A.
Konsep
Strategis Pembelajaran
1.
Manfaat Strategis Pembelajaran
a.
`Manfaat Strategis Pembelajaran Bagi
Siswa
·
Siswa terbiasa belajar dengan
perencanaan yang disesuikan dengan kemampuan diri sendiri.
·
Siswa memiliki pengalaman yang
berbeda-beda dengan temannya, meski ada juga pengalaman mereka yang sama.
·
Siswa dapat memacu prestasi belajar
berdasarkan kecepatan belajarnya sendiri secara optimal.
·
Terjadi persaingan yang sehat dalam
mencapai hasil belajar yang efektif dan efisien.
·
Siswa dapat mencapai kepuasan jika
dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
·
Siswa dapat mengulang uji
kompetensi (remidi) jika terjadi kegagalan dalam uji kompetensi.
.
b. Manfaat Strategi Pembelajaran Bagi Guru
·
Guru dapat mengelola proses pembelajaran
untuk mencapai hasil yang efektif dan efisien.
·
Guru dapat mengontrol kemampuan siswa
secara teratur.
·
Guru dapat mengetahui bobot soal yang
dipelajari siswa pada saat proses belajar mengajar dimulai.
·
Guru dapat memberikan bimbingan kepada
siswa, ketika siswa mengalami kesulitan, misalnya dengan memberikan teknik
pengorganisasian materi yang dipelajari siswa atau teknik belajar yang lain.
·
Guru dapat membuat peta kemampuan siswa
sehingga dapat dipakai sebagai bahan analisis.
·
Guru dapat melaksanakan program belajar
akseleratif bagi siswa yang mampu.
c. Kelemahan Strategi Pembelajaran Inquiry:
·
Kadang-kadang
dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering
guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
·
Pembelajaran
dengan inkuiri memerlukan kecerdasan siswa yang tinggi, bila siswa kurang
cerdas hasil pembelajarannya kurang efektif.
·
Memerlukan
perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang menerima informasi dari guru apa
adanya.
·
Guru
dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi
menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing siswa dalam belajar.
·
Karena
dilakukan secara kelompok maka kemungkinan ada anggota yang kurang aktif.
Ada empat unsur strategi dalam menerapkan dalam
konteks pembelajaran, antara lain sebagai berikut.
·
Mengidentifikasi serta menetapkan
spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yaitu perubahan tingkah laku
dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
·
Mempertimbangakn dan memilih sistem
pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif
·
Mempertimbangkan dan menetapkan
langkah-langkah, sperti prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang
dianggap paling tepat dan efektif.
·
Menetapkan norma-norma dan batas minimal
keberhasilan atau kriteria dan standar keberhasilan.
Macam-macam strategi pembelajaran dibedakan
menjadi lima macam, yaitu strategi pembelajaran langsung, strategi pembelajaran
tidak langsung, strategi pembelajaran empirik, strategi pembelajaran mandiri
dan strategi pembelajaran interaktif.
a. Strategi
Pembelajaran Langsung (Ekspositori)
Strategi pembelajaran langsung adalah strategi yang
mengambil pendekatan teacher centered atau pembelajaran yang berpusat
pada guru. Adapun ciri-ciri dari strategi ini adalah disampaikan oleh pendidik,
tidak ada tuntutan bagi peserta didik untuk mengolah materi tersebut dan
peserta didik harus menguasai materinya dengan cara menghafal dan memahaminya.
b. Strategi
Pembelajaran Tidak Langsung.
Strategi ini merupakan strategi yang mengambil
pendekatan student centered atau pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik. Adapun ciri-ciri dari strategi pembelajaran ini adalah, guru
sebagai fasilitator, adanyaketerlibatan siswa secara penuh dalam proses
belajar.
c. Strategi
Pembelajaran Empirik
Strategi ini berorientasi pada kegiatan induktif dan
menggunakan pendekatan yang berpusat pada aktivitas peserta didik. Adapun
ciri-cirinya adalah pembelajaran dengan melalui pengalaman pada proses belajar
dan bukan dari hasil belajar. Adapun prinsip dasar atau prosedur pembelajaran
dalam strategi pembelajaran melalui pengalaman terdiri dari empat tahapan,
yaitu sebagai berikut.
·
Tahap pengalaman nyata.
·
Tahap observasi refeleksi.
·
Tahap konseptualisasi.
·
Tahap implementasi.
d. Strategi
Pembelajaran Mandiri
Strategi pembelajaran mandiri yaitu strategi
pembelajaran yang bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian dan
peningkatan diri.Adapun ciri-ciri dari strategi ini adalah siswa dibimbing
untuk belajar mandiri namun tetap dengan bantuan guru sedikit dan siswa diberi
kesempatan untuk maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
e. Strategi
Pembelajaran Interaktif
Strategi ini merujuk pada bentuk diskusi
dan sharing atau saling berbagi informasi antar peserta
didik.Ciri-cirinya adalah terdapat interaksi dari siswa satu dengan siswa yang
lainnya.
4. Tujuan
strategi pembelajaran.
Tujuan
strategi pembalajaran dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Mengoptimalkan
pembelajaran pada aspek afektif.
Afektif berhubungan dengan nilai (value) yang dalam
konteks ini adalah suatu konsep yang berbeda dalam pikiran manusia yang sifatya
tersembunyi, tidak dalam dunia empiris. Pengoptimalan aspek afektif akan
membantu membentuk siswa yang cerdas sekaligus memiliki sikap positif dan
secara motorik terampil. Ini yang diharapkan dapat dihasilkan dari penggunaan
strategi pembelajaran secara aktif.
b. Mengaktifkan
siswa dalam proses pembelajaran
Dalam proses pembelajaran terkadang siswa bersifat
pasif sehingga hanya memperoleh kemapuan intelektual (kognitif) saja. Idealnya,
sebuah proses pembelajaran menghendaki hasil belajar yang seimbang antara aspek
kognitif, afektif dan psikomotor. Ketika berpasrtisipasi aktif dalam
pembelajaran, siswa akan mencari sendiri pengertian dan membentuk pemahamannya
sendiri dalam pikiran mereka. Dengan demikian, pengetahuan baru yang
disampaikan oleh guru dapat diinterpretasikan dalam kegiatan pembelajaran.
B. Macam-macam model pembelajaran
1. Model Pembelajaran Langsung
Pembelajaran
langsung dapat didefinisikan sebagai model pembelajaran di mana guru
mentransformasikan informasi atau keterampilan secara langsung kepada peserta
didik, pembelajaran berorientasi pada tujuan dan distrukturkan oleh guru.
(Depdiknas, 2010: 24). Menurut Killen dalam depdiknas (2010: 23) pembelajaran
langsung atau Direct Instruction merujuk pada berbagai teknik pembelajaran
ekspositori (pemindahan pengetahuan dari guru kepada murid secara langsung,
misalnya melalui ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab) yang melibatkan seluruh
kelas.
a.
Kelebihan Kelebihan dan Kelemahan Model
Pembelajaran Langsung.
Kelebihan Menurut Depdikas dalam Sudrajat (2011) adalah
sebagai berikut :
·
Dengan model pembelajaran langsung, guru
mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga
dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.
·
Dapat diterapkan secara efektif dalam
kelas yang besar maupun kecil.
·
Dapat digunakan untuk menekankan
poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga
hal-hal tersebut dapat diungkapkan.
·
Dapat menjadi cara yang efektif untuk
mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual yang sangat terstruktur.
·
Merupakan cara yang paling efektif untuk
mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa
yang berprestasi rendah.
Kelemahan Kelemahan
pembelajaran langsung menurut Depdiknas (Sudrajat ,2011) yaitu :
·
Model pembelajaran langsung bersandar
pada kemampuan siswa untuk mengasimilasikan informasi melalui kegiatan
mendengarkan, mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua siswa memiliki
keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih harus mengajarkannya kepada
siswa.
·
Dalam model pembelajaran langsung, sulit
untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat
pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa.
·
Karena siswa hanya memiliki sedikit
kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan
keterampilan sosial dan interpersonal mereka.
·
Karena guru memainkan peran pusat dalam
model ini, kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru.
Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan
terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan
pembelajaran mereka akan terhambat.
Pengajaran
berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses
berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses
informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka
sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk
mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks (Ratumanan dalam Trianto,
2010:92).
2. Model Pembelajaran Berbasis
Masalah (PBM)
a.
Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah .
Istilah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) diadopsi
dari istilah Inggris Problem Based Instruction (PBI). Model pengajaran berdasarkan
masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey. Dewasa ini, model
pembelajaran ini mulai diangkat sebab ditinjau secara umum pembelajaran
berdasarkan masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang
autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk
melakukan penyelidikan dan inquiri (Trianto, 2010:91).
Pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan
yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini
membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan
menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.
Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks
(Ratumanan dalam Trianto, 2010:92).
Kelebihan
dan Kekurangan
Kelebihan
:
·
Realistik dengan kehidupan siswa
·
. Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa
·
Memupuk sifat inquiry siswa
·
. Retensi konsep jadi kuat
·
Memupuk kemampuan Problem Solving
Kekurangan
:
·
Persiapan pembelajaran (alat, problem,
konsep) yang kompleks
·
Sulitnya mencari problem yang relevan .
·
Sering terjadi miss-konsepsi
·
Konsumsi waktu, dimana model ini
memerlukan waktu yang cukup dalam penyelidikan.
C.
Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai
titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk
pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum,
di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya,
pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran
yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher
centered approach).
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat
dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau
berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran
yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach)
1. Pendekatan
Expository
Pendekatan Expository menekankan pada penyampaian
informasi yang disampaikan sumber belajar kepada warga belajar. Melalui
pendekatan ini sumber belajar dapat menyampaikan materi sampai tuntas.
Pendekatan Expository lebih tepat digunakan apabila jenis bahan belajar yang
bersifat informatif yaitu berupa konsep-konsep dan prinsip dasar yang perlu
difahami warga belajar secara pasti. Pendekatan ini juga tepat digunakan
apabila jumlah warga belajar dalam kegiatan belajar itu relatif banyak.
2. Pendekatan
Inquiry
Istilah Inquiry mempunyai kesamaan konsep dengan
istilah lain seperti Discovery, Problem solving dan Reflektif Thinking. Semua
istilah ini sama dalam penerapannya yaitu berusaha untuk memberikan kesempatan
kepada warga belajar untuk dapat belajar melalui kegiatan pengajuan berbagai
permasalahan secara sistimatis, sehingga dalam pembelajaran lebih berpusat pada
keaktifan warga belajar. Dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan Inquiry, sumber belajar menyajikan bahan tidak sampai tuntas, tetapi
memberi peluang kepada warga belajar untuk mencari dan menemukannya sendiri
dengan menggunakan berbagai cara pendekatan masalah. Sebagaimana dikemukakan
oleh Bruner bahwa landasan yang mendasari pendekatan inquiry ini adalah hasil
belajar dengan cara ini lebih mudah diingat, mudah ditransfer oleh warga
belajar. Pengetahuan dan kecakapan warga belajar yang bersangkutan dapat
menumbuhkan motif intrinsik karena warga belajar merasa puas atas penemuannya
sendiri.
D.
Metode Pembelajaran
Metode merupakan langkah operasional dari strategi
pembelajaran yang dipilih dalam mencapai tujuan belajar, sehingga bagi sumber
belajar dalam menggunakan suatu metode pembelajaran harus disesuaikan dengan jenis
strategi yang digunakan. Ketepatan penggunaan suatu metode akan menunjukkan
fungsionalnya strategi dalam kegiatan pembelajaran. Istilah metode dapat
digunakan dalam berbagai bidang kehidupan, sebab secara umum menurut kamus
Purwadarminta (1976), metode adalah cara yang telah teratur dan terfikir
baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan
suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Metode berasal dari kata
method (Inggris), artinya melalui, melewati, jalan atau cara untuk memeroleh
sesuatu.
E.
Teknik Pembelajaran
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya
seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang
sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode
ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya.
Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena
memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi
kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu
elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya
pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai
dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan.
Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni
(kiat).
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadi Abu dan Joko Tri Prasetya. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung :
Pustaka Setia.
Hamzah B. Uno, 2008. Model Pembelajaran Menciptakan Proses
Belajar Mengajar yang Efektif
dan
Dinamis. Jakarata: Bumi aksara.
Bahri
Djamarah, Syaiful. 2010. Guru dan
Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Cetakan Ke-3. Jakarta: PT Rineka
Cipta.