Wikipedia

Search results

Makalah Refleksi Bimbingan Konseling Sekolah Dasar


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sekolah Dasar bertanggung jawab memberikan pengalaman-pengalaman dasar kepada anak, yaitu kemampuan dan kecakapan membaca,menulis dan berhitung, pengetahuan umum serta perkembangan kepribadian, yaitu sikap terbuka terhadap orang lain,penuh inisiatif, kreatifitas, dan kepemimpinan, ketrampilan serta sikap bertanggung jawab guru sekolah dasar memegang peranan dan memikul tanggung jawab untuk memahami anak dan membantu perkembangan sosial pribadi anak.Bimbingan itu sendiri dapat diartikan suatu bagian integral dalam keseluruhan program pendidikan yang mempunyai fungsi positif, bukan hanya suatu kekuatan kolektif. proses yang terpenting dalam pentingnya bimbingan adalah proses penemuan diri sendiri. Hal tersebut akan membantu anak mengadakan penyesuaian terhadap situasi baru, mengembangkan kemampuan anak untuk memahami diri sendiri dan menerapkannya dalam situasi mendatang. Bimbingan bukan lagi suatu tindakan yang bersifat hanya mengatasi setiap krisis yang dihadapi oleh anak,tetapi juga merupakan suatu pemikiran tentang perkembangan anak sebagai pribadi dengan segala kebutuhan, minat dan kemampuan yang harus berkembang.
Dengan demikian kami akan membahas lebih rinci di dalam makalah ini tentng refleksi bimbingan konseling SD.

B.     Rumusan Masalah
1.      Pengerian Refleksi Bimbingan Konseling SD
2.      Jenis-Jenis Refleksi Bimbingan Konseling SD
3.      Bidang Bimbingan Konseling SD
4.      Tugas Guru Kelas dalam kegiatan Refleksi Di SD
5.      Teknik Umum  Refleksi Konseling
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian refleksi Bimbingan Konseling SD
2.      Untuk mengetahui jenis-jenis refleksi Bimbingan Konseling SD
3.      Untuk mengetahui bidang bimbingan konseling SD
4.      Untuk mengetahui tugas guru kelas dalam kegiatan refleksi di SD
5.      Untuk mengetahui teknik umum refleksi konseling.












BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Refleksi Bimbingan Konseling
Refleksi yaitu sebuah teknik yang digunakan konselor dalam menanggapi pembicaraan klien dengan merespon kembali tentang perasaan, pikiran, sikap, dan pengalaman yang dialami oleh klien. yang mana dalam hal ini konselor berusaha menciptakan hubungan baik dengan klien. Dan disisi lain menggali atau memberikan kesempatan kepada klien untuk mengeksplorasi diri dalam memahami masalahnya.
Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada individu dengan menggunakan berbagai cara dan prosedur agar mampu mandiri dalam memecahkan masalah yang di hadapinya.
Carl Rogers (1962), seorang ahli bimbingan dan konseling dari pendekatan humanistik yang terkenal-suatu pendekatan yang lebih memanusiawikan manusia, yang mengakui bahwa setiap manusia memiliki kemampaun untuk mengarahkan dirinya sendiri jika mereka berada pada konteks lingkungan yang tepat/kondusif untuk mendorong perkembangannya-berpendapat bahwa tujuan dari banyak profesi bantuan, termasuk di dalamnya bimbingan dan konseling,  adalah untuk meningkatkan perkembangan pribadi dan pertumbuhan psikologis klien (peserta didik). Jadi Refleksi Bimbingan Konseling dapat diartikan sebagai suatu upaya dalam mencapai tujuan untuk memecahkan masalah klien.
B.     Jenis-Jenis Refleksi Bimbingan Konseling SD
1.   Refleksi perasaan
Refleksi perasaan yaitu keterampilan konselor untuk dapat memantulkan (merefleksikan) perasaan konseli sebagai hasil pengamatan perilaku verbal dan non-verbal. Untuk melakukan refleksi perasaan konselor dapat menggunakan kalimat seperti:
“nampaknya yang anda katakan adalah...”
“barangkali anda merasa...”
“Hal itu rupanya seperti...” (kiasan)
“adakah yang anda maksudkan...”
Contoh:
Konseli           : “guru itu sialan. Saya membencinya. Saya tidak akan mengerjakan PR-nya. Saya tidak akan mengerjakannya bagaimanapun juga.”
Konselor         : “nampaknya anda sungguh-sungguh marah”

2.   Refleksi pikiran
Refleksi pikiran (content) yaitu keterampilan konselor untuk memantulkan ide, pikiran, pendapat konseli sebagai hasil pengamatan perilaku verbal dan non-verbal. Untuk melakukan keterampilan ini konselor dapat menggunakan kalimat seperti:
“nampaknya yang akan anda katakan...”
“barangkali yang akan anda utarakan adalah...”
“adakah yang anda maksudkan...”

3.   Refleksi pengalaman
Refleksi pengalaman yaitu keterampilan konselor untuk dapat memantulkan (merefleksikan) pengalaman-pengalaman konseli sebagai hasil pengamatan perilaku verbal dan non-verbal. Untuk melakukan refleksi pengalaman konselor dapat menggunakan kalimat seperti:
“nampaknya yang anda kemukakan adalah suatu...”
“barangkali yang akan anda utarakan adalah...”
“adakah yang anda maksudkan suatu peristiwa...”

C.    Bidang Bimbingan Konseling SD
Materi bimbingan dan konseling di SD termuat ke dalam ke lima bidang bimbinganyaitu, bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karier,Bimbingan Keluargaa.
a)       Bidang Bimbingan Pribadi Bimbingan Pribadi,
 yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalammemahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat,serta kondisi yang sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya.Bidang bimbingan pribadi bertujuan untuk membantu peserta didik dalam mengenaldiri sendiri agar dapat menjadi pribadi yang baik dan dapat mengambil keputusantentang dirinya sendiri.Pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa SD menemukan danmemamahami serta mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadapTuhan Yang Maha Esa, mandiri, aktif dan kreatif, serta sehat jasmani dan rohani.
b)     Bidang Bimbingan Sosial
Bimbingan Sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalammemahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yangsehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungansosial yang lebih luas. Bidang ini bertujuan membantu peserta didik memahami dirikaitannya dengan interaksi dirinya dengan lingkungan dan etika yang didasaridengan budi pekerti luhur dan tanggung jawab sosial. Pelayanan bimbingan dankonseling membantu siswa dalam proses sosialisasi untuk mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosial yang dilandasi budi pekerti luhur dan rasatanggung jawab.
c)      Bidang Bimbingan Belajar
Yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didikmengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikansekolah/madrasah dan belajar secara mandiri.bertujuannmembantu peserta didik dalam mengenal, menumbuhkan dan mengembangkan diri, sikap dankebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan sesuaidengan program belajar di sekolah.Pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa SD mengembangkankebiasaan belajar yang baik dalam menguasai pengetahuan dan keterampilan sertamenyiapkannya untuk melanjutkan pendidikan pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi.  
d)      Bidang Bimbingan Karier.Bimbingan Karier
Yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalammemahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karier.Bidang ini bertujuan membantu peserta didik mengenal dunia kerja agar dapatmenentukan kemana selanjutnya mereka akan melangkah setelah lulus danmengetahui potensi diri yang dimiliki agar dapat diterapkan dengan kehidupannyaserta dapat membaca peluang karir yang tersedia di lingkungan sekitarnya.Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan karir adalah suatuupaya bantuan terhadap peserta didik agar dapat mengenal dan memahami dirinya,mengenal dunia kerjanya, mengembangkan masa depan sesuai dengan bentukkehidupan yang diharapkannya, mampu menentukan dan mengambil keputusansecara tepat dan bertanggungjawab.
e)      Bimbingan Keluarga
Yaitu bimbingan yang diberikan  individu khusus yang telah berkeluarga  sehinga menjadi pimpinan dalam keluarga yang mampu menciptakankeharmonisan dan rasa aman bagi tiap-tiap anggota keluarga, dapat menciptakan danmenyesuaikan diri dengan norma-norma keluarga, serta berperan aktif dalammenciptakan keluarga yang bahagia. Bimbingan keluarga juga diharapkan membantu individu yang akan berkeluargadalam memahami tugas dan tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga. Jugadiharapkan dengan bimbingan ini semua anggota keluarga berbagi strategi dan teknik berkeluarga yang sukses, harmonis dan bahagia.
D.    Tugas Guru Kelas dalam Kegiatan Refleksi di SD
Tugas guru sebagaimana disebutkan pada pasal 1 ayat (1) UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan (pasal 4 UU 14/2005).
’’Mutu pendidikan diukur dengan penilaian pendidikan, baik oleh guru, satuan pendidikan, maupun pemerintah. Terkait dengan penilaian pendidikan yang dilakukan guru, guru dapat mengukur keberhasilannya melalui hasil belajar siswa.
Agar guru bijaksana dalam mengatasi permasalahan pembelajaran, maka guru perlu melakukan refleksi setelah melakukan pembelajaran di kelas.Refleksi diri ini penting dilakukan oleh guru karena dengan melakukan hal tersebut, guru akan bisa melakukan perbaikan dalam pelaksanaan tugas. Logikanya, guru akan jujur ketika melakukan refleksi, karena memang tidak ada yang mengawasi.Dan pekerjaan yang dilakukan atas dasar kejujuran ini, akan berdampak pada tindak lanjut yang tepat, sehingga akan menghasilkan kinerja yang baik.Hasilnya yaitu mutu pendidikan akan meningkat.
1.Membangun interaksi dan hubungan emosional dengan para murid di luar kelas
Saat menjadi seorang guru,diharapkan untuk tidak membatasi interaksi guru kepada murid dalam lingkup akademis saja.Tetapi guru mencoba memasuki kehidupan mereka. Dari hanya sekadar mendengarkan keluhan dan curhatan mereka, makan bersama, atau bahkan menyempatkan diri bergaul dengan mereka di waktu luang untuk membangun nuansa belajar yang positif di kelas. Dengan membangun hubungan emosional dengan para murid, guru menjadi jauh lebih mudah untuk menguasai kelas, berinteraksi langsung dengan murid yang di anggap belum paham, Berusaha membaca keinginan mereka, memahami cara mengajar seperti apa yang diharapkan oleh mereka, dan sebagainya. Sebaliknya, mereka pun jadi jauh lebih menghargai guru ketika mengajar, mereka jadi merasa enggan untuk main hp, asik ngobrol sendiri, atau melakukan tindakan apapun yang menunjukan sikap tidak menghargai usaha guru di kelas.  Di sekolah seorang murid memang perlu memahami pelajaran, sementara seorang guru perlu memahami murid-murid mereka.
2. Fokus pada bagaimana cara membuat siswa menikmati proses belajar
Tugas seorang guru bukan hanya mengajar, tapi yang lebih penting adalah membuat murid-muridnya suka belajar. Hal ini mungkin terkesan sepele, tapi cara pandang seperti ini krusial sekali dengan bagaimana cara guru membawa materi di kelas.Dari pengalaman yang telah ada, seorang guru yang berfokus hanya pada konteks “mengajar”, mentransfer ilmu pada murid-muridnya, membawa misi agar murid-muridnya mampu mengerjakan soal seringkali justru kurang berhasil membawa suasana kelas yang positif dan bersemangat untuk belajar. Di sisi lain, seorang guru yang fokus untuk membangun nuansa belajar yang positif dulu di awal, bercerita dulu tentang berbagai contoh nyata yang menggambarkan kenapa materi tersebut penting untuk dikuasai, kenapa materi itu menarik dan seru untuk dibahas guru semacam ini lebih bisa membangun nuansa kelas yang siap menerima pengajaran, sehingga proses belajar-mengajar jadi lebih menyenangkan, seru, menarik, tidak membosankan, dan para siswa jadi lebih termotivasi belajar.
3.Kewajiban Dan Tanggungjawab Guru  Sebagai Penyuluh
Pada umumnya guru penyuluh bertanggungjawab dalam melaksanakan Bimbingan Pendidikan ( Educational Guidance ), dan Bimbingan dalam masalah-masalah pribadi     ( Personal Guidance ). Guru harus menetapkan kasus-kasus yang perlu mendapatkan perhatiannya dengan segera dengan jalan meneliti catatan-catatan sekolah, mengadakan pertemuan-pertemuan dengan anggota-anggota staff sekolah  dan juga murid ataupun lainya, melaksanakan observasi yang dilakukannya sendiri dan menggunakan teknik sosiometrik.
4.Evaluasi dan Follow Up
Cara manapun yang ditempuh, evaluasi atas usaha pemecahan masalah seyogyanya tetap dilakukan untuk melihat seberapa pengaruh tindakan bantuan (treatment) yang telah diberikan terhadap pemecahan masalah yang dihadapi peserta didik.Berkenaan dengan evaluasi bimbingan dan konseling, Depdiknas (2003) telah memberikan kriteria-kriteria keberhasilan layanan bimbingan dan konseling yaitu:
a)      Berkembangnya pemahaman baru yang diperoleh peserta didik berkaitan dengan masalah yang dibahas.
b)      Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang dibawakan melalui layanan, dan
c)      Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh peserta didik sesudah pelaksanaan layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut pengentasan masalah yang dialaminya.
Sementara itu, Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2004) mengemukakan beberapa kriteria dari keberhasilan dan efektivitas layanan yang telah diberikan, yang terbagi ke dalam kriteria yaitu kriteria keberhasilan yang tampak segera dan kriteria jangka panjang.
E.     Teknik Umum  Melaksanakan Refleksi Konseling
Menurut  Schon  (1983,  dalam  Marselus  R.  Payong,  2011)  ada  tiga  bentuk pelaksanaan  refleksi:  refleksi  dalam  tindakan  (reflection  in  action),  refleksi atas tindakan (reflection on action), dan refleksi tentang tindakan (reflection about action).Sebagai berikut ini:
1.Refleksi dalam tindakan (reflection in action)
Refleksi  dalam  tindakan  berkaitan  dengan  proses  pembuatan  keputusan yang dilakukan guru pada saat aktif terlibat dalam pembelajaran.
Contoh: Seorang  guru  sedang  mengajar  di  kelas.  Dia  mendapati  situasi  kelas  yang kurang  kondusif.  Selama  ini  proses  pembelajaran  berlangsung,  siswa  kurang aktif  terlibat  dalam  pembelajaran  sehingga  kegiatan  pembelajaran  lebih didominasi  guru  (teacher  oriented).  Siswa  cenderung  hanya  menjadi pendengar pasif .Menyadari  adanya  permasalahan  di  atas,  guru  sebaiknya  jangan  menunggu pembelajaran  selesai  mencari  sebab  musabab  terjadinya  masalah,  baru kemudian  mencari  solusinya.  Jika  memang  dalam  proses  pembelajaran ditemukan  situasi  yang  kurang  pas,  guru  dapat  langsung  mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memperbiki kondisi. Proses refleksi yang  dilakukan  selama  pembelajaran  tersebut  termasuk  dalam  kategori refleksi dalam tindakan.
2. Refleksi atas tindakan (reflection on action)
Refleksi  atas  tindakan  merupakan  suatu  refleksi  yang  dilakukan  sebelum dan  setelah  tindakan  dilakukan.  Biasanya,  sebelum  melakukan pembelajaran,  guru  sudah  mempertimbangkan  dengan  cermat,  mengapa guru  menggunakan metode  atau  pendekatan  tertentu.Guru  sudah  memiliki pertimbangan  tertentu  tentang  kesesuaiannya  dengan  konteks pembelajaran.  Setelah  melaksanakan  pembelajaran  guru  kemudian melakukan  refleksi    untuk  melihat  kembali  efektivitas  penggunaan  metode atau  pendekatan  yang  sudah  diterapkannya,  apa  saja  kekurangan  dan kelebihannya.  Dalam  refleksi  atas  tindakan,  guru  dapat  menemukan kekurangan dan kelebihan secara sistematis dan analitis.
Contoh:
Pada  pembelajaran  sebelumnya  guru  mendapati  siswa  kesulitan  memahami materi yang diajarkan. Setelah mencermati  tingkat kompleksitas materi yang diajarkan  guru  menyadari  bahwa  materi  yang  sedang  diajarkan  cukup kompleks, sehingga diperlukan cara mengajar yang lebih baik agar siswa lebih mudah  menangkap  materi  yang  diajarkan.  Untuk  kepentingan  ini,  guru  telah memutuskan  bahwa  dia  akan  mengajar  dengan  metode  mengajar  yang berbeda yang diperkirakan jauh lebih memudahkan siswa dalam belajar. Guru telah  merancang  pembelajaran  sesuai  metode  pembelajaran  yang  akan diterapkan.  Sebelum  rancangan  pembelajaran  baru  diterapkan,  guru  sekali lagi  mencermati  RPP  yang  telah  dibuat  untuk  memastikan  bahwa  rencana tersebut  akan  memberikan  hasil  lebih  baik.  Setelah  dirasa  siap,  guru
melaksanakan  pembelajaran  sesuai  dengan  rencana.  Setelah  selesai pembelajaran,  guru  kembali  mencermati  pelaksanaan  pembelajaran  di  kelas, disertai  analisis  kesesuaiannya  dengan  RPP.    Guru  juga  mencoba  melihat apakah  permasalahan  pembelajaran  yang  sebelumnya  terjadi  telah  bisa diatasi.    Jika  sudah  teratasi,  artinya  solusi  yang  dipilih  tepat  menjawab kebutuhan  perbaikan  pembelajaran.  Akan  tetapi  apabila  belum  lebih  baik dibanding  sebelumnya,  maka  guru  perlu  mencermati  kembali keputusan/solusi yang dipilih.
3.Refleksi tentang tindakan (reflection about action)
Refleksi  tentang  tindakan  merupakan  kegiatan  refleksi  yang  relatif komprehensif, dengan mengambil sudut pandang lebih luas dan dalam serta kritis terhadap praktik pembelajarannya  dengan mengkajinya  dari berbagai aspek  lain,  seperti  etis,  moral,  politis,  ekonomis,  sosiologis,  dan  lain sebagainya.  Melalui  refleksi  ini,  para  guru  dapat  memperoleh  pemahaman yang  lebih  luas  tentang  praktik  pembelajarannya  dan  meningkatkan
tanggungjawab  dan  akuntabilitasnya  terhadap  pilihan,  dan  keputusan-keputusan yang dibuat dalam praktik pembelajaran.
Contoh:
Misalnya  seorang  guru  SD  sedang  mengajarkan  suatu  tema  pada  siswa  yang menjadi  tanggungjawabnya.  Untuk  mendapatkan  hasil  pembelajaran  yang optimal,  guru  tersebut  melakukan  refleksi  yang  komprehensif,  meliputi seluruh komponen pembelajaran yang terkait, dan dilakukan secara sistematis
dan  berkelanjutan,  baik  sebelum,  selama,  maupun  sesudah  pembelajaran berlangsung.  Refleksi  pembelajaran  dilakukan  dengan  kajian  yang  lebih  luas, baik  dari  aspek  pedagogik,  sosial,  moral,  dan  lain-lain.  Refleksi  pembelajaran demikian  akan  memberikan  informasi  yang  komprehensif  terhadap keterlaksanaan  dan  keberhasilan  pembelajaran  tema  yang  sedang  diajarkan. Dengan  temuan  refleksi  pembelajaran  tersebut  guru  dapat menindaklanjutinya untuk perbaikan proses dan hasil pembelajaran.





BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan

Refleksi merupakan sebuah teknik yang digunakan konselor dalam menanggapi pembicaraan konseli dengan memantulkan kembali kepada konseli tentang perasaan, pikiran, sikap dan pengalaman konseli terkandung di balik pernyataan konseli (perasaan dalam usaha untuk menciptakan hubungan baik antara konselor dengan klien dan menggali atau memberikan kesempatan kepada klien untuk engeksplorasi diri dan masalahnya).
Refleksi perasaan adalah teknik yang digunakan konselor untuk memantulkan perasaan/sikap yang terkandung dibalik pernyataan klien. Refleksi pikiran (content) yaitu keterampilan konselor untuk memantulkan ide, pikiran, pendapat konseli sebagai hasil pengamatan perilaku verbal dan non-verbal. Refleksi pengalaman yaitu keterampilan konselor untuk dapat memantulkan (merefleksikan) pengalaman-pengalaman konseli sebagai hasil pengamatan perilaku verbal dan non-verbal.

B.Saran
Teknik-teknik dalam bimbingan konseling sangat penting untuk dipelajari dan dipahami dalam proses belajar mengajar di karenakan dengan kita mengetahui dan mempelajari teknik-teknik bimbingan konseling kita mampu berpikir dengan baik dalam mengambil sebuah keputusan dengan bijak sehingga cara ataupun metode yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan dapat membantu, dan dapat mengarahkan seseorang atau kelompok agar menyadari dan mengembangkan potensi-potensi dirinya supaya bisa menentukan tujuan hidup.



DAFTAR PUSTAKA

Asman, Jamal Ma’mur. 2010. Panduan Efekif Bimbingan dan Konseling Di Sekolah.
Jogjakarta: Diva Press
Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah, dari Unit Birokrasi ke Lembaga
Akademik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 1
Yusuf, Syamsu dan A. Juntika Nurihsan. 2008. Landasan Bimbingan dan Konseling.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Prayitno& Amti Erman. 1999. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.PT. Rineka
Cipta Jakarta, hlm. 5
Nurihsan, A. Juntika. 2007. Bimbingan & Konseling dalam Berbagai Latar

Kehidupan. Bandung: Refika Aditama. hlm 20