KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Allah
SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti. Tidak lupa penulis ucapkan
terimakasih atas bimbingan dari dosen pembimbing mata kuliah Pembelajaran IPA
SD, yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat.
Penulis sangat
bersyukur atas terselesaikannya makalah yang berjudul ”Hakikat Pembelajaran IPA
SD” sebagai tugas Pembelajaran IPA SD dengan lancar. Dalam makalah ini penulis
membahas mengenai pengertian pembelajaran IPA besesrta strategi pembelajaran
IPA. Tujuannya agar pembaca dapat dengan jelas memahami tentang pembelajaran
IPA SD.
Penulis mengucapkan
mohon maaf atas kesalahan-kesalahan yang ada dalam penulisan makalah ini. Oleh
sebab itu penulis berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran sebagai
refrensi penulis untuk tulisan selanjutnya.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Malang, 19 Februaru 2020
Penulis
DAFATR
ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................... ......... i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
PETA KONSEP .......................................................................................... iii
BAB I :
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ....................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah.......................................................................... ......... 2
C.
Tujuan ........................................................................................... ......... 2
D.
BAB II........................................................... :
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pembelajaran IPA ................................................................. 3
B.
Belajar IPA.................................................................................... ......... 5
C.
Mengajar IPA.......................................................................................... 9
D.
Prinsip Pembelajaran IPA........................................................................ 10
E.
Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran.............................................. 13
F.
Strategi pada Pembelajaran IPA............................................................. 14
BAB III :
PENUTUP
A. Kesimpulan
................................................................................... ......... 20
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... ......... 21
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Memberi
kesempatan serta melatih siswa untuk memupuk rasa ingin tahu yang tinggi secara
ilmiah, mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas fenomena
berdasarkan bukti nyata, dan juga mengembangkan cara berpikir ilmiah. Pengetahuan
berupa teori-teori mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam dan telah
diuji kebenarannya, melalui proses metode ilmiah dari pengamatan, studi, dan
pengalaman disertai sikap ilmiah di dalamnya. Pembelajaran IPA diharapkan dapat
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar, sehingga prospek perkembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di
dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam
sekitar secara ilmiah.
Pembelajaran IPA dapat
dilakukan dengan bermacam-macam metode, pendekatan, dan model pembelajaran yang
cocok yaitu melalui pengalaman langsung (learning by doing). Proses
pembelajaran IPA memberikan kesempatan kepada siswa untuk melibatkan segala
keterampilan proses yang dimiliki. Pada beberapa percobaan,tidak dipungkiri
adanya kegagalan. Beberapa siswa mungkin akan mengulang percobaan untuk meyakinkan
dirinya bahwa apa yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang ditentukan.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian dari Pembelajaran IPA?
2. Apa
yang dimaksud dengan Belajar IPA?
3. Bagaimana
Pembelajaran IPA yang baik di sekolah?
4. Apa
saja Prinsip Pembelajaran IPA?
5. Bagaimanakah
menerapkan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran?
6. Bagaimana
Strategi pada Pembelajaran IPA?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui pembelajaran IPA.
2. Untuk
mengetahui bagaimana belajar IPA.
3. Untuk
pembelajaran IPA yang baik di sekolah.
4. Untuk
mengetahui prinsip pembelajaran IPA.
5. Untuk
mengetahui bagaimana menerapkan pendidikan karakter dalam pembelajaran.
6. Untuk
mengetahui strategi pembelajaran IPA
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pembelajaran IPA
IPA
yang merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan Alam atau juga biasa disebut sainsi adalah ilmu yang secara garis
besar mempelajari mengenai alam semesta beserta isinya. Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) atau sains berasal dari kata natural sains yang berarti alamiah atau
berhubungan dengan alam (Sujana, 2013). Hal ini dapat didefinisikan sebagai
suatu ilmu pengetahuan yang berisi atau membahas mengenai segala peristiwa yang
terjadi pada alam dan isinya, sehingga memiliki hubungan yang sangat luas
terkait kehidupan manusia. Sedangkan menurut Nash 1963 (dalam Hendro Darodjo,
1992:3) IPA adalah cara atau metode dalam mengamati alam yang sifatnya
analisis, lengkap, cermat serta menghubungkan antara fenomena alam yang satu
dengan yang lain. Pembelajarn IPA ini juga berperan dalam proses perkembangan
teknologi dari masa ke masa.
IPA
adalah pengetahuan yang rasional, objektif, dan juga sistematis. Pembelajaran
ini tidak hanya menekankan pada penguasaan konsep-konsep, prinsip, atau
fakta-fakta namun juga menekankan pada penemuan. Kumulan fakta-fakta, prinsip
ataupun konsep-konsep harus dilakukan secara sistematis. Dalam Permendiknas
No.22 tahun 2006 tentang Standar Isi dikemukakan mengenai pengertian IPA, yaitu
“merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan cara mencari tahu secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan proses penemuan”.
Berdasarkan
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA adalah pembelajaran
pengetahuan mengenai alam semesta dan dikembangkan melalui kegiatan ilmiah
berupa eksperimen, observasi ataupun penelitian yang berisi fakta, konsep,
ataupun prinsip dan dilakukan secara sistematis/ secara ilmiah.
1. Tujuan
Pembelajaran IPA
Tujuan
pembelajaran IPA ini ditujukan untuk memberi kesempatan serta melatih siswa
untuk memupuk rasa ingin tahu yang tinggi secara ilmiah, mengembangkan
kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas fenomena berdasarkan bukti nyata,
dan juga mengembangkan cara berpikir ilmiah. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) tujuan pembelajaran IPA yaitu:
a.
Memperoleh
keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, krindahan, dan
keteraturan alam ciptaanNya.
b.
Mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yangbermanfaat dan dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.
c.
Mengembangkan
rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang
saling mempengaruhi anatara IPA, teknologi, dan masyarakat.
d.
Mengembangkan
keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan
membuat keputusan.
e.
Meningkatkan
kesadaranuntuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan
lingkungan alam.
f.
Meningkatkan
kesadaran untuk mrnghargai alam dan segala keteraturannya sebagai slah satu
ciptaan Tuhan.
g.
Memperoleh
bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar melnjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. (Mulyasa, 2006: 111).
B.
Belajar
IPA
Pengertian
Belajar IPA SD Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam proses
pembelajaran Menurut Sulistyorini (2007: 39) Ilmu Pengetahuan Alam berhubungan
dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,
atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Menurut
Slamet, dkk (2009: 27) IPA merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang fenomena-fenomena alam yang disusun melalui tahapan-tahapan metode
ilmiah yang bersifat khas-khusus, yaitu penyusunan hipotesis, melakukan
observasi, penyusunan teori, pengujian hipotesis, dan penarikan kesimpulan.
Pengamatan fenomena-fenomena alam tidaklah lengkap bila tidak disertai dengan
data kuantitatif. Berdasarkan pengertian belajar IPA dapat disimpulkan bahwa
IPA adalah pengetahuan tentang alam yang diperoleh dengan cara yang terkontrol.
Penjelasan ini mengandung makna bahwa IPA kecuali sebagai produk yaitu
pengetahuan, juga sebagai proses yaitu bagaimana cara mendapatkan pengetahuan
tersebut.
Ilmu
Pengetahuan Alam diterjemahkan dari bahasa Inggris ‘natural science’, secara
singkat disebut Science. IPA secara harafiah dapat diartikan sebagai ilmu
pengetahuan alam atau yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam
(Srini M Iskandar, 1996/1997). Hal ini mengandung makna bahwa IPA bukan hanya
kumpulan pengetahuan, tetapi merupakan proses pencarian yang sistematis dan
berisi berbagai strategi dimana menghasilkan kumpulan pengetahuan yang dinamis.
Seperti
halnya setiap ilmu pengetahuan, Ilmu Pengetahuan Alam mempunyai objek dan
permasalahan jelas yaitu berobjek benda-benda alam dan mengungkapkan
gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil
percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana
diungkapkan oleh Powler (Usman Samatowa, 2006) IPA merupakan ilmu yang
berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang
tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi
dan eksperimen.
IPA
juga dipandang sebagai cerminan dari hubungan antara produk pengetahuan, metode
ilmiah serta nilai sikap yang terkandung dalam proses pencarianya. Seperti yang
diungkapkan Patta Bundu (2006) menyatakan bahwa IPA adalah proses kegiatan yang
dilakukan para saintis dalam memperoleh pengetahuan dan sikap terhadap proses
kegiatan tersebut. Hal ini sejalan dengan hakikat Ilmu Pengetahuan Alam yang
bukan hanya kumpulan pengetahuan fakta untuk dihafal, tetapi ada proses aktif
menemukan menggunakan pikiran dan sikap dalam mempelajarinya.
Dalam
hal ini, IPA sejatinya merupakan proses penemuan pengetahuan dan sikap ilmiah
sehingga bukan hanya kumpulan pengetahuan yang merupakan produk dari kegiatan
ilmiah. Berdasarkan pengertian diatas dapat diketahui bahwa Ilmu Pengetahuan
Alam adalah kumpulan pengetahuan berupa teori-teori mengenai
peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam dan telah diuji kebenarannya, melalui
proses metode ilmiah dari pengamatan, studi, dan pengalaman disertai sikap
ilmiah di dalamnya. Secara garis besar Ilmu Pengetahuan Alam memiliki tiga
komponen antara lain:
1.
IPA sebagai produk,
merupakan kumpulan hasil kegiatan empirik dan analitik yang dilakukan para
ilmuan dalam bentuk fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan
teori-teori yang dapat menjelaskan dan memahami alam serta berbagai fenomena di
dalamnya.
2.
Proses dalam hal ini
adalah proses dalam mendapatkan ilmu pengetahuan alam melalui metode ilmiah.
Metode ilmiah yang dimaksud dalam pembelajaran IPA untuk siswa Sekolah Dasar
yaitu metode ilmiah yang dikembangkan dan diajarkan secara bertahap dan
berkesinambungan, sehingga siswa nantinya dapat melakukan penelitian sederhana
(Darmodjo, 1992). Menurut Patta Bundu (2010) IPA sebagai proses merupakan
sejumlah keterampilan untuk mengkaji fenomena alam sebagai proses Sains dalam
mendapatkan pengetahuan Sains tersebut, meliputi kemampuan observasi,
klasifikasi, kuantifikasi, inferensi, komunikasi, interpretasi, prediksi,
hipotesis, mengendalikan variabel, merencanakan dan melaksanakan penelitian.
Jadi, pada hakikatnya dalam proses mendapatkan ilmu pengetahuan alam diperlukan
beberapa keterampilan dasar tersebut.
3.
IPA sebagai sikap
ilmiah, merupakan sikap ilmiah yang biasa ditunjukan dalam mencari dan
mengembangkan pengetahuan dari objektif terhadap fakta secara hati-hati, kritis
dan sebagainya. Hal ini memberi penekanan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam bukan
hanya kumpulan pengetahuan fakta untuk dihafal, tetapi ada proses aktif
penemuan menggunakan pikiran dan sikap dalam mempelajarinya. Menurut Wynne
Harlen (Darmodjo, 1992) setidaknya ada sembilan aspek sikap ilmiah yang dapat
dikembangkan pada anak usia Sekolah Dasar yaitu:
a.
Sikap ingin tahu
(curiousity), dalam hal ini suatu sikap yang selalu ingin mendapatkan jawaban
yang benar dari objek yang diamatinya.
b.
Sikap ingin mendapatkan
sesuatu yang baru (originality), sikap ini bertitik tumpu dari kesadaran bahwa
jawaban yang telah diperoleh dari rasa ingin tahu tidak bersifat mutlak, namun
hanya bersifat sementara.
c.
Sikap kerja sama
(cooperation), dalam hal ini kerja sama adalah sikap untuk memperoleh
pengetahuan yang lebih banyak secara bersama-sama atau berkelompok. d. Sikap
tidak putus asa (perseverance), sikap ini perlu ditanamkan kepada siswa Sekolah
Dasar agar tidak mudah putus asa jika mengalami kegagalan dalam menggali ilmu.
d.
Sikap teruka untuk
menerima (open-mindedness)
e.
Sikap mawas diri (self
critism), seorang ilmuwan sangat menjunjung tinggi kebenaran. Objektivitas
tidak hanya ditunjukkan diluar dirinya tetapi juga terhadap dirinya sendiri.
sikap tersebut haruslah dikembangkan sejak dini khususnya pada siswa Sekolah Dasar
agar memiliki sikap jujur tehadap dirinya sendiri, menjunjung tinggi kebenaran,
dan berani mengoreksi dirinya sendiri.
f.
Sikap bertanggung jawab
(responsibility), dalam hal ini seseorang harus berani mempertanggungjawabkan
apa yang telah diperbuat. sikap tersebut harus dikembangkan sejak usia SD
misalnya membuat dan melaporkan hasil pengamatan atau kerja yang telah
dilakukan secara jujur.
g.
Sikap berpikir bebas
(independence in thinking), dalam ilmu pengetahuan diperlukan objektifitas
karena hal tersebut merupakan salah satu kriteria kebenaran suatu ilmu
pengetahuan.
h.
Sikap kedisiplinan diri
(self discipline), menurut Morse dan Wingo ( Darmodjo, 1992), mengatakan bahwa
kedisiplinan diri dapat diartikan sebagai kemampuan sesorang untuk dapat
mengontrol atau mengatur dirinya sendiri menuju tingkah laku yang dikehendaki
dan diterima oleh masyarakat.
Hal
ini menekankan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam bukan hanya sekumpulan pengetahuan
fakta untuk dihafal, tetapi ada proses aktif menemukan sesuatu menggunakan pikiran
dan sikap dalam mempelajarinya. Dengan demikian pembelajaran IPA untuk tingkat
Sekolah Dasar, berorientasi pada pencapaian.Sains dari segi produk, proses dan
sikap keilmuannya (Patta Bundu, 2010). Segi produk, siswa diharapkan dapat
memahami konsep-konsep Sains berupa fakta, konsep, prinsip, hukum maupun teori
dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari; dari proses, siswa diharapkan
memiliki kemampuan dalam proses untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan, dan
menerapkan konsep yang diperolehnya untuk menjelaskan masalah dan memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari; dari segi sikap dan nilai siswa diharapkan
mempunyai minat untuk mempelajari benda-benda di lingkungannya, bersikap ingin
tahu,tekun, kritis, mawas diri, bertanggungjawab dapat bekerja sama dan mandiri
serta memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar.
C.
Mengajar
IPA
Pembelajaran
IPA sebagaimana tujuan pendidikan dalam taksonomi Bloom, bahwa pembelajaran
dapat memberikan pengetahuan (kognitif), sebuah keterampilan (psikomotorik),
kemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman, kebiasaan, dan apresiasi (David R.
Krathwohl, 2002: 261). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Pembelajaran
IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar, sehingga prospek perkembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan
pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA di
sekolah sebaiknya:
1. memberikan
pengalaman pada peserta didik sehingga mereka kompeten melakukan pengukuran
berbagai besaran fisis,
2. menanamkan
pada peserta didik pentingnya pengamatan empiris dalam menguji auatu pernyataan
ilmiah (hipotesis). Hipotesis ini dapat berasal dari pengamatan terhadap
kejadian sehari-hari yang membutuhkan pembuktian secara ilmiah,
3. latihan
berpikir kuantitatif yang mendukung kegiatan belajar matematika, yaitu sebagai
penerapan matematika pada masalah-masalah nyata yang berkaitan dengan peristiwa
alam.
Memperkenalkan dunia
teknologi melalui kegiatan kreatif dalam kegiatan perancangan dan pembuatan
alatalat sederhana maupun penjelasan berbagai gejala dan keampuhan IPA dalam
menjawab berbagai masalah.
D.
Prinsip
Pembelajaran IPA
Terdapat
lima prinsip pembelajaran IPA di Madrasah yang selanjutnya dapat menjadi dasar
pemahaman tentang pembelajaran IPA yang menyenangkan. Kelima prinsip tersebut
adalah:
1. Prinsip
1: Pemahaman tentang dunia di sekitar kita dimulai dari pengalaman baik secara
indrawi ataupun nonindrawi
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam prinsip satu adalah Siswa perlu diberi
kesempatan memperoleh pengalaman dan aktif melakukan sesuatu agar memperoleh
pengalaman.
Contoh:
A. Ketika
siswa diajak mempelajari berbagai jenis rumput di halaman madrasah, sambil
membuat catatan juga membuat sketsa tentang berbagai bentuk daun, batang,
bunga, akar dll. Atau bisa juga siswa diajak untuk menggolongkan jenis rumput
berdasarkan bentuk daun, tempat tumbuh, dan siswa tidak diajak untuk menghapal
nama-nama rumput
B. Ketika
siswa diajak memamahami topik temperatur, sebaiknya siswa juga diajak untuk
memiliki pengalamn tentang temperatur. Anda siapkan tiga gelas yang berisi air
berbeda temperaturnya (hangat, sedang, dingin), siswa disuruh untuk memasukan
jari tangannya ke dalam gelas tadi.
Adakah perbedaaan temperaturnya?
2. Prinsip
2: Pengetahuan yang diperoleh tidak pernah terlihat secara langsung sehingga
perlu diungkap selama proses pembelajaran
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam prinsip dua adalah Pengetahuan siswa yang
diperoleh dari pengalaman perlu diungkap di setiap awal pembelajaran
Contoh:
Dari dua contoh yang diberikan di prinsip 1, selanjutnya siswa disuruh untuk
menyajikan atau menyampaikan di depan kelas tentang penemuannya agar siswa yang
lain dapat mengetahuinya.
3. Prinsip
3: Pengetahuan pengalaman siswa kurang
konsisten dengan pengetahuan para ilmuwan, atau pengetahuan yang guru miliki
Beberapa
hal yang pelu diperhatikan dalam prinsip tiga adalah pengetahuan siswa yang
tidak konsisten dengan pengetahuan para ilmuwan disebut miskonsepsi.
Contoh:
Anda sebagai guru perlu merancang kegiatan yang dapat membetulkan miskonsepsi
selama pembelajaran berlangsung. Ketika siswa mengatakan bahwa matahari
bergerak dari timur ke barat seperti yang kita lihat setiap hari. Anda
mengatakan bahwa itu miskonspesi, Anda perlu membetulkannya. Bagaimana caranya?
Tanyakan pada siswa, apakah pernah naik bus yang bergerak laju? suruh
mereka mengingat, apa yang dilihat di luar bus? apakah
kalian punya kesan bahwa
benda
(pohon, rumah dll) yang
ada luar
bus bergerak mundur
menjauhi bus ? apa yang sesungguhnya, bus yang bergerak cepat atau
pohon itu yang bergerak cepat ? Tanya jawab
seperti ini anda sebagai guru perlu membetulkan bahwa ”
benda yang kelihatan bergerak
belum tentu bergerak,”
hal ini terjadi karena cara memandang saja. Gerakan yang terjadi seperti tadi
disebut gerak semu dalam IPA.
4.
Prinsip 4: Dalam setiap pengtahuan mengandung fakta,
data, konsep, lambang, dan relasi dengan konsep yang lain.
Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam prinsip empat adalah pengetahuan selalu mengandung
fakta, data, konsep, simbol, dan hubungan atar konsep.
Contoh :
Pengetahuan kutub magnet, apa yang
sebagai fakta ? setiap batang magnet memiliki dua kutub magnet. Apa yang
menjadi data ? sebuah batang ada yang mampu menarik 10 paku. Mana yang sebagai
konsep ? kutub utara, kutub selatan. Apa
simbulnya ? U atau N sebagai simbol kutub utara, S sebagai simbol kutub
selatan. Apa hubungannya dengan konsep lain ? Kutub utara sebatang magnet
selalu mengarah ke utara karena ditarik oleh kutub magnet bumi.
Tugas anda
sebagai guru IPA adalah mengajak siswa untuk mengelompokkan pengetehuan yang
sedang dipelajarai ke dalam fakta, data, konsep, simbol dan hubungan dengan
konsep lain.
5.
Prinsip 5: IPA terdiri atas produk,
proses dan prosedur
Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam prinsip lima adalah pemahaman konsep IPA yang dipelajari siswa harus menunjukkan
produk, proses dan prosedur
Contoh: Ketika
siswa dibekali menemukan pengetahuan, itu adalah proses dan prosedur IPA,
proses menyangkut aktivitasnya sedangkan prosedur merupakan metode ilmiah yang
digunakan dalam kegiatan penelitiannya, sedangkan hasil yang diperoleh melalui
kegiatan itu adalah produk.
E.
Pendidikan
Karakter dalam Pembelajaran
Suyanto
(2010) mengatakan “karakter adalah cara berpikir dan berprilaku yang menjadi
ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama baik dalam lingkup
keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara”. Individu yang berkarakter baik adalah
individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap
akibat dari keputusan yang ia buat. Berbeda dengan Suyanto, Tadkiroatun
Musfiroh (2008) memandang “karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviours), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills).” Karakter, lanjut Musfiroh
berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to
mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai
kebaikan itu dalam bentuk tindakan atau tingkah laku.
Kemudian
menurut Kemendiknas (2010), karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau
kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai
kebajikan (virtues) yang diyakini dan
digunakan sebagai landasan
untuk cara pandang, berpikir,
bersikap dan bertindak. Selanjutnya Furqon (2011) menuliskan beberapa pengertian
karakter yaitu (1) karakter adalah gabungan sifat – sifat kejiwaan akhlak atau
budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. (kamus
lengkap Bahasa Indonesia), (2) Karakter adalah sifat nyata dan berbeda yang
ditunjukkan oleh individu, (3) karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik
tolak etis atau moral, (4) karakter adalah “ciri khas” yang dimiliki oleh
individu.
Dari
beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa karakter adalah kualitas
atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang
merupakan keperibadian khusus seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi
berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk
cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak serta yang membedakan individu
yang satu dengan individu lain. Seseorang dikatakan berkarakter jika telah
berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta
digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya.
F.
Pengertian Pendidikan
Karakter
Menurut
Suyanto (2010), pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus yaitu
melibatkan aspek pengetahuan (cognitive),
perasaan (feeling), dan tindakan (action). Tanpa ketiga aspek ini, maka
pendidikan karakter tidak akan efektif. Selanjutnya Tadkiroatun Musfiroh (2008)
mengatakan bahwa pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai
karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran
atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Secara ringkas,
pendidikan karakter dimaknai sebagai: “The deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal
character development”.
Selanjutnya
menurut Kemendiknas (2010), pendidikan karakter adalah pendidikan yang
mengembangkan nilai-nilai karakter bangsa pada diri peserta didik, sehingga
mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan
nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat dan
warga Negara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif. Dari beberapa
pendapat di atas disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan yang
menanamkan dan mengembangkan
karakter-karakter luhur kepada
peserta didik sehingga mereka memiliki karakter luhur untuk dapat diterapkan
dan dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga,
sekolah maupun masyarakat.
Pendidikan Karakter
Dalam Pembelajaran IPA
Pembelajaran
IPA dapat dilakukan dengan bermacam-macam metode, pendekatan, dan model
pembelajaran yang cocok yaitu melalui pengalaman langsung (learning by doing).
Proses pembelajaran IPA memberikan kesempatan kepada siswa untuk melibatkan
segala keterampilan proses yang dimiliki. IPA terdiri dari keterampilan proses
yang dilengkapi dengan sikap ilmiah untuk menemukan atau membuktikan suatu konsep
atau prinsip. IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam
secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses (penemuan). Sehingga dapat disimpulkan bahwa IPA
merupakan kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis tentang gejala
alam dan perkembangannya yang tidak hanya ditunjukkan oleh fakta-fakta tapi
juga timbul melalui metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Hakikat
IPA meliputi produk, proses dan sikap. Untuk memperoleh produk IPA yang berupa
fakta, konsep, prinsip, hukum, maupun model dilakukan melalui proses ilmiah.
Proses ilmiah memerlukan suatu keterampilan proses yang biasa disebut
keterampilan proses sains. Zuhdan (2013) menyatakan keterampilan proses sains
meliputi proses mengamati, mengukur, menginterpretasi, memanipulasi, melakukan
hipotesis, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan. Adapun hakikat IPA sebagai
sikap menunjukkan nilai-nilai yang menyertai atau muncul ketika proses sains
dilakukan yang bisasa disebut sebagai sikap ilmiah. Sikap ilmiah selalu
membersamai kegiatan atas pemikiran ilmiah (Islam A dan Farooq, 2012).
Nilai-nilai tersebut meliputi rasa ingin tahu, terbuka, berpikir logis, kritis,
kreatif, inovatif, jujur, disiplin, mandiri, bertanggung jawab, dan tidak mudah
putus asa.
Sebagai
contohnya ketika siswa sedang melakukan eksperimen/ percobaan, siswa menempuh
langkah-langkah percobaan yakni mengambil data. Ketika anak mengambil data anak
harus jujur terhadap data yang diambil, artinya anak tidak diperkenankan untuk
memanipulasi data meskipun data yang diperoleh tidak sesuai dengan teori.
Percobaan apabila tidak dilandasi kejujuran akan menyebabkan hal yang fatal.
Apabila siswa memaknai sikap ini, maka jujur akan senantiasa melandasi sikapnya
dalam kehidupan sehari-hari yang akhirnya dibawa sampai pada masa dewasa yang
akan membentuk karakter siswa. Dengan adanya sikap jujur, maka budaya mencontek
akan berkurang. Pada jangkauan yang lebih luas, dengan adanya sikap jujur angka
korupsi yang semakin merajalela dapat ditanggulangi.
Pada
beberapa percobaan,tidak dipungkiri adanya kegagalan. Beberapa siswa mungkin
akan mengulang percobaan untuk meyakinkan dirinya bahwa apa yang dilakukan sesuai
dengan prosedur yang ditentukan. Hal ini menunjukkan sikaptidak mudah putus
asa, sikap hati-hati serta memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Apabila sikap
ini diinternalisasi siswadengan baik maka akan membentuk terbentuk karakter
yang baik. Melalui sikap tidak mudah putus asa, siswa akan berusaha lebih keras
untuk memperoleh apa yang dicita-citakan. Siswa tidak akan menghalalkan
berbagai cara untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Melalui sikap hati-hati
yang dimiliki siswa tidak akan gegabah dalam menanggapi suatu permasalahan.
Melalui sikap-sikap tersebut siswa akan mampu menghadapi tantangan masa depan
yang semakin kompleks dengan bijaksana.
Tidak
jarang dalam melakukan percobaan siswa melakukan dalam kelompok. Sehingga akan
mendorong siswa untuk berinteraksi dan bekerjasama dengan teman sebaya. Melalui
aktivitas ini akan mengembangkan karakter siswa dalam berkomunikasi. Kerjasama
juga akan memupuk rasa peduli terhadap sesama. Dari beberapa pernyatan tersebut
tampak bahwa pembelajaran IPA mampu memberikan kontribusi dalam membangun
karakter anak.
F.
Strategi
pada Pembelajaran IPA
Strategi
pembelajaran pada Ilmu Pengetahuan Aalam memiliki tujuan yang hampir sama
dengan strategi pembelajaran pada pelajaran atau materi lain. Strategi pembelajaran
sendiri ialah cara-cara yang akan digunkan oleh guru untuk menyampaikan materi
agar memudahkan peserta didik dalam memahami dan menerima materi. Adapun
beberapa strategi pembelajara yang cocok digunakan dalam pembelajaran IPA
yaitu:
1.
Hand On and Mind On Approach
Strategi pembelajaran hands on and mind on ini merupakan
strategi yang menitikberatkan pada kegiatan penelitian siswa dan memanfaatkan
kecenderungan alami anak-anak untuk belajar. Strategi ini sangat cocok digunakan dalam pembelajaran
IPA karena siswa diajak untuk bereksperimen, melakukan penelitian ataupun
mengobservasi untuk menemukan jawaban-jawaban atas pertanyaannya. Hal ini dapat
membantu siswa untuk membangun dan menemukan pengetahuannya sendiri, dan
belajar untuk berkreativitas untuk merancang sesuatu hal atau alas berdasarkan
pengetahuan yang ia peroleh. Dengan strategi ini daya ingat dan pemahaman siswa
akan lebih mudah didapatkan, selain itu dengan kegiatan ini siswa akan situntut
untuk mandiri dan aktiv. Hands on and
minds on ini memiliki kegiatan
pendidikan yang dinamis, relevan, dan diterapkan. Strategi ini juga bisa
dikatakan kegiatan belajar aktif, karena siswa tidak hanya melihat dan
mendengarkan guru yang sedang menjelaskan namun ikut serta aktif dalam
pembelajaran. Strategi ini tidak hanya melatih keaktivan siswa dalam mencari tahu
hal-hal melelui penelitian, observasi ataupun pengamatan, namun juga melatih
siswa untuk berpikir kritis dan kreativ dan dapat menerapkannya pada kehidupan
sehari-hari.
2.
Inquiry Based Learning
Strategi
inquiry based learning (IBL)
merupakan proses dimana siswa menjadi pusat dalam proses pembelajaran. Dalam
proses pembelajaran ini kemandirian dan kreativitas siswa sangat diperlukan.
Siswa merupakan pusat proses pembelajaran yang diberikan kebebasan untuk
mengambil keputusan yang berhubungan dengan proses pembelajaran. IBL juga
merupakan proses dimana siswa mampu memformulasikan pertanyaan, melakukan
pengamatan/ investigasi, membangun pemahaman, makna dan pengetahuan.
Pengetahuan ini merupakan pengetahuan baru bagi siswa yang akan lebih mudah
dipahami dan diingat karena siswa bersangkutan yang menemukan pengetahuan baru
tersebut meskipun dengan bimbingan daari guru.
Jadi strategi pembelajarn Ibl merupakan strategi pembelajaran berbasis
penelitian aktiv yang melibatkan siswa untuk aktif dan berpikir secara kritis
dan kreativ dalam melakukan penelitian.
3.
Mengidentifikasi
Kemampuan Awal Siswa
Mengidentifikasi
kemampuan awal siswa cuku cukup penting dilakukan karena, dengan mengetahui
kemampuan awal yang dimiliki siswa maka guru akan mengetahui apa yang paling
dibutuhkan siswa dalam pembelajaran, dan apa yang cocok untuk diajarkan pada
siswa. Meskipun tiap siswa memiliki umur yang relatif sama namun meraka
memiliki sikap dan karakteristik yang berbeda. Mengetahui gambaran tentang
entering behavior (pola belajar siswa) peserta didik akan dapat membantu guru
seperti:
a.
Mengetahui
seberapa jauh kesiapan, penguasaan, keterampilan dari pengetahuan dan
keterampilan dasar sebagai landasan bagi
bahan ajar baru.
b.
Dapat
menjadi pertimbangan memilih metode, strategi ataupun pendekatan apa yang tepat
untuk peserta didik.
c.
Membandingkan
nilai pretest dan postest sehingga dapat diketahui seberapa banyak perubahan
periaku dari hasil belajarnya (Makmum, 2002: 224).
Identifikasi kemampuan
peserta didik ini terdiri dari identifikadi jenis dan ruang lingkup
pengetahuanyang telah dikuasai peserta didik dan indentifikasi tingkat dan
tahap serta jenis kemampuan.
1.
Identifikasi
Jenis dan Ruang Lingkup Pengetahuan yang Telah Dikuasai Peserta Didik.
a.) Memberikan pertayaan-pertayaan mengenai materi
atau pembahasan yang telah dipelajari sebelumnya.
b.) Memberikan pre-test menggunakan
instrumen pengukuran prestasi belajar sebelumdimulai pembelajaran
2.
Identifikasi
Tingkat dan Tahap serta Jenis Kemampuan Tingkat dan tapa serta kemampuan yang
diidentifikasi pada siswa mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik
yang telah dicapai oleh peserta didik.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pembelajaran
IPA adalah pembelajaran pengetahuan mengenai alam semesta dan dikembangkan
melalui kegiatan ilmiah berupa eksperimen, observasi ataupun penelitian yang
berisi fakta, konsep, ataupun prinsip dan dilakukan secara sistematis/ secara
ilmiah. Ilmu Pengetahuan Alam bukan hanya
sekumpulan pengetahuan fakta untuk dihafal, tetapi ada proses aktif menemukan
sesuatu menggunakan pikiran dan sikap dalam mempelajarinya. Dengan demikian pembelajaran
IPA untuk tingkat Sekolah Dasar, berorientasi pada pencapaian.Sains dari segi
produk, proses dan sikap keilmuannya.
Daftar
Pustaka
Darmodjo Hendro,
Jenny R.E Kuligis. 1992. Pendidikan IPA
II. Jakarta : Depdiknas.
Depdiknas. 2004.
Sains. Jakarta : Depdiknas.
Mulyana, Edi H.
2006. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Tasik
Malaya : UPI Tasik Malaya.
Rutaman,
Nuryani. 2011. Materi dan Pembelajaran
IPA SD. Jakarta : Univ Terbuka.
Sudjana, Nana.
2013. Dasar-dasar Preoses Belajar
Mengajar. Bandung : Sinar Baru.