MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG
AWAL PADA SISWA KELAS 1 SD DENGAN MENGGUNAKAN PERMAINAN BABOLL
“ (BASKET BALL)”
BAB I
A. Latar Belakang
Matematika
memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan. Banyak masalah dan
kegiatan dalam kehidupan yang harus diselesaikan dengan ilmu matematika seperti
menghitung, mengukur, dsb. Karena matematika itu penting dalam kehidupan, maka
seharusnya matematika merupakan kebutuhan dan menjadi kegiatan yang
menyenangkan. Hal ini sesuai dengan tujuan matematika yaitu melatih siswa
berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, mengembangkan aktifitas kreatif
yang melibatkan imajinasi, dan mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
Matematika berperan sebagai bahasa simbolis yang memungkinkan terwujudnya komunikasi
yang cermat dan tepat.
Kegunaan
mata pelajaran Matematika bukan hanya memberi kemampuan dalam perhitungan-
perhitungan kuantitatif, tetapi juga dalam penataan cara berfikir, terutama
dalam hal pembentukan kemampuan menganalisis, membuat sintesis, melakukan
evaluasi hingga kemampuan memecahkan masalah (Darhim, 1993:14). Berdasarkan
Surat Edaran Dirjen Dikdasmen (1992) dalam Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
(1994) perihal Pelaksanaan Pengajaran Membaca, Menulis dan Berhitung di Sekolah
Dasar disampaikan bahwa pengajaran tiga kemampuan dasar yaitu: membaca, menulis
dan berhitung di Sekolah Dasar harus terus ditingkatkan dan materi pengajaran
untuk tiga kemampuan dasar dimaksud terdapat pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia dan Matematika (berhitung).
Kemampuan berhitung merupakan salah satu
bagian dari kemampuan matematika, sebab salah satu prasyarat untuk belajar
matematika adalah belajar berhitung yang keduanya saling mendukung. Oleh karena
itu antara matematika dan berhitung tidak dapat dipisahkan. Pada kenyataannya
dalam hal ini guru-guru banyak yang mengeluh karena siswanya lamban dan kurang
terampil dalam menyelesaikan perhitungan dari suatu pemecahan masalah. Menurut
pengamatan penulis sementara keterampilan berhitung bagi siswa akhir-akhir ini
kurang mendapat perhatian khusus baik di sekolah maupun di rumah. Beberapa penyebabnya
adalah pertama semakin banyaknya alat-alat hitung yang serba modern sehingga
anak malas untuk berpikir sendiri dalam menyelesaikan suatu perhitungan.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
proses peningkatan kemampuan berhitung melalui permainan baboll pada siswa
kelas 1sd?Mengenal apa itu perhitungan?
2. Metode
apa yang digunakan?
3. Bagaimana
cara kerja permainan Baboll?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengenal angka dan cara menjumlahkannya
2. Memudahkan
untuk berhitung
3. Agar
menarik perhatian siswa-siswi dalam kelas
4. Agar
tidak mudah bosan dalam pelajaran berhitung
BAB II
Pembahasan
A.
Pengertian
Matematika
Kata Matematika sendiri berasal dari bahasa latin
"mathemata" yang mempunyai arti "sesuatu yang dipelajari".
Sedangkan matematika yang pada bahasa Belanda disebut "wiskunde" yang
mempunyai arti "ilmu pasti". Kesimpulannya bahwa matematika ialah
ilmu pasti yang berkenaan dengan suatu penalaran. Matematika adalah ilmu yang
mendasari dari kehidupan manusia. Matematika masih terus berkembang secara
dinamis seiring perubahan zaman. Matematika ialah pola berpikir, pembuktian
yang logik, pola mengorganisasikan, matematika adalah suatu bahasa dengan
menggunakan istilah yang dapat didefinisikan secara akurat, cermat, dan jelas,
representasinya dengan simbol serta padat, lebih berupa sebuah bahasa simbol
tentang ide dibandingkan tentang bunyi.
Perhitungan
adalah salah satu operasi aritmatika dasar, yang sudah meliputi penjumlahan, pengurangan,
perkalian dan pembagian. Pelajaran matematika dengan permainan modern merupakan
salah satu media yang dapat digunakan untuk mata pelajaran matematika.
Kebiasaan yang dilakukan siswa dalam permainan tersebut membuat pikiran mereka
secara tidak langsung terfokus pada materi perhitungan dalam matematika,
mengingat anak-anak seusia itu lebih menyukai permainan dari pada belajar.
Dengan hal inilah saya menggabungkan permainan modern dengan pelajaran yang
menyenangkan bagi siswa agar lebih mudah di pahami. Pribadi manusia pada
hakikatnya adalah manusia memproduksi dirinya sendiri melalui pengalaman dan
realitas sosial yang telah dilakukan. Permainan sebagai media pembelajaran
melibatkan siswa dalam proses pengalaman sekaligus tantangan, terdorong untuk
kreatif, dan berinteraksi dalam kegiatan dengan siswa dalam melakukan permainan
ini.
B.
Permainan
Dalam Matematika
Tak dapat dipungkiri matematika merupakan pelajaran yang tidak bisa
lepas dari kehidupan kita. Bisakah anda membayangkan bagaimana sulitnya
menjalani kehidupan sehari-hari tanpa matematika? Tetapi ironisnya di sekolah
keadaannya benar-benar bertolak belakang dengan realita. Dari jaman Diponegoro
tidak punya hp sampai sekarang pelajaran matematika selalu menjadi momok.
Tanyakan pada siswa maka sebagian besar akan merasa kesulitan dalam memahami
matematika. Lebih buruk lagi motivasi dan minat belajar matematika menjadi
sangat kurang sekali. Sebagai guru kita perlu bertanya dan mencari tahu kenapa
pelajaran matematika menjadi pelajaran paling 'buruk' di mata siswa dan hampir
di sebagian besar sekolah pelajaran matematika mempunyai prestasi paling jelek.
Matematika tidak hanya ilmu yang mempelajari tentang penghitungan dan
pengukuran, tetapi juga kemampuan menganalisa jika soal yang disajikan berupa
cerita. Butuh strategi atau metode pembelajaran khusus yang mampu mengaktifkan
tingkat kemampuan pemahaman siswa terhadap kemampuan ini agar apa yang mereka
dapat lakukan tidak melulu hafalan dan prosedur sederhana. Pemerintah yang
dalam hal ini terdiri dari pakar-pakar pendidikan dan guru-guru yang hebat
terus mencari inovasi baru untuk dapat mengoptimalkan pembelajaran matematika
di sekolah. Yang masih menjadi pembahasan saat ini adalah kurikulum 2013 dengan
pendekatan saintifik dan
penilaian otentiknya yang terus menuai kritik dan kontroversi.
Untuk kelas saya, sering saya berikan alternatif pembelajaran dalam
bentuk Game Matematika dan tebak-tebakan logika matematika untuk menciptakan
iklim belajar aktif dan menarik. Selain dapat merangsang perkembangan kognitif
dan psikomotorik, permainan dan tebak-tebakan matematika ini juga untuk meminimalisir kejenuhan
siswa dikarenakan mereka berada dalam suasana belajar yang menyenangkan, bukan
pada suasana yang membuat mereka bosan. Suasana belajar yang kondusif ini pada
akhirnya dapat mempermudah pemahaman materi matematika oleh siswa, sehingga diharapkan
hasil belajarnyapun meningkat.
C.
Permainan
Tradisional
Proses
belajar mengajar ditandai adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan,
metode, media dan evaluasi. Unsur media dam metode merupakan unsur yang tidak
bisa dilepaskan dari unsur-unsur lainnya, karena berfungsi sebagai cara atau
teknik untuk mengantarkan bahan pelajaran. Untuk mencapai tujuan tersebut,
media memegang peran penting sebab dengan adanya media pelajaran dapat mudah
dipahami oleh siswa.
Kemampuan
melakukan berhitung merupakan salah satu standar kompetensi yang wajib dikuasai
oleh peserta didik SD. Pada siswa kelas 1 melakukan operasi hitung penjumlahan
dan pengurangan. Hal ini karena penggunaan materi ini merupakan bekal
persyaratan untuk mempelajari materi behitung selanjutnya.
Menggunakan
permainan bola keranjang ini berperan penting dalam meningkatkan kemampuan
berhitung siswa dalam pelajaran matematika dengan mudah. Dalam proses
pembelajaran di dalam kelas atau pun di luar kelas, penggunaaan permainan ini
mampu membawa siswa untuk berhitung dan memahami cara berhitung dengan baik.
Dalam hal ini, guru berperan sebagai fasilitator dalam proses berhitung dengan
menggunakan metode basket ball (bola keranjang) tersebut dalam pembelajara.
D.
Karakteristik
siswa
Masing-masing peserta didik atau siswa
sebagai individu dan subjek belajar memiliki karakteristik atau ciri-ciri
sendiri. Kondisi atau keadaan yang terdapat pada masing-masing siswa dapat
mempengaruhi bagaimana proses belajar siswa tersebut. Dengan kondisi peserta
yang mendukung maka pembelajaran tentu dapat dilakukan dengan lebih baik,
sebaliknya pula dengan karakteristik yang lemah maka dapat menjadi hambatan
dalam proses belajar mengajar.
Lebih lanjut lagi bahwa
keadaan peserta didik bukan hanya berpengaruh pada bagaimana belajar
masing-masing peserta didik, namun dari proses belajar masing-masing siswa
dapat mempengaruhi pembelajaran secara keseluruhan serta juga mempengaruhi
bagaimana proses belajar peserta didik lainnya. Jika pengaruh positif maka akan
memberikan efek yang baik bagi proses pembelajaran, namun tentu saja juga
terdapat karakteristik atau keadaan
dari siswa yang buruk dan
memberikan pengaruh negatif bagi pembelajaran.
Oleh karena itu, guru yang
memilki peran sentral dalam pembelajaran secara langsung di haruskan untuk
mengetahui karakteristik atau keadaaan yang sebenarnya terjadi pada siswa.
Dengan demikian, guru dapat mengantisipasi juga mengatasi adanya pengaruh buruk
yang mungkin muncul dan berakibat negatif bagi pembelajaran. Identifikasi
terhadap keadaan dan kondisi siswa baik untuk masing-masing individu maupun
keseluruhan mutlak diperlukan yang digunakan untuk pembagian langkah dan
perlakuan terutama pemilihan strategi, model, media, dan komponen penyusun
pembelajaran lainnya.
Dalam bukunya, Sardiman
(2011: 120) menyebutkan bahwa terdapat 3 macam hal karakteristik atau keadaan
yang ada pada siswa yang perlu diperhatikan guru yaitu:
1.
Karakteristik atau
keadaan yang berkenaan dengan kemampuan awal siswa. Misalnya adalah kemampuan
intelektual, kemampuan berpikir, dan lain-lain.
2.
Karakteristik atau
keadaan siswa yang berkenaan dengan latar belakang dan status sosial.
3.
Karakteristik atau
keadaan siswa yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian seperti
sikap, perasaan, minat, dan lain-lain.
Dari macam-macam jenis dan
sumber karakteristik atau keadaan yang ada pada siswa ini guru dapat menemukan
data-data apa saja yang perlu diketahui informasinya dan digali lagi dari
peserta didik. Kondisi pada peserta didik juga senantiasa dapat mengalami
perubahan, guru hendaknya juga harus memamntau segala perubahan keadaan yang
ada pada siwa baik sebelum pembelajaran dimulai, saat pelajaran, hingga paska
pembelajaran dan evaluasi.
E.
Proses
pelaksanaan
Aturan
Permainan
a) Permainan
ini di bagi beberapa kelompok 4-5 kelompok
b) Masing-masing
kelompok mendapatkan 1 keranjang bola
c) Kelompok
nantinya akan maju bergiliran
d) Masing-masing
kelompok melempar bola ke keranjang
e) Dalam
kelompok di bagi lagi, yang melempar dan mencatat bola masuk dan keluar
f) Setelah
di hitung bola yang masuk dan keluar
g) Lalu
dijumlahkan hasilnya
h) Jika
jawabanya benar, kelompok tersebut lanjut ke tahap berikutnya yaitu pengurangan
i)
Setelah dilakukan sama dengan tahap
penjumlahan, yang jawabanya benar dan cepat kelompok itulah pemenangnya.
Tujuan
untuk menghasilkan model pembelajaran bola basket bagi siswa kelas satu SD.
Model permainan bola basket dapat digunakan guru SD sebagai salah satu bentuk
pembelajaran berhitung dengan mudah dan bertahap. Dan dalam usaha penguasaan
materi pembelajaran berhitung merupakan sebagian kegiatan yang menuju
terbentuknya kepribadian seutuhnya. Contohnya seperti :
a. Mampu
berpikir dengan baik saat menghitung
b. Adanya
rasa solidaritas saat melakukan permainan
c. Menguji
mental agar lebih berani melakukan sesuatu
d. Mampu
menangkap apa pun yang di lihat dan di dengar
e. Menimbulkan
aras ingin tahu
f. Meningkatnya
pengetahuan berhitung
F.
Hasil
yang Diharapkan
Didalam
metode atau pun contoh permainan ini, diharapkan siswa tidak akan kesulitan
lagi dalam pembelajaran berhitung, mudah memahami, mengerti cara berhitung.
Dalam permainan ini juga menjadikan siswa bersemangat untuk belajar berhitung.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan
adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada siswa yang meliputi
kemampuan, komponen pengetahuan ataun kemauan dan tindakan. Belajar dengan bola
keranjang ini dapat memotifasi siswa untuk terus berhitung, sehingga siswa
dapat dilipatkan secara aktif dalam pembelajaran dan guru tidak hanya
mentransfer pengetahuan tetapi juga membimbing siswa agar terampil dan cepat menemukan
konsep berhitung dengan mudah dan berdampak pada kemampuan berhitung dengan
sendirinya.
Matematika tidak hanya ilmu yang mempelajari
tentang penghitungan dan pengukuran, tetapi juga kemampuan menganalisa jika
soal yang disajikan berupa cerita. Butuh strategi atau metode pembelajaran
khusus yang mampu mengaktifkan tingkat kemampuan pemahaman siswa terhadap
kemampuan ini agar apa yang mereka dapat lakukan tidak melulu hafalan dan
prosedur sederhana.
Saran
guru yang memilki peran sentral dalam pembelajaran secara
langsung di haruskan untuk mengetahui karakteristik atau keadaaan yang
sebenarnya terjadi pada siswa. Dengan demikian, guru dapat mengantisipasi juga
mengatasi adanya pengaruh buruk yang mungkin muncul dan berakibat negatif bagi
pembelajaran.
DAFTAR
RUJUKAN
eprints.uny.ac.id/16277/1/Nia%20Rusmania.pdf
journal.uny.ac.id/index.php/didaktika/article/download/2988/2491
Oladipo.
2009. Pendidikan Karakter dan Praktik di
Sekolah. Bandung: Rosda
T.
Ramli. 2007. Panduan Pendidikan Karakter.
Bandung: Prestasi Pustaka.
LAMPIRAN