Wikipedia

Search results

MAKALAH ADMINISTRASI, KEPEMIMPINAN DAN SUPERVISI PENDIDIKAN


KATA PENGANTAR

Assalaamualikum wa rohmatullahi wa barakaatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Administrasi, Kepemimpinan Dan Supervisi Pendidikan”. Dalam penyusunan makalah ini kami mendapat bantuan dari banyak sumber buku dan jurnal. Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen yang terhormat Ibu Dr. Siti Fatimah Soenaryo, M.Pd.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Profesi Keguruan, dengan harapan semoga makalah ini dapat menambahkan manfaat dan pengetahuan. Khususnya bagi kami sebagai penyusun dan umumnya bagi pembaca. Amin ya robbal alamin.
Menyadari banyak kekurangan dari makalah kami, kami sangat mengharap
kritik dan saran pembaca untuk melengkapi kekurangan dan kesalahan pada makalah kami. Kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang terlibat dalam penyusunan
makalah ini.








                                                                                                Malang, 3 Oktober 2018



                                                                                                          Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR                                                                                                      ii
DAFTAR ISI                                                                                                                    vi
PETA KONSEP                                                                                                       xii-xiii
BAB I             PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.....................................................................................1                                                                              
B.     Rumusan Masalah................................................................................1
C.     Tujuan..................................................................................................2
BAB II                        ISI
                        A. Peran Guru Dalam Administrasi Sekolah.........................................3-7
                        B. Konsep Dasar, Prinsip Dan Model Kepemimpinan.........................7-11
                        C. Peranan Dan Fungsi Kepala Sekolah Sebagai
                            Pemimpin Pendidikan....................................................................11-15          
                        D. Definisi Dan Tujuan Supervisi Pendidikan...................................15-16
                        E. Prinsip, Teknik Serta Pendekatan Dalam Supervisi
                             Pendidikan.....................................................................................16-21
BAB III          PENUTUP
                        Kesimpulan..............................................................................................22
                        Saran........................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA                                                                                                     xvi
LAMPIRAN POWER POINT







BAB I
PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG
Mendapatkan pendidikan adalah hak setiap manusia, sedangkan mengamalkannya adalah kewajiban bagi setiap insan yang mendapatkannya. Bukan hanya status murid yang membuat pendidikan menjadi sebuah keharusan, bahkan setelah kita sudah menjadi seorang guru atau bahkan supervisi sekalipun belajar dan mendapatkan pelajaran adalah sesuatu yang harus didapat dan dipenuhi.
            Dalam struktur kepemimpinan pendidikan ada banyak hal yang harus diperhatikan mulai dari konsep dasar kepemimpinan, prinsip dan model kepemimpinan, fungsi dan peran kepala kepemimpinan, peranan dalam administrasi sekolah, serta berjalannya supervisi pendidikan. Maju atau tidaknya pendidikan dalam lingkup sekolah sangat berpengaruh terhadap pemimpinnya. Bahkan kualitas akan semakin meningkat jika pemimpinnya sangat memperhatikan konsep, prinsip, model, serta fugsi dalam kepemimpinan pendidikan.
           Tidak hanya pemimpin pendidikan saja yang  memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan pendidikan dalam lingkup sekolah. Guru juga memegang tanggung jawab  yang cukup besar atas berkembangnya siswa dan sekolah. Itulah seababnya diadakan supervisi agar dapat meningkatkan kualitas guru serta mampu membentuk sosok pengajar yang lebih baik lagi.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.)    Bagaimana peran guru dalam administrasi sekolah?
2.)    Apa saja konsep dasar, prinsip dan model kepimimpinan?
3.)    Apa saja peran dan fungsi kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan?
4.)    Apa definisi dan tujuan supervisi pendidikan?
5.)    Apa saja hakikat, prinsip, teknik dan pendekatan supervise pendidikan?



C.    TUJUAN
1.)Untuk mengetahui peran guru dalam administrasi sekolah
2.)Untuk mengetahui konsep dasar, prinsip dan model kepemimpinan
3.)Untuk mengetahui peran dan fungsi kepala sekolah
4.)Untuk mengetahui definisi dan tujuan supervisi pendidikan
5.)Untuk mengetahui hakikat, prinsip, teknik, dan pendekatan supervisi pendidikan












BAB II
ISI

A.     PERAN GURU DALAM ADMINISTRASI SEKOLAH

           Guru merupakan salah satu pelaku dalam kegiatan sekolah.  Oleh karna itu, ia di tuntun untuk mengenal tempat bekerjanya itu.  Pemahaman tentang apa yg terjadi di sekolah akan banyak membantu mereka memperlancar tugasnya sebagai pengelola langsung proses belajar mengajar. Guru perlu memahami faktor-faktor yg langsung dan tidak langsung menunjang proses belajar mengajar.
           Bagi guru, pemahaman tentang administrasi pengembangan kurikulum akan sangat membantu dalam menerjemahkan kurikulum menjadi pengalaman belajar siswa. Pemahaman tentang administrasi kesiswaan akan sangat membantu mereka dalam menjalankan tugas. Di bawah ini, akan di uraikan kegiatan administrasi pendidikan sekaligus peranan guru dalam pelaksanan administrasi pendirian:
                                                                                              
1)      Administrasi Kurikulum
                    Kurikulum dalam proses pendidikan merupakan komponen yang teramat penting. Dikatakan demikian karena kurikulum merupakan kegiatan dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar di sekolah. Kualitas keluaran proses pendidikan antara lain di tentukan oleh kurikulum dan efektivitas pelaksanaannya.
2)      Administrasi Kesiswaan
Isi kegiatan Kedua dalam administrasi pendidikan adalah administrasi kesiswaan. Administrasi kesiswaan di lakukan agar transformasi siswa menjadi lulusan yang di kehendaki oleh tujuan pendidikan yang telah di tetapkan, dapat langsung secara efektif dan efisien. Administrasi kesiswaan merupakan proses pengurusan segala hal yang berkaitan dengan siswa di suatu sekolah mulai dari Perencanaan penerimaan siswa, pembinaan siswa selama berada di sekolah,  sampai dengan pengamatan pendidikannya melalui penciptaan suasana yang kondusif terhadap berlangsungnya proses belajar mengajar yang efektif. Tugas kepala sekolah dan para guru dalam hal ini adalah memberikan layanan kepada siswa dengan memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah di terapkan.
3)      Administrasi Sarana dan Prasarana
Untuk menunjang pelaksanaan pendidikan di perlukan fasilitas pendukung yang sesuai dengan tujuan kurikulum. Dalam mengelola fasilitas agar mempunyai manfaat yang tinggi diperlukan aturan yang jelas, serta pengetahuan dan ketrampilan personil sekolah dalam administrasi prasarana dan sarana tersebut. Administrasi sarana dan prasarana pendidikan adalah keseluruan proses pengadaan, pendayagunaan, dan pengawasan prasarana dan peralatan yang di gunakan untuk menunjang Pendidikan agar tujuan pendidikan yang telah di tetapkan tercapai secara efektif dan efisien.
Kegiatan dalam administrasi sarana dan prasarana pendidikan meliputi: perencanaan kebutuhan,  pengadaan, penyimpanan, inventarisasi, pemeliharaan, dan penghapusan sarana dan prasarana pendidikan. Guru mempunyai tugas dan peran dalam administrasi sarana dan prasarana pendidikan. Dalam hal ini, guru lebih banyak berhubungan dengan sarana pengajaran, alat pelajaran, alat peraga, dan media pengajaran lainnya dibandingkan dengan keterlibatannya dengan prasarana pendidikan yang tidak langsung berhubungan. Peranan guru dalam administrasi sarana dan prasarana di mulai dari perencanaan, pemanfaatan dan pemeliharan, serta pengawasan penggunaan prasarana dan sarana yang di Maksud.
4)      Administrasi Personel
                               Personel pendidikan dalam arti luas meliputi guru, pegawai, dan siswa. Dalam pembahasan ini yang di maksud dengan personel pendidikan adalah golongan petugas yang membidangi Kegiatan edukatif dan yang membidangi kegiatan nonedukatif (ketatausahaan). Personel bidang edukatif adalah mereka yang bertanggung jawab dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu guru dan konselor (BK) Sedangkan yang termasuk dalam kelompok personel bidang nonedukatif adalah petugas tata usaha dan penjaga atau pesuruh sekolah. Semua personel atau pegawai tersebut mempunyai Peranan masing-masing dalam kelancaran jalannya  Pendidikan dan pengajaran di sekolah.
5)      Administrasi Keuangan Sekolah
a.    Pengertian Administrasi Keuangan Sekolah
              Administrasi Keuangan Sekolah merupakan salah satu substansi manajamen sekolah yang akan turut menentukan  berjalannya kegiatan pendidikan di sekolah. Sebagaimana yang terjadi di substansi manajemen pendidikan pada umumnya, kegiatan manajemen keuangan dilakukan melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan atau pengendalian. Beberapa kegiatan manajemen keuangan yaitu memperoleh dan menetapkan sumber-sumber pendanaan, pemanfaatan dana, pelaporan, pemeriksaan dan pertanggungjawaban (Lipham, 1985; Keith, 1991).
              Menurut Depdiknas (2000) bahwa Administrasi Keuangan Sekolah merupakan tindakan pengurusan/ketatausahaan keuangan yang meliputi pencatatan, perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan pelaporan. Dengan demikian, manajemen keuangan sekolah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas mengatur keuangan sekolah mulai dari perencanaan, pembukuan, pembelanjaan, pengawasan dan pertanggung-jawaban keuangan sekolah.
             Pembiayaan pendidikan hendaknya dilakukan secara efisien. Makin efisien suatu sistem pendidikan, semakin kecil dana yang diperlukan untuk pencapaian tujuan-tujuan pendidikan. Untuk itu, bila sistem keuangan sekolah dikelola secara baik akan meningkatkan efisiensi penyelenggaraan pendidikan. Artinya, dengan anggaran yang tersedia, dapat mencapai tujuan-tujuan pendidikan secara produktif, efektif, efisien, dan relevan antara kebutuhan di bidang pendidikan dengan pembangunan masyarakat. Untuk mencapai hal-hal seperti di atas maka diperlukan adanya proses merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan, mengawasi, dan melaporkan kegiatan bidang keuangan agar tujuan sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien.
     Melalui kegiatan Administrasi Keuangan Sekolah maka kebutuhan pendanaan kegiatan sekolah dapat direncanakan, diupayakan pengadaannya, dibukukan secara transparan, dan digunakan untuk membiayai pelaksanaan program sekolah secara efektif dan efisien. Untuk itu tujuan Administrasi Keuangan Sekolah adalah:
1.    Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan keuangan sekolah
2.    Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangan sekolah
3.    Meminimalkan penyalahgunaan anggaran sekolah
     Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibutuhkan kreativitas kepala sekolah dalam menggali sumber-sumber dana, menempatkan bendaharawan yang menguasai dalam pembukuan dan pertanggung-jawaban keuangan serta memanfaatkannya secara benar

sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
b.   Perencanaan administrasi keuangan sekolah
          Perencanaan atau planning sebagaimana dikatakan oleh Luther M.Gulick: “Planning that is working out broad outline the things that need to be done and the methods for doing them to acomplish the purpose set for enterprise” (Percy  E.Burrup, 1962: 114). Perencanaan adalah aktivitas atau kegiatan menyusun garis-garis besar yang luas tentang hal-hal yang akan dikerjakan dan cara-cara mengerjakannya untuk mecapai tujuan tertentu. Perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan berbagai keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
6)      Administrasi Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat
                           Administrasi hubungan sekolah dan masyarakat merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kentinu untuk mendapatkan simpati dari masyarakat pada umumnya  serta dari publiknya pada khususnya, sehingga kegiatan operasional sekolah/ pendidikan semakin efektif dan efesien, demi membantu tercapainya tujuan pendididkan yang telah ditetapkan (Ary H Gunawan, 2002: 186).
             Keberadaan sekolah adalah didorong oleh kebutuhan masyarakat, karena itu tanggung jawab pendidikan di sekolah merupakan tanggung jawab masyarakat, keluarga, dan pemerintah. Berdasarkan itu seharusnya ada hubungan yang selalu meningkatkan antara keduanya. Akan tetapi antara keduanya nampaknya ada jarak seperti jurang. Perubahan sifat, tujuan, dan metode mengajar menuntut adanya hubungan itu. Dari pihak lain masyarakat pun menuntut perubahan pendidikan itu di Indonesia sarana hubungan sekolah dan masyarakat telah terjalin. Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa hubungan dengan masyarakat bagi suatu sekolah adalah hubungan dua arah antara sekolah dengan masyarakat untuk mengkomunikasikan atau memusyawarahkan ide-ide dan nformasi-informasi tertentu yang berguna bagi peningkatan pendidikan.
               Ada beberapa hal yang dapat dilakukan guru dalam kegiatan hubungan sekolah dan masyarakat, diantaranya sebagai berikut:
1.    Membantu kepala sekolah dalam melaksanakan teknik-teknik hubungan sekolah dengan
masyarakat.
2.    Ikut serta dalam  terlibat dalam kegiatan –kegiatan kemasyarakatan.
3.    Melaksanakan kode etik guru, supaya dapat di ketahui oleh masyarakat. Berkomunikasi secara berkala dengan keluarga, yaitu: orang tua atau wali tentang kemajuan anak mereka dalam belajar dan berprestasi.
4.    Bekerjasama dengan masyarakat untuk menjaring anak yang tidak bersekolah, mengajak dan memasukkannya ke sekolah.
5.    Menjelaskan manfaat dan tujuan sekolah kepada orang tua peserta didik            
7)      Administrasi Layanan Khusus
                     Proses belajar mengajar memerlukan dukungan fasilitas yang secara langsunh di pergunakan di kelas, fasilitas yang di maksud antara lain adalah pusat sumber belajar, usaha kesehatan sekolah,  kriteria sekolah.  Guru memegang peranan penting dalam administrasi fasilitas ini.
         Layanan khusus adalah suatu usaha yang tidak secara langsung bersamaan dengan proses belajar mengajar di kelas tetapi secara bergiliran di berikan oleh siswa kepada para siswanya agar mereka optimal dalam melaksanakan proses belajar. 3 contoh  jenis layanan khusus yaitu pusat sumber belajar, usaha kesehatan sekolah, dan kaferia/warung/kantin sekolah.

B.     KONSEP DASAR, PRINSIP DAN MODEL KEPEMIMPINAN

A.       Konsep Dasar Kepemimpinan
       Kepemimpinan menurut sejarah, masa “kepemimpinan” muncul pada abad 18. Ada beberapa pengertian kepemimpinan, antara lain:    
a.                   Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24).
b.                  Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957, 7).
c.                   Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok
yang diatur untuk mencapai tujuan bersama (Rauch & Behling, 1984, 46).
d.                  Kepemimpinan adalah kemampuan seni atau tehnik untuk membuat sebuah kelompok atau orang mengikuti dan menaati segala keinginannya.
e.                   Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan (Jacobs & Jacques, 1990, 281).
Banyak definisi kepemimpinan yang menggambarkan asumsi bahwa kepemimpinan dihubungkan dengan proses mempengaruhi orang baik individu maupun masyarakat. Dalam kasus ini, dengan sengaja mempengaruhi dari orang ke orang lain dalam susunan aktivitasnya dan hubungan dalam kelompok atau organisasi. John C. Maxwell mengatakan bahwa inti kepemimpinan adalah mempengaruhi atau mendapatkan pengikut.
Menurut James A.F Stonen, tugas utama seorang pemimpin adalah:
1.                  Pemimpin bekerja dengan orang lain
Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organisasi sebaik orang diluar organisasi
2.                  Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggungjawabkan (akuntabilitas)
Seorang pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun tugas menjalankan tugas, mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk kesuksesan stafnya tanpa kegagalan
3.                  Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas
Proses kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat menyusun tugas dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-tugasnya kepada staf. Kemudian pemimpin harus dapat mengatur waktu secara efektif,dan menyelesaikan masalah secara efektif.
4.                  Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual
Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat menguraikan seluruh pekerjaan menjadi lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lain
5.                  Pemimpin adalah seorang mediator
Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator (penengah)
6.                  Pemimpin adalah politisi dan diplomat
Seorang pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya
B.     Prinsip- Prinsip Dasar Kepemimpinan
Prinsip, sebagai paradigma terdiri dari beberapa ide utama berdasarkan motivasi pribadi dan sikap serta mempunyai pengaruh yang kuat untuk membangun dirinya atau organisasi. Menurut Stephen R. Covey (1997), prinsip adalah bagian dari suatu kondisi, realisasi dan konsekuensi. Mungkin prinsip menciptakan kepercayaan dan berjalan sebagai sebuah kompas/petunjuk yang tidak dapat dirubah. Prinsip merupakan suatu pusat atau sumber utama sistem pendukung kehidupan yang ditampilkan dengan 4 dimensi seperti; keselamatan, bimbingan, sikap yang bijaksana, dan kekuatan. Karakteristik seorang pemimpin didasarkan kepada prinsip-prinsip (Stephen R. Covey) sebagai berikut:
a.     Seorang yang belajar seumur hidup
Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah. Contohnya, belajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar. Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.
b.    Berorientasi pada pelayanan
Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpin dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam memberi pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.
c.     Membawa energi yang positif
Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik. Seorang pemimpin harus dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus dapat menunjukkan energi yang positif, seperti :
1.    Percaya pada orang lain
2.    Seorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk staf bawahannya, sehingga mereka mempunyai motivasi dan mempertahankan pekerjaan yang baik. Oleh karena itu, kepercayaan harus diikuti dengan kepedulian.
3.    Keseimbangan dalam kehidupan
4.    Seorang pemimpin harus dapat menyeimbangkan tugasnya. Berorientasi kepada prinsip kemanusiaan dan keseimbangan diri antara kerja dan olah raga, istirahat dan rekreasi. Keseimbangan juga berarti seimbang antara kehidupan dunia dan akherat.
5.    Melihat kehidupan sebagai tantangan
6.    Kata ‘tantangan’ sering di interpretasikan negatif. Dalam hal ini tantangan berarti kemampuan untuk menikmati hidup dan segala konsekuensinya. Sebab kehidupan adalah suatu tantangan yang dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang datang dari dalam diri sendiri. Rasa aman tergantung pada inisiatif, ketrampilan, kreatifitas, kemauan, keberanian, dinamisasi dan kebebasan.
7.    Sinergi
8.    Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis perubahan. Mereka selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan lainnya. Sinergi adalah kerja kelompok dan memberi keuntungan kedua belah pihak. Menurut The New Brolier Webster International Dictionary, Sinergi adalah satu kerja kelompok, yang mana memberi hasil lebih efektif dari pada bekerja secara perorangan. Seorang pemimpin harus dapat bersinergis dengan setiap orang atasan, staf, teman sekerja.

9.    Latihan mengembangkan diri sendiri
10.                        Seorang pemimpin harus dapat memperbaharui diri sendiri untuk mencapai keberhasilan yang tinggi. Tidak hanya berorientasi dengan proses, namun beusaha memperbaiki dan mengembangkan pribadi menjadi lebih baik lagi. Dalam mencapai kepemimpinan yang berprinsip tidaklah mudah, karena ada beberapa kendala dalam bentuk kebiasaan buruk, misalnya:
(1) kemauan dan keinginan sepihak
(2) kebanggaan dan penolakan
(3) ambisi pribadi
Untuk mengatasi hal tersebut, memerlukan latihan dan pengalaman yang terus-menerus. Latihan dan pengalaman sangat penting untuk mendapatkan perspektif baru yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.
Hukum alam tidak dapat dihindari dalam proses pengembangan pribadi. Perkembangan intelektual seseorang seringkali lebih cepat dibanding perkembangan emosinya. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk mencapai keseimbangan diantara keduanya, sehingga akan menjadi faktor pengendali dalam kemampuan intelektual. Pelatihan emosional dimulai dari belajar mendengar. Mendengarkan berarti sabar, membuka diri, dan berkeinginan memahami orang lain. Latihan ini tidak dapat dipaksakan. Langkah melatih pendengaran adalah bertanya, memberi alasan, memberi penghargaan, mengancam dan mendorong. Dalam proses melatih tersebut, seseorang memerlukan pengontrolan diri, diikuti dengan memenuhi keinginan orang.
Mengembangkan kekuatan pribadi akan lebih menguntungkan dari pada bergantung pada kekuatan dari luar. Kekuatan dan kewenangan bertujuan untuk melegitimasi kepemimpinan dan seharusnya tidak untuk menciptakan ketakutan. Peningkatan diri dalam pengetahuan, ketrampilan dan sikap sangat dibutuhkan untuk menciptakan seorang pemimpin yang berpinsip karena seorang pemimpin seharusnya tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga cerdas emosional dan spiritual.
C.     Model Kepemimpinan
Model kepemimpinan pada dasarnya mengandung pengeertian sebagi perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu.
Bentuk Model Kepemimpinan
1.                   Model Kepemimpinan Demokratis
Orang-orang yang dipimpinnya sebagai subjek usaha untuk memanfaatkan kemampuan setiap orang yang ada dalam organisasi untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Mengambil keputusan sangat mementingkan diskusi dan musyawarah.mengutamakan kerjasama
2.                   Model Kepemimpinan Otoriter
Menempatkan kekuasaan di tangan satu orang atau sekelompok kecil. Pemimpin
bertindak sebagai penguasa tunggal. Kedudukan bawahan semata-mata sebagai pelaksana keputusan,perintah, dan bahkan kehendak pimpinan.
3.                   Model Kepemimpinan Bebas Tindak
a.    Merupakan pimpinan pffisial
b.    Pimpinan melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan
c.    Karyawan menentukan sendiri kegiatan tanpa pengarahan, supervisi dan koordinasi
d.    Keputusan lebih banyak dibuat oleh para bawahan
e.     Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh para bawahan
f.     Karyawan mengevaluasi pekerjaan sesuai dengan caranya sendiri
4.         Model Kepemimpinan Partisipatif
a.       Gabungan antara otokratik dan demokratik
b.      Pemimpin menyampaikan hasil analisa masalah dan mengusulkan tindakannya
c.       Staf diminta saran dan kritiknya serta mempertimbangkan respon staf terhadap       usulnya
5.                   Keputusan Akhir Oleh Kelompok
Menurut Gillies (1994) menyimpulkan bahwa tidak ada gaya kepemimpinan yang jelek dan tidak ada kepemimpinan yang selalu tepat untuk semua situasi.

C.    PERANAN DAN FUNGSI KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PEMIMPIN PENDIDIKAN
Sebagai pemimpin pendidikan, kepala madrasah memegang peranan yang penting dalam meletakkan pondasi pendidikan bagi pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia di lembagannya. Oleh karena itu, kepala madrasah harus membekali dirinya dengan jiwa kepemimpinan, inivasi, kompetensi, skill dan kreativitas yang tinggi agar lembaganya dapat berkembang dengan pesat. Hal ini sesuai dengan kepmendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang standar kompetensi yang harus dimiliki oleh Kepala Sekolah/Kepala Madrasah, yaitu; kompetensi kepribadian,kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervise dan kompetensi sosial.
Dalam prakteknya di lapangan, Kepala madrasah menghadapi tanggung jawab yang berat, untuk itu ia harus memiliki persiapan memadai dalam melaksanakan
pekerjaannya, khususnya dalam meningkatkan kompetensi tenaga pendidikan di lembaga yang dipimpinnya, sehingga mampu menciptakan sesuatu pendidikan dan pembelajaran yang efektif dan efesien. Hal  ini diperlukan, mengingat guru merupakan ujung tombak dari kegiataan pendidikan dan pembelajaran yang menjadi motivator bagi peserta didik dalam memacu aktivitas belajarnya, guru merupakan sosok yang menjadi panutan atau uswah hasanah yang mampu mengarahkan dan mengbah perilaku dan karakter peserta didik kearah yang lebih baik, bahkan lebih dari itu, guru merupakan orang yang paling bertanggung jawab dalam dalam melahirkan generasi penerus bangsa yang memiliki keilmuan, akhlakul karimah dan kedalaman sepiritual yang menjadi ujuang tombak bagi kemajuan suatu bangsa.
Teori tentang kepemimpinan memang terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman, dan sampai saat ini terdapat empat fase pendekatan. Pertama, pendekatan berdasarkan sifat-sifat (trait) kepribadian umum yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Kedua, berdasarkan pendekatan tingkah laku pemimpin. Ketiga, berdasarkan pendekatan situasional. Keempat, pendekatan kembali kepada sifat atau ciri pemimpin yang menjadi acuan bagi orang lain. Pendekatan perilaku merupakan suatu pendekatan yang berdasarkan pemikiran bahwa keberhasilan atau kegagalan seorang pemimpin ditentukan oleh sikap dan gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh pemimpin. Sikap dan gaya kepemimpinan itu akan tampak ketika pemimpin itu memberi perintah, membagi tugas dan wewenangnya, cara berkomunikasi, cara mendorong semangat kerja bawahan, cara memberi bimbingan dan pengawasan, cara membina disiplin kerja bawahan, cara memimpin rapat anggota, cara mengambil putusan, dan lain sebagainya.
Perilaku yang mendukung adalah sejauh mana seorang pemimpin dapat melibatkan diri dalam komunikasi dua arah, misalnya mendengar, menyediakan dukungan dan dorongan, memudahkan interaksi, dan melibatkan para pengikut dalam pengambilan suatu keputusan. Pada tahun-tahun selanjutnya berkembanglah kajian-kajian kepemimpinan yang mendasarkan pada teori kemungkinan. Teori kemungkinan disebut juga dengan teori situasional yang mendasarkan bukan pada tingkah laku seorang pemimpin, melainkan pada efektivitas kepemimpinan dipengaruhi oleh situasi tertentu. Dalam situasi tertentu memerlukan gaya kepemimpinan tertentu, demikian pula pada situasi yang lain memerlukan gaya kepemimpinan yang lain pula. Hal ini sejalan
dengan yang diungkapkan oleh Tannenbaum bahwa gaya kepemimpinan yang baik adalah perpaduan yang serasi antara suatu macam gaya dengann struktur tugas dan kekuatan sosial. Pendekatan ini melihat bahwa pemimpin yang efektif adalah yang bisa fleksibel, mampu memilih.
Kepala madrasah adalah padanan dari shcool principal, yang tugas kesehariannya menjalankan principalship atau kekepala sekolahan. Istilah kekepala sekolahan mengandung makna sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi sebagai kepala sekolah. Penjelasan ini dipandang penting, karena terdapat beberapa istilah untuk menyebut jabatan kepala sekolah, seperti administrasi sekolah, pimpinan sekolah manajer sekolah, dan lain-lain. Kepala madrasah adalah tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.

Kepala madrasah mempunyai lima fugsi utama.
1)               Pertama,
Bertanggungjawab atas keselamatan, kesejahteraan, dan perkembangan murid-murid yang ada di lingkungan madrasah.
2)               Kedua,
Bertanggungjawab atas keberhasilan dan kesejahteraan profesi guru.
3)               Ketiga,
Berkewajiban memberikan layanan sepenuhnya yang berharga bagi murid-murid dan guru-guru yang mungkin dilakukan melalui pengawasan resmi yang lain.
4)               Keempat,
Bertanggungjawab mendapatkan bantuan maksimal dari semua institusi pembantu.
5)               Kelima,
Bertanggung jawab untuk mempromosikan murid-murid terbaik melalui berbagai cara.


Tugas pokok dan fungsi kepala madrasah sebagai pemimpin
pendidikan adalah:
1)               Perencanaan sekolah dalam arti menetapkan arah sekolah
sebagai lembaga pendidikan dengan cara merumuskan visi, misi,
tujuan, dan strategi pencapaian.
2)               Mengorganisasikan sekolah dalam arti mebuat membuat
struktur organiasasi (stucturing), menetapkan staff (staffing) dan
menetapkan tugas dan fungsi masing-masing staff
(functionalizinng)
3)               Menggerakkan staf dalam arti memotivasi staf melalui internal
marketing
dan memberi contoh external marketing.
4)               Mangawasi dalam arti melakukan supervisi, mengendalikan, dan
membimbing semua staf dan warga sekolah.
5)               Mengevaluasi proses dan hasil pendidikan untuk dijadikan dasar
peningkatan dan pertumbuhan kualitas, serta melakukan problem
solving
baik secara analitis sistematis maupun pemecahan
masalah secara kreatif, dan menghindarkan serta menanggulangi
konflik.

Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional, terdapat tujuh peran
utama kepala sekolah yaitu, sebagai :
1)               Educator
2)               Manager
3)               Administrator
4)               Supervisor
5)               Leader
6)               Pencipta iklim kerja wirausahawan    

D.  DEFINISI DAN TUJUAN SUPERVISI PENDIDIKAN
a. Definisi Supervisi Pendidikan
            Supervisi menurut asal-usul(etimologi), bentuk perkataan(morfologi), dan isi yang terkandung dalam perkataan(semantic) tersebut adalah bahwa supervisi berasal dari kata bahasa inggris. Super dan vision berarti melihat. Serumpun dengan inspeksi yang berasala dari istilah bahasa Belanda inspectie. Di dalam bahasa Inggris dikenal inspection. Kedua kata tersebut berarti pengawasan, yang terbatas kepada pengertian mengawasi bawahan(dalah hal ini guru menjalankan apa yang telah di instruksikan oleh atasannya, dan bukan berusaha membantu guru itu (Ngalim Purwanto, 1990).
            Secara harfiah katasupervisi sama dengan membangun, meningkatkan atau memperbaiki (Wojowasito, 1980:52). Secara sematik supervisi diartikan pembinaan atau perbaikan ke arah yang lebih baik untuk meningkatkan mutu pendidikan.
            Sedangkan menurut etimologi supervisi mempunyai arti pengawasan. Dalam supervisi dikenal istilah supervisor yaitu yang mengawasi berjalannya supervisi. Maka dalam supervisi, supervisor dan guru adalah teman sejawat dalam memecahkan masalah-masalah pengajaran di kelas.

b. Tujuan Supervisi
Untuk meningkatkan layanan bantuan belajar mengajar di kelas supaya lebih baik, mengembangkan potensi mengajar dan kualitas guru. Supervisi dilakukan untuk

memperbaiki cara mengajar guru bukan mengubah kepribadian guru. Seperti yang dikemukakan Olive bahwa sasaran supervisi pendidikan adalah :
1.      Mengembakan kurrikulum yang sedang dilaksanakan di sekolah
2.      Meningkatkan proses belajar mengajar di sekolah
3.      Mengembangkan seluruh staf di sekolah
Yang mana kegiatan supervisi bermanfaat untuk meningkatkan akreditasi untuk melakukan perbaikan mutu.

E. PRINSIP, TEKNIK SERTA PENDEKATAN DALAM SUPERVISI PENDIDIKAN
a.Prinsip Supervisi Pendidikan
  1. Prinsip ilmiah (scientific)
prinsip ini mengandung ciri-ciri sebagai berikut: (a) kegiatan supervisi dilaksanakan berdasarkan data objektif yang diperoleh dalam kenyataan pelaksanaan  proses belajar mengajar. (b) untuk memperoleh data perlu diterapkan alat perekam data, seperti angket, observasi, percakapan pribadi, dan seterusnya. (c) setiap kegiatan supervisi dilaksanakan secara sistematis, berencana dan kontinu.
  1. Prinsip Demokratis
Maksudnya adalah servis dan bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan hubungan kemanusiaan yang akrab dan kehangatan sehingga guru-guru merasa aman untuk mengembangkan tugasnya.
  1. Prinsip kerjasama
Yaitu mengembangkan usaha bersama atau menurut istilah supervisi ‘sharing of idea, sharing of experience’, memberi support atau mendorong, menstimulasi guru, sehingga mereka merasa tumbuh bersama.
  1. Prinsip konstruktif dan kreatif
Setiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan potensi kreativitas kalau supervisi mampu mencipakan suasana kerja yang menyenangkan, bukan melalui cara-cara yang menakutkan.
b.Teknik Supervisi
Seorang guru yang mendapat layanan supervisi akan mengalami proses belajar. Ia akan melakukan refleksi dari pengalaman mengajarnya dan dengan bantuan
supervisor berusaha untuk memperbaiki prilaku belajarnya. Dengan demikian, teknik supervisi yang dipakai untuk membantu guru harus didasarkan kepada teori dan prinsip belajar. Pengetahuan tentng teori belajar ini dapat diperoleh dari disiplin ilmu psikologi belajar. Di bawah ini diuraikan satu persatu pendekatan dan teknik dalam supervisi yang didasarkan atas aliran psikologi yang menjelaskan tentang proses belajar.

     Pendekatan Humanitas
        Pendekatan humanistik timbul dari keyakinan bahwa guru tidak dapat diperlakukan sebagai sebagai alat semata- mata untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar. Guru bukan masukan mekanistik dalam proses pembinaan, dan tidak sama dengan masukan sistem lain yang bersifat kebendaan. Dalam proses pembinaan, guru mengalami perkembangan secara terus menerus, dan program supervisi harus dirancang untuk mengikuti pola perkembangan itu. Belajar harus dilakukan melalui pemahaman tentang pengalaman nyata yang diambil secarar rill.
        Teknik supervisi yang digunakan oleh para supervisor yang menggunakan humanistik tidak mempunyai format yang standar, tetapi tergantung pada kebutuhan guru. Mungkin ia hanya melakukan observai tanpa melakukan analisis dan interpretasi, mungkin ia hanya mendengar tanpa membuat observasi atau mengatur penataan dengan atau tanpa memberi sumber dan bahan belajar yang diminta guru. Jika tahapan supervisi dibagi menjadi tiga bagian (pembicaraan awal), observasi,analisis ,dan interpretasi serta (pembicaraan akhir), maka supervisi dilakukan sebagai berikut :

1. Pembicaraan awal
       Dalam pembicaraan awal, supervisor memancing apakah dalam mengajar guru menemui kesulitan. Pembicaraan ini dilakukan secara informal. Jika dalam pembicaraan ini guru tidak minta dibantu, maka proses supervisi akan berhenti. Ini disebut dengan titik lanjutan atau berhenti (go – or – no- point)
2. Observasi.
       Jika guru perlu bantuan, supervisor mengadakan observasi kelas. Dalam observasi kelas, supervisor masuk kelas dan duduk dibelakang tanpa mengambil catatan. Ia mengamati kegiatan kelas.
3. Analisis dan interpretasi.
       Sesudah melakukan observasi, supervisor kembali kekantor memikirkan kemungkinan kekeliruan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Jika menurut supervisor, guru telah menemukan jawaban maka supervior tidak akan memberikan nasihat kalau tidak diminta. Apabila diminta nasehat oleh guru, supervisor hanya melukiskan keadaan kelas tanpa memberikan penilaian. Kemudian menanyakan apakah yang dapat dilakukan oleh guru tersebut untuk memperbaiki situasi itu. Kalau diminta sarannya supervisor akan memberikan kesempatan kepada guru untuk mencoba cara lain yang kireanya tepat dalam upaya mengawasi kesulitannya.
4. Pembicaraan akhir.
       Jika perbaikan telah dilakukan, pada periode ini guru dan supervisor mengadakan pembicaraan akhir. Dalam pembicaraan akhir ini, supervisor berusaha membicarakan apa yang sudah dicapai guru, dan menjawab kalau ada pertanyaan dan menanyakan kalau – kalau guru perlu bantuan lagi.
5. Laporan.
       Laporan disampaikan secara deskriptif dengan interpretasi berdasarkan judgment supervisor. Laporan ini ditulis untuk guru, kepala sekolah atau atas kepala sekolah (kakandep), untuk bahan perbaikan selanjutnya.

            Pendekatan Kompetensi
       Pendekatan ini mempunyai makna bahwa guru harus mempunyai kompetensi tertentu untuk melaksanakan tugasnya. Pendekatan kompetensi di dasarkan atas asumsi bahwa tujuan supervisi adalah membentuk kompetensi minimal yang harus dikuasai guru. Guru tidak memenuhi kompetensi itu dianggap tidak akan produktif. Tugas supervisor adalah menciptakan lingkungan yang sangat terstruktur sehingga secara bertahap guru dapat menguasai kompetensi yang dituntut dalam mengajar. Situasi yang terstruktur ini antara lain meliputi adanya: (1) definisi tentang tujuan kegiatan supervisi yang dilaksanakan untuk tiap kegiatan , (2) penilaian kemampuan mual guru dengan segala pirantinya, (3) program supervisi yang dilakukan dengan segala rencana terinci dengan pelaksanaannya dan (4) monitoring kemajuan guru dan penilaian untuk mengetahui apakah program itu berhasil atau tidak.
         Teknik supervisi yang menggunakan pendekatan kompetensi adalah sebagai berikut :
1) Menetapkan kriteria unjuk kerja yang dikendaki.
         Misalnya kompetensi untuk mengajarkan sejarah dapat diuraikan kedalam kompetensi yang lebih rinci seperti kompetensi dalam membuat persiapan mengajar dengan memakai lebih dari satu sumber keterampilan mengelola kelas dimana digunakan metode diskusi atau keterampilan evaluasi tentang reaksi siswa dalam belajar

sejarah dan sebagainya.
2) Pengetahuan ini dipakai untuk menentukan target supervisi yang akan datang.
3) Menetapkan target unjuk kerja.
         Dari komponen dan analisis kemampuan, supervisor dan guru menentukan target yang akan dicapai.
4) Menentukan aktifitas unjuk kerja.
         Misalnya, apabila tujuan supervisi itu adalah untuk mengubah aspek prilaku guru, maka harus dinyatakan secara jelas perubahan apa yang dikehendakinya dan kegiatan apa yang digunakan untuk mencapai perubahan itu. Dalam kegiatan ini, harus jelas jenis, jadwal, dan sumber yang perlu digunakan.
5) Memonitor kegiatan untuk mengetahui unjuk kerja.
        Dalam memonitoring ini supervisor mengumpulan dan mengelola data menjadi informasi tentang seberapa jauh pencapaian target yang telah disetujui.
6) Melakukan penilaian terhadap hasil monitoring.
        Menilai berarti manafsirkan informasi yang telah diperoleh untuk menetapkan sampai dimana target yang telah ditetapkan tercapai. Dalam hal ini perlu dilakukan penilaian diri sendiri oleh guru dan kemudian dibandingkan dengan penilaian supervisor terhadap unjuk kerja guru.
7) Pembicaraan akhir.
          Pembicaraan ini menyangkut diskusi secara intensif tentang pencapaian target, supervisor harus memusatkan perhatiannya untuk membantu guru melihat secara positif hasil penilaian itu. Dalam pembicaraan akhir ini harus dirumuskan tindak lanjut yang perlu dilakukan untuk meningkatkan unjuk kerja yang menjadi tanggung jawab guru.

         Instrumen supervisi yang digunakan dalam pendekatan ini adalah format – format yang berisi : (1) tujuan supervisi
         (2) target yang akan dicapai
         (3) tugas supervisor dan guru untuk memperbaiki unjuk kerja guru
         (4) kriteria pencapaian target
         (5) pengumpulan data monitoring
         (6) evaluasi dan tindak lanjut .

          Analisis dilakukan secara bersama – sama (kolaboratif) antara supervisor
dan guru, sehingga dicapai kesepakatan tentang status kompetensi guru setelah pelaksanaan supervisi. Kesepakatan inbi dilakukan melalui pembicaraan akhir.       
Pendekatan Klinis
       Asumsi dasar pendekatan ini adalah bahwa proses belajar guru untuk berkembang dalam jabatannya tidak dapat dipisahkan dari proses belajar yang dilakukan guru itu. Belajar bersifat individual. Oleh karena itu proses sosialisasi harus dilakukan dengan membantu guru secara tatap muka dan individual. Pendekatan ini mengombinasikan target yang terstruktur dan perkembangan pribadi.
Supervisi klinis adalah suatu proses tatap muka antara supervisor dengan guru yang membicarakan hal mengajar dan ada yang hubungannya dengan itu. Pembicaraan itu bertujuan untuk membantu. Pengembangan profesional guru dan sekaligus untuk perbaikan proses pengajaran itu sendiri. Pembicaraan ini biasanya dipusatkan kepada penampilan mengajar guru berdasarkan hasil observasi. Goldhmmer, Anderson dan Krajewski (1980) mengemukakan sembilan karateristik supervisi klinis, yaitu:
a) Merupakan teknologi dalam memperbaiki pengajaran
b) Merupakan intervensi secara sengaja ke dalam proses pengajaran
c) Berorientasi kepada tujuan, mengkombinasikan tujuan sekolah, dan mengembangkan kebutuhan pribadi
d) Mengandung pengertian hubungan kerja antara guru dan superviso
r










BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
          Ilmu kepemimpinan sangat diperlukan dalam mengelola suatu instansi/lembaga. Agar yang dikelola menjadi baik dan meningkatkan kualitas dalam bekerja. Sedangkan yang dimaksud dengan kepemimpinan pendidikan adalah kemampuan dan kesiapan untuk dapat menggerakkan dan membina para pendidik sehingga mereka mau melakukan tugas-tugas pendidikan secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan.
          Dalam dunia pendidikan salah satu cara yang digunakan untuk meningkatkan kualitas guru adalah dengan mengadakan supervisi yang dipantau langsung oleh supervisor (kepala sekolah) untuk meningkatkan mutu pemebelajaran dan meningkatkan kurrikulum yang ada.

SARAN
          Sebagai guru/calon guru juga calon pemimpin pendidikan harus tau apa konsep, prinsip, dan model yang ada dalam dunia kepemimpinan pendidikan. Selain itu guru/calon guru harus mengetahui bagaimana peran ia sebagai administrator dalam lingkup sekolah. Bangsa membutuhkan tenaga pengajar yang profesional dan bisa diandalkan. Perubahan cara ajar, kurrikulum, materi dan hal-hal lain yang menunjang pendidikan akan terus berubah seiring berjalannya masa. Untuk itu supervisi diadakan untuk mengupgrade metode atau cara ajar menjadi lebih baik juga kurrikulum yang diterapkan demi kemajuan bangsa dan negara.
         









DAFTAR PUSTAKA

Mushfah, Jejen. 2018. Analisis Kebijakan Pendidikan. Bogor : Prenada Media Group.
Satori, Djam’an. 2012. Profesi Keguruan. Jakarta Selatan : Universitas Terbuka.
Mulyassa, E. 2016. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Rosda.
Muflihin, Hizbul, Muh. 2008. Kepemimpinan Pendidikan Tinjauan Terhadap Teori dan
          Tingkah Laku. Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan. Vol. 13 No. 1 : Hal. 67-86.
Ibrahim, Yusri, Mohd. 2014. Model Kepemimpinan Pengajaran Pengetahuan dan
          Kompetensi Pengajaran Guru. Jurnal Kurikulum dan Pengajaran Asia Pasifik.
Giri, Ariasa, Made I. 2016. Supervisi Pendidikan Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan
          di Sekolah. Jurnal Penjaminan Mutu.
Anita, Sri dan Triyanto, Eko. 2013. Peran Pemanfaatan Media Pembelajaran. Sebagai     Upaya Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran. Jurnal Teknologi Pendidikan.
          Vol. 1 No. 2 : Hal. 226-238.
Baharudin, Hasan. 2017. Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Sistem Kepemimpinan
          Kepala Sekolah. Jurnal Ilmu Tarbiyah. Vol. 6 No. 1 : Hal. 1-26.
Dwiwibawa, Rudy, F dan Riyanto, Theo. 2008. Siap Jadi Pemimpin?. Yogyakarta :
            Kanisius.
Soetjipto dan Kosasi, Raflis. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta Timur : Rineka Cipta.