Wikipedia

Search results

MAKALAH HAKIKAT PEMBELAJARAN IPA SD




KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti. Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih atas bimbingan dari dosen pembimbing mata kuliah Pembelajaran IPA SD, yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat.
Penulis sangat bersyukur atas terselesaikannya makalah yang berjudul ”Hakikat Pembelajaran IPA SD” sebagai tugas Pembelajaran IPA SD dengan lancar. Dalam makalah ini penulis membahas mengenai pengertian pembelajaran IPA besesrta strategi pembelajaran IPA. Tujuannya agar pembaca dapat dengan jelas memahami tentang pembelajaran IPA SD.
Penulis mengucapkan mohon maaf atas kesalahan-kesalahan yang ada dalam penulisan makalah ini. Oleh sebab itu penulis berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran sebagai refrensi penulis untuk tulisan selanjutnya.
Wassalamualaikum Wr.Wb

Malang, 19 Februaru 2020


Penulis

DAFATR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................... ......... i          
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
PETA KONSEP .......................................................................................... iii
BAB I      : PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang ....................................................................................... 1
B.       Rumusan Masalah.......................................................................... ......... 2
C.       Tujuan ........................................................................................... ......... 2
D.      BAB II........................................................... : PEMBAHASAN
A.      Pengertian Pembelajaran IPA ................................................................. 3
B.       Belajar IPA.................................................................................... ......... 5
C.       Mengajar IPA.......................................................................................... 9
D.      Prinsip Pembelajaran IPA........................................................................ 10
E.       Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran.............................................. 13
F.        Strategi pada Pembelajaran IPA............................................................. 14
BAB III   : PENUTUP
A.   Kesimpulan ................................................................................... ......... 20
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... ......... 21




BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Memberi kesempatan serta melatih siswa untuk memupuk rasa ingin tahu yang tinggi secara ilmiah, mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas fenomena berdasarkan bukti nyata, dan juga mengembangkan cara berpikir ilmiah. Pengetahuan berupa teori-teori mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam dan telah diuji kebenarannya, melalui proses metode ilmiah dari pengamatan, studi, dan pengalaman disertai sikap ilmiah di dalamnya. Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, sehingga prospek perkembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Pembelajaran IPA dapat dilakukan dengan bermacam-macam metode, pendekatan, dan model pembelajaran yang cocok yaitu melalui pengalaman langsung (learning by doing). Proses pembelajaran IPA memberikan kesempatan kepada siswa untuk melibatkan segala keterampilan proses yang dimiliki. Pada beberapa percobaan,tidak dipungkiri adanya kegagalan. Beberapa siswa mungkin akan mengulang percobaan untuk meyakinkan dirinya bahwa apa yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang ditentukan.







B.  Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian dari Pembelajaran IPA?
2.    Apa yang dimaksud dengan Belajar IPA?
3.    Bagaimana Pembelajaran IPA yang baik di sekolah?
4.    Apa saja Prinsip Pembelajaran IPA?
5.    Bagaimanakah menerapkan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran?
6.    Bagaimana Strategi pada Pembelajaran IPA?

C.  Tujuan
1.    Untuk mengetahui pembelajaran IPA.
2.    Untuk mengetahui bagaimana belajar IPA.
3.    Untuk pembelajaran IPA yang baik di sekolah.
4.    Untuk mengetahui prinsip pembelajaran IPA.
5.    Untuk mengetahui bagaimana menerapkan pendidikan karakter dalam pembelajaran.
6.    Untuk mengetahui strategi pembelajaran IPA
BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Pembelajaran IPA
IPA yang merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan Alam atau juga biasa disebut sainsi adalah ilmu yang secara garis besar mempelajari mengenai alam semesta beserta isinya. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains berasal dari kata natural sains yang berarti alamiah atau berhubungan dengan alam (Sujana, 2013). Hal ini dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang berisi atau membahas mengenai segala peristiwa yang terjadi pada alam dan isinya, sehingga memiliki hubungan yang sangat luas terkait kehidupan manusia. Sedangkan menurut Nash 1963 (dalam Hendro Darodjo, 1992:3) IPA adalah cara atau metode dalam mengamati alam yang sifatnya analisis, lengkap, cermat serta menghubungkan antara fenomena alam yang satu dengan yang lain. Pembelajarn IPA ini juga berperan dalam proses perkembangan teknologi dari masa ke masa.
IPA adalah pengetahuan yang rasional, objektif, dan juga sistematis. Pembelajaran ini tidak hanya menekankan pada penguasaan konsep-konsep, prinsip, atau fakta-fakta namun juga menekankan pada penemuan. Kumulan fakta-fakta, prinsip ataupun konsep-konsep harus dilakukan secara sistematis. Dalam Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang Standar Isi dikemukakan mengenai pengertian IPA, yaitu “merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan cara mencari tahu secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan”.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA adalah pembelajaran pengetahuan mengenai alam semesta dan dikembangkan melalui kegiatan ilmiah berupa eksperimen, observasi ataupun penelitian yang berisi fakta, konsep, ataupun prinsip dan dilakukan secara sistematis/ secara ilmiah.

1.      Tujuan Pembelajaran IPA

Tujuan pembelajaran IPA ini ditujukan untuk memberi kesempatan serta melatih siswa untuk memupuk rasa ingin tahu yang tinggi secara ilmiah, mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas fenomena berdasarkan bukti nyata, dan juga mengembangkan cara berpikir ilmiah. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tujuan pembelajaran IPA yaitu:
a.         Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, krindahan, dan keteraturan alam ciptaanNya.
b.        Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yangbermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c.         Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi anatara IPA, teknologi, dan masyarakat.
d.        Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
e.         Meningkatkan kesadaranuntuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.
f.         Meningkatkan kesadaran untuk mrnghargai alam dan segala keteraturannya sebagai slah satu ciptaan Tuhan.
g.        Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar melnjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. (Mulyasa, 2006: 111).












B.  Belajar IPA
Pengertian Belajar IPA SD Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran Menurut Sulistyorini (2007: 39) Ilmu Pengetahuan Alam berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Menurut Slamet, dkk (2009: 27) IPA merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang fenomena-fenomena alam yang disusun melalui tahapan-tahapan metode ilmiah yang bersifat khas-khusus, yaitu penyusunan hipotesis, melakukan observasi, penyusunan teori, pengujian hipotesis, dan penarikan kesimpulan. Pengamatan fenomena-fenomena alam tidaklah lengkap bila tidak disertai dengan data kuantitatif. Berdasarkan pengertian belajar IPA dapat disimpulkan bahwa IPA adalah pengetahuan tentang alam yang diperoleh dengan cara yang terkontrol. Penjelasan ini mengandung makna bahwa IPA kecuali sebagai produk yaitu pengetahuan, juga sebagai proses yaitu bagaimana cara mendapatkan pengetahuan tersebut.
Ilmu Pengetahuan Alam diterjemahkan dari bahasa Inggris ‘natural science’, secara singkat disebut Science. IPA secara harafiah dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan alam atau yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam (Srini M Iskandar, 1996/1997). Hal ini mengandung makna bahwa IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan, tetapi merupakan proses pencarian yang sistematis dan berisi berbagai strategi dimana menghasilkan kumpulan pengetahuan yang dinamis.
Seperti halnya setiap ilmu pengetahuan, Ilmu Pengetahuan Alam mempunyai objek dan permasalahan jelas yaitu berobjek benda-benda alam dan mengungkapkan gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Powler (Usman Samatowa, 2006) IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen.
IPA juga dipandang sebagai cerminan dari hubungan antara produk pengetahuan, metode ilmiah serta nilai sikap yang terkandung dalam proses pencarianya. Seperti yang diungkapkan Patta Bundu (2006) menyatakan bahwa IPA adalah proses kegiatan yang dilakukan para saintis dalam memperoleh pengetahuan dan sikap terhadap proses kegiatan tersebut. Hal ini sejalan dengan hakikat Ilmu Pengetahuan Alam yang bukan hanya kumpulan pengetahuan fakta untuk dihafal, tetapi ada proses aktif menemukan menggunakan pikiran dan sikap dalam mempelajarinya.
Dalam hal ini, IPA sejatinya merupakan proses penemuan pengetahuan dan sikap ilmiah sehingga bukan hanya kumpulan pengetahuan yang merupakan produk dari kegiatan ilmiah. Berdasarkan pengertian diatas dapat diketahui bahwa Ilmu Pengetahuan Alam adalah kumpulan pengetahuan berupa teori-teori mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam dan telah diuji kebenarannya, melalui proses metode ilmiah dari pengamatan, studi, dan pengalaman disertai sikap ilmiah di dalamnya. Secara garis besar Ilmu Pengetahuan Alam memiliki tiga komponen antara lain:
1.        IPA sebagai produk, merupakan kumpulan hasil kegiatan empirik dan analitik yang dilakukan para ilmuan dalam bentuk fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori yang dapat menjelaskan dan memahami alam serta berbagai fenomena di dalamnya.
2.        Proses dalam hal ini adalah proses dalam mendapatkan ilmu pengetahuan alam melalui metode ilmiah. Metode ilmiah yang dimaksud dalam pembelajaran IPA untuk siswa Sekolah Dasar yaitu metode ilmiah yang dikembangkan dan diajarkan secara bertahap dan berkesinambungan, sehingga siswa nantinya dapat melakukan penelitian sederhana (Darmodjo, 1992). Menurut Patta Bundu (2010) IPA sebagai proses merupakan sejumlah keterampilan untuk mengkaji fenomena alam sebagai proses Sains dalam mendapatkan pengetahuan Sains tersebut, meliputi kemampuan observasi, klasifikasi, kuantifikasi, inferensi, komunikasi, interpretasi, prediksi, hipotesis, mengendalikan variabel, merencanakan dan melaksanakan penelitian. Jadi, pada hakikatnya dalam proses mendapatkan ilmu pengetahuan alam diperlukan beberapa keterampilan dasar tersebut.
3.        IPA sebagai sikap ilmiah, merupakan sikap ilmiah yang biasa ditunjukan dalam mencari dan mengembangkan pengetahuan dari objektif terhadap fakta secara hati-hati, kritis dan sebagainya. Hal ini memberi penekanan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam bukan hanya kumpulan pengetahuan fakta untuk dihafal, tetapi ada proses aktif penemuan menggunakan pikiran dan sikap dalam mempelajarinya. Menurut Wynne Harlen (Darmodjo, 1992) setidaknya ada sembilan aspek sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak usia Sekolah Dasar yaitu:
a.         Sikap ingin tahu (curiousity), dalam hal ini suatu sikap yang selalu ingin mendapatkan jawaban yang benar dari objek yang diamatinya.
b.        Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru (originality), sikap ini bertitik tumpu dari kesadaran bahwa jawaban yang telah diperoleh dari rasa ingin tahu tidak bersifat mutlak, namun hanya bersifat sementara.
c.         Sikap kerja sama (cooperation), dalam hal ini kerja sama adalah sikap untuk memperoleh pengetahuan yang lebih banyak secara bersama-sama atau berkelompok. d. Sikap tidak putus asa (perseverance), sikap ini perlu ditanamkan kepada siswa Sekolah Dasar agar tidak mudah putus asa jika mengalami kegagalan dalam menggali ilmu.
d.        Sikap teruka untuk menerima (open-mindedness)
e.         Sikap mawas diri (self critism), seorang ilmuwan sangat menjunjung tinggi kebenaran. Objektivitas tidak hanya ditunjukkan diluar dirinya tetapi juga terhadap dirinya sendiri. sikap tersebut haruslah dikembangkan sejak dini khususnya pada siswa Sekolah Dasar agar memiliki sikap jujur tehadap dirinya sendiri, menjunjung tinggi kebenaran, dan berani mengoreksi dirinya sendiri.
f.         Sikap bertanggung jawab (responsibility), dalam hal ini seseorang harus berani mempertanggungjawabkan apa yang telah diperbuat. sikap tersebut harus dikembangkan sejak usia SD misalnya membuat dan melaporkan hasil pengamatan atau kerja yang telah dilakukan secara jujur.
g.        Sikap berpikir bebas (independence in thinking), dalam ilmu pengetahuan diperlukan objektifitas karena hal tersebut merupakan salah satu kriteria kebenaran suatu ilmu pengetahuan.
h.        Sikap kedisiplinan diri (self discipline), menurut Morse dan Wingo ( Darmodjo, 1992), mengatakan bahwa kedisiplinan diri dapat diartikan sebagai kemampuan sesorang untuk dapat mengontrol atau mengatur dirinya sendiri menuju tingkah laku yang dikehendaki dan diterima oleh masyarakat.
Hal ini menekankan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam bukan hanya sekumpulan pengetahuan fakta untuk dihafal, tetapi ada proses aktif menemukan sesuatu menggunakan pikiran dan sikap dalam mempelajarinya. Dengan demikian pembelajaran IPA untuk tingkat Sekolah Dasar, berorientasi pada pencapaian.Sains dari segi produk, proses dan sikap keilmuannya (Patta Bundu, 2010). Segi produk, siswa diharapkan dapat memahami konsep-konsep Sains berupa fakta, konsep, prinsip, hukum maupun teori dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari; dari proses, siswa diharapkan memiliki kemampuan dalam proses untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan, dan menerapkan konsep yang diperolehnya untuk menjelaskan masalah dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari; dari segi sikap dan nilai siswa diharapkan mempunyai minat untuk mempelajari benda-benda di lingkungannya, bersikap ingin tahu,tekun, kritis, mawas diri, bertanggungjawab dapat bekerja sama dan mandiri serta memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar.

C.  Mengajar IPA
Pembelajaran IPA sebagaimana tujuan pendidikan dalam taksonomi Bloom, bahwa pembelajaran dapat memberikan pengetahuan (kognitif), sebuah keterampilan (psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman, kebiasaan, dan apresiasi (David R. Krathwohl, 2002: 261). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, sehingga prospek perkembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya:
1.    memberikan pengalaman pada peserta didik sehingga mereka kompeten melakukan pengukuran berbagai besaran fisis,
2.    menanamkan pada peserta didik pentingnya pengamatan empiris dalam menguji auatu pernyataan ilmiah (hipotesis). Hipotesis ini dapat berasal dari pengamatan terhadap kejadian sehari-hari yang membutuhkan pembuktian secara ilmiah,
3.    latihan berpikir kuantitatif yang mendukung kegiatan belajar matematika, yaitu sebagai penerapan matematika pada masalah-masalah nyata yang berkaitan dengan peristiwa alam.
Memperkenalkan dunia teknologi melalui kegiatan kreatif dalam kegiatan perancangan dan pembuatan alatalat sederhana maupun penjelasan berbagai gejala dan keampuhan IPA dalam menjawab berbagai masalah.




D.  Prinsip Pembelajaran IPA
Terdapat lima prinsip pembelajaran IPA di Madrasah yang selanjutnya dapat menjadi dasar pemahaman tentang pembelajaran IPA yang menyenangkan. Kelima prinsip tersebut adalah:
1.      Prinsip 1: Pemahaman tentang dunia di sekitar kita dimulai dari pengalaman baik secara indrawi ataupun nonindrawi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam prinsip satu adalah Siswa perlu diberi kesempatan memperoleh pengalaman dan aktif melakukan sesuatu agar memperoleh pengalaman.
Contoh:
A.  Ketika siswa diajak mempelajari berbagai jenis rumput di halaman madrasah, sambil membuat catatan juga membuat sketsa tentang berbagai bentuk daun, batang, bunga, akar dll. Atau bisa juga siswa diajak untuk menggolongkan jenis rumput berdasarkan bentuk daun, tempat tumbuh, dan siswa tidak diajak untuk menghapal nama-nama rumput
B.  Ketika siswa diajak memamahami topik temperatur, sebaiknya siswa juga diajak untuk memiliki pengalamn tentang temperatur. Anda siapkan tiga gelas yang berisi air berbeda temperaturnya (hangat, sedang, dingin), siswa disuruh untuk memasukan jari tangannya ke dalam   gelas tadi. Adakah perbedaaan temperaturnya?

2.      Prinsip 2: Pengetahuan yang diperoleh tidak pernah terlihat secara langsung sehingga perlu diungkap selama proses pembelajaran
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam prinsip dua adalah Pengetahuan siswa yang diperoleh dari pengalaman perlu diungkap di setiap awal pembelajaran
Contoh: Dari dua contoh yang diberikan di prinsip 1, selanjutnya siswa disuruh untuk menyajikan atau menyampaikan di depan kelas tentang penemuannya agar siswa yang lain dapat mengetahuinya.
3.      Prinsip 3:  Pengetahuan pengalaman siswa kurang konsisten dengan pengetahuan para ilmuwan, atau pengetahuan yang guru miliki
Beberapa hal yang pelu diperhatikan dalam prinsip tiga adalah pengetahuan siswa yang tidak konsisten dengan pengetahuan para ilmuwan disebut miskonsepsi.
Contoh: Anda sebagai guru perlu merancang kegiatan yang dapat membetulkan miskonsepsi selama pembelajaran berlangsung. Ketika siswa mengatakan bahwa matahari bergerak dari timur ke barat seperti yang kita lihat setiap hari. Anda mengatakan bahwa itu miskonspesi, Anda perlu membetulkannya. Bagaimana caranya? Tanyakan pada siswa, apakah pernah naik bus yang bergerak laju? suruh mereka mengingat, apa yang dilihat di luar bus?  apakah kalian punya kesan bahwa benda  (pohon,  rumah  dll)  yang  ada    luar  bus  bergerak  mundur menjauhi bus ? apa yang sesungguhnya, bus yang bergerak cepat atau pohon itu yang bergerak cepat ? Tanya jawab seperti ini anda sebagai guru perlu membetulkan bahwa  benda yang kelihatan bergerak belum tentu bergerak,hal ini terjadi karena cara memandang saja. Gerakan yang terjadi seperti tadi disebut gerak semu dalam IPA.
4.      Prinsip 4:  Dalam setiap pengtahuan mengandung fakta, data, konsep, lambang, dan relasi dengan konsep yang lain.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam prinsip empat adalah pengetahuan selalu mengandung fakta, data, konsep, simbol, dan hubungan atar konsep.
Contoh : Pengetahuan  kutub magnet, apa yang sebagai fakta ? setiap batang magnet memiliki dua kutub magnet. Apa yang menjadi data ? sebuah batang ada yang mampu menarik 10 paku. Mana yang sebagai konsep ? kutub utara, kutub selatan.  Apa simbulnya ? U atau N sebagai simbol kutub utara, S sebagai simbol kutub selatan. Apa hubungannya dengan konsep lain ? Kutub utara sebatang magnet selalu mengarah ke utara karena ditarik oleh kutub magnet bumi.
Tugas anda sebagai guru IPA adalah mengajak siswa untuk mengelompokkan pengetehuan yang sedang dipelajarai ke dalam fakta, data, konsep, simbol dan hubungan dengan konsep lain.
5.      Prinsip 5: IPA terdiri atas produk, proses dan prosedur
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam prinsip lima adalah pemahaman konsep   IPA yang dipelajari siswa harus menunjukkan produk, proses dan prosedur
Contoh: Ketika siswa dibekali menemukan pengetahuan, itu adalah proses dan prosedur IPA, proses menyangkut aktivitasnya sedangkan prosedur merupakan metode ilmiah yang digunakan dalam kegiatan penelitiannya, sedangkan hasil yang diperoleh melalui kegiatan itu adalah produk.

E.  Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran
Suyanto (2010) mengatakan “karakter adalah cara berpikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara”. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Berbeda dengan Suyanto, Tadkiroatun Musfiroh (2008) memandang “karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviours), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills).” Karakter, lanjut Musfiroh berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan itu dalam bentuk tindakan atau tingkah laku.
Kemudian menurut Kemendiknas (2010), karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan  digunakan  sebagai  landasan  untuk  cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak. Selanjutnya Furqon (2011) menuliskan beberapa pengertian karakter yaitu (1) karakter adalah gabungan sifat – sifat kejiwaan akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. (kamus lengkap Bahasa Indonesia), (2) Karakter adalah sifat nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh individu, (3) karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, (4) karakter adalah “ciri khas” yang dimiliki oleh individu.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan keperibadian khusus seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak serta yang membedakan individu yang satu dengan individu lain. Seseorang dikatakan berkarakter jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya.


F.       
Pengertian Pendidikan Karakter
Menurut Suyanto (2010), pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus yaitu melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif. Selanjutnya Tadkiroatun Musfiroh (2008) mengatakan bahwa pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Secara ringkas, pendidikan karakter dimaknai sebagai: “The deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character development”.
Selanjutnya menurut Kemendiknas (2010), pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter bangsa pada diri peserta didik, sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat dan warga Negara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif. Dari beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan yang menanamkan  dan  mengembangkan  karakter-karakter  luhur kepada peserta didik sehingga mereka memiliki karakter luhur untuk dapat diterapkan dan dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran IPA
Pembelajaran IPA dapat dilakukan dengan bermacam-macam metode, pendekatan, dan model pembelajaran yang cocok yaitu melalui pengalaman langsung (learning by doing). Proses pembelajaran IPA memberikan kesempatan kepada siswa untuk melibatkan segala keterampilan proses yang dimiliki. IPA terdiri dari keterampilan proses yang dilengkapi dengan sikap ilmiah untuk menemukan atau membuktikan suatu konsep atau prinsip. IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses (penemuan). Sehingga dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis tentang gejala alam dan perkembangannya yang tidak hanya ditunjukkan oleh fakta-fakta tapi juga timbul melalui metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Hakikat IPA meliputi produk, proses dan sikap. Untuk memperoleh produk IPA yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, maupun model dilakukan melalui proses ilmiah. Proses ilmiah memerlukan suatu keterampilan proses yang biasa disebut keterampilan proses sains. Zuhdan (2013) menyatakan keterampilan proses sains meliputi proses mengamati, mengukur, menginterpretasi, memanipulasi, melakukan hipotesis, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan. Adapun hakikat IPA sebagai sikap menunjukkan nilai-nilai yang menyertai atau muncul ketika proses sains dilakukan yang bisasa disebut sebagai sikap ilmiah. Sikap ilmiah selalu membersamai kegiatan atas pemikiran ilmiah (Islam A dan Farooq, 2012). Nilai-nilai tersebut meliputi rasa ingin tahu, terbuka, berpikir logis, kritis, kreatif, inovatif, jujur, disiplin, mandiri, bertanggung jawab, dan tidak mudah putus asa.
Sebagai contohnya ketika siswa sedang melakukan eksperimen/ percobaan, siswa menempuh langkah-langkah percobaan yakni mengambil data. Ketika anak mengambil data anak harus jujur terhadap data yang diambil, artinya anak tidak diperkenankan untuk memanipulasi data meskipun data yang diperoleh tidak sesuai dengan teori. Percobaan apabila tidak dilandasi kejujuran akan menyebabkan hal yang fatal. Apabila siswa memaknai sikap ini, maka jujur akan senantiasa melandasi sikapnya dalam kehidupan sehari-hari yang akhirnya dibawa sampai pada masa dewasa yang akan membentuk karakter siswa. Dengan adanya sikap jujur, maka budaya mencontek akan berkurang. Pada jangkauan yang lebih luas, dengan adanya sikap jujur angka korupsi yang semakin merajalela dapat ditanggulangi.
Pada beberapa percobaan,tidak dipungkiri adanya kegagalan. Beberapa siswa mungkin akan mengulang percobaan untuk meyakinkan dirinya bahwa apa yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang ditentukan. Hal ini menunjukkan sikaptidak mudah putus asa, sikap hati-hati serta memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Apabila sikap ini diinternalisasi siswadengan baik maka akan membentuk terbentuk karakter yang baik. Melalui sikap tidak mudah putus asa, siswa akan berusaha lebih keras untuk memperoleh apa yang dicita-citakan. Siswa tidak akan menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Melalui sikap hati-hati yang dimiliki siswa tidak akan gegabah dalam menanggapi suatu permasalahan. Melalui sikap-sikap tersebut siswa akan mampu menghadapi tantangan masa depan yang semakin kompleks dengan bijaksana.
Tidak jarang dalam melakukan percobaan siswa melakukan dalam kelompok. Sehingga akan mendorong siswa untuk berinteraksi dan bekerjasama dengan teman sebaya. Melalui aktivitas ini akan mengembangkan karakter siswa dalam berkomunikasi. Kerjasama juga akan memupuk rasa peduli terhadap sesama. Dari beberapa pernyatan tersebut tampak bahwa pembelajaran IPA mampu memberikan kontribusi dalam membangun karakter anak.




















F.   Strategi pada Pembelajaran IPA
Strategi pembelajaran pada Ilmu Pengetahuan Aalam memiliki tujuan yang hampir sama dengan strategi pembelajaran pada pelajaran atau materi lain. Strategi pembelajaran sendiri ialah cara-cara yang akan digunkan oleh guru untuk menyampaikan materi agar memudahkan peserta didik dalam memahami dan menerima materi. Adapun beberapa strategi pembelajara yang cocok digunakan dalam pembelajaran IPA yaitu:

1.    Hand On and Mind On Approach
Strategi pembelajaran hands on and mind on ini merupakan strategi yang menitikberatkan pada kegiatan penelitian siswa dan memanfaatkan kecenderungan alami anak-anak untuk belajar. Strategi  ini sangat cocok digunakan dalam pembelajaran IPA karena siswa diajak untuk bereksperimen, melakukan penelitian ataupun mengobservasi untuk menemukan jawaban-jawaban atas pertanyaannya. Hal ini dapat membantu siswa untuk membangun dan menemukan pengetahuannya sendiri, dan belajar untuk berkreativitas untuk merancang sesuatu hal atau alas berdasarkan pengetahuan yang ia peroleh. Dengan strategi ini daya ingat dan pemahaman siswa akan lebih mudah didapatkan, selain itu dengan kegiatan ini siswa akan situntut untuk mandiri dan aktiv. Hands on and minds on  ini memiliki kegiatan pendidikan yang dinamis, relevan, dan diterapkan. Strategi ini juga bisa dikatakan kegiatan belajar aktif, karena siswa tidak hanya melihat dan mendengarkan guru yang sedang menjelaskan namun ikut serta aktif dalam pembelajaran. Strategi ini tidak hanya melatih keaktivan siswa dalam mencari tahu hal-hal melelui penelitian, observasi ataupun pengamatan, namun juga melatih siswa untuk berpikir kritis dan kreativ dan dapat menerapkannya pada kehidupan sehari-hari.

2.    Inquiry Based Learning
Strategi inquiry based learning (IBL) merupakan proses dimana siswa menjadi pusat dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran ini kemandirian dan kreativitas siswa sangat diperlukan. Siswa merupakan pusat proses pembelajaran yang diberikan kebebasan untuk mengambil keputusan yang berhubungan dengan proses pembelajaran. IBL juga merupakan proses dimana siswa mampu memformulasikan pertanyaan, melakukan pengamatan/ investigasi, membangun pemahaman, makna dan pengetahuan. Pengetahuan ini merupakan pengetahuan baru bagi siswa yang akan lebih mudah dipahami dan diingat karena siswa bersangkutan yang menemukan pengetahuan baru tersebut meskipun dengan bimbingan daari guru.  Jadi strategi pembelajarn Ibl merupakan strategi pembelajaran berbasis penelitian aktiv yang melibatkan siswa untuk aktif dan berpikir secara kritis dan kreativ dalam melakukan penelitian.

3.    Mengidentifikasi Kemampuan Awal Siswa

Mengidentifikasi kemampuan awal siswa cuku cukup penting dilakukan karena, dengan mengetahui kemampuan awal yang dimiliki siswa maka guru akan mengetahui apa yang paling dibutuhkan siswa dalam pembelajaran, dan apa yang cocok untuk diajarkan pada siswa. Meskipun tiap siswa memiliki umur yang relatif sama namun meraka memiliki sikap dan karakteristik yang berbeda. Mengetahui gambaran tentang entering behavior (pola belajar siswa) peserta didik akan dapat membantu guru seperti:
a.    Mengetahui seberapa jauh kesiapan, penguasaan, keterampilan dari pengetahuan dan keterampilan dasar sebagai landasan  bagi bahan ajar baru.
b.    Dapat menjadi pertimbangan memilih metode, strategi ataupun pendekatan apa yang tepat untuk peserta didik.
c.    Membandingkan nilai pretest dan postest sehingga dapat diketahui seberapa banyak perubahan periaku dari hasil belajarnya (Makmum, 2002: 224).
Identifikasi kemampuan peserta didik ini terdiri dari identifikadi jenis dan ruang lingkup pengetahuanyang telah dikuasai peserta didik dan indentifikasi tingkat dan tahap serta jenis kemampuan.
1.    Identifikasi Jenis dan Ruang Lingkup Pengetahuan yang Telah Dikuasai Peserta Didik.
a.)  Memberikan pertayaan-pertayaan mengenai materi atau pembahasan yang telah dipelajari sebelumnya.
b.) Memberikan pre-test menggunakan instrumen pengukuran prestasi belajar sebelumdimulai pembelajaran
2.    Identifikasi Tingkat dan Tahap serta Jenis Kemampuan Tingkat dan tapa serta kemampuan yang diidentifikasi pada siswa mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang telah dicapai oleh peserta didik.


















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pembelajaran IPA adalah pembelajaran pengetahuan mengenai alam semesta dan dikembangkan melalui kegiatan ilmiah berupa eksperimen, observasi ataupun penelitian yang berisi fakta, konsep, ataupun prinsip dan dilakukan secara sistematis/ secara ilmiah. Ilmu Pengetahuan Alam bukan hanya sekumpulan pengetahuan fakta untuk dihafal, tetapi ada proses aktif menemukan sesuatu menggunakan pikiran dan sikap dalam mempelajarinya. Dengan demikian pembelajaran IPA untuk tingkat Sekolah Dasar, berorientasi pada pencapaian.Sains dari segi produk, proses dan sikap keilmuannya.




Daftar Pustaka
Darmodjo Hendro, Jenny R.E Kuligis. 1992. Pendidikan IPA II. Jakarta : Depdiknas.
Depdiknas. 2004. Sains. Jakarta : Depdiknas.
Mulyana, Edi H. 2006. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Tasik Malaya : UPI Tasik Malaya.
Rutaman, Nuryani. 2011. Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta : Univ Terbuka.
Sudjana, Nana. 2013. Dasar-dasar Preoses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru.