KATA
PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah evaluasi pembelajaran yang membahas tentang makalah
pengertian pemetaan dan prinsip-prinsip pengembangan pemilihan tema dengan
lancar tanpa ada hambatan.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah untuk menjadi yang lebih baik
lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami,
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
2
Daftar Isi
2
BAB I PENDAHULUAN
4
Latar Belakang
4
Rumusan Masalah
4
Tujuan
4
BAB II PEMBAHASAN
5
Pengertian Pemetaan Tema
5
Peran Tema
6
Prinsip- Prinsip Pengembangan dan Pemilian Tema
6
a.
Cara
Penentuan atau Pemilihan tema
6
b.
Prinsip
Pengembangan atau Penentuan Tema
10
BAB III PENUTUP
13
Kesimpulan
13
DAFTAR PUSTAKA
13
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Istilah pembelajaran tematik sering disebut
juga pembelajaran terpadu dan dipersamakan dengan integrated teaching and
learning, integrated curriculum approach, a coherent curriculum approach.
Konsep ini telah lama di kemukakan oleh John Dewey sebagai upaya untuk mengintegrasikan
perkembangan dan pertumbuhan siswa-siswi dan kemampuan pengetahuannya (Beans,
1993 dalam Sa’ud, dkk., 2006).
Pembelajaran Tematik adalah pembelajaran
terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga
dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa, Tema adalah pokok
pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pembicaraan, Dengan tema diharapkan
akan memberikan keuntungan. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada
penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu. Oleh karena itu, guru harus
merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa.
Pengalaman belajar menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual yang menjadikan
proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang
dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa memperoleh keutuhan dan
kebulatan pengetahuan, selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik
disekolah dasar akan sangat membantu siswa, hal ini dilihat dari tahap
perkembangan siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah pengertian pemetaan tema?
2.
Apakah prinsip prinsip
pengembangan dan pemilihan tema?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetaui pengertian
pemetaan tema
2.
Untuk mengetaui prinsip prinsip
pengembangan dan pemilihan tema
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pemetaan Tema
Pemetaan tema adalah suatu kegiatan untuk
memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi,
kompetensi dasar dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan
dalam tema yang dipilih. Pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran
yang mengintregasikan materi pengajaran dan pengalaman belajar melalui
keterpaduan tema. Tema menjadi pengikat keterkaitan antara satu mata pelajaran
dengn mata pelajaran lainnya. Pada model pembelajaran ini guru menyajikan
pembelajaran dengan tema dan sub tema yang disepakati dan dihubungkan dengan
antar mata pelajaran sehingga siswa siswi memperoleh pandangan dan hubungan
yanag utuh tentang kegiatan darimata pelajaran yang berbeda – beda (Sukayati,
1998).
Sebgaimana Sukayati, Subroto (1998) menegaskan
bahwa dalam pembelajaran tematik yang juga disebut pembelajaran terpadu model
terkait, pelajaran dimulai dari suatu tema. Tema diramu dari kompetensi dasar
dan indikator dari beberapa mata pelajaran yang dijabarkan dalam konsep,
keterampilan atau kemampuan yang ingin dikembangkan dan didasarkan atas situasi
dan kondisi kelas, guru, madrasah dan lingkungan. Dengan demikian, menurut
Sukayati (2004) siswa siswi mempunyai otivasi tinggi karena pelajaran melalui
tema ini akan memudahkan mereka dalam meliat bagaimana berbagai kegiatan dan
gagasan dapat saling terkait tanpa harus melihat batas – batas pemisah beberapa
mata pelajaran.
Peran Tema
-
Siswa mudah memusatkan perhatian
pada satu tema/topik tertentu
-
Siswa dapat mempelajari dan
mengembangkan kompetensi dalam tema yang sama
-
Pemahaman materi lebih mendalam
dan berkesan
-
Kompetensi berbahasa bisa
berkembang lebih baik, dikaitkan dengan MP lain dan pengalaman siswa
-
Siswa merasakan manfaat dan makna
belajar karena materi disajikan dalam tema yang jelas
-
Gairah siswa meningkat karena bisa
berkomunikasi dalam situasi nyata
-
Waktu hemat karena MP disajikan
terpadu dapat disiapkan sekaligus (ada waktu untuk remedial, pemantapan,
pengayaan)
B. Prinsip Prinsip Pengembangan Dan Pemilihan
Tema
Pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran yang pengembangannya
dimulai dengan menentukan topik tertentu sebagai tema atau topik sentral.
Setelah tema ditetapkan, selanjutya tea itu dijadikan dasar untuk menentukan
dasar sub – sub tema dari bidang studi lain yang terkait (Fogarty, 1991; Hesty,
2008).
Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok
pembicaraan (Depdiknas, 2007). Selanjutnya, menurut Kunandar (2007:311), tema
merupakan alat atau wadah untuk mengedepankan berbagai konsep kepada anak didik
secara utuh.
a.
Cara penentuan tema atau pemilihan tema
Penentuan
tema dapat dilkukan ole guru melalui tema konseptual yang uumum tetapi
produktif, dapat pula ditetapkandengan negosiasi antara guru dengan siswa, atau
dengan cara berdiskusi sesama siswa. Alwasilah, dkk (1998: 16) menyebutkan
bahwa tema dapat diambil dari konsep atau pokok bahasan yang ada di sekitar lingkungan
siswa. Oleh karena itu, tema dapat dikembangkan berdasarkan minat dan kebutuhan
yang bergerak dari lingkungan terdekat siswa, kemudian beranjak ke lingkungan
terjauh siswa. Berikut ini ilustrasi yang diberikan dalam penentuan tema.
Pengembangan
tema
Berikut ini syarat yang harus diperhatikan dalam menentukan tema yang
akan dijadikan payung, yaitu:
·
Bersifat ‘fertil’, artinya tema tersebut memiliki kemungkinan keterkaitan
yang kaya dengan konsep lain. Tema yang bersifat ‘fertil’ ini biasanya berupa pla atau siklus.
·
Tema sebaiknya dikenal oleh siswa
atau bersifat familier, sehingga siswa dapat dengan mudah menemukan
kebermaknaan dari hubungan antar- konsepnya.
·
Tema memungkinkan untuk
dilakukannya eksplorasi dari objek atau kejadian nyata dan dekat dengan
lingkungan keseharian siswa sehingga pengembangan pengetahuan dan keterampilan
dapat dilakukan.
Setelah tema tersebut
disepakati, dikembangkan sub- sub tema dengan memperhatikan kaitannya dengan
bidang- bidang studi. Menurut BSNP (2006), setelah ditemukan tema yang
berfungsi sebagai pemersatu atau payung antar bidang studi yang dipadukan,
dilakukan pemetaan dengan memagi habis semua kompetensi dasar dan indikator
berdasarkan hasil analisis terhadap kompetensi dasar yang tela diakukan
sebelumnya. Kemudian dibuat diagram kaitan (jaringan) antara tema dengan
kompetensi dasar dan indikator di setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini
selanjutnya dijabarkan dalam satuan pembelajaran yang memuat aktivitas belajar
siswa.
Dalam menentukan tema
yang bermakna, kita harus meperhatikan dan mempertimbangkan pemikiran
konseptual, pengembangan keterampilan dan sikap, sumber belajar, hasil belajar
yang terukur dan terbukti, kesinambungan tema, serta aksi nyata, antara lain:
·
Pemikiran konseptual, tema yang baik tidak
hanya memberikan fakta- fakta kepada siswa. Tema yang baik bisa mengajak siswa
untuk menggunakan keterampilan berpikir yang lebih tenggi.
·
Pengembangan keterampilan dan sikap, tema yang
sudah disepakati bisa mengembangkan keterampilan siswa. Misalnya, keterampilan
berpikir, berkomunikasi, sosial,
eksplorasi, mengorganisasi, dan pengembangan diri. Pembentukan sikap juga harus
bisa diakomodasi dalam pilihan tema, seperti sikap mengargai, percaya diri,
kerja sama, komitmen, kreativitas, rasa ingin tahu, berempati, antusias,
mandiri, jujur, menghormati dan toleransi.
·
Kesinambungan tema, Kath Murdock (1998) dalam
bukunya Clasroom Connection-Strategies
for Intregated Learning menjelaskan
bahwa tema yang baik bisa mengakomodasi pengetahuan awal yang dimiliki siswa
sebelum belajar tentang sesuatu yang baru. Pengetahuan awal itu tentu sudah
dipelajari siswa sebelumnya.
·
Materi belajar utama dan tambahan. Materi dan
sumber pembelajaran tematik biasa kita bagi menjadi dua sumber dan materi,
yaitu utama dan tambahan. Contoh sumber atau materi belajar utama adalah para
ahli atau orang- orang yang mepunyai profesi atau kompetensi dasar dalam bidang
tertentu, tempat- tempat yang bisa dipelajari, suasana belajar di dalam
kelas, lngkungan, komunitas, dan kesenian.
Musik literatur, program komputer, dan internet adala sumber materi
pembelajaran tambahan bagi siswa. Dengan demikian, pemilihan tema harus juga
memperhatikan kesediaan kedua sumber belajar itu.
·
Terukur dan terbukti, guru juga perlu
memperhatikan hasil pembelajaran apa yang akan siswa capai dalam pembelajaran
tematik. Perlu juga menunjukan bukti- bukti itulah yang dinilai guru dan
dicatat sebagai bukti bagaimana siswa menguasai tema yang diajarkan, yang pada
akhirnya akan dijadikan bahan evaluasi dan laporan kepada orang tua siswa.
·
Kebutuhan siswa, dalam memilih tema, guru
perlu memperhatikan kebutuhan siswa apakah tema yang kita pilih bisa menjawab
kebutuhan siswa. Kebutuhan siswa yang lain bisa juga dilihat melalui
perkembangan psikologi (imajinasi), perkembangan mtorik, dan perkembangan
kebahasaan siswa.
·
Keseimbangan pemilian tema, pembelajaran yang
cocok dengan pembelajaran terpadu adala pembelajaran tematik. Dalam satu tahun
pembelajaran biasanya siswa bisa mempelajari 5-6 tema. Para guru hendaknya bisa
memilih bervariasi tema yang bisa mengakomodasi semua mata pelajaran.
·
Aksi nyata, pembelajaran tematik hendaknya
tidak hanya mengembangkan pengetahuan dan sikap siswa, tetapi juga bisa
membimbing siswa untuk melakukan aksi bermanfaat bagi orang lain dan lingkungan
dimana siswa hidup.
b.
Prinsip pengembangan atau penentuan tema
Menurut Tm Pusat
Kurikulum dari Departemen Pendidikan Nasional dalam menetapkan tema perlu
memperhatikan beberapa prinsip yaitu:
1.
Memperhatikan lingkungan yang
terdekat dengan siswa – siswi. Tema yang dipilih sebaiknya tema – tema yang ada
dalam kehidupan sehari – hari dan dialami anak (Sukandi dkk.,2003) mengangkat
realita sehari – hari dapat menarik
minat siswa – siswi dan meningkatkan keterlibatan siswa – siswi dalam
pembelajaran. Dalam pembelajaran tematik, anak belajar tentang dunia nyata
sehingga pencapaian kompetensi dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari –
hari. Pemelajaran lebih bermakna karena mudah dipaami. Kebermaknaan
pembelajaran sangat penting karena dapat memberikan pencerahan (insight) pada
anak, juga membuat anak termotivasi dalam belajar seingga mereka memiliki minat
tingi dalam pembelajaran (Samani,2007).
2.
Dari yang termudah menuju yang
sulit. Dari yang sederhana menuju yang kompleks. Pada tahapan usia sekolah
dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal – hal yang
sederhana ke hal – hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut,
maka perlu diperhatikan mengenai urusan
logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi (Tim
Pusat Kurikulum Balitbangdeppartemen Pendidikan Nasional, 2006).
3.
Dari konkrit menuju ke yang
abstrak, tetapi belajar dari fenomena kehidupan dan secara bertaap belajar
memecahkan problem kehidupan. Menurut Sukandi (2003), dunia anak adalah dunia
nyata. Tingkat perkembangan mental anak selalu dimulai dengan taap berpikir
nyata. Anak – anak biasannya peristiwa atau objek yang didalamnya memuat
sejumla konsep/ materi beberapa mata pelajaran. Misalnya, dalam berbelanja di
pasar, anak – anak dihadapkan pada hitung – menghitung (matematika), aneka
ragam makanan sehat (IPA), dialog tawar – menawar (Bahasa Indonesia),
penggunaan uang (IPS), tata cara dan etika jual beli (agama), dan mata
pelajaran lainnya. Anak belajar beranjak dari hal – hal yang konkrit yakni yang
dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik
penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan
lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang bermakna dan
bernilai, sebab siswa – siswi dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang
sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebiih
bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.
4.
Tema yang dipilih harus
memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa – siswi dan membangun
pemaaman konsep karena adanya sinergi pemaaman antar konsep yang dikemas dalam
tema.
5.
Ruang lingkup tema diseuaikan
dengan usia dan perkembangan siswa – siswi, termasuk minat dan kebutuhan. Dalam
pembelajaran tematik, berbagai mata pelajaran diubungkan dengan tema yang cocok
dengan kehidupan sehari – hari anak, bahkan diupayakan yang merupakan
kesenangan anak pada umumnya sehingga siswa – siswi tertarik mengikuti
pelajaran. Ketertarikan siswa – siswi pada “apa” yang dipelajari merupakan
“pintu” pertama belajar dan menjadi “kunci” keberhasilan belajar bisa menjadi
faktor kegagalan dalam belajar bagi siswa – siswi (Samani, 2007).
6.
Tema yang dipilih, menurut Sukandi
(2003) dapat mengembangkan tiga ranah sasaran pendidikan secara bersamaan,
yaitu kognitif (seperti gagasan konseptual tentang lingkungan di alam sekitar),
keterampilan (seperti memanfaatkan informasi, menggunakan alat, dan mengamati
gejala alam), dan sikap (jujur, teliti, tekun, menghargai perbedaan, dan
sebagainya).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran
terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga
dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik. Tema adalah pokok
pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan.
Tema pembelajaran tematik sebagai
alat/wahana pemersatu dari standar kompetensi setiap mata pelajaran yang dipadukan.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam menetapkan tema perlu memperhatikan
beberapa prinsip yaitu :
1. Memperhatikan
lingkungan yang terdekat dengan peserta didik.
2. Mulai
dari yang termudah menuju yang sulit.
3. Mulai
dari yang sederhana menuju yang kompleks
4. Dari
yang konkret menuju ke yang abstrak.
5. Tema
yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri peserta
didik.
DAFTAR PUSTAKA
Majid, Abdul. 2014.
Pembelajaran Tematik Terpadu, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Herry, Asep. Pembelajaran Tematik Dalam Implementasi
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Sekolah Dasar), Universitas Pendidikan
Indonesia
Puskur Balitbang Dep
Diknas. 2006. Model Pembelajaran Tematik
Samani, Muchlas.
2007. Menggagas Pendidikan Bermakna:
Integrasi Life Skill- KBK- CTL- MBS, Surabaya: SIC
Subroto, Tisno Hadi dan Ida Siti Herawati. 2003. Pembelajaran Terpadu, Jakarta: Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka
Sukandi, Ujang dkk.
2003. Belajar Aktif dan Terpadu: Apa,
Mengapa, dan Bagaimana?,
Surabaya: Duta Graha Pustaka