannya adalah cakupan materi yang ditanyakan bisa lebih banyak. Kelemahan penggunaan instrumen kuesioner dalam mengukur karakter atau aspek afektif sesorang adalah pada validitas jawaban. Karena yang dijawab belum tentu yang dipraktikkan sehari-hari. Ada unsur social desirability, yaitu apa yang dianggap baik oleh masyarakat. Oleh karena itu, instrumen tersebut harus dilengkapi dengan data hasil kegiatan pengamatan. Pengamatan karakteristik afektif peserta didik dilakukan di tempat terjadinya kegiatan belajar dan mengajar serta di lingkungan sekolah. Untuk mengetahui keadaan ranah afektif peserta didik, pendidik harus menyiapkan diri untuk mencatat setiap tindakan yang muncul dari peserta didik yang berkaitan dengan indikator ranah afektif peserta didik. Untuk itu, perlu ditentukan indikator substansi yang akan diukur. Seperti indikator jujur, tanggungjawab, kerja sama, hormat pada orang lain, ingin selalu berbuat baik, dan sebagainya.
Karakter merupakan bagian dari ranah afektif. Menurut Andersen (1980) ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengukur ranah afektif, yaitu metode observasi dan metode laporan-diri. Penggunaan metode observasi berdasarkan pada asumsi bahwa karateristik afektif dapat dilihat dari perilaku atau perbuatan yang ditampilkan, reaksi psikologi, atau keduanya. Metode laporan-diri berasumsi bahwa yang mengetahui keadaan  afektif seseorang adalah dirinya sendiri. Namun, hal ini menuntut kejujuran dalam mengungkap karakteristik afektif diri sendiri.
Menurut Lewin (dalam Andersen, 1980), perilaku seseorang merupakan fungsi dari watak yang terdiri atas kognitif, afektif, dan psikomotor, dan karakteristik lingkungan saat perilaku atau perbuatan ditampilkan. Jadi, tindakan atau perbuatan seseeorang ditentukan watak dirinya dan kondisi lingkungan.
      Penilaian adalah kegiatan untuk menentukan pencapaian hasil pembelajaran. Hasil pembelajaran dapat dikategorikan menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Setiap peserta didik memiliki tiga ranah tersebut, hanya kedalamannya tidak sama. Ada peserta didik yang memiliki keunggulan pada ranah kognitif, atau pengetahuan, dan ada yang memiliki keunggulan pada ranah psikomotor atau keterampilan. Namun, keduanya harus dilandasi oleh ranah afektif yang baik. Pengetahuan yang dimiliki seseorang harus dimanfaatkan untuk kebaikan masyarakat. Demikian juga keterampilan yang dimiliki peserta didik juga harus dilandasi olah ranah afektif yang baik, yaitu dimanfaatkan untuk kebaikan orang lain.
Pengamatan karakteristik afektif peserta didik dilakukan di tempat
terjadinya kegiatan belajar dan mengajar serta di lingkungan sekolah. Untuk mengetahui keadaan ranah afektif peserta didik, pendidik harus menyiapkan diri untuk mencatat setiap tindakan yang muncul dari peserta didik yang berkaitan dengan indikator ranah afektif peserta didik. Untuk itu, perlu ditentukan indikator substansi yang akan diukur. Seperti indikator jujur, tanggungjawab, kerja sama, hormat pada orang lain, ingin selalu berbuat baik, dan sebagainya.
Karakter yang baik melibatkan pemahaman, perhatian, dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai etika. Pendekatan yang holistik terhadap pengembangan karakter oleh karenanya mencari untuk mengembangkan kognitif, emosi, dan aspek prilaku dari kehidupan moral. Peserta didik berkembang untuk memahamai nilai inti dengan mempelajarinya, mendiskusikannya, mengamati model perilaku, dan memecahkan masalah yang mencakup nilai-nilai. Jadi, peserta didik harus paham nilai inti dan komitmen mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.


2.1.3        Tipe Karakteristik Efefektif
Ada empat tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap, minat, konsep diri, dan nilai. Empat tipe afektif yang akan dibahas dalam pedoman ini, khususnya tentang penilaiannya. Pembahasan meliputi definisi konseptual, definisi operasional dan penentuan indikator. Sesuai dengan karakteristik afektif yang terkait dengan mata pelajaran, masalah yang akan dibahas mencakup empat ranah, yaitu minat, sikap, nilai., dan konsep diri.
1. Sikap
Sikap menurut Fishbein dan Ajzen (1975) adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang. Objek sekolah adalah sikap siswa terhadap sekolah, sikap siswa terhadap mata pelajaran. Ranah sikap siswa ini penting untuk ditingkatkan (Popham, 1999:204).
Sikap siswa terhadap mata pelajaran, misalnya bahasa Inggeris, harus lebih positif setelah siswa mengikuti pelajaran bahasa Inggeris. Jadi, sikap siswa setelah mengikuti pelajaranharus lebih positif dibanding sebelum mengikuti pelajaran. Perubahan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Untuk itu, guru harus membuat rencana pembelajaran termasuk pengalaman belajar siswa yang membuat sikap siswa terhadap matapelajaran menjadi lebih positif.
2. Minat
Menurut Getzel (1966:98), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.
3. Nilai
Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan yang dalam tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap jelek. Menurut Andersen target nilai cenderung menjadi ide, tetapi sesuai dengan definisi oleh Rokeach, target dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dapat negatif. Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan nilai yang diacu.
Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973:7), yaitu nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu yang mengendalikan pendidikan dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya, dijelaskan bahwa sejak manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga objek ini menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh karena itu, sekolah harus menolong siswa menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi siswa dalam memperoleh kebahagiaan personal dan memberi konstribusi positif terhadap masyarakat.
Beberapa ranah afektif yang tergolong penting adalah sebagai berikut.
(a) Kejujuran: peserta didik harus jujur dalam perkataan dan perbuatan dalam
berinteraksi dengan lingkungan termasuk orang lain.
(b) Integritas: peserta didik harus mengikat pada kode nilai, misalnya etika, dan moral.
(c) Adil: peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang memperoleh perlakuan
hukum yang sama.
(d) Kebebasan: peserta didik harus yakin bahwa mereka memiliki kebebasan yang terbatas, dalam arti bebas tetapi tidaka merugikan pihak lain.
(e) Kerjasama: peserta didik harus mempu bekerja sama dengan orang lain dalam mengerjakan kebaikan.
      4. Konsep Diri
Menurut Smith (…….. : ….), konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimilikinya. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi dapat juga institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa posititf atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari yang rendah sampai yang tinggi.
Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik,, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri sehingga ia bisa memilih karir yang tepat bagi dirinya. Selain itu, informasi konsep diri ini penting bagi sekolah untuk memotivasi belajar siswa dengan tepat.
Dalam memililih karakterisitk afektif untuk pengukuran, para pengelola pendidikan harus mempertimbangkan rational teorie dan isi program sekolah. Masalah yang timbul adalah bagaimana ranah afektif akan diukur. Isi dan validitas konstruk ranah afektif tergantung pada definisi operasional yang secara langung mengikuti definisi konseptual. Andersen (1980) menggambarkan dua pendekatan untuk mengukur ranah afektif, yaitu pendekatan acuan ranah dan pendekatan peta kalimat. Pada pendekatan acuan ranah, hal yang pertama diperhatikan adalah target dan arah karakteristik afektif dan selanjutnya memperhatikan intensitasnya.
2.2      Kajian Penelitian Yang Relevan
Marlyen Sharly Sapulette, Amika Wardana(2016) mengadakan penelitian tentang Peningkatan Karakter Siswa Melalui Pembelajaran PPKn Dengan Media Cerita Rakyat. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan untuk meningkatkan karakter siswa SD dengan pemanfaatan cerita rakyat sebagai media praktek pembelajaran PPKn. Dalam penelitian ini menggunakan model siklus. Inti dari model siklus tersebut bahwa setiap siklus memilki tiga tahap yaitu OBSERVASI Mengumpulkan informasi (data), MENGELOLAH Menggambarkan informasi (menganalisis), dan MELAKUKAN TINDAKAN Menggunakan hasil gambaran dan analisis (merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi).
Hasil penelitian ini antara lain: (1) Guru saat mengajar PPKn mengetahui karakter (kejujuran, toleransi, disiplin, kerja keras, dan tanggung jawab). (2)Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan RPP yang sudah disusun dan di buat dalam langkah-langkah tindakan kelas. Serta membuat minat belajar siswa meningkat.
Tindakan pembelajaran yang dilakukan pada kelas lebih ditekankan pada karakter dengan menggunakan media cerita rakyat, dengan maksud mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran PPKn yang diharapkan melalui beberapa tagihan. Tujuan pembelajaran PPKn yang diaharapkan yaitu memiliki nilai-nilai karakter dalam kehidupan sehari-hari serta mengikuti pembelajaran PPKn melalui berbagai kegiatan yang yang mendukung.

(Persamaan dalam Penelitian)
Penelitian yang saya ambil adalah kata kuncinya penilain karakter siswa, jadi dalam hal ini ada persamaan penekanan pada penilaian karakter siswa dalam proses pembelajaran berlangsung. Penelitian tindakan dalam kelas utntuk memudahlkan penilaian dengan pengamatan secara langsung.

(Perbedaan dalam Penelitian)
Penelitian yang saya ambil adalah Program Inquiry Based Learning dalam Penilaian Karakter Siwa. Dari sebgian judul sudah terlihat pernedaanya. Pengunaan model pembelajaran. Dalam penelitian ini menggunakan model Inquiry Based Learning, dimana penilaian Karakter Siswa dalam pemecahan masalah saat pembelajaran didalam kelas.
Penggunaan penilaian, disini menggunakan penilaian sikap, minat, nilai, konsep diri. Karena karakter yang baik melibatkan pemahaman, perhatian, dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai etika. Selanjutnya, dijelaskan bahwa sejak belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga objek ini menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh karena itu, sekolah harus menolong siswa menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi siswa dalam memperoleh kebahagiaan personal dan memberi konstribusi positif terhadap masyarakat.














2.3      Kerangka Pikir











BAB III
METODE PENELITIAN
3.1  Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Jenis penelitian metode deskriptif. Dalam penelitian kualitatif data yang dikumpulkan bukan berupa bukan berupa angka melainkan data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data dan informasi.
Menurut Sukmadinata (2005) dasar penelitian kualitatif adalah konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh setiap individu. Peneliti kualitatif percaya bahwa kebenaran adalah dinamis dan dapat ditemukan hanya melalui penelaahan terhadap orang-orang melalui interaksinya dengan situasi sosial mereka (Danim, 2002).
Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-strategi yang bersifat interaktif dan fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Dengan demikian arti atau pengertian penelitian kualitatif tersebut adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2005).
3.2  Kehadiran penelitian
Kehadiran peneliti diperlukan untuk mengumpulkan data yang diperlukan guna melengkapi informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.
3.3  Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat                  : SDN 14 Kota Bima NTB
Waktu Penelitian   : Pada Bulan April 2018
3.4  Sumber Data
Sumber data dari penelitian ini adalah
a.       Siswa
b.      Guru
c.       Orang tua
d.      Masyarakat
3.5  Intrumen Penelitian
 Instrumen yang digunakan bisa dalam bentuk kuesioner. Bentuk kuesioner ini
memiliki kelemahan dan kebaikannya. Kebaikannya adalah cakupan materi yang ditanyakan bisa lebih banyak. Kelemahan penggunaan instrumen kuesioner dalam mengukur karakter atau aspek afektif sesorang adalah pada validitas jawaban. Karena yang dijawab belum tentu yang dipraktikkan sehari-hari.
3.6  Prosedur Penelitian
Dalam prosedur penelitian ini, peneliti melakukan obsevasi langsung ke lapangan dengan mendatangi kepala sekolah dan meminta izin untuk melakukan observasi disekolah tersebut. Tekniknya adalah observasi dan wawancara.

3.7  Analisis Data
3.7.1        Reduksi Data
Reduksi data dalam analisis data penelitian kualitatif, menurut Miles & Huberman(1992: 16) sebagaimana ditulis Malik diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung terus-menerus selama proyek yang berorientasi penelitian kualitatif berlangsung. 
3.7.2        Penyajian Data
Dalam penelitian kualitatif,penyajia data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles & Huberman (dalam Sugino, 2012) mengatakan yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut (Miles & Huberman, dalam Sugino, 2012).
3.7.3        Kesimpulan
Menurut Miles & Humberman, sebagaiman dikutip oleh Sugiyono (2014: 99), langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan simpulan dan verifikasi. Menarik kesimpulan atau verivikasi adalah sebagian dari satu kegiatan konfigurasi yang utuh sehingga mampu menjawab rumusan masalah penelitian. Simpulan disapat dari membandingkan analisis hasil wawancara sehingga dapat diketahui jenis dan faktor penyebab kesalahan siswa dalam menyelesaikan pembelajaran.
3.7.4        Teknik Keabsahan
Teknik yang digunakan dalam pemeriksaan keabsahan data seperti yang dikemukakan oleh Moleong (2006: 327), adalah perpanjangan keikut sertaan, ketekunan pengamatan, tiangulasi, pengecekan sejawat, analisi kasus negative, kecukupan refernsial, dan pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam penelitian. Pengujian keabsahan data menggunakan empat criteria sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiyono, yaitu: kredibilitas (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan/reliabilitas (dependability), dan kepastian/dapat dikonfirmasi (confirmability).