BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Alam
keberhasilan suatu proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru
mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan
intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran.
Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk
menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara
aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan prestasi
yang optimal.
Untuk
dapat mengembangkan model pembelajaran yang efektif maka setiap guru harus
memiliki pengetahuan yang memadai berkenaan dengan konsep dan cara-cara
pengimplementasian model – model pembelajaran tersebut dalam proses
pembelajaran. Model pembelajaran yang efektif memiliki keterkaitan dengan
tingkat pemahaman guru terhadap perkembangan dan kondisi siswa di kelas.
Demikian juga pentingnya pemahaman guru terhadap sarana dan fasilitas sekolah
yang tersedia, kondisi kelas dan beberapa faktor lain yang terkait dengan
pembelajaran. Tanpa pemahaman terhadap berbagai kondisi ini, model yang
dikembangkan guru cenderung tidak dapat meningkatkan peran serta siswa secara
optimal dalam pembelajaran, dan pada akhirnya tidak dapat memberi hasil yang
besar terhadap pencapaian hasil belajar siswa. Mempertimbangkan pentingnya
hal di atas maka kami sebagai calon pendidik akan membahas beberapa model –
model pembelajaran.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Apa
yang dimaksud dengan model pembelajaran?
2. Apa
saja ciri-ciri dari model pembelajaran?
3. Apa
saja jenis-jenis dari model pembelajaran?
C. TUJUAN
1. Agar
dapat mengetahui pengertian dari model pembelajaran.
2. Supaya
dapat mengetahui ciri-ciri dari model pembelajaran.
3. Untuk
mengetahui apa saja jenis-jenis model pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MODEL PEMBELAJAR
Menurut
Joyce dalam Trianto (2012) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan
perangkat – perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film,
kurikulum dan lain-lain. Setiap model pembelajaran mengarahkan kita mendesain
pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan
pembelajaran tercapai.
Model
pembelajaran adalah suatu pendekatan yang berisi cara dan langkah-langkah
seorang guru dalam menyampaikan suatu pembelajaran yang disesuaikan dengan
tujuan yang akan dicapai disertai pengembangan perangkat pembelajaran yang
dibutuhkan.
Secara
umum istilah “model” diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam pengertian lain, model
juga diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda yang sesungguhnya,
seperti “globe” yang merupakan model dari bumi tempat kita hidup. Dalam istilah
selanjutnya model, istilah model digunakan untuk menunjukkan pengertian yang
pertama sebagai kerangka konseptual. Atas dasar pemikiran tersebut, maka yang
dimaksud dengan “model belajar mengajar” adalah kerangka konseptual dan
prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pengajaran, serta para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas
belajar mengajar. Dengan demikian, aktivitas belajar mengajar benar-benar
merupakan kegiatan bertujuan yang tersusun secara sistematis.
Dewey
dalam Joyce dan Weil (1986) mendefinisikan model pembelajaran sebagai “a plan
or pattern that we can use to design face ti face teaching in the classroom or
tutorial setting and to shape instructional material” (suatu rencana atau pola
yang dapat kita gunakan untuk merancang tatap muka di kelas, atau pembelajaran
tambahan di luar kelas dan untuk menajamkan materi pengajaran).
B. JENIS-JENIS MODEL
PEMBELAJARAN
Ada
beberapa model yang biasa digunakan dalam pembelajaran IPA, berikut contoh
model pembelajaran dalam pembelajaran IPA yaitu:
1.
MODEL
PEMBELAJARAN INTERAKTIF
Model
pembelajaran ini merujuk kepada pendekatan yang dikemukakan oleh Faire &
Cosgorove, 1992 yaitu model pembelajaran
interaktif sering dikenal dengan nama pendekatan pertanyaan anak. Dirancang
agar siswa akan bertanya dan kemudian menemukan jawaban pertanyaannya sendiri.
Agar pertanyaannya siswa tidak melabar dan tidak fokus maka guru mengubah
pertanyaan tersebut kedalam kegiatan khusus, dalam bentuk langkah-langkah
tersetruktur dalam pembalajaran IPA yang akan dilaksanakan di kelas.
Pembelajaran
interaktif ini dirancang agar siswa akan bertanya dan kemudian mereka dapat
menemukan jawaban dari pertanyaan mereka sendiri. Meskipun pertanyaan yang
diajukan siswa dalam kegiatannya bebas, agar pertanyaannya tidak terlalu
melebar dan kurang fokus, maka guru perlu mengambil langkah untuk memilah dan
mengubah pertanyaan menjadi kegiatan khusus yang harus dilakukan oleh siswanya.
Model
pembelajaran interaktif merinci langkah-langkah kegiatannya secara terstruktur
dalam pembelajaran IPA dengan melibatkan hasil pengumpulan dan pertimbangan
terhadap pertanyaan-pertanyaan siswa sebagai pusatnya (Harlen, 1992).
Lagkah-langkah dalam model pembelajaran interaktif, merupakan urutan atau
tahapan kegiatan yang harus diakukan guru ketika mempertimbangkan model ini
sebagai pendekatan dalam proses pembelajaran yanga akan dilakukan di kelas.
Tahapan
kegiatannya adalah :
1. Persiapan,
guru memilih topik dan menemukan berbagai sumber informsi yang
melatarbelakanginya.
2. Kegiatan
eksplorasi, guru melibatkan siswa pada topik yang akan dibahas.
3. Pertanyaan
siswa, guru mengudang siswa untuk mengajukan pertanyaan yang berkaita dengan
topik yang akan dibahas.
4. Penyelidikan,
guru dan siswa memilih pertanyaan untuk diekplorasi selama bebeberapa hari
melalui penyelidikan.
5. Refleksi,
guru megevaluasi untuk memantapkan hal-hal yang terbukti dan memisahkan hal-hal
yang perlu memperoleh perbaikan atau revisi
contoh
model pembelajaran interaktif berikut ini, melalui tahapan kegitan : persiapan,
kegiatan pembelajaran, pertanyaan siswa, penyelidikan dan refleksi Topik :
Hewan Peliharaan
Kelas
: II
Tahapan
Pembelajaran :
1. Persiapan
: sebelum pembelajaran dimulai, guru menugaskan siswa untuk membawa hewan
peliharaanya dan mempesiapkan diri untuk masing-masing menceritrakan tentang
hewan peliharaannya.
2. Kegiatan
Pembelajaran, siswa mengamati (meraba, mengelus) setiap hewan peliharaannya dan
diperbolehkan untuk memgamati hewan peliharaan temanya, serta mengajukan pertanyaan
tentang hewan tersebut.
3. Pertanyaan
siswa, semua pertanyaan ditampung, guru mengarahkan pertanyan siswa kepada cara
pemeliharaan hewan tersebut.
4. Penyelidikan,
guru dan siswa memilih pertanyaan untuk dieksplorasi lebih jauh. Misalnya siswa
diminta mengamati keadaan hewan yang tidak dipelihara, seperti dari mana
memperoleh makanannya ?, bagaimana istirahatnya ? punya nama panggilan atau
tidak ? bagaimana kebersihannya ?
5. Refleksi,
pada pertemuan selanjutnya di kelas dibahas hasil penyelidikan mereka, siswa
disuruh melakukan studi banding antara hewan peliharaan dengan hewan tidak
dipelihara untuk memantapkan hal-hal yang sudah jelas dan memisahkan hal-hal
yang perlu diselidiki lebih jauh. Kemudian di akhir kegiatan guru memberikan
tugas untuk mengamati banda-benda atau makhluk hidup lain yang ada di
lingkungannya.
2.
MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF
Model pembelajaran
kooperatif merupakan salah satu benuk strategi belajar mengajar yang lebih
menekakankan pada pembentukan sikap dan perilaku bersama dalam bekerja,
sehingga siswa dapat terlibat secara aktif dalam mengembangkan pengetahuannya
secara terbuka dan demokratis. Terdapat beberapa karakteristik dalam model
pembelajaran kooperatif, anatara lain :
Model pembelajaran
kooperatif merupakan salah satu benuk strategi belajar mengajar yang lebih
menekakankan pada pembentukan sikap dan perilaku bersama dalam bekerja,
sehingga siswa dapat terlibat secara aktif dalam mengembangkan pengetahuannya
secara terbuka dan demokratis. Terdapat beberapa karakteristik dalam model
pembelajaran kooperatif, anatara lain :
a. Setiap
individu mempunyai rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaan yang
menjadi tanggung jawab kelompok agar hasil belajar menjadi lebih baik (Positive
interdependence).
b. Setiap
anggota kelompok harus saling membelajarkan dan mendorong agar tujuan dan tugas
yang diberikan kepada kelompok dapat dipahami oleh anggota kelompok (Face to
face promotive interaction).
c. Setiap
individu dalam kelompok berlatih untuk dapat dipercaya, mempunyai jiwa
kepemimpinan, dapat mengambil keputusan, mampu berkomunikasi dan memiliki
keterampilan untuk mengatur komplik yang terjadi dalam kelompok (Appropriate
use of collaborative skills).
d. Setiap
anggota kelompok harus dapat mengatur keberhasilan kelompok, secara berkala
mengevaluasi kelompok, serta mengidentifikasi perubahan yang akan dilakukan
kelompok agar menjadi lebih efektif (Group processing).
Melalui model
pembelajaran kooperatif mampu mengembangkan aktualisasi berbagai potensi diri
siswa, melatih sikap, nilai, dan keterampilan sosial masyarakat. Sisa dapat
manjadi objek tetapi sekaligus juga sebagai subyek dalam belajar serta sebagai
tutor sebaya. Siswa berlatih bekerja sama dalam mempelajari materi tetapi juga
keterampilan sosial, dengan demikian pembelajaran memberi kesempatan kepada
siswa untuk memperoleh dan memahami pengetahuan menjadi lebih bermakna bagi
dirinya dan juga orang lain. Hasil belajar siswa biasanya akan menjadi
meningkat melalui belajar dalam kelompok, karena saat belajar dalam kelompok
terdapat tanggung jawab setiap anggota kelompok untuk menguasi materi yang
telah diberikan oleh guru. Oleh karena itu, bagi siswa yang sudah menguasi
materi memiliki tanggung jawab untuk membantu siswa yang belum menguasi konsep
pada materi yang sedang dipelajarinya (tutor sebaya).
Tanggung jawab seperti
inilah yang juga dibangun melalui pembelajaran secara kooperatif, sehingga
setiap anggota kelompok mampu meningkatkan kepercayaan dirinya. Ketika proses
pembelajarannya berlangsung, diskusi kelompok mampu mengembangkan keterampilan
berpikir dan keterampilan memberikan alasan, oleh karena itu, guru perlu
memberikan persoalan untuk siswa harus persoalan yang menuntut menggunakan
keterampilan memberikan alasan, dengan harapan pemahaman materi oleh siswa
menjadi lebih mendalam.
Hubungan yang positif
dan suportif diantara teman melalui pembelajaran koopertaif dapat meningkat,
sehingga dampaknya dapat mengurangi tingkat kecemasan dan stress pada siswa
yang tergolong kepada kelompok rendah, tentunya melalui model pembelajaran
koopertif juga dapat meningkatkan motivasi dan akhirnya dapat meningkatkan
hasil belajar setiap siswa.
hal penting yang perlu dilakukan guru ketika
melaksanakan pembelajaran dengan model kooperatif, adalah sebagai berikut :
a. Bentuk
kelompok yang heterogen (suku, agama, kedaan fisik, kemampuan beajar, sifat,
sikap. Jenis kelamin, keterampilan, bakat dan minat), dengan tujuan ketrampilan
sosial siswa dapat berkembang optimal, dan cukup 5 orang.
b. Berikan
persoalan untuk diselesaikan dalam kelompok selama 10 menit.
c. Presentasikan
hasil kerja kelompok berupa solusi atau pemecahan persoalan.
d. Persoalan
yang diberikan guru baiknya berupa pertanyaan singkat.
Ketika
guru akan memberikan pembelajaran dengan model koopertif, hendaknya menyusun
terlebih dahulu rancangan pembelajaran, dan mempertimbangkan target
pembelajaran yang ingin dicapai. Guru juga menetapkan sikap dan ketrampilan
sosial yang diharapkan dapat dikembangkan dan diperlihatkan selama proses
pembelajaran berlangsung. Kemudian guru mengorganisasikan materi tugas yang
akan dikerjakan sama-sama dalam kelompok dengan mngembangkan lembar kerja
siswa.
Pemahaman
dan pendalaman materi pembelajaran dilakukan pada saat belajar bersama dalam
kelompok. Pemahaman dan perlakuan guru terhadap siswa selama proses
pembelajaran berlangsung sangat menentukan kebersamaan dalam kelompok.
Observasi kegiatan siswa dalam kelompok, arahkan dan bimbing siswa secara
individual atau kelompok, perhatikan sikap dan perilaku siswa selama kegiatan
belajar berlangsung. Berikan kesempatan kepada siswa untuk memperesentasikan
hasil kerja kelompok, berikan penekanan kepada pengembangan perilaku sosial
siswa selama proses pembelajaran. Keberhasilan kerja kelompok dapat terlihat
dari tes individual yang diberikan diakhir kegiatan pembelajaran.
3.
MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR (learning cycle)
Model pembelajaran
siklus belajar berorientasi pada peristiwa alami yang saling berhubungan, dan
melibatkan beberapa konsep. Pada siklus belajar siswa akan memperoleh
pengalaman konkrit dalam mengembangkan pemahaman konsepnya. Dalam
pelaksanaannya model siklus terdiri atas tiga fase, yaitu eksplorasi, pengenalan
konsep (Invention), dan penerapan konsep (Discovery), pada
siklusnyatahap-tahap tersebut bertujuan untuk mengembangkan pemahaman konsep.
Oleh karena itu, tahapan ini merupakan pembelajaran yang dilaksanakan. Urutan
pembelajaran dalam model siklus belajar adalah sebagai berikut:
a. Eksplorasi,
pada fase ini siswa diberi kesempatan untuk melakukan penjelajahan atau
eksplorasi secara bebas. Kegiatan ini memberi pengalaman fisik dan interaksi sosial
dengan teman dan gurunya. Misalnya guru membagikan materi dan bendabenda konkrit
agar siswa dapat mencari dan mengumpulkan fakta dengan melakukan observasi dan
percobaan. Pengalaman ini mendorong terjadinya asimilasi, dan mendorong siswa bertanya
tentang konsep tertentu yang tidak sesuai dengan konsepsi awal mereka. Konflik
kognitif diakomodasi dan diasimilasikan kedalam struktur kognitif siswa. Peran
guru dalam hal ini sebagai motivator, fasilitator, dan mempersiapkan pertanyaan
untuk membantu siswa dalam memanipulasi materi dan benda-benda konkrit yang
telah diberikan kepada siswa.
b. Pengenalan
konsep (Invention), fase pengenalan konsep
guru dengan metode yang sesuai menjelaskan konsep dan teori-teori yang dapat
membantu siswa untuk menjawab permasalahan yang mungkin muncul dan menyusun
setiap gagasan dari diri siswa. Guru sebaiknya juga memperkenalkan istilah,
atau penjelasan yang membantu siswa untuk menginterpretasi dan
menginternalisasi hasilnya berdasarkan pengalaman awal pada fase pertama.
c. Penerapan
konsep (Discovery),siswa mencoba menggunakan konsep yang telah dikuasai
untuk memecahkan masalah dalam situasi yang berbeda. Siswa diminta untuk
memperlakukan materi dan benda-benda untuk diobservasi, diterka, dibuat hipotesis
dan diuji. Guru membantu siswa dengan menyiapkan masalah-masalah yang dapat
dipecahkan berdasarkan konsep yang telah diperoleh siswa pada fase sebelumnya.
Terdapat tiga macam
siklus belajar yaitu deskriftif, empiris-induktif, dan hipotesis-deduktif, pada
siklus belajar deskriptif, para siswa menemukan dan menghimpun pola empiris
dalam suatu kontek khusus (eksplorasi). Guru membantusiswa dalam pengenalan
konsep, kemudian diterapkan pada konsep lain (aplikasi konsep). Pada siklus
empiris-indukif, siswa menemukan dan menggali pola empiris dalam satu kontek
khusus (eksplorasi), kemudian siswa mengemukakan sebab terjadinya pola itu.
Dibutuhkan penalaran analog, untuk mentransfer konsep yang baru (pengenalan
konsep).
Guru membimbing siswa
untuk menganalisis data yang dikumpulkan selama eksplorasi untuk melihat
keajegan data dengan fenomena lain. Siklus belajar hipotesis-deduktif, dilmuali
dengan pertanyaan yang mengarahkan mengapa begitu, Siswa diminta utnuk
merumuskan jawaban (hipotesis) terhadap pertanyaan itu. Selanjutnya siswa
diminta untuk menemukan konsekuensi logis dari hipotesis dan melakukan
eksperimen untuk menguji hipotesis.
Analisis hasil
ekperimen untuk menolak atau menerima hipotesis, konsep yang ditemukan
diperkenalkan (pengenalan konsep), akhirnya konsep yang relevan dapat diterapkan
pada situasi lainnya (aplikasi konsep) Melalui pembelajaran model siklus
belajar siswa mampu mengemukakan kosepsi atau gagasan yang sudah dimiliki,
mengujinya serta mendiskusikannya secara lebih terbuka.
Contoh model siklus
belajar (learning cycle) yaitu:
1. Eksplorasi
a. Siswa
ditugasi mengamati jenis makanan hewan tertentu.
b. Siswa
mencatat hasil pengamatan sesuai LKS dan melaporkan pada saat pembelajaran
c. Siswa
mengelompokan hewan hasil pengamatan seluruh siswa berdasarkan makanannya
2. Pengenalan Konsep (Invention)
a. Guru
membimbing siswa dalam diskusi kelas untuk meluruskan konsep tentang konsep
herbivora, carnivora, omnivora dan konsumen
b.
Penerapan Konsep (Discovery) :
1.
Siswa diberi tugas di
rumah untuk mencatat jenis konsumen yang ada di lingkungan tempat tinggalnya masing-masing
C. CIRI-CIRI MODEL
PEMBELAJARAN
Model
pembelajaran memiliki beberapa ciri-ciri ( Enggen dan Kauchak, 2012) yaitu :
a. Fondasi
Fondasi
model pembelajaran didukung oleh teori dan penelitan tentang pembelajaran dan
motivasi. Dapat dicontohkan pada model pembelajaran inkuiri adalah salah satu bagian
dari model berbasis masalah. Pada model ini menyajikan permasalahan di awal
pembelajaran. Pembelajaran yang berbasis masalah erat kaitannya dengan teori
belajar konstruktivisme.
b.
Tujuan
Tujuan model pembelajaran dirancang untuk
membantu siswa mengembangkan kemampuan dari berbagai aspek (kognitif, afektif,
dan psikomotor) serta memperoleh pemahaman mendalam tentang bentuk spesifik
materi. Misalkan model pembelajaran langsung yang digunakan untuk mengajarkan
tentang kemampuan prosedural misalkan mengukur menggunakan penggaris.
Penggunaan model pembelajaran langsung dapat mempermudah siswa memahami langkah
– langkah yang harus dilakukan siswa jika ingin mengukur menggunakan penggaris.
c. Fase
Fase
model pembelajaran mencakup serangkaian langkah-langkah atau fase yang
bertujuan membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang spesifik. Dalam
suatu model pembelajaran, terdapat langkah–langah atau step yang akan dilakukan
dalam sutu pembelajaran, setiap model memiliki sintaks yang tidak sama dengan
model yang lain yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
model pembelajaran langsung dapat mempermudah siswa memahami langkah–langkah
yang harus dilakukan siswa jika ingin mengukur menggunakan penggaris.
BAB III
A.
Kesimpulan
Menurut Joyce dalam Trianto (2012) menyatakan bahwa model pembelajaran
adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk
menentukan perangkat – perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku,
film, kurikulum dan lain-lain.
B. Saran
Setiap guru harus mampu mengembangkan model-modle
pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa
secara efektif di dalam proses pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran
yang tepat pada dasarnya untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang
memungkinkan siswa dapat belajar secara efektif dan menyenangkan. Sehingga
siswa dapat meraih hasil belajar dan presentasi yang optimal
DAFTAR PUSTAKA
Rusman .2010. “ Model – Model Pembelajaran “ ; Lewinanggung depok, kharisma putra
Joyce, B, Weil, M & Showers,.
(1992). Models of Teaching. London:
Prentice-Hall International
Harlen, J.D. (1977). “Problem
associated with concept analysis”. In Journal of Science. Education. 61(2),
185-199
Suyadi. 2012. “Strategi Pembelajaran Karakter” : Bandung, Remaja Rosdakarya
Majid, abdul. 2013. “Strategi Pembelajaran”. Bandung
Rosdakarya