2.1. Definisi Morfologi
Kata Morfologi berasal dari kata morphologie. Kata
morphologie berasal dari bahasa Yunani morphe yang digabungkan dengan logos.
Morphe berarti bentuk dan logos berarti ilmu.Jadi, berdasarkan makna
unsur-unsur pembentukannya itu, kata morfologi berarti ilmu tentang bentuk atau
bisa dikatakan bahwa morfologi adalah ilmu
bahasa yang mempelajari seluk beluk kata.
Verhaar
(1984:52) berpendapat bahwa morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari
susunan bagian kata secara gramatikal.Begitu pula Kridalaksana (1984:129) yang
mengemukakan bahwa morfologi, yaitu (1) bidang linguistik yang mempelajari
morfem dan kombinasi-kombinasinya; (2) bagian dari struktur bahasa yang
mencakup kata dan bagian-bagian kata, yaitu morfem.
Berdasarkan
definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa morfologi adalah bidang
linguistik yang mempelajari hubungan antara morfem yang satu dengan morfem yang
lain untuk membentuk sebuah kata.
2.2. Morfem dan Jenis-Jenisnya
Morfem dari kata morphe dan ema
(sebagai akhiran). Morphe berarti bentuk, sedangkan ema berarti yang mengandung
arti. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa morfem ialah kesatuan bunyi
terkecil yang mengandung arti serta tidak mempunyai bentuk lain sebagai unsur
pembentuknya.
Morfem
adalah bentuk bahasa yang terkecil yang tidak dapat lagi dibagi menjadi bagian
bagian yang lebih kecil, misalnya, kata putus jika dibagi menjadi pu dan tus,
bagian-bagian itu tidak dapat lagi disebut morfem karena tidak mempunyai makna,
baik makna leksikal ataupun makna gramatikal. Demikian juga me- dan -kan tidak
dapat kita bagi menjadi bagian yang lebih kecil (Badudu,1985:66). Jadi, morfem
adalah satuan bahasa yang paling kecil yang tidak dapat dibagi lagi dan
mempunyai makna gramatikal dan makna leksikal.
Jenis-jenis
morfem didasarkan pada kebebasannya, keutuhannya, dan maknanya.
1.
Morfem bebas dan Morfem terikat
Morfem
Bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam
pertuturan. Sedangkan yang dimaksud dengan morfem terikat adalah morfem yang
tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam pertuturan.
Berkenaan
dengan morfem terikat ada beberapa hal yang perlu dikemu kakan. Pertama bentuk-bentuk seperti : juang, henti, gaul, dan
, baur termasuk morfem terikat. Sebab meskipun bukan afiks, tidak dapat muncul
dalam petuturan tanpa terlebih dahulu mengalami proses morfologi. Bentuk
tersebut lazim disebut prakategorial. Kedua, bentuk seperti baca, tulis, dan
tendang juga termasuk prakategorial karena bentuk tersebut merupakan pangkal
kata, sehingga baru muncul dalam petuturan sesudah mengalami proses morfologi.
Ketiga bentuk seperti : tua (tua renta), kerontang (kering kerontang), hanya
dapat muncul dalam pasangan tertentu juga, termasuk morfem terikat. Keempat,
bentuk seperti ke, daripada, dan kalau secara morfologis termasuk morfem bebas.
Tetapi secara sintaksis merupakan bentuk terikat. Kelima disebut klitika.
Klitka adalah bentuk singkat, biasanya satu silabel, secara fonologis tidak
mendapat tekanan, kemunculannya dalam pertuturan selalu melekat tetapi tidak
dipisahkan .
2.
Morfem Utuh dan Morfem Terbagi
Morfem
utuh adalah morfem dasar, merupakan kesatuan utuh. Morfem terbagi adalah sebuah
morfem yang terdiri dari dua bagian terpisah, catatan perlu diperhatikan dalam
morfem terbagi. Pertama, semua afiks disebut konfiks termasuk morfem
terbagi. Untuk menentukan konfiks atau bukan, harus diperhatikan makna
gramatikal yang disandang. Kedua, ada afiks yang disebut infiks yakni yang
disisipkan di tengah morfem dasar.
3.
Morfem Segmental dan Suprasegmental
Morfem
segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem segmental. Morfem suprasegmental
adalah morfem yang dibentuk oleh unsur suprasegmental seperti tekanan, nada,
durasi.
Perbedaan antara morfem segmental dan suprasegmental
terletak pada jenis fonem yang membentuknya. Morfem segmental adalah morfem
yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental, seperti morfem {lihat}, {lah},
{sikat}, dan {ber-}. Jadi, semua morfem yang berwujud bunyi adalah morfem
segmental. Sedangkan morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh
unsur-unsur suprasegmental, seperti tekanan, nada, durasi, dan sebagainya.
Misalnya, dalam bahasa Ngabaka di Kongo Utara di Benua Afrika, setiap verba
selalu disertai dengan penunjuk kata (tense) yang berupa nada
4.
Morfem beralomorf zero
Morfem
beralomorf zero adalah morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi
segmental maupun berupa prosodi melainkan kekosongan.
Misal :
Bentuk tunggal:
I have a book
Bentuk tunggal:
I have a book
I have a sheep
Bentuk jamak:
I have two books
I have two sheep
Bentuk jamak:
I have two books
I have two sheep
Kita
lihat, bentuk tunggal untuk book adalah book dan bentuk jamaknya adalah books;
bentuk tunggal untuk sheep adalah sheep dan bentuk jamaknya adalah sheep juga.
Karena bentuk jamak books terdiri dari dua buah morfem, yaitu morfem {book} dan
{-s}, maka dapat dipastikan bentuk jamak unutk sheep adalah morfem {sheep} dan
morfem {0}.
5.
Morfem bermakna Leksikal dan Morfem tidak bermakna Leksikal
Morfem
bermakna leksikal adalah morfem yang secara inheren memiliki makna pada dirinya
sendiri tanpa perlu berproses dengan morfem lain. Sedangkan morfem yang tidak
bermakna leksikal adalah tidak mempunyai makna apa-apa pada dirinya sendiri.
Misalnya,
dalam bahasa Indonesia, morfem-morfem seperti {kuda}, {pergi}, {lari}, dan
{merah} adalah morfem bermakna leksikal. Sedangkan morfem tak bermakna leksikal
tidak mempunyai makna apa-apa pada dirinya sendiri. Morfem ini baru mempunyai
makna dalam gabungannya dengan morfem lain dalam suatu proses morfologi.
Misalnya, morfem-morfem afiks, seperti {ber-}, {me-}, dan {ter-}.
6.
Morfem Dasar, Bentuk Dasar, Pangkal (stem), dan Akar(root)
Morfem
dasar, bisa diberi afiks tertentu dalam proses afiksasi bisa diulang dalam
suatu reduplikasi, bisa digabung dengan morfem lain dalam suatu proses
komposisi. Pangkal digunakan untuk menyebut bentuk dasar dari proses infleksi.
Akar digunakan untuk menyebut bentuk yang tidak dapat dianalisis lebih jauh.
2.3. Morf dan Alomorf
Morf adalah bentuk terkecil dari morfem yang belum diketahui
statusnya dalam hubungan keanggotaan terhadap suatu morfem. Sedangkan alomorf adalah bentuk dari morfem yang sudah diketahui statusnya.
Misalnya bentuk {meng-} dalam menggali. Bentuk {meng-} saat belum diketahui status morfemnya disebut morf, tetapi setelah diketahui statusnya
yakni sebagai pendistribusi terhadap fobem berkosona /g/ maka morf ini disebut alomorf
2.4. Hal-Hal yang Terkait
dengan Morfem
Ø Kata
Kata adalah satuan gramatikal bebas yang terkecil. Kata
dapat berwujud dasar yaitu terdiri atas satu morfem dan ada kata yang berafiks.
Kata secara umum dapat diklasifikasikan menjadi lima kelompok yaitu verba,
adjektiva, averbia, nomina, dan kata tugas.
Batasan
atau konsep dari kata terdiri dari dua hal, yaitu :
a. Setiap kata mempunyai susunan fonem yang urutannya tetap dan
tidak dapat berubah, serta tidak dapat diselipi atau disela oleh fonem lain
misalnya kata sikat, urutan fonemnya adalah /s/, /i/, /k/, /a/, /t/. Urutan itu
tidak dapat diubah misalnya menjadi /s/, /k/, /a/, /i/, /t/ atau urutan
lainnya. Juga tidak dapat diselipi fonem lain minsalnya, menjadi, /s/, /i/,
/u/, /k/, /a/, /t/.
b. Setiap kata mempunyai kebebasan berpindah tempat didalam
kalimat atau tempatnya dapat diisi atau digantikan oleh kata lain, atau juga
dapat dipisahkan dari kata lainnya.
Secara
tradisional kata-kata dikelompokkan berdasarkan kriteria semantik dan kriteria
fungsi. Kriteria semantik digunakan untuk mengklasifikasikan kelas verba (V),
kelas nomina (N), dan kelas adjektiva (A). Lalu, kriteria fungsi digunakan
untuk menentukan kelas preposisi kelas konjungsi dan lainnya.
Klasifikasi
kata terdiri dari dua macam, yaitu :
A.
Kelas terbuka
Kelas
adalah kelas yang keanggotaanya dapat bertambah atau berkurang sewaku-waktu
berkenaan dengan perkembangan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat
penutur suatu bahasa yang termasuk kelas terbuka adalah kelas verba, kelas
nomina, dan adjektiva.
1. Verba
Ciri utama
verba atau kata kerja dilihat dari adverbia yang mendampinginya. Ciri utama
verba adalah :
a.
Dapat didampingi oleh adverbia
tidak, tanpa, dan bukan. Contoh tidak datang, tanpa makan, bukan menangis.
b. Dapat didampingi oleh semua adverbia frekuensi,
seperti sering datang, jarang makan, kadang-kadang pulang, dll.
c.
Tidak dapat didampingi oleh kata
bilangan dengan penggolongannya. Misalnya sebuah menbaca, dua butir menulis,
namun dapat didampingi oleh semua adverbia jumlah seperti, kurang embaca, cukup
menarik, dll.
d.
Tidak dapat didampingi oleh semua
adverbia derajat. Contoh agak pulang, cukup datang, lebih pergi, kurang pergi,
dll.
e.
Dapat didampingi oleh semua adverbia
kala (tense) contoh sudah makan, sedang mandi, lagi tidur, akan pulang, hendak
pergi mau menjual,dll.
f.
Dapat didampingi oleh semua adverbia
keselesaian, contoh belum mandi, baru datang, sedang makan, sudah pulang, dll.
g. Dapat didampingi oleh semua adverbia keharusan.
Contoh, boleh mandi, harus pulang, wajib datang, dll.
h. Dapat didampingi oleh semua anggota adverbia
kepastian. Contoh pasti datang, tentu pulang, mungkin pergi, barangkali tahu,
dll.
2. Nomina
Ciri utama nomina atau kata benda
dilihat dari adverbia pendampingnya. Ciri utama dari nomina adalah :
a.
Tidak dapat didahului oleh adverbia
negasi tidak. Jadi, kata-kata kucing, meja, bulan, rumah, dll. Berikut adalah
termasuk nomina karena tidak dapat didahului oleh adverbia negasi tidak.
b.
Tidak dapat didahului adverbia
derajat agak ( lebih, sangat, dan paling). Contoh : agak kucing, agak kucing,
agak bulan, dll.
c.
Tidak dapat didahului oleh adverbia
keharusan wajib. Contoh : wajib kucing, wajib meja, wajib bulan, dll.
d.
Dapat didahului oleh adverbia yang
menyatakan jumlah, seperti satu, sebuah, sebatang, dsb. Misalnya : sebuah meja,
seekor kucing, sebatang pensil, dll.
3. Adjektiva
Ciri utama utama adjektiva atau kata keadaan adalah :
a.
Tidak dapat didampingi adverbia
frekuensi sering, jarang, dan kadang-kadang. Jadi, tidak mungkin ada. Contoh :
sering indah, jarang tinggi, kadang besar, dll.
b.
Tidak dapat didampingi adverbia
jumlah. Contoh : banyak bagus, sedikit baru, sebuah indah, dll.
c.
Dapat didampingi oleh semua adverbia
derajat. Contoh : agak tinggi, cukup mahal, lebih bagus, dll.
d.
Dapat didampingi adverbia kepastian
pasti, tentu, mungkin,dan barangkali. Contoh : pasti indah, tentu baik, buruk, dll.
e.
Tidak dapat diberi adverbia kala
(tenses) hendak dan mau. Jadi bentuk-bentuk tidak diterima. Contoh : hendak
indah, mau tinggi, dll.
Secara
morfologi adjektiva yang berupa kata turunan atau kata bentukan dapat dikenali
dari sufiks-sufiks ( yang berasal dari bahasa asing) yang mengimbuhkannya.
Contoh :
al : faktual, gramatikal, ideal.
il : prisipiil, idiil, materiil, dll.
iah : alamiah, rohaniah, dll.
if : efektif, kualitatif, dll.
is : teknis, kronologis, dll.
istis : optimistis, egoistis, dll.
i :
islami, alami, dll.
wi
: duniawi, surgawi, dll.
ni
: gerejani
A. Kelas kata tertutup
Kelas kata tertutup adalah yang
jumlah keanggotaannya terbatas dan tidak tampak kemungkinan untuk bertambah,
atau berkurang. Yang termasuk kelas tertutup adalah kelas-kelas adverbia, kelas
preposisi, kelas konjungsi, kelas artikula, dan kelas interjeksi.
1. Adverbia
Adverbia adalah kata
ketarangan atau kata ketarangan tambahan. Fungsinya adalah menerangkan kata
kerja, kata sifat, dan jenis kata yang lainnya.
Komponen makna utama yang dimiliki dari kata-kata berkelas adverbia
adalah :
a.
[+negasi], yaitu
kata-kata tidak, bukan, tanpa, dan tiada. Kata tidak digunakan untuk
menegasikan kelas verba dan adjektiva. Kata bukan digunakan untuk menegasikan
kelas nomina. Kata tanpa digunakan untuk menegasikan kelas nomina dan verba.
Kata tiada digunakan untuk menegasikan kelas nomina dan verba.
b.
[+frekuensi] yaitu kata-kata sering,
jarang, kadang-kadang, biasa, sekali-kali, acap kali, dan selalu. Adverbia ini
hanya dapat digunakan uinruk kelas verba.
c.
[+kuantitas] atau [+jumlah] yaitu
banyak, sedikit, cukup, kurang, semua, seluruh, sebagian, dan beberapa. Pada
umumnya kata-kata adverbia ini dapat mendampingi nomina. Namun ada juga yang
dapat mendampingi verba, contohnya banyak rumah, sedikit uang, kurang air,
semua orang, banyak membaca, banyak bicara, dll.
d.
[+kualitas] atau [+derajat] yaitu
agak, cukup, lebih, kurang, sangat, paling, sedikit, dan sekali. Umumnya
adverbia ini hanya dapat mendampingi kata-kata dari kelas adjektiva misalnya,
agak baik, cukup baik, lebih baik, dll.
e.
[+waktu] atau [+skala] yakni
adverbia sudah, sedang, lagi, tengah, akan, hendak, dan mau. Adverbia ini pada
dasarnya dapat mendampingi verba tindakan misalnya sudah makan, sedang mandi,
tengah membaca, hendak pergi, dll.
f.
[+keselesaian] yaitu adverbia sudah,
belum, baru, dan sedang. Adverbia ini digunakan untuk mendampingi kelas verba
dan adjektiva. Misalnya sudah mandi, belum mandi, baru mandi, sedang mandi,
dll.
g.
[+pembatasan] yaitu adverbia hanya
dan saja. Adverbia ini hanya digunakan untuk kelas verba, kelas nomina, dan
kelas numeralia. Hanya nasi, nasi saja, hanya seribu.
h.
[+keharusan] yaitu boleh, wajib,
harus, dan mesti adverbia ini hanya mendampingi kelas verba misalnya boleh
pergi, wajib pergi, harus pergi, mesti pergi, dll.
i.
[+kepastian] yaitu adverbia pasti,
tentu, mungkin, barang kali. Adverbia ini mendampingi kata-kata kelas verba.
Contoh pasti hadir, tentu datang, mungkin terlambat, barangkali meninggal.
2. Pronomina
Pronomina
adalah kata ganti. Pronomina dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
a. Kata ganti diri
Kata ganti diri adalah pronomina
yang menggantikan nomina orang atau yang diorangkan, baik berupa nama diri atau
bukan nama diri. Kata ganti biasa dibedakan atas:
1.
Kata ganti diri orang pertama
tunggal yaitu saya dan aku, orang pertama jamak yaitu, kami dan kita.
2.
Kata ganti dari orang kedua tunggal
yaitu, kamu dan engkau, orang kedua jamak, yaitu kalian dan kamu sekalian.
3.
Kata ganti diri orang ketiga tunggal
yaitu, ia, dia, dan nya.
b. Kata ganti penunjuk
Kata ganti penunjuk atau pronomina
demontratifa adalah kata ini dan itu yang digunakan untuk menggantikan nomina
(frase nominal atau lainnya) sekaligus dengan penunjukkan. Kata ganti penunjuk
ini digunakan untuk menunjuk sesuatu yang dekat dari pembicara, sedangkan kata
ganti penunjuk itu digunakan untuk menunjuk sesuatu yang jauh dari
pembicara.contoh buku ini adalah buku saya, itulah buka yang saya cari selam
ini.
c. Kata ganti tanya
Kata ganti tanya atau pronomina
introgatifa adalah kata yang digunakan untuk bertanya atau menanyakan sesuatu
nomina atau ( sesuatu yang dianggap konstruksi nomina). Kata ganti tanya itu
adalah 5W+1H.
d. Pronomina tak tentu
Pronomina tak
tentu atau kata ganti tak tentu adalah kata-kata yang digunakan untukmengggantikan
nomina yang tidak tentu. Yang termasuk kata ganti tak tentu adalah seseorang,
salah seorang, siapa saja, setiap orang, masing-masing, suatu, sesuatu, salah
satu, beberapa, dan sewaktu-waktu.
3.
Numeralia
a. Kata bilangan
Numeralia atau kata bilangan
adalah kata-kata yang menyatakan bilangan, jumlah, nomor, urutan, dan himpunan.
Menurut bentuk dan fungsinya biasanya dibicarakan adanya kata bilangan utama,
bilangan genap, bilangan ganjil, bilangan bulat, bilangan tingkat, dan kata
bantu bilangan.
Kata bilangan utama
adalah kata-kata seperti satu, dua, tiga, dst. Kata bilangan genap adalah kata
bilangan yang habis dibagi dua. Misalnya dua, empat, enam, delapan, dst. Kata
bilangan tingkat digunakan untuk menyatakan urutan, seperti kata kelima,
keenam, dst. Kata bilangan himpunan adalah kata bilangan yang menyatakan
kelompok atau jumlah. Contohnya kedua rumah itu disita oleh pengadilan, dll.
b. Kata bantu bilangan
Kata bantu bilangan adalah
kata-kata yang digunakan sebagai tanda pengenal nomina tertentu dan ditempatkan
diantara kata bilangan dengan nominanya. Kata bantu bilangan yang lazin
digunakan adalah orang untuk manusia, ekor untuk binatang, dan buah untuk benda
umum. Secara spesifik digunakan juga kata-kata batang, lembar, helai, butir,
biji, dll.
Contohnya, dua orang korea, lima
ekor gajah. Kata bantu bilangan untuk kedua contoh tersebut digunakan untuk
nomina terhitung. Untuk nomina tak terhitung digunakan wadah pengukur nomina
itu. Contohnya secangkir kopi, dua liter minyak, sepotong roti.
4. Preposisi
Preposisi atau kata depan adalah
kata-kata yang digunakan untuk merangkaikan nomina dengan verba di dalam satu
klausa. Misalnya kata di, dan dengan
dalam kalimat. Contoh : nenek duduk di kursi, kakek menulis surat dengan pensil.
Secara
semantik, preposisi ini menyatakan makna-makna :
a. Tempat berada,
yaitu preposisi di, pada, dalam, atas, dan antara. Contoh-contoh pemakaiannya:
1.
Nenek tinggal di Bogor.
2.
Ibuku bekerja di
Jakarta pada Departemen Kesehatan.
3.
Tulisannya dimuat dalam
harian Pos Kota.
4.
Terima kasih atas
pemberian itu.
5.
Depok terletak antara
Jakarta dan bogor.
b.
Arah asal, yaitu preposisi dari. Contoh Dia datang dari Kediri.
c. Arah tujuan, yaitu preposisi ke,
kepada, akan, dan terhadap. Contoh pemakaiannya:
1. Mereka menuju ke utara.
2.Kami
minta tolong kepada polisi.
3. Dia memang takut akan hantu.
4. Saya tidak takut terhadap siapa saja.
a)
Pelaku yaitu preposisi
oleh. Contoh pemakaiannya Jembatan itu dibangun oleh pemerintah pusat.
b)
Alat, yaitu preposisi
dengan dan berkat. Contoh pemakaiannya :
1. Kayu itu dibelah dengan kapak.
2. Aku berhasil berkat bantuan saudara-saudara sekalian.
a)
Perbandingan, yaitu
preposisi daripada. Contohnya kue ini lebih enak daripada kue itu.
b)
Hal atau masalah,yaitu
preposisi tentang dan mengenai.Contoh pemakaiannya :
1. Mereka berbicara tentang gempa bumi.
2. Mengenai anak itu biarlah saya yang akan mengurusnya.
a)Akibat,
yaitu preposisi hingga, atau sehingga dan sampai. Contoh pemakaiannya :
1. Tukang copet itu dipukuli orang banyak hingga babak belur.
2. Jalan raya itu rusak berat sehingga tidak dapat dilalui
kendaraan kecil.
3. Dia berjalan kali sejauh itu samapai sepatunya hancur.
Selain
itu preposisi hingga dan sampai juga menyatakan batas tempat dan batas waktu.
Contoh :
1. Mereka berdiskusi hingga /sampai larut malam.
2. Kami bersepeda hingga/sampai batas kota.
a)
Tujuan, yaitu preposisi untuk buat, guna, dan bagi.
Contoh :
1. Ibu membeli sepeda baru untuk adik.
2. Beliau membawa oleh-oleh buat kami.
3. Guna kepentingan umum, kami rela berkorban.
4. Bagi saya, uang seribu rupiah besar artinya.
5.
Konjungsi
Konjungsi atau kata penghubung adalah kata-kata yang
menghubungkan satuan-satuan sintaksis, baik antara kata dengan kata, frase
dengan frase, klausa dengan klausa, atau antar kalimat dengan kalimat.
3.1. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas tentang
pengertian Morfologi dan beserta pokok bahasan lain yang terkandung dalam
pengertian Morfologi,dapat ditarik sedikit kesimpulan sebagai berikut :
1.
Pengertian Morfologi
adalah bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara morfem yang satu
dengan morfem yang lain untuk membentuk sebuah kata.
2.
Di dalam ilmu
morfologi kita bisa membahas pengertian morfem dan jenis-jenisnya, morf,
alomorf, serta hal-hal yang terkait dengan morfologi
3.2. Saran
Setiap kajian bahasa perlu adanya
peninjauan kembali guna memperoleh hasil yang optimal sehingga tidak ada lagi
kesalahan yang ditimbulkan dalam kajian morfologi.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2012. Linguistik
Umum. Jakarta : Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi
Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.
Verhaan, J.w.M. 1983. Pengantar
Linguistik. Yogyakarta : Gadjah Mada Univeristy Press.
Samsuri. 1985. Analisis Bahasa.
Jakarta. Erlangga.
Sutawijaya, Alam, dkk. 1996.
Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara Tahun
1996/19997
Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik
Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Finoza, Lamuddin. 2006. Komposisi
Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia