Wikipedia

Search results

PENDIDIKA INKLUSI TUNALARAS



PENDIDIKA INKLUSI
TUNALARAS



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
     Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali macam ringkah laku, karakteristik dan bentuk fisik manusia yang kita temui. Baik itu orang normal maupun tidak normal. Dalam pendidikan juga ada yang utnuk anak normal dan utnuk anak yang memebutuhkan layanan khusus atau sekolah luar biasa (SLB).
Anak luar biasa adalah anak yang mengalami gangguan atau hambatan perkembangan baik fisik maupun mentalnya sehingga mereka membutuhkan perhatian dan layanan khusus, hal ini dengan tujuan agar mereka mampu menjalani kehidupan sehari-hari tanpa memtuhkan orang lain.
Salah satu anak yang mengalami hambatan atau gangguan yaitu anak tunalaras. Anak tunalaras adalah anak yang mengalami gangguan emosi dan mentalnya dimana anak ini berbuat sesuatu yang tidak biasa dilakukan oleh anak seusianya. Contohnya perilaku yang dilakukan adalah mencuri, membuat keributan atau ceman orang lain, menyakiti orang lain dan sebagainya yang tidak biasa dilakukan oleh anak seusianya. Orang tua atau guru harus bisa mendeteksi dini kalau anaknya mengalami hambatan, hal ini bertujuan agar kelainan yang dialami anak tidak berkembang atau bertambah parah. Misalnya kalau anak mengalami ketunalarasan maka pihak yang bersangkutan harus cepat mencegahnya, agar kelainan tidak tambah parah.
Faktor lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan anak baik itu lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Dimana kalau anak hidup dalam keluarga yang bisa mneghargai dan mendidik anak dengan baik maka anak akan bisa tumbuh kembang dengan baik dan begitujuga sebaliknya karena keluarga tempat yang paling utama anak mendapat pendidikan.
Dalam lingkungan keluarga anaka mendapat pendidikan yang baik, tapi lingkungan tidak baik maka anak juga bisa mempunyai sifat atau kelainan misalnya suka membuat keributan dan cemas orang lain.
Untuk mengatasi kelainan tersebut yaitu dengan lebih memperhatikan anak baik dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Kalau anak sudah mempunyai pergaulan yang tidak baik maka, orang tua harus cepat tanggap dan mencegahnya agar anak tidak berlarut-larut dalam permasalahan tersebut.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa definisi tentang tunalaras?
2.      Apa saja klasifikasi tentang tunalaras?
3.      Apa sajakah karakteristik anak tunalaras?
4.      Sebutkan layanan belajar anak tunalaras?    

C.    Tujuan
1.      Mengetahui definisin tentang tunalaras.
2.      Mengetahui apa saja kalasifikasi tentang tunalaras.
3.      Mengetahui karakteristik anak tunalaras.
4.      Mengetahui bebeapa layanan belajar anak tunalaras.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Anak Tunalaras
Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. Definisi anak tunalaras atau emotionally handicapped atau behavioral disorder lebih terarah berdasarkan definisi dari Eli M Bower  (Bandi Delphie, 2006: 17) bahwa anak dengan hambatan emosional atau kelainan perilaku, apabila menunjukkan adanya satu atau lebih dari lima komponen berikut ini: tidak mampu belajr bukan disebabkan karena faktor intelektual, sensori atau kesehatan; tidak mampu unutk melakukan hubungan baik dengan teman-teman dan guru-guru; bertingkah laku atau berperasaan tidak pada tempatnya; secara umum mereka selalu dalam keadaan tidak gembira atau depresi; dan bertendensi ke arah simptom fisik seperti merasa sakit atau ketakutan yang berkaitan dengan orang atau permasalahan disekolah.
Anak tunalaras secara umum dikatakan sebagai anak yang mengalami gangguan emosi dan penyimpangan tingkah laku. Menurut pendapat Yulia Putri (2010) anak tunalaras adalah anak yang mempunyai tingkah laku berlainan, tidak memiliki sikap yang dewasa, melakukan pelanggaran norma-norma sosial dengan frekuensi yang cukup besar, tidak/kurang mempunyai toleransi kepada orang lain/kelompok, serta mudah terpengaruh oleh suasana, sehingga menimbulkan kesulitan bagi dirinya sendiri serta orang lain.
            Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dijelaskan bahwa anak tunalaras adalah anak yang mengalami gangguan emosi dan penyimpangan tingkah laku serta kurang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik di dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

B.     Klasifikasi Anak Tunalaras
Dilihat dari gejala gangguan tingkah laku anak tunalaras dapat dikelompokkan menjadi dua bagian (Rusli Ibrahim, 2005: 48), yaitu: 
a. Socially Maladjusted Children
Yaitu anak-anak yang terganggu aspek sosialnya. Kelompok ini menunjukkan tingkah laku yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik menurut ukuran norma norma masyarakat dan kebudayaan setempat, baik di rumah, di sekolah atau di masyarakat luas. Kelompok ini dapat diklasifikasikan menurut berat ringannya kelainanan perilaku menjadi tiga kelompok, yaitu :
1) Semi Socialized Children, yaitu kelompok anak yang masih dapat melakukan hubungan sosial yang terbatas pada kelompok tertentu.
2) Socialized Primitive Children, yaitu anak yang dalam perkembangan sikap-sikap sosialnya sangat rendah yang disebabkan tidak adanya bimbingan dari kedua orang tua pada masa kecil.
3) Unsocialized Children, yaitu kelompok anak-anak yang mengalami hambatan dalam perkembangan dan penyesuaian sosial yang sangat berat.

b. Emotionally Disturbed Children
Yaitu kelompok anak-anak yang terganggu perkembangan emosinya. Kelompok ini menunjukkan adanya ketegangan batin, menunjukkan kecemasan, penderita neorotis atau bertingkah laku psikotis. Menurut berat ringannya gangguan perilakunya, kelompok ini dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1.      Gangguan jiwa psikotik, yaitu tipe yang terberat yang sakit jiwanya.
2.       Gangguan psikoneurotik, yaitu kelompok yang terganggu jiwanya, jadi lebih ringan dari psikotik.
3.       Gangguan psikosomatis, yaitu kelompok anak-anak yang terganggu emosi sebagai akibat adanya tekanan mental, gangguan fungsi reinforcement dan faktor-faktor lain:
 Pengklasifikasian anak tunalaras menurut Rosembera (Silvia Frans, 2011) dapat dikelompokkan atas tingkah laku yang beresiko tinggi dan rendah, yang berisiko tinggi, yaitu hiperaktif, agresif, pembangkang, delinkuensi dan anak yang menarik diri dari pergaulan sosial, sedangkan yang berisiko rendah yaitu autisme dan skizofrenia.
Sistem klasifikasi kelainan perilaku yang dikemukakan oleh Samuel A. Kirk dan James J. Gallagher (Moh. Amin, 1991: 51) sebagai berikut:
a. Anak yang mengalami gangguan perilaku yang kacau (conduct disorder) mengacu pada tipe anak yang melawan kekuasaan, seperti bermusuhan dengan polisi dan guru, kejam, jahat, suka menyerang, dan hiperaktif.
b. Anak yang cemas menarik diri (anxious-withdraw) adalah anak yang pemalu, takut-takut, suka menyendiri, peka dan penurut dan tertekan batinnya.
c. Dimensi ketidakmatangan (immaturity) mengacu pada anak yang tidak ada perhatian, lambat, tidak berminat sekolah, pemalas, suka melamun dan pendiam. Mereka mirip seperti anak autistik.
d. Anak agresi sosialisasi (socializ aggressive) mempunyai ciri atau masalah perilaku yang sama dengan gangguan perilaku yang bersosialisasi dengan “geng” tertentu. Anak tipe ini termasuk dalam perilaku pencurian dan pembolosan serta merupakan suatu bahaya bagi masyarakat umum. Secara garis besar anak tunalaras dapat diklasifikasikan menjadi anak yang mengalami kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan anak yang mengalami gangguan emosi. Sehubungan dengan itu, William Crain (Suadin, 2010) mengemukakan kedua
klasifikasi tersebut antara lain:
a. Anak yang mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial:
1.      The Semi-socialize child, anak yang termasuk dalam kelompok ini dapat mengadakan hubungan sosial tetapi terbatas pada lingkungan tertentu. Misalnya. keluarga dan kelompoknya. Keadaan seperti ini datang dari lingkungan yang menganut norma-norma tersendiri, yang mana norma tersebut bertentangan dengan norma yang berlaku di masyarakat. Dengan demikian anak selalu merasakan ada suatu masalah dengan lingkungan di luar kelompoknya.
2.      Children arrested at a primitive level of socialization, anak pada kelompok ini dalam perkembangan sosialnya, berhenti pada level atau tingkatan yang rendah. Pada kelompok ini adalah anak yang tidak pernah mendapat bimbingan ke arah sikap sosial yang benar dan terlantar dari pendidikan, sehingga ia melakukan apa saja yang dikehendakinya. Hal ini disebabkan karena tidak adanya perhatian dari orang tua yang mengakibatkan perilaku anak di kelompok ini cenderung dikuasai oleh dorongan nafsu saja. Meskipun demikian anak masih dapat memberikan respon pada perlakuan yang ramah.
3.       Children with minimum socialization capacity, anak kelompok ini tidak mempunyai kemampuan sama sekali untuk belajar sikap-sikap sosial. Ini disebabkan oleh pembawaan/kelainan atau anak tidak pernah mengenal hubungan kasih sayang sehingga anak pada golongan ini banyak bersikap apatis dan egois.
b. Anak yang mengalami gangguan emosi, terdiri dari:
1.      Neurotic behavior, anak pada kelompok ini masih bisa bergauldengan orang lain akan tetapi mereka mempunyai masalah pribadi yang tidak mampu diselesaikannya. Anak pada kelompok ini sering dan mudah dihinggapi perasaan sakit hati, perasaan cemas, marah, agresif dan perasaan bersalah. Di samping itu kadang mereka melakukan tindakan lain seperti mencuri dan bermusuhan. Anak seperti ini biasanya dapat dibantu dengan terapi seorang konselor. Keadaan neurotik ini biasanya disebabkan oleh sikap keluarga yang menolak atau sebaliknya, terlalu memanjakan anak serta pengaruh pendidikan yaitu karena kesalahan pengajaran atau juga adanya kesulitan belajar yang berat.
2.       Children with psychotic processes, anak pada kelompok ini mengalami gangguan yang paling berat sehingga memerlukan penanganan yang lebih khusus. Pada kelompok ini sudah menyimpang dari kehidupan yang nyata, sudah tidak memiliki kesadaran diri serta tidak memiliki identitas diri. Adanya ketidaksadaran ini disebabkan oleh gangguan pada sistem syaraf sebagai akibat dari keracunan, misalnya minuman keras dan obat-obatan .
Berdasarkan klasifikasi anak tunalaras di atas, maka dalam penelitian ini anak tunalaras merupakan anak tunalaras tipe hiperaktif, yang secara umum anak tunalaras tipe hiperaktif menunjukkan ciri-ciri tingkah laku yang ada persamaannya pada setiap klasifikasi yaitu kekacauan tingkah laku, kecemasan dan menarik diri, kurang dewasa, dan agresif.

C.    Karakteristik Anak Tunalaras
      Karakteristik Psikologis Anak Tunalaras Karakteristik anak tunalaras menurut Rusli Ibrahim (2005: 49-50), sebagai berikut:
  1. Intelegensia dan Prestasi Akademis
Anak tunalaras rata-rata memiliki kecerdasan (IQ) yang setelah diuji menghasilkan sebaran normal 90, dan sedikit yang memiliki nilai di atas sebaran nilai anak-anak normal dan kemungkinan besar memiliki nilai IQ keterbelakangan mental serta ada juga yang memiliki kecerdasan sangat tinggi dalam nilai tes kecerdasan. Anak tunalaras biasanya tidak mencapai taraf yang diharapkan pada usia mentalnya dan jarang ditemukan yang berprestasi akademisnya meningkat, dan rendahnya prestasi mereka pada pelajaran membaca dan matematika sangat menonjol.
  1. Persepsi dan Keterampilan Motorik
Anak tunalaras sulit melakukan aktivitas yang kompleks, merasa enggan dalam aktivitas, malas dan merasa tidak mampu dalam melakukan aktivitas jasmani. Keterampilan motorik sangat menunjang bagi pertumbuhan dan perkembangan individu di samping keuntungan lain, seperti perkembangan sosial, kemampuan berpikir dan kesadaran 20 persepsi. Oleh karena itu, di sinilah penting letaknya pembelajaran pendidikan jasmani seperti permainan sepak bola bagi anak tunalaras. Karakteristik anak tunalaras yang dikemukakan Hallahan dan Kauffman (1986) berdasarkan dimensi tingkah laku anak tuna laras adalah sebagai berikut:
1)      Anak yang mengalami gangguan perilaku:
a.       berkelahi,memukul menyerang.
b.      pemarah.
c.       Pembangkang.
d.      Suka merusak.
e.       Kurang ajar tidsk sopan.
f.       Penentang ditak mau bekerjasama.
g.      Suka mengganggu.
h.      Suka ribut, pembolos.
i.        Mudah marah suka pamer.
j.        Hiperaktif, pembohong
k.      Iri hati, pembantah.
l.        Ceroboh, pengacau.
m.    Suka menyalahkan orang lain.
n.      Mementingkan diri sendiri.
2)      Anak yang mengalami kecemasan dan menyendiri:
a.       Cemas.
b.      Tegang.
c.       Tidak punya teman
d.      Tertekan.
e.       Sensitif.
f.       Rendah hati.
g.      Mudah frustasi
h.      Pendiam.
i.        Mudah bimbang.
3)      Anak yang kurang dewasa:
a.       Pemalu.
b.      Kaku.
c.       Pasif.
d.      Mudah dipengaruhi.
e.       Pengantuk.
f.       Pembosan.
4)      Anak yang agresif bersosialisasi:
a.       Mempunyai komplota jahat.
b.      Berbuat onar bersama komplotan.
c.       Membuat geng.
d.      Suka diluar rumah sampai larut.
e.       Bolos sekolah.
f.       Pergi dari rumah. 
Selain karakteristik di atas, berikut ini karakteristik yang berkaitan dengan segi akademik, sosial/emosional dan fisik/kesehatan anak tunalaras (Moh. Amin, 1991: 52-53), yaitu:
1)   Karakteristik Akademik
Kelainan perilaku mengakibatkan penyesuaian sosial dan sekolah yang buruk. Akibatnya, dalam belajarnya memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut :
a.       Hasil belajar di bawah rata-rata.
b.       Sering berurusan dengan guru BK.
c.        Tidak naik kelas.
d.       Sering membolos.
e.        Sering melakukan pelanggaran, baik di sekolah maupun di masyarakat, dan lain-lain.
2) Karakteristik Sosial/Emosional :
Karakteristik sosial/emosional tunalaras dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.       Karakteristik Sosial
Masalah yang menimbulkan gangguan bagi orang lain:
1.      Perilaku itu tidak diterima masyarakat, biasanya melanggar norma budaya.
2.       Perilaku itu bersifat menggangu, dan dapat dikenai sanksi oleh kelompok sosial.
3.      Perilaku itu ditandai dengan tindakan agresif, yaitu :
a)      Tidak mengikuti aturan.
b)       Bersifat mengganggu.
c)       Bersifat membangkang dan menentang.
d)     Tidak dapat bekerjasama.
4.      Melakukan tindakan yang melanggar hukum dan kejahatan remaja.
b. Karakteristik Emosional
(1) Hal-hal yang menimbulkan penderitaan bagi anak, misalnya tekanan batin dan rasa cemas.
(2) Ditandai dengan rasa gelisah, rasa malu, rendah diri, ketakutan dan sifat perasa/sensitif.
c.  Karakteristik Fisik/Kesehatan:
Pada anak tuna laras umumnya masalah fisik/ kesehatan yang dialami berupa gangguan makan, gangguan tidur atau gangguan gerakan. Umumnya mereka merasa ada yang tidak beres dengan jasmaninya, ia mudah mengalami kecelakaan, merasa cemas pada kesehatannya, seolah-olah merasa sakit, dll. Kelainan lain yang berupa fisik yaitu gagap, buang air tidak terkontrol, sering mengompol, dan lain-lain.
D.    Layanan Belajar Anak Tunalaras
1.      Dasar Hukum
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 SisdikNas : “Warga Negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus”
2.      Definisi
Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. (Pasal 32 UU Sisdiknas, ayat 1)
3.      Maksud
Perlunya pengembangan layanan pendidikan terpadu yang komprehensif dan integratif yang bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan intelektual, emosional, keterampilan dan kecakapan hidupyang sesuai dengan potensi dan kemampuan masing-masing siswa berkebutuhan khusus.
4.      Tujuan
Membantu anak didik penyandang perilaku sosial dan emosi, agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam menggalakkan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti
pendidikan selanjutnya.

E.     PENDEKATAN PENDIDIKAN ANAK TUNALARAS
(sumber: Triyanto Pristiwaluyo & m. Sodiq AM. (2005). Pendidikan Anak Gangguan Emosi. Depdiknas Dikti)
A.    Pendidikan Alternatif
Rasionalisasi
Pendekatan pendidikan alternative diperlukan karena adanya kondisi-kondisi khusus anak tunalaras yang harus mempengaruhi intervensi pendidikannya, baik di sekolah khusus maupun di sekolah inklusi, yaitu :
a.       Diskriminasi social, pada kasus anak tunalaras yang berasal dari keluarga marginal (ekonomi sosial menengah-ke bawah)
b.      Putus sekolah
c.       Isu-isu penempatan di institusi luar sekolah (seperti di lembaga permasyarakatan anak, dll)
d.      Prestasi akademik rendah
Dimensi-Dimensi Kebutuhan & Situasi yang Dicermati
a.       Interaksi hubungan yang kaku antara guru dengan murid
b.      Gangguan emosi & perilaku kronis dan permasalahan belajar belum terpecahkan oleh Program sekolah
c.       Siswa antisosial tidak terpengaruh pada sistem motivasi belajar umum
d.      Perlunya pendekatan pembelajaran individual
e.       Ketidaksiapan siswa menghadapi evaluasi pembelajaran
Bentuk-Bentuk Program
a.       POLA KELAS BARU = integrasi, dengan mengurangi jumlah siswa umum, terdapat guru khusus di kelas.
b.      STRUKTUR BARU = minischool, dengan hubungan antar komponen yang fleksibel.
c.       KURIKULUM BARU = relevan dengan kebutuhan
METODE
KARAKTERISTIK TUNALARAS
Menciptakan cara-cara baru bertindak
bukan hanya modifikasi tingkah laku.
Karakteristik perilaku sangat spesifik &
individual. Terkadang juga disertai problem yang komplek.

Menemukan program yang sesuai &memberi peluang ketercapaian program.
Gangguan emosi & perilaku akan membatasi
keberhasilan hubungan sosial.
Menawarkan program-programpilihan, pengalaman relevan dan realistis

Salah satu tipe gangguan emosi & perilaku : anti sosial, menarik diri


Pendidikan Terbuka
Konsep
Pendidikan Terbuka sebagai pendidikan responsif :
a.       Respon terhadap konflik diri siswa terhadap otoritas guru.
b.      Respon terhadap penarikan diri siswa.
c.       Respon terhadap perasaan gagal siswa
Fokus dan Rasionalisasi :
a.       Anak memiliki potensi untuk merubah perilaku lebih baik.
b.      Melibatkan seluruh bagian dari lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah untuk membantu pemulihan perilaku.
c.       Merespon kebutuhan anak dalam gangguan emosi dan perilaku

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Anak luar biasa adalah anak yang mengalami gangguan atau hambatan perkembangan baik fisik maupun mentalnya sehingga mereka membutuhkan perhatian dan layanan khusus, hal ini dengan tujuan agar mereka mampu menjalani kehidupan sehari-hari tanpa memtuhkan orang lain.
Salah satu anak yang mengalami hambatan atau gangguan yaitu anak tunalaras. Anak tunalaras adalah anak yang mengalami gangguan emosi dan mentalnya dimana anak ini berbuat sesuatu yang tidak biasa dilakukan oleh anak seusianya. Contohnya perilaku yang dilakukan adalah mencuri, membuat keributan atau ceman orang lain, menyakiti orang lain dan sebagainya yang tidak biasa dilakukan oleh anak seusianya. Orang tua atau guru harus bisa mendeteksi dini kalau anaknya mengalami hambatan, hal ini bertujuan agar kelainan yang dialami anak tidak berkembang atau bertambah parah. Misalnya kalau anak mengalami ketunalarasan maka pihak yang bersangkutan harus cepat mencegahnya, agar kelainan tidak tambah parah.

Saran
 Untuk mengatasi kelainan tersebut yaitu dengan lebih memperhatikan anak baik dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Kalau anak sudah mempunyai pergaulan yang tidak baik maka, orang tua harus cepat tanggap dan mencegahnya agar anak tidak berlarut-larut dalam permasalahan tersebut.




















DAFTAR PUSTAKA

Eprints.uny.ac.id/by A Anarimah – 2012 (PDF
:http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Aini%20Mahabbati,%20S.Pd.,%20M.A./4siap%20print%20materi%20patl.pdf
Romiariyanto.blogspot.com/2011/01/makalah-tentang-anak-tunalaras.html