KATA PENGANTAR
Assalaamualikum wa rohmatullahi wa barakaatuh
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa
yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah kami yang berjudul “Administrasi, Kepemimpinan Dan Supervisi
Pendidikan”. Dalam penyusunan makalah ini kami mendapat bantuan dari banyak
sumber buku dan jurnal. Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen
yang terhormat Ibu Dr. Siti Fatimah Soenaryo, M.Pd.
Makalah
ini kami buat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Profesi Keguruan,
dengan harapan semoga makalah ini dapat menambahkan manfaat dan pengetahuan.
Khususnya bagi kami sebagai penyusun dan umumnya bagi pembaca. Amin ya robbal
alamin.
Menyadari
banyak kekurangan dari makalah kami, kami sangat mengharap
kritik
dan saran pembaca untuk melengkapi kekurangan dan kesalahan pada makalah kami.
Kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang terlibat dalam penyusunan
makalah
ini.
Malang,
3 Oktober 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI vi
PETA KONSEP xii-xiii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang.....................................................................................1
B.
Rumusan
Masalah................................................................................1
C.
Tujuan..................................................................................................2
BAB II ISI
A.
Peran Guru Dalam Administrasi
Sekolah.........................................3-7
B. Konsep
Dasar, Prinsip Dan Model Kepemimpinan.........................7-11
C. Peranan Dan
Fungsi Kepala Sekolah Sebagai
Pemimpin
Pendidikan....................................................................11-15
D. Definisi
Dan Tujuan Supervisi Pendidikan...................................15-16
E. Prinsip,
Teknik Serta Pendekatan Dalam Supervisi
Pendidikan.....................................................................................16-21
BAB III PENUTUP
Kesimpulan..............................................................................................22
Saran........................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA
xvi
LAMPIRAN POWER POINT
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Mendapatkan pendidikan adalah hak setiap manusia,
sedangkan mengamalkannya adalah kewajiban bagi setiap insan yang
mendapatkannya. Bukan hanya status murid yang membuat pendidikan menjadi sebuah
keharusan, bahkan setelah kita sudah menjadi seorang guru atau bahkan supervisi
sekalipun belajar dan mendapatkan pelajaran adalah sesuatu yang harus didapat
dan dipenuhi.
Dalam struktur kepemimpinan
pendidikan ada banyak hal yang harus diperhatikan mulai dari konsep dasar
kepemimpinan, prinsip dan model kepemimpinan, fungsi dan peran kepala
kepemimpinan, peranan dalam administrasi sekolah, serta berjalannya supervisi
pendidikan. Maju atau tidaknya pendidikan dalam lingkup sekolah sangat
berpengaruh terhadap pemimpinnya. Bahkan kualitas akan semakin meningkat jika pemimpinnya
sangat memperhatikan konsep, prinsip, model, serta fugsi dalam kepemimpinan
pendidikan.
Tidak hanya pemimpin pendidikan saja
yang memiliki pengaruh besar terhadap
perkembangan pendidikan dalam lingkup sekolah. Guru juga memegang tanggung
jawab yang cukup besar atas
berkembangnya siswa dan sekolah. Itulah seababnya diadakan supervisi
agar dapat meningkatkan kualitas guru serta mampu membentuk sosok pengajar yang
lebih baik lagi.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.) Bagaimana peran guru dalam administrasi sekolah?
2.) Apa saja konsep dasar, prinsip dan model kepimimpinan?
3.) Apa saja peran dan fungsi kepala sekolah sebagai
pemimpin pendidikan?
4.) Apa definisi dan tujuan supervisi
pendidikan?
5.) Apa saja hakikat, prinsip, teknik dan pendekatan supervise
pendidikan?
C. TUJUAN
1.)Untuk
mengetahui peran guru dalam administrasi sekolah
2.)Untuk
mengetahui konsep dasar, prinsip dan model kepemimpinan
3.)Untuk
mengetahui peran dan fungsi kepala sekolah
4.)Untuk
mengetahui definisi dan tujuan supervisi pendidikan
5.)Untuk
mengetahui hakikat, prinsip, teknik, dan pendekatan supervisi pendidikan
BAB II
ISI
A.
PERAN GURU
DALAM ADMINISTRASI SEKOLAH
Guru merupakan salah satu pelaku dalam kegiatan sekolah. Oleh karna itu, ia di tuntun untuk mengenal
tempat bekerjanya itu. Pemahaman tentang
apa yg terjadi di sekolah akan banyak membantu mereka memperlancar tugasnya
sebagai pengelola langsung proses belajar mengajar. Guru perlu memahami
faktor-faktor yg langsung dan tidak langsung menunjang proses belajar mengajar.
Bagi
guru, pemahaman tentang administrasi pengembangan kurikulum akan sangat
membantu dalam menerjemahkan kurikulum menjadi pengalaman belajar siswa.
Pemahaman tentang administrasi kesiswaan akan sangat membantu mereka dalam
menjalankan tugas. Di bawah ini, akan di uraikan kegiatan administrasi
pendidikan sekaligus peranan guru dalam pelaksanan administrasi pendirian:
1) Administrasi Kurikulum
Kurikulum dalam
proses pendidikan merupakan komponen yang teramat penting. Dikatakan demikian
karena kurikulum merupakan kegiatan dalam penyelenggaraan proses belajar
mengajar di sekolah. Kualitas keluaran proses pendidikan antara lain di
tentukan oleh kurikulum dan efektivitas pelaksanaannya.
2) Administrasi Kesiswaan
Isi
kegiatan Kedua dalam administrasi pendidikan adalah administrasi kesiswaan.
Administrasi kesiswaan di lakukan agar transformasi siswa menjadi lulusan yang
di kehendaki oleh tujuan pendidikan yang telah di tetapkan, dapat langsung
secara efektif dan efisien. Administrasi kesiswaan merupakan proses pengurusan
segala hal yang berkaitan dengan siswa di suatu sekolah mulai dari Perencanaan
penerimaan siswa, pembinaan siswa selama berada di sekolah, sampai dengan pengamatan pendidikannya
melalui penciptaan suasana yang kondusif terhadap berlangsungnya proses belajar
mengajar yang efektif. Tugas kepala sekolah dan para guru dalam hal ini adalah
memberikan layanan kepada siswa dengan memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan
tujuan pendidikan yang telah di terapkan.
3) Administrasi Sarana dan Prasarana
Untuk
menunjang pelaksanaan pendidikan di perlukan fasilitas pendukung yang sesuai
dengan tujuan kurikulum. Dalam mengelola fasilitas agar mempunyai manfaat yang
tinggi diperlukan aturan yang jelas, serta pengetahuan dan ketrampilan personil
sekolah dalam administrasi prasarana dan sarana tersebut. Administrasi sarana
dan prasarana pendidikan adalah keseluruan proses pengadaan, pendayagunaan, dan
pengawasan prasarana dan peralatan yang di gunakan untuk menunjang Pendidikan
agar tujuan pendidikan yang telah di tetapkan tercapai secara efektif dan
efisien.
Kegiatan dalam administrasi sarana dan
prasarana pendidikan meliputi: perencanaan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, inventarisasi,
pemeliharaan, dan penghapusan sarana dan prasarana pendidikan. Guru mempunyai
tugas dan peran dalam administrasi sarana dan prasarana pendidikan. Dalam hal
ini, guru lebih banyak berhubungan dengan sarana pengajaran, alat pelajaran,
alat peraga, dan media pengajaran lainnya dibandingkan dengan keterlibatannya
dengan prasarana pendidikan yang tidak langsung berhubungan. Peranan guru dalam
administrasi sarana dan prasarana di mulai dari perencanaan, pemanfaatan dan
pemeliharan, serta pengawasan penggunaan prasarana dan sarana yang di Maksud.
4) Administrasi Personel
Personel
pendidikan dalam arti luas meliputi guru, pegawai, dan siswa. Dalam pembahasan
ini yang di maksud dengan personel pendidikan adalah golongan petugas yang
membidangi Kegiatan edukatif dan yang membidangi kegiatan nonedukatif
(ketatausahaan). Personel bidang edukatif adalah mereka yang bertanggung jawab
dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu guru dan konselor (BK) Sedangkan yang termasuk
dalam kelompok personel bidang nonedukatif adalah petugas tata usaha dan
penjaga atau pesuruh sekolah. Semua personel atau pegawai tersebut mempunyai
Peranan masing-masing dalam kelancaran jalannya
Pendidikan dan pengajaran di sekolah.
5) Administrasi Keuangan Sekolah
a. Pengertian Administrasi Keuangan Sekolah
Administrasi Keuangan Sekolah merupakan salah satu
substansi manajamen sekolah yang akan turut menentukan berjalannya kegiatan pendidikan di sekolah. Sebagaimana
yang terjadi di substansi manajemen pendidikan pada umumnya, kegiatan manajemen
keuangan dilakukan melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengkoordinasian, pengawasan atau pengendalian. Beberapa kegiatan manajemen
keuangan yaitu memperoleh dan menetapkan sumber-sumber pendanaan, pemanfaatan
dana, pelaporan, pemeriksaan dan pertanggungjawaban (Lipham, 1985; Keith,
1991).
Menurut
Depdiknas (2000) bahwa Administrasi Keuangan Sekolah merupakan tindakan
pengurusan/ketatausahaan keuangan yang meliputi pencatatan, perencanaan,
pelaksanaan, pertanggungjawaban dan pelaporan. Dengan demikian, manajemen
keuangan sekolah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas mengatur keuangan
sekolah mulai dari perencanaan, pembukuan, pembelanjaan, pengawasan dan
pertanggung-jawaban keuangan sekolah.
Pembiayaan pendidikan hendaknya dilakukan secara efisien. Makin efisien
suatu sistem pendidikan, semakin kecil dana yang diperlukan untuk pencapaian
tujuan-tujuan pendidikan. Untuk itu, bila sistem keuangan sekolah dikelola
secara baik akan meningkatkan efisiensi penyelenggaraan pendidikan. Artinya,
dengan anggaran yang tersedia, dapat mencapai tujuan-tujuan pendidikan secara
produktif, efektif, efisien, dan relevan antara kebutuhan di bidang pendidikan
dengan pembangunan masyarakat. Untuk mencapai hal-hal seperti di atas maka
diperlukan adanya proses merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan,
mengkoordinasikan, mengawasi, dan melaporkan kegiatan bidang keuangan agar
tujuan sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Melalui kegiatan Administrasi Keuangan
Sekolah maka kebutuhan pendanaan kegiatan sekolah dapat direncanakan,
diupayakan pengadaannya, dibukukan secara transparan, dan digunakan untuk
membiayai pelaksanaan program sekolah secara efektif dan efisien. Untuk itu
tujuan Administrasi Keuangan Sekolah adalah:
1.
Meningkatkan
efektivitas dan efisiensi penggunaan keuangan sekolah
2.
Meningkatkan
akuntabilitas dan transparansi keuangan sekolah
3.
Meminimalkan
penyalahgunaan anggaran sekolah
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka
dibutuhkan kreativitas kepala sekolah dalam menggali sumber-sumber dana,
menempatkan bendaharawan yang menguasai dalam pembukuan dan pertanggung-jawaban
keuangan serta memanfaatkannya secara benar
sesuai
peraturan perundangan yang berlaku.
b.
Perencanaan
administrasi keuangan sekolah
Perencanaan atau planning sebagaimana
dikatakan oleh Luther M.Gulick: “Planning that is working out broad outline the
things that need to be done and the methods for doing them to acomplish the
purpose set for enterprise” (Percy
E.Burrup, 1962: 114). Perencanaan adalah aktivitas atau kegiatan
menyusun garis-garis besar yang luas tentang hal-hal yang akan dikerjakan dan
cara-cara mengerjakannya untuk mecapai tujuan tertentu. Perencanaan dapat
diartikan sebagai proses penyusunan berbagai keputusan yang akan dilaksanakan
pada masa yang akan datang untk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
6) Administrasi Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat
Administrasi hubungan sekolah dan masyarakat merupakan seluruh proses
kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh
serta pembinaan secara kentinu untuk mendapatkan simpati dari masyarakat pada
umumnya serta dari publiknya pada
khususnya, sehingga kegiatan operasional sekolah/ pendidikan semakin efektif
dan efesien, demi membantu tercapainya tujuan pendididkan yang telah ditetapkan
(Ary H Gunawan, 2002: 186).
Keberadaan sekolah adalah didorong
oleh kebutuhan masyarakat, karena itu tanggung jawab pendidikan di sekolah
merupakan tanggung jawab masyarakat, keluarga, dan pemerintah. Berdasarkan itu seharusnya ada hubungan yang selalu
meningkatkan antara keduanya. Akan tetapi antara keduanya nampaknya ada jarak
seperti jurang. Perubahan sifat, tujuan, dan metode mengajar menuntut adanya
hubungan itu. Dari pihak lain masyarakat pun menuntut perubahan pendidikan itu
di Indonesia sarana hubungan sekolah dan masyarakat telah terjalin. Dari uraian
diatas dapat dipahami bahwa hubungan dengan masyarakat bagi suatu sekolah
adalah hubungan dua arah antara sekolah dengan masyarakat untuk
mengkomunikasikan atau memusyawarahkan ide-ide dan nformasi-informasi tertentu
yang berguna bagi peningkatan pendidikan.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan guru dalam
kegiatan hubungan sekolah dan masyarakat, diantaranya sebagai berikut:
1.
Membantu
kepala sekolah dalam melaksanakan teknik-teknik hubungan sekolah dengan
masyarakat.
2.
Ikut
serta dalam terlibat dalam kegiatan
–kegiatan kemasyarakatan.
3.
Melaksanakan
kode etik guru, supaya dapat di ketahui oleh masyarakat. Berkomunikasi secara
berkala dengan keluarga, yaitu: orang tua atau wali tentang kemajuan anak
mereka dalam belajar dan berprestasi.
4.
Bekerjasama
dengan masyarakat untuk menjaring anak yang tidak bersekolah, mengajak dan
memasukkannya ke sekolah.
5.
Menjelaskan
manfaat dan tujuan sekolah kepada orang tua peserta didik
7) Administrasi Layanan Khusus
Proses belajar mengajar memerlukan
dukungan fasilitas yang secara langsunh di pergunakan di kelas, fasilitas yang
di maksud antara lain adalah pusat sumber belajar, usaha kesehatan
sekolah, kriteria sekolah. Guru memegang peranan penting dalam
administrasi fasilitas ini.
Layanan
khusus adalah suatu usaha yang tidak secara langsung bersamaan dengan proses
belajar mengajar di kelas tetapi secara bergiliran di berikan oleh siswa kepada
para siswanya agar mereka optimal dalam melaksanakan proses belajar. 3
contoh jenis layanan khusus yaitu pusat
sumber belajar, usaha kesehatan sekolah, dan kaferia/warung/kantin sekolah.
B. KONSEP
DASAR, PRINSIP DAN MODEL KEPEMIMPINAN
A.
Konsep Dasar Kepemimpinan
Kepemimpinan menurut sejarah, masa
“kepemimpinan” muncul pada abad 18. Ada beberapa pengertian kepemimpinan,
antara lain:
a.
Kepemimpinan adalah
pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses
komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu (Tannebaum,
Weschler and Nassarik, 1961, 24).
b.
Kepemimpinan adalah
sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957, 7).
c.
Kepemimpinan adalah
suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok
yang diatur untuk
mencapai tujuan bersama (Rauch & Behling, 1984, 46).
d.
Kepemimpinan adalah
kemampuan seni atau tehnik untuk membuat sebuah kelompok atau orang mengikuti
dan menaati segala keinginannya.
e.
Kepemimpinan adalah
suatu proses yang memberi arti (penuh arti kepemimpinan) pada kerjasama dan
dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan (Jacobs &
Jacques, 1990, 281).
Banyak
definisi kepemimpinan yang menggambarkan asumsi bahwa kepemimpinan dihubungkan
dengan proses mempengaruhi orang baik individu maupun masyarakat. Dalam kasus
ini, dengan sengaja mempengaruhi dari orang ke orang lain dalam susunan
aktivitasnya dan hubungan dalam kelompok atau organisasi. John C. Maxwell
mengatakan bahwa inti kepemimpinan adalah mempengaruhi atau mendapatkan pengikut.
Menurut
James A.F Stonen, tugas utama seorang pemimpin adalah:
1.
Pemimpin bekerja dengan
orang lain
Seorang pemimpin
bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasannya,
staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organisasi sebaik orang diluar
organisasi
2.
Pemimpin adalah
tanggung jawab dan mempertanggungjawabkan (akuntabilitas)
Seorang pemimpin
bertanggungjawab untuk menyusun tugas menjalankan tugas, mengadakan evaluasi,
untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk
kesuksesan stafnya tanpa kegagalan
3.
Pemimpin menyeimbangkan
pencapaian tujuan dan prioritas
Proses
kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat menyusun tugas dengan
mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus dapat
mendelegasikan tugas-tugasnya kepada staf. Kemudian pemimpin harus dapat
mengatur waktu secara efektif,dan menyelesaikan masalah secara efektif.
4.
Pemimpin harus berpikir
secara analitis dan konseptual
Seorang pemimpin
harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya dapat
mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat menguraikan
seluruh pekerjaan menjadi lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lain
5.
Pemimpin adalah seorang
mediator
Konflik
selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus
dapat menjadi seorang mediator (penengah)
6.
Pemimpin adalah
politisi dan diplomat
Seorang pemimpin
harus mampu mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang pemimpin
harus dapat mewakili tim atau organisasinya
B.
Prinsip-
Prinsip Dasar Kepemimpinan
Prinsip, sebagai paradigma terdiri dari
beberapa ide utama berdasarkan motivasi pribadi dan sikap serta mempunyai
pengaruh yang kuat untuk membangun dirinya atau organisasi. Menurut Stephen R.
Covey (1997), prinsip adalah bagian dari suatu kondisi, realisasi dan
konsekuensi. Mungkin prinsip menciptakan kepercayaan dan berjalan sebagai
sebuah kompas/petunjuk yang tidak dapat dirubah. Prinsip merupakan suatu pusat
atau sumber utama sistem pendukung kehidupan yang ditampilkan dengan 4 dimensi
seperti; keselamatan, bimbingan, sikap yang bijaksana, dan kekuatan.
Karakteristik seorang pemimpin didasarkan kepada prinsip-prinsip (Stephen R.
Covey) sebagai berikut:
a. Seorang
yang belajar seumur hidup
Tidak hanya melalui pendidikan formal,
tetapi juga diluar sekolah. Contohnya, belajar melalui membaca, menulis,
observasi, dan mendengar. Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk
sebagai sumber belajar.
b.
Berorientasi pada
pelayanan
Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi
melayani, sebab prinsip pemimpin dengan prinsip melayani berdasarkan karir
sebagai tujuan utama. Dalam memberi pelayanan, pemimpin seharusnya lebih
berprinsip pada pelayanan yang baik.
c. Membawa
energi yang positif
Setiap orang mempunyai energi dan
semangat. Menggunakan energi yang positif didasarkan pada keikhlasan dan
keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif
untuk membangun hubungan baik. Seorang pemimpin harus dapat dan mau bekerja
untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan. Oleh karena itu,
seorang pemimpin harus dapat menunjukkan energi yang positif, seperti :
1.
Percaya pada orang lain
2.
Seorang pemimpin
mempercayai orang lain termasuk staf bawahannya, sehingga mereka mempunyai
motivasi dan mempertahankan pekerjaan yang baik. Oleh karena itu, kepercayaan
harus diikuti dengan kepedulian.
3. Keseimbangan
dalam kehidupan
4.
Seorang pemimpin harus
dapat menyeimbangkan tugasnya. Berorientasi kepada prinsip kemanusiaan dan keseimbangan
diri antara kerja dan olah raga, istirahat dan rekreasi. Keseimbangan juga
berarti seimbang antara kehidupan dunia dan akherat.
5. Melihat
kehidupan sebagai tantangan
6.
Kata ‘tantangan’ sering
di interpretasikan negatif. Dalam hal ini tantangan berarti kemampuan untuk
menikmati hidup dan segala konsekuensinya. Sebab kehidupan adalah suatu
tantangan yang dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang datang dari dalam diri
sendiri. Rasa aman tergantung pada inisiatif, ketrampilan, kreatifitas,
kemauan, keberanian, dinamisasi dan kebebasan.
7. Sinergi
8.
Orang yang berprinsip
senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis perubahan. Mereka selalu
mengatasi kelemahannya sendiri dan lainnya. Sinergi adalah kerja kelompok dan
memberi keuntungan kedua belah pihak. Menurut The New Brolier Webster
International Dictionary, Sinergi adalah satu kerja kelompok, yang mana memberi
hasil lebih efektif dari pada bekerja secara perorangan. Seorang pemimpin harus
dapat bersinergis dengan setiap orang atasan, staf, teman sekerja.
9. Latihan
mengembangkan diri sendiri
10.
Seorang pemimpin harus
dapat memperbaharui diri sendiri untuk mencapai keberhasilan yang tinggi. Tidak
hanya berorientasi dengan proses, namun beusaha memperbaiki dan mengembangkan
pribadi menjadi lebih baik lagi. Dalam mencapai kepemimpinan yang berprinsip
tidaklah mudah, karena ada beberapa kendala dalam bentuk kebiasaan buruk,
misalnya:
(1) kemauan dan keinginan sepihak
(2) kebanggaan dan penolakan
(3) ambisi pribadi
Untuk mengatasi hal tersebut, memerlukan
latihan dan pengalaman yang terus-menerus. Latihan dan pengalaman sangat
penting untuk mendapatkan perspektif baru yang dapat digunakan sebagai dasar
dalam pengambilan keputusan.
Hukum
alam tidak dapat dihindari dalam proses pengembangan pribadi. Perkembangan
intelektual seseorang seringkali lebih cepat dibanding perkembangan emosinya.
Oleh karena itu, sangat disarankan untuk mencapai keseimbangan diantara
keduanya, sehingga akan menjadi faktor pengendali dalam kemampuan intelektual.
Pelatihan emosional dimulai dari belajar mendengar. Mendengarkan berarti sabar,
membuka diri, dan berkeinginan memahami orang lain. Latihan ini tidak dapat
dipaksakan. Langkah melatih pendengaran adalah bertanya, memberi alasan, memberi
penghargaan, mengancam dan mendorong. Dalam proses melatih tersebut, seseorang
memerlukan pengontrolan diri, diikuti dengan memenuhi keinginan orang.
Mengembangkan
kekuatan pribadi akan lebih menguntungkan dari pada bergantung pada kekuatan
dari luar. Kekuatan dan kewenangan bertujuan untuk melegitimasi kepemimpinan
dan seharusnya tidak untuk menciptakan ketakutan. Peningkatan diri dalam
pengetahuan, ketrampilan dan sikap sangat dibutuhkan untuk menciptakan seorang
pemimpin yang berpinsip karena seorang pemimpin seharusnya tidak hanya cerdas
secara intelektual, tetapi juga cerdas emosional dan spiritual.
C.
Model
Kepemimpinan
Model kepemimpinan pada dasarnya
mengandung pengeertian sebagi perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang
menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk
suatu pola atau bentuk tertentu.
Bentuk
Model Kepemimpinan
1.
Model Kepemimpinan
Demokratis
Orang-orang yang dipimpinnya
sebagai subjek usaha untuk memanfaatkan kemampuan setiap orang yang ada dalam
organisasi untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Mengambil keputusan
sangat mementingkan diskusi dan musyawarah.mengutamakan kerjasama
2.
Model Kepemimpinan
Otoriter
Menempatkan kekuasaan di tangan satu
orang atau sekelompok kecil. Pemimpin
bertindak
sebagai penguasa tunggal. Kedudukan bawahan semata-mata sebagai pelaksana
keputusan,perintah, dan bahkan kehendak pimpinan.
3.
Model Kepemimpinan
Bebas Tindak
a.
Merupakan pimpinan
pffisial
b.
Pimpinan melimpahkan
wewenang sepenuhnya kepada bawahan
c.
Karyawan menentukan
sendiri kegiatan tanpa pengarahan, supervisi dan koordinasi
d.
Keputusan lebih banyak
dibuat oleh para bawahan
e.
Kebijaksanaan lebih
banyak dibuat oleh para bawahan
f.
Karyawan mengevaluasi
pekerjaan sesuai dengan caranya sendiri
4. Model
Kepemimpinan Partisipatif
a.
Gabungan antara
otokratik dan demokratik
b.
Pemimpin menyampaikan
hasil analisa masalah dan mengusulkan tindakannya
c.
Staf diminta saran dan kritiknya
serta mempertimbangkan respon staf terhadap usulnya
5.
Keputusan Akhir Oleh
Kelompok
Menurut Gillies (1994) menyimpulkan
bahwa tidak ada gaya kepemimpinan yang jelek dan tidak ada kepemimpinan yang
selalu tepat untuk semua situasi.
C.
PERANAN
DAN FUNGSI KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PEMIMPIN PENDIDIKAN
Sebagai pemimpin pendidikan, kepala
madrasah memegang peranan yang penting dalam meletakkan pondasi pendidikan bagi
pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia di lembagannya. Oleh karena
itu, kepala madrasah harus membekali dirinya dengan jiwa kepemimpinan, inivasi,
kompetensi, skill dan kreativitas yang tinggi agar lembaganya dapat berkembang
dengan pesat. Hal ini sesuai dengan kepmendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang
standar kompetensi yang harus dimiliki oleh Kepala Sekolah/Kepala Madrasah,
yaitu; kompetensi kepribadian,kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan,
kompetensi supervise dan kompetensi sosial.
Dalam prakteknya di lapangan, Kepala
madrasah menghadapi tanggung jawab yang berat, untuk itu ia harus memiliki
persiapan memadai dalam melaksanakan
pekerjaannya, khususnya dalam meningkatkan kompetensi
tenaga pendidikan di lembaga yang dipimpinnya, sehingga mampu menciptakan
sesuatu pendidikan dan pembelajaran yang efektif dan efesien. Hal ini diperlukan, mengingat guru merupakan
ujung tombak dari kegiataan pendidikan dan pembelajaran yang menjadi motivator
bagi peserta didik dalam memacu aktivitas belajarnya, guru merupakan sosok yang
menjadi panutan atau uswah hasanah yang
mampu mengarahkan dan mengbah perilaku dan karakter peserta didik kearah yang
lebih baik, bahkan lebih dari itu, guru merupakan orang yang paling bertanggung
jawab dalam dalam melahirkan generasi penerus bangsa yang memiliki keilmuan,
akhlakul karimah dan kedalaman sepiritual yang menjadi ujuang tombak bagi
kemajuan suatu bangsa.
Teori tentang kepemimpinan
memang terus berkembang seiring dengan
perkembangan zaman, dan sampai saat ini terdapat empat
fase pendekatan. Pertama, pendekatan berdasarkan sifat-sifat (trait) kepribadian
umum yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Kedua, berdasarkan
pendekatan tingkah laku pemimpin. Ketiga, berdasarkan pendekatan situasional. Keempat, pendekatan
kembali
kepada sifat atau ciri
pemimpin yang menjadi acuan bagi
orang lain.
Pendekatan perilaku
merupakan suatu pendekatan yang berdasarkan
pemikiran bahwa keberhasilan atau kegagalan seorang pemimpin
ditentukan oleh sikap dan gaya kepemimpinan yang dilakukan
oleh pemimpin. Sikap dan gaya kepemimpinan itu akan tampak
ketika pemimpin itu memberi perintah, membagi tugas dan wewenangnya,
cara berkomunikasi, cara mendorong semangat kerja bawahan,
cara memberi bimbingan dan pengawasan, cara membina disiplin
kerja bawahan, cara memimpin rapat anggota, cara mengambil
putusan, dan lain sebagainya.
Perilaku yang mendukung
adalah sejauh mana seorang pemimpin dapat melibatkan diri dalam komunikasi
dua arah, misalnya mendengar, menyediakan dukungan dan
dorongan, memudahkan interaksi, dan melibatkan para pengikut
dalam pengambilan suatu keputusan. Pada tahun-tahun selanjutnya berkembanglah
kajian-kajian kepemimpinan yang
mendasarkan pada teori kemungkinan. Teori kemungkinan
disebut juga dengan teori situasional yang mendasarkan
bukan pada tingkah laku seorang pemimpin, melainkan
pada efektivitas kepemimpinan dipengaruhi oleh situasi tertentu.
Dalam situasi tertentu memerlukan gaya kepemimpinan tertentu,
demikian pula pada situasi yang lain memerlukan gaya kepemimpinan
yang lain pula. Hal ini sejalan
dengan yang diungkapkan oleh Tannenbaum bahwa
gaya kepemimpinan yang baik adalah perpaduan yang serasi antara suatu macam
gaya dengann struktur tugas dan kekuatan sosial. Pendekatan ini melihat bahwa pemimpin
yang efektif adalah yang bisa fleksibel, mampu memilih.
Kepala madrasah adalah
padanan dari shcool principal, yang tugas kesehariannya menjalankan principalship
atau kekepala sekolahan. Istilah kekepala sekolahan mengandung makna
sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi sebagai
kepala sekolah. Penjelasan ini dipandang penting, karena terdapat beberapa
istilah untuk menyebut jabatan kepala sekolah, seperti administrasi sekolah,
pimpinan sekolah manajer sekolah, dan lain-lain. Kepala madrasah adalah tenaga
fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana
diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi
antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.
Kepala madrasah mempunyai lima fugsi utama.
1)
Pertama,
Bertanggungjawab atas keselamatan, kesejahteraan, dan perkembangan murid-murid yang ada di lingkungan madrasah.
Bertanggungjawab atas keselamatan, kesejahteraan, dan perkembangan murid-murid yang ada di lingkungan madrasah.
2)
Kedua,
Bertanggungjawab atas
keberhasilan dan kesejahteraan profesi guru.
3)
Ketiga,
Berkewajiban memberikan
layanan sepenuhnya yang berharga bagi murid-murid dan guru-guru yang mungkin
dilakukan melalui pengawasan resmi yang lain.
4)
Keempat,
Bertanggungjawab mendapatkan
bantuan maksimal dari semua institusi pembantu.
5)
Kelima,
Bertanggung jawab untuk
mempromosikan murid-murid terbaik melalui berbagai cara.
Tugas
pokok dan fungsi kepala madrasah sebagai pemimpin
pendidikan adalah:
pendidikan adalah:
1)
Perencanaan
sekolah dalam arti menetapkan arah sekolah
sebagai lembaga pendidikan dengan cara merumuskan visi, misi,
tujuan, dan strategi pencapaian.
sebagai lembaga pendidikan dengan cara merumuskan visi, misi,
tujuan, dan strategi pencapaian.
2)
Mengorganisasikan
sekolah dalam arti mebuat membuat
struktur organiasasi (stucturing), menetapkan staff (staffing) dan
menetapkan tugas dan fungsi masing-masing staff
(functionalizinng)
struktur organiasasi (stucturing), menetapkan staff (staffing) dan
menetapkan tugas dan fungsi masing-masing staff
(functionalizinng)
3)
Menggerakkan
staf dalam arti memotivasi staf melalui internal
marketing dan memberi contoh external marketing.
marketing dan memberi contoh external marketing.
4)
Mangawasi
dalam arti melakukan supervisi, mengendalikan, dan
membimbing semua staf dan warga sekolah.
membimbing semua staf dan warga sekolah.
5)
Mengevaluasi
proses dan hasil pendidikan untuk dijadikan dasar
peningkatan dan pertumbuhan kualitas, serta melakukan problem
solving baik secara analitis sistematis maupun pemecahan
masalah secara kreatif, dan menghindarkan serta menanggulangi
konflik.
peningkatan dan pertumbuhan kualitas, serta melakukan problem
solving baik secara analitis sistematis maupun pemecahan
masalah secara kreatif, dan menghindarkan serta menanggulangi
konflik.
Dalam
perspektif kebijakan pendidikan nasional, terdapat tujuh peran
utama kepala sekolah yaitu, sebagai :
utama kepala sekolah yaitu, sebagai :
1)
Educator
2)
Manager
3)
Administrator
4)
Supervisor
5)
Leader
6)
Pencipta
iklim kerja wirausahawan
D. DEFINISI DAN TUJUAN SUPERVISI
PENDIDIKAN
a. Definisi
Supervisi Pendidikan
Supervisi menurut
asal-usul(etimologi), bentuk perkataan(morfologi), dan isi yang terkandung dalam perkataan(semantic) tersebut adalah bahwa
supervisi berasal dari kata bahasa inggris. Super dan vision berarti melihat.
Serumpun dengan inspeksi yang berasala dari istilah bahasa Belanda inspectie.
Di dalam bahasa Inggris dikenal inspection. Kedua kata tersebut berarti
pengawasan, yang terbatas kepada pengertian mengawasi bawahan(dalah hal ini
guru menjalankan apa yang telah di instruksikan oleh atasannya, dan bukan
berusaha membantu guru itu (Ngalim Purwanto, 1990).
Secara harfiah katasupervisi
sama dengan membangun, meningkatkan atau memperbaiki (Wojowasito, 1980:52).
Secara sematik supervisi diartikan pembinaan atau perbaikan ke arah yang lebih
baik untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Sedangkan menurut
etimologi supervisi mempunyai arti pengawasan. Dalam supervisi dikenal istilah
supervisor yaitu yang mengawasi berjalannya supervisi. Maka dalam supervisi,
supervisor dan guru adalah teman sejawat dalam memecahkan masalah-masalah
pengajaran di kelas.
b. Tujuan Supervisi
Untuk meningkatkan layanan bantuan belajar mengajar di kelas supaya
lebih baik, mengembangkan potensi mengajar dan kualitas guru. Supervisi
dilakukan untuk
memperbaiki cara mengajar guru bukan mengubah kepribadian guru. Seperti
yang dikemukakan Olive bahwa sasaran supervisi pendidikan adalah :
1. Mengembakan kurrikulum yang sedang dilaksanakan di sekolah
2. Meningkatkan proses belajar mengajar di sekolah
3. Mengembangkan seluruh staf di sekolah
Yang mana kegiatan supervisi bermanfaat untuk meningkatkan akreditasi untuk
melakukan perbaikan mutu.
E. PRINSIP,
TEKNIK SERTA PENDEKATAN DALAM SUPERVISI PENDIDIKAN
a.Prinsip
Supervisi Pendidikan
- Prinsip ilmiah (scientific)
prinsip ini mengandung ciri-ciri sebagai berikut: (a) kegiatan
supervisi dilaksanakan berdasarkan data objektif yang diperoleh dalam kenyataan
pelaksanaan proses belajar mengajar. (b) untuk memperoleh data perlu
diterapkan alat perekam data, seperti angket, observasi, percakapan pribadi,
dan seterusnya. (c) setiap kegiatan supervisi dilaksanakan secara
sistematis, berencana dan kontinu.
- Prinsip Demokratis
Maksudnya adalah servis dan bantuan yang diberikan
kepada guru berdasarkan hubungan kemanusiaan yang akrab dan kehangatan sehingga
guru-guru merasa aman untuk mengembangkan tugasnya.
- Prinsip kerjasama
Yaitu mengembangkan usaha bersama atau menurut istilah
supervisi ‘sharing of idea, sharing of experience’, memberi support atau
mendorong, menstimulasi guru, sehingga mereka merasa tumbuh bersama.
- Prinsip konstruktif dan kreatif
Setiap guru akan merasa termotivasi dalam
mengembangkan potensi kreativitas kalau supervisi mampu mencipakan suasana
kerja yang menyenangkan, bukan melalui cara-cara yang menakutkan.
b.Teknik Supervisi
Seorang guru yang mendapat layanan supervisi akan mengalami proses
belajar. Ia akan melakukan refleksi dari pengalaman mengajarnya dan dengan
bantuan
supervisor berusaha untuk memperbaiki prilaku belajarnya. Dengan
demikian, teknik supervisi yang dipakai untuk membantu guru harus didasarkan
kepada teori dan prinsip belajar. Pengetahuan tentng teori belajar ini dapat
diperoleh dari disiplin ilmu psikologi belajar. Di bawah ini diuraikan satu
persatu pendekatan dan teknik dalam supervisi yang didasarkan atas aliran
psikologi yang menjelaskan tentang proses belajar.
Pendekatan Humanitas
Pendekatan
humanistik timbul dari keyakinan bahwa guru tidak dapat diperlakukan sebagai
sebagai alat semata- mata untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar. Guru
bukan masukan mekanistik dalam proses pembinaan, dan tidak sama dengan masukan
sistem lain yang bersifat kebendaan. Dalam proses pembinaan, guru mengalami
perkembangan secara terus menerus, dan program supervisi harus dirancang untuk
mengikuti pola perkembangan itu. Belajar harus dilakukan melalui pemahaman
tentang pengalaman nyata yang
diambil secarar rill.
Teknik supervisi yang digunakan oleh para supervisor yang menggunakan humanistik tidak mempunyai format yang standar, tetapi tergantung pada kebutuhan guru. Mungkin ia hanya melakukan observai tanpa melakukan analisis dan interpretasi, mungkin ia hanya mendengar tanpa membuat observasi atau mengatur penataan dengan atau tanpa memberi sumber dan bahan belajar yang diminta guru. Jika tahapan supervisi dibagi menjadi tiga bagian (pembicaraan awal), observasi,analisis ,dan interpretasi serta (pembicaraan akhir), maka supervisi dilakukan sebagai berikut :
1. Pembicaraan awal
Dalam pembicaraan awal, supervisor memancing apakah dalam mengajar guru menemui kesulitan. Pembicaraan ini dilakukan secara informal. Jika dalam pembicaraan ini guru tidak minta dibantu, maka proses supervisi akan berhenti. Ini disebut dengan titik lanjutan atau berhenti (go – or – no- point)
2. Observasi.
Jika guru perlu bantuan, supervisor mengadakan observasi kelas. Dalam observasi kelas, supervisor masuk kelas dan duduk dibelakang tanpa mengambil catatan. Ia mengamati kegiatan kelas.
3. Analisis dan interpretasi.
Sesudah melakukan observasi, supervisor kembali kekantor memikirkan kemungkinan kekeliruan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Jika menurut supervisor, guru telah menemukan jawaban maka supervior tidak akan memberikan nasihat kalau tidak diminta. Apabila diminta nasehat oleh guru, supervisor hanya melukiskan keadaan kelas tanpa memberikan penilaian. Kemudian menanyakan apakah yang dapat dilakukan oleh guru tersebut untuk memperbaiki situasi itu. Kalau diminta sarannya supervisor akan memberikan kesempatan kepada guru untuk mencoba cara lain yang kireanya tepat dalam upaya mengawasi kesulitannya.
4. Pembicaraan akhir.
Jika perbaikan telah dilakukan, pada periode ini guru dan supervisor mengadakan pembicaraan akhir. Dalam pembicaraan akhir ini, supervisor berusaha membicarakan apa yang sudah dicapai guru, dan menjawab kalau ada pertanyaan dan menanyakan kalau – kalau guru perlu bantuan lagi.
5. Laporan.
Laporan disampaikan secara deskriptif dengan interpretasi berdasarkan judgment supervisor. Laporan ini ditulis untuk guru, kepala sekolah atau atas kepala sekolah (kakandep), untuk bahan perbaikan selanjutnya.
Teknik supervisi yang digunakan oleh para supervisor yang menggunakan humanistik tidak mempunyai format yang standar, tetapi tergantung pada kebutuhan guru. Mungkin ia hanya melakukan observai tanpa melakukan analisis dan interpretasi, mungkin ia hanya mendengar tanpa membuat observasi atau mengatur penataan dengan atau tanpa memberi sumber dan bahan belajar yang diminta guru. Jika tahapan supervisi dibagi menjadi tiga bagian (pembicaraan awal), observasi,analisis ,dan interpretasi serta (pembicaraan akhir), maka supervisi dilakukan sebagai berikut :
1. Pembicaraan awal
Dalam pembicaraan awal, supervisor memancing apakah dalam mengajar guru menemui kesulitan. Pembicaraan ini dilakukan secara informal. Jika dalam pembicaraan ini guru tidak minta dibantu, maka proses supervisi akan berhenti. Ini disebut dengan titik lanjutan atau berhenti (go – or – no- point)
2. Observasi.
Jika guru perlu bantuan, supervisor mengadakan observasi kelas. Dalam observasi kelas, supervisor masuk kelas dan duduk dibelakang tanpa mengambil catatan. Ia mengamati kegiatan kelas.
3. Analisis dan interpretasi.
Sesudah melakukan observasi, supervisor kembali kekantor memikirkan kemungkinan kekeliruan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Jika menurut supervisor, guru telah menemukan jawaban maka supervior tidak akan memberikan nasihat kalau tidak diminta. Apabila diminta nasehat oleh guru, supervisor hanya melukiskan keadaan kelas tanpa memberikan penilaian. Kemudian menanyakan apakah yang dapat dilakukan oleh guru tersebut untuk memperbaiki situasi itu. Kalau diminta sarannya supervisor akan memberikan kesempatan kepada guru untuk mencoba cara lain yang kireanya tepat dalam upaya mengawasi kesulitannya.
4. Pembicaraan akhir.
Jika perbaikan telah dilakukan, pada periode ini guru dan supervisor mengadakan pembicaraan akhir. Dalam pembicaraan akhir ini, supervisor berusaha membicarakan apa yang sudah dicapai guru, dan menjawab kalau ada pertanyaan dan menanyakan kalau – kalau guru perlu bantuan lagi.
5. Laporan.
Laporan disampaikan secara deskriptif dengan interpretasi berdasarkan judgment supervisor. Laporan ini ditulis untuk guru, kepala sekolah atau atas kepala sekolah (kakandep), untuk bahan perbaikan selanjutnya.
Pendekatan Kompetensi
Pendekatan ini mempunyai makna bahwa
guru harus mempunyai kompetensi tertentu untuk melaksanakan tugasnya.
Pendekatan kompetensi di dasarkan atas asumsi bahwa tujuan supervisi adalah
membentuk kompetensi minimal yang harus dikuasai guru. Guru tidak memenuhi
kompetensi itu dianggap tidak akan produktif. Tugas supervisor adalah
menciptakan lingkungan yang sangat terstruktur sehingga secara bertahap guru
dapat menguasai kompetensi yang dituntut dalam mengajar. Situasi yang
terstruktur ini antara lain meliputi adanya: (1) definisi tentang tujuan
kegiatan supervisi yang dilaksanakan untuk tiap kegiatan , (2) penilaian
kemampuan mual guru dengan segala pirantinya, (3) program supervisi yang
dilakukan dengan segala rencana terinci dengan pelaksanaannya dan (4)
monitoring kemajuan guru dan penilaian untuk mengetahui apakah program itu
berhasil atau tidak.
Teknik supervisi yang menggunakan pendekatan kompetensi adalah sebagai berikut :
1) Menetapkan kriteria unjuk kerja yang dikendaki.
Teknik supervisi yang menggunakan pendekatan kompetensi adalah sebagai berikut :
1) Menetapkan kriteria unjuk kerja yang dikendaki.
Misalnya kompetensi untuk
mengajarkan sejarah dapat diuraikan kedalam kompetensi yang lebih rinci seperti
kompetensi dalam membuat persiapan mengajar dengan memakai lebih dari satu
sumber keterampilan mengelola kelas dimana digunakan metode diskusi atau
keterampilan evaluasi tentang reaksi siswa dalam belajar
sejarah dan sebagainya.
2) Pengetahuan ini dipakai untuk menentukan target supervisi yang akan datang.
3) Menetapkan target unjuk kerja.
2) Pengetahuan ini dipakai untuk menentukan target supervisi yang akan datang.
3) Menetapkan target unjuk kerja.
Dari
komponen dan analisis kemampuan, supervisor dan guru menentukan target yang
akan dicapai.
4) Menentukan aktifitas unjuk kerja.
4) Menentukan aktifitas unjuk kerja.
Misalnya,
apabila tujuan supervisi itu adalah untuk mengubah aspek prilaku guru, maka
harus dinyatakan secara jelas perubahan apa yang dikehendakinya dan kegiatan
apa yang digunakan untuk mencapai perubahan itu. Dalam kegiatan ini, harus
jelas jenis, jadwal, dan sumber yang perlu digunakan.
5) Memonitor kegiatan untuk mengetahui unjuk kerja.
5) Memonitor kegiatan untuk mengetahui unjuk kerja.
Dalam
memonitoring ini supervisor mengumpulan dan mengelola data menjadi informasi
tentang seberapa jauh pencapaian target yang telah disetujui.
6) Melakukan penilaian terhadap hasil monitoring.
6) Melakukan penilaian terhadap hasil monitoring.
Menilai
berarti manafsirkan informasi yang telah diperoleh untuk menetapkan sampai
dimana target yang telah ditetapkan tercapai. Dalam hal ini perlu dilakukan
penilaian diri sendiri oleh guru dan kemudian dibandingkan dengan penilaian
supervisor terhadap unjuk kerja guru.
7) Pembicaraan akhir.
7) Pembicaraan akhir.
Pembicaraan
ini menyangkut diskusi secara intensif tentang pencapaian target, supervisor
harus memusatkan perhatiannya untuk membantu guru melihat secara positif hasil
penilaian itu. Dalam pembicaraan akhir ini harus dirumuskan tindak lanjut yang
perlu dilakukan untuk meningkatkan unjuk kerja yang menjadi tanggung jawab
guru.
Instrumen supervisi yang digunakan dalam pendekatan ini adalah format – format yang berisi : (1) tujuan supervisi
(2)
target yang akan dicapai
(3)
tugas supervisor dan guru untuk memperbaiki unjuk kerja guru
(4)
kriteria pencapaian target
(5)
pengumpulan data monitoring
(6)
evaluasi dan tindak lanjut .
Analisis dilakukan secara bersama – sama (kolaboratif) antara supervisor
dan
guru, sehingga dicapai kesepakatan tentang status kompetensi guru setelah
pelaksanaan supervisi. Kesepakatan inbi dilakukan melalui pembicaraan akhir.
Pendekatan
Klinis
Asumsi dasar pendekatan ini adalah bahwa
proses belajar guru untuk berkembang dalam jabatannya tidak dapat dipisahkan
dari proses belajar yang dilakukan guru itu. Belajar bersifat individual. Oleh
karena itu proses sosialisasi harus dilakukan dengan membantu guru secara tatap
muka dan individual. Pendekatan ini mengombinasikan target yang terstruktur dan
perkembangan pribadi.
Supervisi
klinis adalah suatu proses tatap muka antara supervisor dengan guru yang
membicarakan hal mengajar dan ada yang hubungannya dengan itu. Pembicaraan itu
bertujuan untuk membantu. Pengembangan profesional guru dan sekaligus untuk
perbaikan proses pengajaran itu sendiri. Pembicaraan ini biasanya dipusatkan
kepada penampilan mengajar guru berdasarkan hasil observasi. Goldhmmer,
Anderson dan Krajewski (1980) mengemukakan sembilan karateristik supervisi
klinis, yaitu:
a) Merupakan teknologi dalam memperbaiki pengajaran
b) Merupakan intervensi secara sengaja ke dalam proses pengajaran
c) Berorientasi kepada tujuan, mengkombinasikan tujuan sekolah, dan mengembangkan kebutuhan pribadi
d) Mengandung pengertian hubungan kerja antara guru dan supervisor
a) Merupakan teknologi dalam memperbaiki pengajaran
b) Merupakan intervensi secara sengaja ke dalam proses pengajaran
c) Berorientasi kepada tujuan, mengkombinasikan tujuan sekolah, dan mengembangkan kebutuhan pribadi
d) Mengandung pengertian hubungan kerja antara guru dan supervisor
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Ilmu
kepemimpinan sangat diperlukan dalam mengelola suatu instansi/lembaga. Agar
yang dikelola menjadi baik dan meningkatkan kualitas dalam bekerja. Sedangkan
yang dimaksud dengan kepemimpinan pendidikan adalah kemampuan dan kesiapan
untuk dapat menggerakkan dan membina para pendidik sehingga mereka mau
melakukan tugas-tugas pendidikan secara keseluruhan dalam rangka mencapai
tujuan.
Dalam
dunia pendidikan salah satu cara yang digunakan untuk meningkatkan kualitas
guru adalah dengan mengadakan supervisi yang dipantau langsung oleh supervisor
(kepala sekolah) untuk meningkatkan mutu pemebelajaran dan meningkatkan
kurrikulum yang ada.
SARAN
Sebagai guru/calon guru juga
calon pemimpin pendidikan harus tau apa konsep, prinsip, dan model yang ada
dalam dunia kepemimpinan pendidikan. Selain itu guru/calon guru harus
mengetahui bagaimana peran ia sebagai administrator dalam lingkup sekolah.
Bangsa membutuhkan tenaga pengajar yang profesional dan bisa diandalkan.
Perubahan cara ajar, kurrikulum, materi dan hal-hal lain yang menunjang
pendidikan akan terus berubah seiring berjalannya masa. Untuk itu supervisi
diadakan untuk mengupgrade metode atau cara ajar menjadi lebih baik juga
kurrikulum yang diterapkan demi kemajuan bangsa dan negara.
DAFTAR
PUSTAKA
Mushfah, Jejen. 2018. Analisis Kebijakan Pendidikan.
Bogor : Prenada Media Group.
Satori, Djam’an. 2012. Profesi Keguruan. Jakarta
Selatan : Universitas Terbuka.
Mulyassa, E. 2016. Menjadi Guru Profesional.
Bandung : Rosda.
Muflihin, Hizbul, Muh. 2008. Kepemimpinan Pendidikan
Tinjauan Terhadap Teori dan
Tingkah
Laku. Jurnal Pemikiran
Alternatif Pendidikan. Vol. 13 No. 1 : Hal. 67-86.
Ibrahim, Yusri, Mohd. 2014. Model Kepemimpinan
Pengajaran Pengetahuan dan
Kompetensi
Pengajaran Guru.
Jurnal Kurikulum dan Pengajaran Asia Pasifik.
Giri, Ariasa, Made I. 2016. Supervisi Pendidikan Dalam
Peningkatan Mutu Pendidikan
di Sekolah. Jurnal Penjaminan Mutu.
Anita, Sri dan Triyanto, Eko. 2013. Peran Pemanfaatan
Media Pembelajaran. Sebagai Upaya
Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran. Jurnal Teknologi Pendidikan.
Vol. 1 No.
2 : Hal. 226-238.
Baharudin, Hasan. 2017. Peningkatan Kompetensi Guru
Melalui Sistem Kepemimpinan
Kepala
Sekolah. Jurnal Ilmu
Tarbiyah. Vol. 6 No. 1 : Hal. 1-26.
Dwiwibawa,
Rudy, F dan Riyanto, Theo. 2008. Siap Jadi Pemimpin?. Yogyakarta :
Kanisius.
Soetjipto dan Kosasi, Raflis. 2009. Profesi Keguruan.
Jakarta Timur : Rineka Cipta.