Wikipedia

Search results

Pengertian Morfologi Bahasa Indonesia, Jenis-Jenis Morfem,Morf dan Alomorf Serta Hal Hal Yang Berkaitan dengan Morfem



2.1.      Definisi Morfologi
Kata Morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa Yunani morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan logos berarti ilmu.Jadi, berdasarkan makna unsur-unsur pembentukannya itu, kata morfologi berarti ilmu tentang bentuk atau bisa dikatakan  bahwa morfologi adalah ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk kata.
Verhaar (1984:52) berpendapat bahwa morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari susunan bagian kata secara gramatikal.Begitu pula Kridalaksana (1984:129) yang mengemukakan bahwa morfologi, yaitu (1) bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya; (2) bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagian kata, yaitu morfem.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara morfem yang satu dengan morfem yang lain untuk membentuk sebuah kata.

2.2.      Morfem dan Jenis-Jenisnya
            Morfem dari kata morphe dan ema (sebagai akhiran). Morphe berarti bentuk, sedangkan ema berarti yang mengandung arti. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa morfem ialah kesatuan bunyi terkecil yang mengandung arti serta tidak mempunyai bentuk lain sebagai unsur pembentuknya.
Morfem adalah bentuk bahasa yang terkecil yang tidak dapat lagi dibagi menjadi bagian bagian yang lebih kecil, misalnya, kata putus jika dibagi menjadi pu dan tus, bagian-bagian itu tidak dapat lagi disebut morfem karena tidak mempunyai makna, baik makna leksikal ataupun makna gramatikal. Demikian juga me- dan -kan tidak dapat kita bagi menjadi bagian yang lebih kecil (Badudu,1985:66). Jadi, morfem adalah satuan bahasa yang paling kecil yang tidak dapat dibagi lagi dan mempunyai makna gramatikal dan makna leksikal.
Jenis-jenis morfem didasarkan pada kebebasannya, keutuhannya, dan maknanya.

1.      Morfem bebas dan Morfem terikat
Morfem Bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam pertuturan. Sedangkan yang dimaksud dengan morfem terikat adalah morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam pertuturan.
Berkenaan dengan morfem terikat ada beberapa hal yang perlu dikemu       kakan. Pertama bentuk-bentuk seperti : juang, henti, gaul, dan , baur termasuk morfem terikat. Sebab meskipun bukan afiks, tidak dapat muncul dalam petuturan tanpa terlebih dahulu mengalami proses morfologi. Bentuk tersebut lazim disebut prakategorial. Kedua, bentuk seperti baca, tulis, dan tendang juga termasuk prakategorial karena bentuk tersebut merupakan pangkal kata, sehingga baru muncul dalam petuturan sesudah mengalami proses morfologi. Ketiga bentuk seperti : tua (tua renta), kerontang (kering kerontang), hanya dapat muncul dalam pasangan tertentu juga, termasuk morfem terikat. Keempat, bentuk seperti ke, daripada, dan kalau secara morfologis termasuk morfem bebas. Tetapi secara sintaksis merupakan bentuk terikat. Kelima disebut klitika. Klitka adalah bentuk singkat, biasanya satu silabel, secara fonologis tidak mendapat tekanan, kemunculannya dalam pertuturan selalu melekat tetapi tidak dipisahkan .
2.      Morfem Utuh dan Morfem Terbagi
Morfem utuh adalah morfem dasar, merupakan kesatuan utuh. Morfem terbagi adalah sebuah morfem yang terdiri dari dua bagian terpisah, catatan perlu diperhatikan dalam morfem terbagi.  Pertama, semua afiks disebut konfiks termasuk morfem terbagi. Untuk menentukan konfiks atau bukan, harus diperhatikan makna gramatikal yang disandang. Kedua, ada afiks yang disebut infiks yakni yang disisipkan di tengah morfem dasar.
3.      Morfem Segmental dan Suprasegmental
Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem segmental. Morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur suprasegmental seperti tekanan, nada, durasi.
Perbedaan antara morfem segmental dan suprasegmental terletak pada jenis fonem yang membentuknya. Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental, seperti morfem {lihat}, {lah}, {sikat}, dan {ber-}. Jadi, semua morfem yang berwujud bunyi adalah morfem segmental. Sedangkan morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur suprasegmental, seperti tekanan, nada, durasi, dan sebagainya. Misalnya, dalam bahasa Ngabaka di Kongo Utara di Benua Afrika, setiap verba selalu disertai dengan penunjuk kata (tense) yang berupa nada
4.      Morfem beralomorf zero
Morfem beralomorf zero adalah morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi segmental maupun berupa prosodi melainkan kekosongan.
Misal :
Bentuk tunggal:
I have a book
 I have a sheep
Bentuk jamak:
I have two books
I have two sheep
Kita lihat, bentuk tunggal untuk book adalah book dan bentuk jamaknya adalah books; bentuk tunggal untuk sheep adalah sheep dan bentuk jamaknya adalah sheep juga. Karena bentuk jamak books terdiri dari dua buah morfem, yaitu morfem {book} dan {-s}, maka dapat dipastikan bentuk jamak unutk sheep adalah morfem {sheep} dan morfem {0}.
5.      Morfem bermakna Leksikal dan Morfem tidak bermakna Leksikal
Morfem bermakna leksikal adalah morfem yang secara inheren memiliki makna pada dirinya sendiri tanpa perlu berproses dengan morfem lain. Sedangkan morfem yang tidak bermakna leksikal adalah tidak mempunyai makna apa-apa pada dirinya sendiri.

Misalnya, dalam bahasa Indonesia, morfem-morfem seperti {kuda}, {pergi}, {lari}, dan {merah} adalah morfem bermakna leksikal. Sedangkan morfem tak bermakna leksikal tidak mempunyai makna apa-apa pada dirinya sendiri. Morfem ini baru mempunyai makna dalam gabungannya dengan morfem lain dalam suatu proses morfologi. Misalnya, morfem-morfem afiks, seperti {ber-}, {me-}, dan {ter-}.
6.      Morfem Dasar, Bentuk Dasar, Pangkal (stem), dan Akar(root)
Morfem dasar, bisa diberi afiks tertentu dalam proses afiksasi bisa diulang dalam suatu reduplikasi, bisa digabung dengan morfem lain dalam suatu proses komposisi. Pangkal digunakan untuk menyebut bentuk dasar dari proses infleksi. Akar digunakan untuk menyebut bentuk yang tidak dapat dianalisis lebih jauh.
2.3.   Morf dan Alomorf
Morf adalah bentuk terkecil dari morfem yang belum diketahui statusnya dalam hubungan keanggotaan terhadap suatu morfem. Sedangkan alomorf adalah bentuk dari morfem yang sudah diketahui statusnya. Misalnya bentuk {meng-} dalam menggali. Bentuk {meng-} saat belum diketahui status morfemnya disebut morf, tetapi setelah diketahui statusnya yakni sebagai pendistribusi terhadap fobem berkosona /g/ maka morf ini disebut alomorf 
2.4.    Hal-Hal yang Terkait dengan Morfem
Ø  Kata
Kata adalah satuan gramatikal bebas yang terkecil. Kata dapat berwujud dasar yaitu terdiri atas satu morfem dan ada kata yang berafiks. Kata secara umum dapat diklasifikasikan menjadi lima kelompok yaitu verba, adjektiva, averbia, nomina, dan kata tugas.
Batasan atau konsep dari kata terdiri dari dua hal, yaitu :
a.       Setiap kata mempunyai susunan fonem yang urutannya tetap dan tidak dapat berubah, serta tidak dapat diselipi atau disela oleh fonem lain misalnya kata sikat, urutan fonemnya adalah /s/, /i/, /k/, /a/, /t/. Urutan itu tidak dapat diubah misalnya menjadi /s/, /k/, /a/, /i/, /t/ atau urutan lainnya. Juga tidak dapat diselipi fonem lain minsalnya, menjadi, /s/, /i/, /u/, /k/, /a/, /t/.
b.      Setiap kata mempunyai kebebasan berpindah tempat didalam kalimat atau tempatnya dapat diisi atau digantikan oleh kata lain, atau juga dapat dipisahkan dari kata lainnya.
Secara tradisional kata-kata dikelompokkan berdasarkan kriteria semantik dan kriteria fungsi. Kriteria semantik digunakan untuk mengklasifikasikan kelas verba (V), kelas nomina (N), dan kelas adjektiva (A). Lalu, kriteria fungsi digunakan untuk menentukan kelas preposisi kelas konjungsi dan lainnya.
Klasifikasi kata terdiri dari dua macam, yaitu :
A.    Kelas terbuka
Kelas adalah kelas yang keanggotaanya dapat bertambah atau berkurang sewaku-waktu berkenaan dengan perkembangan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat penutur suatu bahasa yang termasuk kelas terbuka adalah kelas verba, kelas nomina, dan adjektiva.

1.   Verba
Ciri utama verba atau kata kerja dilihat dari adverbia yang mendampinginya. Ciri utama verba adalah :

a.  Dapat didampingi oleh adverbia tidak, tanpa, dan bukan. Contoh tidak datang, tanpa makan, bukan menangis.
b. Dapat didampingi oleh semua adverbia frekuensi, seperti sering datang, jarang makan, kadang-kadang pulang, dll.
c.  Tidak dapat didampingi oleh kata bilangan dengan penggolongannya. Misalnya sebuah menbaca, dua butir menulis, namun dapat didampingi oleh semua adverbia jumlah seperti, kurang embaca, cukup menarik, dll.
d.       Tidak dapat didampingi oleh semua adverbia derajat. Contoh agak pulang, cukup datang, lebih pergi, kurang pergi, dll.
e.  Dapat didampingi oleh semua adverbia kala (tense) contoh sudah makan, sedang mandi, lagi tidur, akan pulang, hendak pergi mau menjual,dll.
f.  Dapat didampingi oleh semua adverbia keselesaian, contoh belum mandi, baru datang, sedang makan, sudah pulang, dll.
g. Dapat didampingi oleh semua adverbia keharusan. Contoh, boleh mandi, harus pulang, wajib datang, dll.
h. Dapat didampingi oleh semua anggota adverbia kepastian. Contoh pasti datang, tentu pulang, mungkin pergi, barangkali tahu, dll.

2. Nomina
Ciri utama nomina atau kata benda dilihat dari adverbia pendampingnya. Ciri utama dari nomina adalah :

a.       Tidak dapat didahului oleh adverbia negasi tidak. Jadi, kata-kata kucing, meja, bulan, rumah, dll. Berikut adalah termasuk nomina karena tidak dapat didahului oleh adverbia negasi tidak.
b.      Tidak dapat didahului adverbia derajat agak ( lebih, sangat, dan paling).  Contoh : agak kucing, agak kucing, agak bulan, dll.
c.       Tidak dapat didahului oleh adverbia keharusan wajib. Contoh : wajib kucing, wajib meja, wajib bulan, dll.
d.      Dapat didahului oleh adverbia yang menyatakan jumlah, seperti satu, sebuah, sebatang, dsb. Misalnya : sebuah meja, seekor kucing, sebatang pensil, dll.

3.      Adjektiva

Ciri utama utama adjektiva atau kata keadaan adalah :
a.       Tidak dapat didampingi adverbia frekuensi sering, jarang, dan kadang-kadang. Jadi, tidak mungkin ada. Contoh : sering indah, jarang tinggi, kadang besar, dll.
b.      Tidak dapat didampingi adverbia jumlah. Contoh : banyak bagus, sedikit baru, sebuah indah, dll.
c.       Dapat didampingi oleh semua adverbia derajat. Contoh : agak tinggi, cukup mahal, lebih bagus, dll.
d.      Dapat didampingi adverbia kepastian pasti, tentu, mungkin,dan barangkali. Contoh : pasti indah, tentu baik, buruk, dll.
e.       Tidak dapat diberi adverbia kala (tenses) hendak dan mau. Jadi bentuk-bentuk tidak diterima. Contoh : hendak indah, mau tinggi, dll.

Secara morfologi adjektiva yang berupa kata turunan atau kata bentukan dapat dikenali dari sufiks-sufiks ( yang berasal dari bahasa asing) yang mengimbuhkannya.
Contoh :
al    : faktual, gramatikal, ideal.
il     : prisipiil, idiil, materiil, dll.
iah           : alamiah, rohaniah, dll.
if     : efektif, kualitatif, dll.
is    : teknis, kronologis, dll.
istis : optimistis, egoistis, dll.
i       : islami, alami, dll.
wi   : duniawi, surgawi, dll.
ni    : gerejani

A. Kelas kata tertutup
Kelas kata tertutup adalah yang jumlah keanggotaannya terbatas dan tidak tampak kemungkinan untuk bertambah, atau berkurang. Yang termasuk kelas tertutup adalah kelas-kelas adverbia, kelas preposisi, kelas konjungsi, kelas artikula, dan kelas interjeksi.
1.      Adverbia
Adverbia adalah kata ketarangan atau kata ketarangan tambahan. Fungsinya adalah menerangkan kata kerja, kata sifat, dan jenis kata yang lainnya.  Komponen makna utama yang dimiliki dari kata-kata berkelas adverbia adalah :
a.       [+negasi], yaitu kata-kata tidak, bukan, tanpa, dan tiada. Kata tidak digunakan untuk menegasikan kelas verba dan adjektiva. Kata bukan digunakan untuk menegasikan kelas nomina. Kata tanpa digunakan untuk menegasikan kelas nomina dan verba. Kata tiada digunakan untuk menegasikan kelas nomina dan verba.
b.      [+frekuensi] yaitu kata-kata sering, jarang, kadang-kadang, biasa, sekali-kali, acap kali, dan selalu. Adverbia ini hanya dapat digunakan uinruk kelas verba.
c.       [+kuantitas] atau [+jumlah] yaitu banyak, sedikit, cukup, kurang, semua, seluruh, sebagian, dan beberapa. Pada umumnya kata-kata adverbia ini dapat mendampingi nomina. Namun ada juga yang dapat mendampingi verba, contohnya banyak rumah, sedikit uang, kurang air, semua orang, banyak membaca, banyak bicara, dll.
d.      [+kualitas] atau [+derajat] yaitu agak, cukup, lebih, kurang, sangat, paling, sedikit, dan sekali. Umumnya adverbia ini hanya dapat mendampingi kata-kata dari kelas adjektiva misalnya, agak baik, cukup baik, lebih baik, dll.
e.       [+waktu] atau [+skala] yakni adverbia sudah, sedang, lagi, tengah, akan, hendak, dan mau. Adverbia ini pada dasarnya dapat mendampingi verba tindakan misalnya sudah makan, sedang mandi, tengah membaca, hendak pergi, dll.
f.       [+keselesaian] yaitu adverbia sudah, belum, baru, dan sedang. Adverbia ini digunakan untuk mendampingi kelas verba dan adjektiva. Misalnya sudah mandi, belum mandi, baru mandi, sedang mandi, dll.
g.      [+pembatasan] yaitu adverbia hanya dan saja. Adverbia ini hanya digunakan untuk kelas verba, kelas nomina, dan kelas numeralia. Hanya nasi, nasi saja, hanya seribu.
h.      [+keharusan] yaitu boleh, wajib, harus, dan mesti adverbia ini hanya mendampingi kelas verba misalnya boleh pergi, wajib pergi, harus pergi, mesti pergi, dll.
i.        [+kepastian] yaitu adverbia pasti, tentu, mungkin, barang kali. Adverbia ini mendampingi kata-kata kelas verba. Contoh pasti hadir, tentu datang, mungkin terlambat, barangkali meninggal.


2.      Pronomina
Pronomina adalah kata ganti. Pronomina dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:

a.       Kata ganti diri
Kata ganti diri adalah pronomina yang menggantikan nomina orang atau yang diorangkan, baik berupa nama diri atau bukan nama diri. Kata ganti biasa dibedakan atas:
1.      Kata ganti diri orang pertama tunggal yaitu saya dan aku, orang pertama jamak yaitu, kami dan kita.
2.      Kata ganti dari orang kedua tunggal yaitu, kamu dan engkau, orang kedua jamak, yaitu kalian dan kamu sekalian.
3.      Kata ganti diri orang ketiga tunggal yaitu, ia, dia, dan nya.

b.      Kata ganti penunjuk
Kata ganti penunjuk atau pronomina demontratifa adalah kata ini dan itu yang digunakan untuk menggantikan nomina (frase nominal atau lainnya) sekaligus dengan penunjukkan. Kata ganti penunjuk ini digunakan untuk menunjuk sesuatu yang dekat dari pembicara, sedangkan kata ganti penunjuk itu digunakan untuk menunjuk sesuatu yang jauh dari pembicara.contoh buku ini adalah buku saya, itulah buka yang saya cari selam ini.
c.       Kata ganti tanya
Kata ganti tanya atau pronomina introgatifa adalah kata yang digunakan untuk bertanya atau menanyakan sesuatu nomina atau ( sesuatu yang dianggap konstruksi nomina). Kata ganti tanya itu adalah 5W+1H.
d.      Pronomina tak tentu
               Pronomina tak tentu atau kata ganti tak tentu adalah kata-kata yang digunakan untukmengggantikan nomina yang tidak tentu. Yang termasuk kata ganti tak tentu adalah seseorang, salah seorang, siapa saja, setiap orang, masing-masing, suatu, sesuatu, salah satu, beberapa, dan sewaktu-waktu.

3.      Numeralia
a.       Kata bilangan
Numeralia atau kata bilangan adalah kata-kata yang menyatakan bilangan, jumlah, nomor, urutan, dan himpunan. Menurut bentuk dan fungsinya biasanya dibicarakan adanya kata bilangan utama, bilangan genap, bilangan ganjil, bilangan bulat, bilangan tingkat, dan kata bantu bilangan.
Kata bilangan utama adalah kata-kata seperti satu, dua, tiga, dst. Kata bilangan genap adalah kata bilangan yang habis dibagi dua. Misalnya dua, empat, enam, delapan, dst. Kata bilangan tingkat digunakan untuk menyatakan urutan, seperti kata kelima, keenam, dst. Kata bilangan himpunan adalah kata bilangan yang menyatakan kelompok atau jumlah. Contohnya kedua rumah itu disita oleh pengadilan, dll.
b.      Kata bantu bilangan
Kata bantu bilangan adalah kata-kata yang digunakan sebagai tanda pengenal nomina tertentu dan ditempatkan diantara kata bilangan dengan nominanya. Kata bantu bilangan yang lazin digunakan adalah orang untuk manusia, ekor untuk binatang, dan buah untuk benda umum. Secara spesifik digunakan juga kata-kata batang, lembar, helai, butir, biji, dll.
Contohnya, dua orang korea, lima ekor gajah. Kata bantu bilangan untuk kedua contoh tersebut digunakan untuk nomina terhitung. Untuk nomina tak terhitung digunakan wadah pengukur nomina itu. Contohnya secangkir kopi, dua liter minyak, sepotong roti.

4.       Preposisi
Preposisi atau kata depan adalah kata-kata yang digunakan untuk merangkaikan nomina dengan verba di dalam satu klausa. Misalnya kata di, dan  dengan dalam kalimat. Contoh : nenek duduk di kursi, kakek menulis surat dengan pensil.

Secara semantik, preposisi ini menyatakan makna-makna :
a. Tempat berada, yaitu preposisi di, pada, dalam, atas, dan antara. Contoh-contoh pemakaiannya:
1.      Nenek tinggal di Bogor.
2.      Ibuku bekerja di Jakarta pada Departemen Kesehatan.
3.      Tulisannya dimuat dalam harian Pos Kota.
4.      Terima kasih atas pemberian itu.
5.      Depok terletak antara Jakarta dan bogor.
b.   Arah asal, yaitu preposisi dari. Contoh Dia datang dari Kediri.
c. Arah tujuan, yaitu preposisi ke, kepada, akan, dan terhadap. Contoh pemakaiannya:
1.      Mereka menuju ke utara.
2.Kami minta tolong kepada polisi.
3.      Dia memang takut akan hantu.
4.      Saya tidak takut terhadap siapa saja.
a)         Pelaku yaitu preposisi oleh. Contoh pemakaiannya Jembatan itu dibangun oleh pemerintah pusat.
b)         Alat, yaitu preposisi dengan dan berkat. Contoh pemakaiannya :
1.   Kayu itu dibelah dengan kapak.
2.   Aku berhasil berkat bantuan saudara-saudara sekalian.
a)   Perbandingan, yaitu preposisi daripada. Contohnya kue ini lebih enak daripada kue itu.
b)   Hal atau masalah,yaitu preposisi tentang dan mengenai.Contoh pemakaiannya :
1.      Mereka berbicara tentang gempa bumi.
2.      Mengenai anak itu biarlah saya yang akan mengurusnya.
a)Akibat, yaitu preposisi hingga, atau sehingga dan sampai. Contoh pemakaiannya :
1.      Tukang copet itu dipukuli orang banyak hingga babak belur.
2.      Jalan raya itu rusak berat sehingga tidak dapat dilalui kendaraan kecil.
3.      Dia berjalan kali sejauh itu samapai sepatunya hancur.
Selain itu preposisi hingga dan sampai juga menyatakan batas tempat dan batas waktu. Contoh :
1.      Mereka berdiskusi hingga /sampai larut malam.
2.      Kami bersepeda hingga/sampai batas kota.
a)      Tujuan,  yaitu preposisi untuk buat, guna, dan bagi. Contoh :
1.      Ibu membeli sepeda baru untuk adik.
2.      Beliau membawa oleh-oleh buat kami.
3.      Guna kepentingan umum, kami rela berkorban.
4.      Bagi saya, uang seribu rupiah besar artinya.

5. Konjungsi
Konjungsi atau kata penghubung adalah kata-kata yang menghubungkan satuan-satuan sintaksis, baik antara kata dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa, atau antar kalimat dengan kalimat.



3.1.      Kesimpulan
Dari penjelasan di atas tentang pengertian Morfologi dan beserta pokok bahasan lain yang terkandung dalam pengertian Morfologi,dapat ditarik sedikit kesimpulan sebagai berikut :
1.      Pengertian Morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara morfem yang satu dengan morfem yang lain untuk membentuk sebuah kata.
2.      Di dalam ilmu morfologi kita bisa membahas pengertian morfem dan jenis-jenisnya, morf, alomorf, serta hal-hal yang terkait dengan morfologi

3.2.      Saran
            Setiap kajian bahasa perlu adanya peninjauan kembali guna memperoleh hasil yang optimal sehingga tidak ada lagi kesalahan yang ditimbulkan dalam kajian morfologi.


DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.
Verhaan, J.w.M. 1983. Pengantar Linguistik. Yogyakarta : Gadjah Mada Univeristy Press.
Samsuri. 1985. Analisis Bahasa. Jakarta. Erlangga.
Sutawijaya, Alam, dkk. 1996. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara Tahun 1996/19997
Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Finoza, Lamuddin. 2006. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia