Wikipedia

Search results

PERAN PESERTA DIDIK DAN ORANG TUA MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH




PERAN PESERTA DIDIK DAN ORANG TUA
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH









                                                           Disusun oleh Kelompok 5:
PGSD 2A

1.
Lailatus Sa’adah
(201810430311036) – Ketua
2.
Firda Rahayu Putri
(201810430311010)
3.
Wuri Rahma S.
(201810430311017)
4.
Nani Ardianingsih
(201810430311039)
5.
Rindiani Mafika S.
(201810430311041)
6.
Kintan Kurniati
(201810430311046)









UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR 2019






KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini berisikan informasi tentang “Peran Peserta Didik dan Orang Tua dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan”. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk membantu pembaca mempelajari tentang permasalahan belajar dan kesulitan dalam belajar pada siswa. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari dosen dan juga pembaca yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua anggota kelompok 05 yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa merahmati. Aamiin.













Malang, 14 Maret 2019


Penulis


















DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ i

DAFTAR ISI............................................................................................................... ii

PETA KONSEP......................................................................................................... iii

BAB I............................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN....................................................................................................... 1

A.        Latar Belakang................................................................................................ 1

B.         Rumusan Masalah........................................................................................... 1

C.         Tujuan............................................................................................................. 1

BAB II.......................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN.......................................................................................................... 2

A.        Pengertian Mutu Pendidikan.......................................................................... 2

B.         Peran Orang Tua Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan............................. 3

C.         Peran Peserta Didik Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan........................ 4

BAB III....................................................................................................................... 14

PENUTUP................................................................................................................. 14

A.        Kesimpulan................................................................................................... 14

B.         Saran............................................................................................................. 14

Daftar pustaka........................................................................................................... 15


















BAB I

PENDAHULUAN


A.           Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu hal yang mutlak yang harus dipenuhi oleh setiap

individu, baik anak-anak, dewasa hingga orang tua. Pendidikan sangat penting dan dibutuhkan oleh peserta didik. Dengan adanya pendidikan, peserta didik juga dapat mengembangkan potensi yang dimiliki supaya berguna dan bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Untuk meningkatkan mutu pendidikan harus didukung oleh beberapa elemen salah satunya orang tua, karena banyak sekali siswa yang putus sekolah yang disebabkan tidak adanya dukungan dari orang tua.

Dalam hal meningkatkan mutu pendidikan bukan semata-mata tugas pemerintah saja, tetapi banyak pihak yang turut andil dan bertanggung jawab. Orang tua dan peserta didik juga turut andil dalam proses meningkatnya mutu pendidikan. Orang tua, peserta didik adalah bagian dari sekolah, sehingga memiliki kewajiban yang sama dalam mendidik anak. Disamping itu kerja sama yang baik akan menghasilkan keuntungan bersama yang dapat menunjang keberhasilan anak. Partisipasi orang tua dan peserta didik sangatlah penting. Baik itu kaitannya dalam mendidik anak maupun meningkatkan mutu pembelajaran.


B. Rumusan Masalah

1.    Apa yang di maksud dengan mutu pendidikan ?

2.    Bagaimana peran orang tua dalam meningkatkan mutu pendidikan?

3.    Bagaimana peran siswa dalam meningkatkan mutu pendidikan?


C. Tujuan

1.    Dapat mengetahui maksud dari mutu pendidikan.

2.    Dapat mengetahui peran orang tua dalam meningkatkan mutu pendidikan

3.    Dapat mengetahui peran peserta didik dalam meningkatkan mutu pendidikan




BAB II

PEMBAHASAN


A. Pengertian Mutu Pendidikan

Mutu pendidikan terdiri dari kata mutu dan pendidikan. Mutu dalam bahasa arab “hasanah” artinya baik, dalam bahasa inggris “quality” artinya mutu, kualitas. Dalam kamus bahasa Indonesia “mutu” adalah (ukuran), baik buruk suatu benda, taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan, dll). Secara istilah mutu adalah “kualitas memenuhi atau melibihi harapan pelanggan”. Dengan demikian mutu adalah tingkat kualitas yang telah memenuhi atau bahkan dapat melebihi dari yang diharapkan. Dalam konteks pendidikan, mutu pendidikan mencakup input, proses dan output pendidikan.

Mutu berarti kualitas, tingkat, derajat, kadar. Sebagai suatu konsep, mutu seringkali ditafsirkan dengan beragam definisi, bergantung kepada pihak dan sudut pandang mana konsep itu di persiapkan. Dalam dunia pendidikan, dua pertanyaan pokok yang penting dikemukakan adalah apa yang dihasilkan dan siapa pemakai pendidikan. Pendidikan adalah suatu lembaga yang manangani masalah proses sosialisasi, yang intinya mengantar seseorang kepada kebudayaan.

Mutu pendidikan adalah kemampuan system pendidikan, baik dari segi proses pendidikan itu sendiri, diartikan secara efektif untuk meningkatkan nilai tambah dari factor-faktor input (besarnya kelas sekolah, guru, buku pelajaran, situs belajar dan kurikulum, management sekolah, keluarga) agar mendapat out-put setinggi-tingginya.

Menurut Prof.H.M Arifin pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan kualitas dan martabat manusia yang dilaksanakan dilingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sedangkan mutu pendidkan merupakan kemampuan system pendidikan baik dari segi pengelolaan maupun dari segi proses pendidikan itu sendiri. Digunakan secara efektif untuk meningkatkan nilai tambah dari factor-faktor input agar menghasilkan nilai setinggi-tingginya.


B. Peran Orang Tua Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

Orang tua peserta didik adalah bagian dari sekolah. Sehingga memiliki kewajiban yang sama dalam mendidik anak. Disamping itu kerjasama yang terbangun dengan baik akan menghasilkan keuntungan bersama yang pada akhirnya dapat menunjang keberhasilan anak.

Partisispasi orang tua peserta didik di sekolah sangatlah penting. Baik itu dalam kaitannya dengan anak didik secara utuh potensi anak yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Seluruh pembelajaran dirancang untuk menstimulus ketiga ranah tersebut dengan menggunakan berbagai metode dana sarana belajar. Belajar tidak boleh lagi hanya terpaku pada pembahasaan konsep dan teori saja. Setiap pokok bahasa harus berupaya menarik minat anak terhadap pokok bahasan serta bimbingan mereka untuk masuk pada dunia aplikasinya. Misalnya :

1.    Parent teaching adalah program sekolah yang melibatkan orang tua sebagai guru untuk mengejarakan pokok bahasan tertentu. Tujuannya adalah peserta didik dapat memperoleh wawasan lebih mendalam karena yang menjadi pembicara kompeten dibidangnya dan sebagai variasi dalam pembelajaran. Parent teaching dimana orang tua peserta didik ikut mengajar di kelas. Contoh ada orang tua yang pernah mengajarkan pada pelajaran IPS, beliau diminta untuk menjelaskan tentang materi uang. Bidang lain, orang tua peserta didik yang memiliki keahlian dibidang IT, sehingga mengajarkan kepada para orang tua bagaimana berintetnet sehat, situs-situs apa saja yang bermanfaat, dll.

2.    Mabit motivasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kesadaran dalam beribadah, belajar dan sebagainya seperti membaca al-qur’an bersama, sholat tahajud/sholat wajib bersama, makan bersama, dan training motivasi sesuai dengan kebutuhan, atau memberikan masukan tentang jadwal pembelajaran yang dirasa terlalu padat atau pelajaran yang dirasa berat-berat ditempatkan pada hari yang sama.

3.    Market day adalah program untuk melatih peserta didik sejak dini tentang wirausaha. Acaranya yaitu seperti bazar. Peserta didik menyiapkan kebutuhan untuk dijual disekolah. Sekolah sudah menyiapkan tenda dan tempat, peseta didik hanya menyiapkan kebutuhan bahan mentah, kemudian mengolahnya hingga siap jual.

4.    Career day adalah kegiatan bersifat keahlian yang diberikan sesuai dengan profesi orang tua peserta didik. Orang tua peserta didik yang memiliki keahlian profesi ikut terlibat dalam berpartisipasi di sekolah. Pemberdayaan karir orang tua untuk meningkatkan mutu pembelajran. Kegiatan ini merupakan pembelajaran yang melibatkan orang tua yang memiliki profesi yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Sebagai contoh, orang tua peserta didik yang berprofesi sebagai dokter gigi dapat dilibatkan untuk memberikan sosialisasi tentang cara menyikat gigi yang benar kepada peserta didik pada pembelajaran penjaskes program ini cukup diminati peserta didik karena peserta didik diajar langsung oleh ahli yang sesuai dengan profesinya, misalnya dokter, arsitek, dll. Adapula orang tua peserta didik yang memberikan sumbangan keahlian terkait dengan ilmu kesehatan, yaitu dengan penyuluhan kesehatan gigi dan kejiwaan anak. Orang tua peserta didik ada pula yang memberikan ilmunya yaitu mengajarkan qiro’ati. Partisipasi kaehlian dalam career day sangat membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran khusus yang berkaitan dengan profesi tertentu. peserta didk juga merasa senang karena langsung bertemu dengan orang tua yang memiliki profesi tertentu dan juga memotivasi peserta didik.

5.    family gathering adalah kegiatan rekreasi bersama-sama dengan keluarga. Biasanya dilakukan setelah ujian akhir atau kenaikan kelas. Pengumpulan biaya dimusyawarahkan melalui forum komite kelas.

6.    Peran siswa meningkatkan mutu pendidikan


C.           Peran Peserta Didik Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, murid berarti orang (anak yang sedang

berguru (belajar, bersekolah). Sedangkan menurut Prof. Dr. Shafique Ali Khan, murid (pelajar) adalah orang yang datang ke suatu lembaga untuk memperoleh atau mempelajari beberapa tipe pendidikan. Seorang pelajar adalah orang yang mempelajari ilmu pengetahuan berapa pun usianya, dari mana pun, siapa pun, dalam bentuk apapun, dengan biaya apa pun untuk meningkatkan intelek dan moralnya dalam rangka mengembangkan dan membersihkan jiwanya dan mengikuti jalan kebaikan.Murid atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar. Di dalam proses belajar-mengajar, murid sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Murid akan menjadi faktor penentu, sehingga dapat mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya.Komponen–komponen pendidikan yang lain sangat bergantung kepada kondisi siswa.

Materi yang diperlukan, metode yang akan digunakan, media yang akan dipakai, semua itu harus disesuaikan dengan karakteristik siswa. Itulah sebabnya siswa menjadi subyek dalam proses pembelajaran. Dalam pandangan modern, siswa tidak hanya dianggap sebagai obyek atau sasaran pendidikan, melainkan juga harus diperlakukan sebagai subyek pendidikan, dengan cara melibatkan mereka dalam memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran guru harus mampu mengorganisasikan setiap kegiatan pembelajaran dan menghargai anak didiknya sebagai subyek yang memiliki potensi.

Dengan demikian, siswa diharapkan lebih aktif dalam proses pembelajaran. Aktivitas belajar siswa yang dimaksud di sini adalah aktivitas jasmaniah maupun aktivitas mental. Aktivitas belajar siswa dapat digolongkan ke dalam beberapa hal, yaitu:

1.    Aktivitas visual (visual activities) seperti membaca, menulis, melakukan eksperimen, dan demonstrasi

2.    Aktiviatas lisan (oral activities) seperti bercerita, membaca sajak, tanya jawab, diskusi dan menyanyi

3.    Aktivitas mendengarkan (listening activities) seperti mendengarkan penjelasan guru, ceramah, pengarahan

4.    Aktivitas gerak (motor activities) seperti senam, atletik, menari, melukis

5.    Aktivitas menulis (writing activities) seperti mengarang, membuat makalah, membuat surat.


     Setiap jenis aktivitas tersebut di atas memiliki kadar atau bobot yang berbeda bergantung pada segi tujuan yang akan dicapai dalam proses pembelajaran. Yang jelas, aktivitas belajar siswa hendaknya memiliki kadar atau bobot yang lebih tinggi. Aktivitas belajar siswa dapat dilakukan secara individual dalam arti siswa di kelas dituntut untuk melakukan kegiatan belajar masing-masing, dapat dilakukan secara klasikal artinya setiap siswa mempelajari hal yang sama dalam waktu yang sama dan cara yang sama dan dapat dilakukan secara kelompok artinya siswa dihimpun dalam satu kelompok dan setiap kelompok diberi masalah oleh guru untuk dipecahkan bersama-sama.

Dalam kaitannya dengan aktifitas siswa, tugas-tugas yang harus dilakukan siswa secara umum menurut al-Ghazali antara lain adalah:

1.    Belajar sebagai sarana ibadah kepada Allah.

2.    Semampu mungkin siswa mengurangi ketergantungan dirinya.

3.    Bersifat rendah hati

4.    Harus mempelajari ilmu pengetahuan yang terpuji baik ilmu agama maupun dunia.
5.    Siswa perlu mengetahui nilai pengetahuan dari segi manfaat yang ia peroleh.


Selain itu, murid pun mempunyai tugas untuk menjaga hubungan baik dengan

guru maupun dengan sesama temannya dan untuk senantiasa meningkatkan keefektifan belajar bagi kepentingan dirinya sendiri. Adapun tugas tersebut ditinjau dari berbagai aspek yaitu aspek yang berhubungan dengan belajar, aspek yang berhubungan dengan bimbingan, dan aspek yang berhubungan dengan administrasi.

1. Aspek yang berhubungan dengan belajar

Kesalahan-kesalahan dalam belajar sering dilakukan murid, bukan saja karena ketidaktahuannya, tetapi juga disebabkan oleh kebiasaan-kebiasaannya yang salah. Adalah menjadi tugas murid untuk belajar baik yang menghindari atau mengubah cara-cara yang salah itu agar tercapai hasil belajar yang maksimal.

Hal-hal yang harus diperhatikan murid agar belajar menjadi efektif dan produktif, di antaranya:




a.    Murid harus menyadari sepenuhnya akan arah dan tujuan belajarnya, sehingga ia senantiasa siap siaga untuk menerima dan mencernakan bahan. Jadi bukan belajar asal belajar saja.

b.    Murid harus memiliki motif yang murni (intrinsik atau niat). Niat yang benar adalah

“karena Allah”, bukan karena sesuatu yang ekstrinsik, sehingga terdapat keikhlasan dalam belajar. Untuk itulah mengapa belajar harus dimulai dengan mengucapkan basmalah.

c.    Harus belajar dengan “kepala penuh”, artinya murid memiliki pengetahuan dan pengalaman-pengalaman belajar sebelumnya (apersepsi), sehingga memudahkan dirinya untuk menerima sesuatu yang baru.

d.   Murid harus menyadari bahwa belajar bukan semata-mata mengahafal. Di dalamnya juga terdapat penggunaan daya-daya mental lainnya yang harus dikembangkan sehingga memungkinkan dirinya memperoleh pengalaman-pengalaman baru dan mampu memecahkan berbagai masalah.

e.    Harus senantiasa memusatkan perhatian (konsentrasi pikiran) terhadap apa yang sedang dipelajari dan berusaha menjauhkan hal-hal yang mengganggu konsentrasi sehingga terbina suasana ketertiban dan keamanan belajar bersama dan/atau sendiri.

f.     Harus memiliki rencana belajar yang jelas, sehingga terhindar dari perbuatan belajar yang “insidental”. Jadi belajar harus merupakan suatu kebutuhan dan kebiasaan yang teratur, bukan “seenaknya” saja.

g.    Murid harus memandang bahwa semua ilmu (bidang studi) itu sama penting bagi dirinya, sehingga semua bidang studi dipelajarinya dengan sungguh-sungguh.

Memang mungkin saja ada “beberapa” bidang studi yang ia “senangi”, namun hal itu tidak berarti bahwa ia dapat mengabaikan bidang studi yang lainnya.

h.    Jangan melalaikan waktu belajar dengan membuang-buang waktu atau bersantai-santai. Gunakan waktu seefesien mungkin dan hanya bersantai sekadar melepaskan lelah atau mengendorkan uraf saraf yang telah tegang dengan berekreasi.

i.      Harus dapat bekerja sama dengan kelompok/kelas untuk mendapatkan sesuatu atau memperoleh pengalaman baru dan harus teguh bekerja sendiri dalam membuktikan keberhasilan belajar, sehingga ia tahu benar akan batas-batas kemampuannya.

Meniru, mencontoh atau menyontek pada waktu mengikuti suatu tes merupakan perbuatan tercela dan merendahkan “martabat” dirinya sebagai murid.

j.   Selama mengikuti pelajaran atau diskusi dalam kelompok/kelas, harus menunjukkan partisipasi aktif dengan jalan bertanya atau mengeluarkan pendapat, bila diperlukan.

2. Aspek yang Berhubungan dengan Bimbingan

Semua murid harus mendapat bimbingan, tetapi tidak semua murid khususnya yang bermasalah, mempergunakan haknya untuk memperoleh bimbingan khusus. Hal itu mungkin disebabkan oleh karena berbagai “perasaan” yang menyelimuti murid, atau karena ketidaktahuannya, dan mungkin juga disebabkan oleh karena guru/sekolah tidak membuka kesempatan untuk itu, dengan berbagai alasan.

a.  Guru berkewajiban memperhatikan masalah ini dan menjelaskan serta memberi peluang kepada murid untuk memperoleh bimbingan dan penyuluhan. Jika hal itu telah disampaikan guru dengan lurus dan benar, maka menjadi tugas muridlah kini untuk mempergunakan hak-haknya dalam mendapatkan bimbingan/penyuluhan.

b.  Kesadaran murid akan guna bimbingan belajar serta bimbingan dalam bersikap, agar dirinya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan serta melaksanakan sikap-sikap yang sesuai dengan ajaran agama dalam kehidupannya sehari-hari, amat diharapkan. Dan untuk itu, maka menjadi tugas muridlah untuk berpartisipasi secara aktif, sehingga bimbingan itu dapat dilaksanakan secara efektif. Keikutsertaan itu dibuktikan, di antaranya dengan murid harus menyediakan dan merelakan diri untuk dibimbing, sehingga ia memahami akan potensi dan kemampuan dirinya dalam belajar dan bersikap. Kesedian itu dinyatakan dengan kepatuhan dan perasaan senang jika dipanggil atau memperoleh kesempatan untuk mendapat bimbingan khusus.

c.    Menaruh kepercayaan kepada pembimbing dan menjawab setiap pertanyaan dengan sebenarnya dan sejujurnya. Demikian pula dalam mengisi “lembaran isian” untuk data bimbingan.
d.    Secara jujur dan ikhlas mau menyampaikan dan menjelaskan berbagai masalah yang diderita atau dialaminya, baik ketika ia ditanya maupun atas kemauannya sendiri, dalam rangka mencari pemecahan atau memilih jalan keluar untuk mengatasinya.

e.    Berani dan berkemauan untuk mengekspresikan atau mengungkapkan segala perasaan dan latar belakang masalah yang dihadapinya, sehingga memudahkan dan memperlancar proses penyuluhan.

f.     Menyadari dan menginsafi akan tanggung jawab terhadap dirinya untuk memecahkan masalah/memperbaiki sikap dengan tenaganya sendiri, sehingga

semua perbuatannya menjadi sesuai dan selaras dengan ajaran Islam.

3. Aspek yang Berhubungan dengan Administrasi

Aspek ini berkenaan dengan keturutsertaan murid dalam pengelolaan ketertiban, keamanan dan pemenuhan kewajiban administratif, sehingga memberikan dukungan terhadap kelancaran pelaksanaan pengajaran serta keberhasilan belajar itu sendiri. Tugas murid sehubungan dengan aspek administrasi, meliputi:

a.    Tugas dan kewajiban terhadap sekolah, yaitu:

1) Menaati tata tertib sekolah.

2) Membayar SPP dan segala sesuatu yang dibebankan sekolah kepadanya, sepanjang sesuai dengan peraturan yang berlaku.

3) Turut membina suasana sekolah yang aman, tertib dan tenteram, di mana suasana keagamaan menjadi dominan.

4) Menjaga nama baik sekolah di manapun ia berada dan menjadi “kebanggaan” baginya mendapat kesempatan belajar pada sekolah yang bersangkutan.

b.            Tugas dan kewajiban terhadap kelas, yaitu:

1)   Senantiasa menjaga kebersihan kelas dan lingkungannya.

2)   Memelihara keamanan dan ketertiban kelas sehingga suasana belajar menjadi aman, tenteram dan nyaman.

3)   Melakukan kerja sama yang baik dengan teman sekelasnya dalam berbagai urusan dan kepentingan kelas serta segala sesuatunya dilakukan dengan cara musyawarah dan mufakat.
4)   Memelihara dan mengembangkan semangat dan solidaritas, kesatuan dan kebanggaan, suasana keagamaan dalam kelas, sehingga memberi peluang untuk

mengaktualisasikan ajaran-ajaran Islam dan berlomba-lomba untuk kebaikan.

b. Tugas dan kewajiban terhadap kelompok, yaitu:

1)   Membentuk kelompok belajar bersama untuk memperoleh berbagai pemahaman dan pengalaman dalam mempelajari bahan pelajaran melalui penelaahan dan diskusi kelompok.

2)   Mengembangkan pola sikap keagamaan dan mempergunakan waktu senggang untuk belajar bersama, bersilaturrahmi dengan keluarga dan anggota kelompoknya dan saling membantu, serta melakukan berbagai kegiatan yang bersifat rekreatif, sehingga terwujud rasa ukhwah Islamiah di antara mereka.

3)   Memelihara semangat dan soladaritas kelompok, saling mempercayai dan saling menghargai akan kemampuan masing-masing anggota kelompok, sehingga belajar menjadi lebih terarah dan bermakna bagi diri masing-masing.

Selain itu ada perlu adanya upaya atau usaha untuk meningkatkan minat siswa dalam belajar agar dapat mencapai hasil belajarnya secara maksimal dan menggunakan hasil belajar tersebut secara maksimal pula.Menurut Abdullah (1989), ada beberapa yang mempengaruhi minat sesorang terhadap mata pelajaran tertentu, sebagai contoh pada materi pelajaran IPA-biologi. Secara keseluruhan faktor tersebut digolongkan dalam dua kelompok besar, yaitu faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar diri siswa) dan faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri siswa).

Dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat siswa dalam mata pelajaran IPA-Biologi, yang menjadi bahan kajian dalam penelitian ini adalah faktor kurikulum, faktor dari dalam diri siswa, faktor metode mengajar, faktor guru, serta sarana dan prasarana. Untuk lebih jelasnya, pengaruh dari masing-masing faktor tersebut minat belajar IPA-Biologi siswa dapat diuraikan sebagai berikut : a. Faktor Kurikulum

Arah pengembangan pengajaran mata pelajaran IPA-Biologi pada masa mendatang tidak dapat terlepas dari tujuan dan fungsi kurikulum yang berlaku saat ini, yaitu kurikulum 1994. Pada Kurikulum 1994 terdapat beberapa fungsi pelajaran IPA-

Biologi khususnya di tingkat Sekolah Dasar, adalah :

1.    Membantu siswa memahami konsep-konsep IPA-Biologi.

2.    Membantu mengembangkan sikap ilmiah dalam memecahkan masalah yang dihadapi sehari-hari.

3.    Membantu menggunakan dan mengembangkan keterampilan proses dalam mempelajari konsep-konsep IPA-Biologi.

4.    Membantu siswa dalam menerapkan konsep-konsep IPA-Biologi yang dibantu ilmu dasar lainnya dan dikembangkan dalam teknologi.

5.    Membantu siswa memahami keteraturan kehidupan makhluk hidup sehingga menimbulkan rasa kagum dan cinta kepada Allah Yang Maha Kuasa.

6.    Membantu persiapan siswa untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.

7.    Meningkatkan kesadaran siswa akan pentingnya menjaga sumber kelestarian daya alam dan lingkungan hidup


Siswa adalah sekelompok manusia yang akan diajar, dibimbing, dan dibina menuju pencapaian tujuan belajar yang ditentukan. Siswa juga mempunyai peranan dalam proses belajar mengajar. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar terjadi interaksi antara guru dan siswa, dan antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya, yaitu terjadinya saling tukar informasi dan pengalaman mengarah kepada interaksi proses belajar mengajar yang optimal (Ali, 1993).

Proses belajar mengajar menurut konsep ini, siswa menggunakan seluruh kemampuan dasar yang memilikinya sebagai dasar untuk melakukan berbagai kegiatan agar memperoleh prestasi belajar yang optimal. Dalam hal ini, fungsi guru dalam proses belajar mengajar seperti diungkapkan oleh Sardiman (1992) adalah :

1.    Mencari perangsang atau motivasi agar siswa mau melakukan satu tujuan tertentu.

2.    Mengarahkan seluruh kegiatan belajar kepada suatu tujuan tertentu

3.    Memberi dorongan agar siswa mau melakukan seluruh kegiatan yang mampu dilakukan untuk mencapai tujuan.

c. Faktor Metode Mengajar
       
         Mengajar atau mentransfer ilmu dari guru kepada siswa memerlukan suatu teknik atau  metode tertentu. Metode tersebut dengan istilah metode mengajar. Dalam dunia pendidikan telah dikenal berbagai metode mengajar yang dapat digunakan. Di sekolah atau lembaga pendidikan tertentu terdapat banyak mata pelajaran dan tiap mata pelajaran mempunyai tujuan-tujuan tersendiri. Untuk mencari tujuan tersebut setiap guru harus memilih metode mengajar yang manakah yang paling tepat untuk mata pelajaran atau pokok bahasan yang akan diajarkannya.

Hal tersebut disebabkan karena tidak semua pokok bahasan cocok untuk diterapkan satu mata pelajaran atau pokok bahasan. Oleh karena itu, guru yang mampu menggunakan berbagai metode pengajaran dan menerapkannya dalam proses belajar mengajar akan dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa (Roestiyah, 1993).

d. Faktor Guru

Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh seseorang tanpa memiliki keahlian sebagai guru. Untuk menjadi seorang guru, diperlukan syarat-syarat khusus, apa lagi seorang guru yang profesional yang harus menguasai seluk beluk pendidikan dan mengajar dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu.

Guru merupakan unsur penting dalam keseluruhan sistem pendidikan. Oleh karena itu peranan dan kedudukan guru dalam meningkatkan mutu dan kualitas anak didik perlu diperhitungkan dengan sungguh-sungguh. Status guru bukan hanya sebatas pegawai yang hanya semata-mata melaksanakan tugas tanpa ada rasa tanggung jawab terhadap disiplin ilmu yang diembannya.

Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar mempunyai fungsi utama (Nasution, 1990), yaitu :

1.    Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis hanya dalam bentuk kata-kata atau lisan belaka.

2.   Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, daya indra seperti objek terlalu besar dapat digantikan dengan gambar, film, atau model.
3.    Dengan menggunakan media pengajaran secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif siswa, dan

4.   Dengan sikap yang unik untuk tiap siswa dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum materi pelajaran yang ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan jika harus diatasi sendiri.

Jika hal-hal tersebut telah diterapakn dan tercapai dan para siswa dan siswi

memahami maka dengan mudahnya mereka dapat mencapai dan menggunakan hasil belajar yang telah mereka pelajari selama ini dengan baik sesuai dengan tujuannya masing masing


















BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mutu pendidikan dalam kamus bahasa Indonesia “mutu” adalah (ukuran), baik buruk suatu benda, taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan, dll). Secara istilah mutu adalah “kualitas memenuhi atau melibihi harapan pelanggan”. Dengan demikian mutu adalah tingkat kualitas yang telah memenuhi atau bahkan dapat melebihi dari yang diharapkan.

Partisispasi orang tua peserta didik di sekolah sangatlah penting. Baik itu dalam kaitannya dengan anak didik secara utuh potensi anak yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Seluruh pembelajaran dirancang untuk menstimulus ketiga ranah tersebut dengan menggunakan berbagai metode dana sarana belajar.

aktivitas belajar siswa hendaknya memiliki kadar atau bobot yang lebih tinggi. Aktivitas belajar siswa dapat dilakukan secara individual dalam arti siswa di kelas dituntut untuk melakukan kegiatan belajar masing-masing, dapat dilakukan secara klasikal artinya setiap siswa mempelajari hal yang sama dalam waktu yang sama dan cara yang sama dan dapat dilakukan secara kelompok artinya siswa dihimpun dalam satu kelompok dan setiap kelompok diberi masalah oleh guru untuk dipecahkan bersama sama


B. Saran

Semoga makalah ini bisa meningkatkan pengetahuan bagi pembacanya dan juga dapat mengeksplorasi ide penulis untuk dapat menberikan karya karya yang baru lagi









Daftar pustaka

Tatang, dan affifuddin. 2015. Manajemen berbasis sekolah. Bandung : pustaka setia

Rasmi. 2014. Peningkatan Mutu dan Profil Lembaga Pendidikan. Jurnal Al-Ta’dib, Vol. 7 No.1

Winarsih, Sri. 2014. Kebijakan dan Implementasi Manajemen Pendidikan Tinggi Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jurnal Cendekia, Vol 15 No.1

Valeza,  Alsi  Riska.  2017.  Peran  Orangtua  Dalam  Meningkatkan  Prestasi  Anak.
Lampung :

Nur,  Muhammad. dkk. 2016. Manajemen Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Pada SDN Dayah Guci Kabupaten Pidik. Jurnal Administrtasi Pendidikan, Vol 4 No.1