1.
FAKTA, KONSEP,
GENERALISASI DAN TEORI DALAM IPS
Dalam proses pembelajaran IPS terdapat
hal-hal pokok yang harus dipahami dan dikuasai oleh peserta didik. Hal-hal tersebut
adalah fakta, konsep, generalisasi, dan akhirnya teori-teori.
1.1 Fakta
Fakta adalah hal (keadaan, peristiwa) yang
merupakan kenyataan yang sungguh-sungguh terjadi dan terjamin kebenarannya.
atau sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi. Fakta sosial adalah cara
bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di luar individu dan mempunyai
kekuatan memaksa dan mengendalikan individu tersebut. Contoh, di sekolah
seorang murid diwajibkan untuk datang tepat waktu, menggunakan seragam, dan
bersikap hormat kepada guru. Kewajiban-kewajiban tersebut dituangkan ke dalam
sebuah aturan dan memiliki sanksi tertentu jika dilanggarFakta dapat
menyebabkan lahirnya teori baru. Fakta juga dapat menjadi alasan untuk menolak
teori yang ada dan bahkan fakta dapat mendorong untuk mempertajam rumusan teori
yang sudah ada. Banks (Ischak:2004:2.7) mengemukakan bahwa fakta merupakan
pernyataan positif dan rumusannya sederhana.
Beberapa contoh fakta ,seperti dibawah ini :
a) Gunung Galunggung meletus tahun 1982.
b)Pada tahun 1997 banyak hutan di Sumatera
dan Kalimantan terbakar.
c) Jakarta adalah ibukota Indonesia.
1.2Konsep
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2007:588), pengertian konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau
apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami
hal-hal lain. Menurut Soedjadi (2000:14) pengertian konsep adalah ide abstrak
yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada
umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata
Konsep adalah suatu kesepakatan bersama untuk
penamaan sesuatu dan merupakan alat intelektual yang membantu kegiatan berfikir
dan memecahkan masalah. Dari pengertian tersebut dapat ditarik sebuah ke
simpulan bahwa konsep mengandung atribut. Atribut adalah ciri yang membedakan
tabel objek atau peristiwa atau proses dari obyek, peristiwa atau proses
lainnya. Atribut dapat didasarkan atas fakta berupa informasi konkret yang
dapat dibuktikan melalui laporan seseorang atau hasil pengamatan langsung.
Laporan verbal, gambar-gambar, chart yang berisi data dapat digunakan untuk
mengkomunikasikan atribut.
Dalam konsep terdapat makna denotatif dan
makna konotatif. Makna denotative berkenaan dengan arti kata, seperti pada
kamus, misalnya arti kata Revolusi adalah perubahan cepat dalam hal prosedur,
kebiasaan, lembaga, dan seterusnya. Revolusi juga mempunyai makna konotatif
antara lain sebagai berikut:
1. Makna revolusi
merangkum makna denotative.
2. Revolusi tidak sama
dengan pemberontakan, melainkan kejadian yang penting yang telah direncanakan
dan diatur secara sungguh-sungguh.
3. Konsep revolusi ini
mencakup kepemimpinan, baik oleh kelompok maupun perseorangan.
4. Revolusi juga
berarti menentang segala sesuatu, apakah itu orang atau lembaga, lebih jauh
bukan hanya menentang tetapi juga melawan dengan kekuatan.
Dalam perkembangan lebih lanjut para siswa
akan memiliki pemahaman yang benar tentang arti konsep dalam Revolusi
Kemerdekaan Indonesia, Negara berkembang, pertumbuhan ekonomi republik,
kabinet, dan seterusnya. Jika mereka tidak memperoleh arti yang benar tentang
makna yang terkandung didalam konsep-konsep tersebut, mereka akan memberi arti
secara menggelikan (Womarck : 32).
Pengajaran konsep disekolah sesungguhnya dalam
rangka memahami makna konotatif, karena itu pengajaran konsep harus:
1. Diberikan dalam
sesuatu konteks bukan diterangkan tanpa ada kaitan dengan sesuatu, seperti kita
menjelaskan arti dari suatu istilah atau kata.
2. Siswa harus diberi
kesempatan untuk sampai kepada pengertiannya sendiri tentang sesuatu konsep,
tentunya dengan bimbingan guru misalnya, guru menyuru mereka mendeskripsikan
sendiri.
3. Siswa harus
membacanya sendiri, mendengarkan penjelasan, dan segera menuliskan makna konsep
segera setelah diperkenalkan.
Kegunaan Konsep
Pembinaan Konsep IPS
Agar anak didik dapat memahami pengertian
konsep-konsep IPS dengan lebih jelas dan memadai maka seorang guru hendaknya
memperhatikan hal-hal penting dalam mengajarkan konsep-konsep IPS. Dalam hal
ini Yelon (dalam Husein Achmad, 1982) mengemukakan bagaimana mengajar
konsep yang baik sebagai berikut:
1) Merumuskan tujuan.
Guru harus menetapkan tujuan tertentu untuk
masing-masing mata pelajaran. Dalam mengajar konsep, guru hendaknya memberi
kesempatan kepada siswa untuk menggunakan kemampuannya dalam memberikan atau
memilih contoh-contoh tentang konsep
2) Menyadari adanya
pengetahuan prasyarat yang akan membantu pemahaman konsep.
Syarat utama untuk mempelajari konsep adalah
memilah-milah, yaitu membedakan antara obyek yang satu dengan obyek lainnya,
antara symbol yang satu dengan simbol yang lain. Selanjutnya guru harus
mengetahui pengetahuan prasyarat, yaitu bahwa siswa harus mampu menunjukkan
atribut definisi dan memahami konsep.
3) Menyajikan definisi
dan contoh-contoh. Guru harus menyajikan definisi contoh-contoh. Sebab konsep
akan mudah dipahami apabila:
a. Aspek
yang relevan dengan stimulus jelas dan aspek yang tidak relevan dengan stimulus
kurang jelas atau kurang tajam.
b. Jumlah
aspek yang tidak relevan dengan stimulus dikurangi
c. Banyak
menggunakan contoh-contoh yang positif
d. Memberikan
definisi dan contoh atas obyek yang dipelajari
e. Memberi
kesempatan kepada siswa untuk merespon dan memberikan
1.3 Generalisasi
Schuneke (1988:16) mengemukakan bahwa
generalisasi merupakan abstraksi dan sangat terikat konsep. Generalisasi
menghubungkan beberapa konsep sedemikian rupa sehingga terbentuk suatu
pola hubungan yang bermakna dan menggambarkan hal yang lebih luas.
Artinya, dalam pikiran kita terbentuk pola-pola hubungan bermakna yang lebih
luas (Djodjo Suradisastra 1991/1992:39). Menurut Nursid Sumaatmadja (1980:83),
generalisasi adalah hubungan dua konsep atau lebih dalam bentuk kalimat lengkap,
yang merupakan pernyataan deklaratif dan dapat dijadikan suatu prinsip atau
ketentuan dalam IPS.
Jadi dapat disimpulkan bahwa seseorang
dikatakan menyusun generalisasi, apabila orang itu menarik dua konsep atau
lebih dengan sedemikian rupa sehingga saling berhubungan satu dengan Iainnya.
Untuk lebih jelasnya kita ambil contoh berikut. Ada ungkapan : “Makin
primitif suatu masyarakat, lingkungan hidupnya akan makin mempengaruhi
cara hidup masyarakat itu” kita menemukan paling sedikit tiga konsep,
yaitu: (1) Masyarakat primitif; (2) Lingkungan hidup; (3) Cara hidup.
Generalisasi yang baik adalah generalisasi
yang tidak menyebut orang, tempat atau benda. Alasannya, apabila kita
menyebutkannya berarti generalisasi yang kita buat memiliki tingkat abstraksi
yang rendah, tingkat keberlakuannya juga sempit atau rendah. Generalisasi harus
ditulis sedemikian rupa sehingga siswa dapat mengaplikasikannya dalam
berbagaisituasi yang bagaimanapun juga.
Generalisasi sejarah dalam konteks IPS bukan
untuk dihafalkan melainkan untuk dipahami dan diaplikasikan kepada situasi baru
yang dihadapi. Untuk meningkatkan kemampuan uitu diperkenalkan gagasan-gagasan
dan pemikiran-pemikiran yang sesuai dengan kemampuan berpikir siswa sehingga
mereka dapat menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan sejarah.
Tugas guru di kelas untuk mengembangkannya
dalam kegiatan belajar mengajar disesuaikan dengan situasi dan kondisi
lingkungan serta kemampuannya. Guru-guru dituntut kreativitasnya dalam mencari
dan mengolah sumber belajar agar kegiatan belajar mengajar yang dikelolanya
berjalan lancar.
1.4 Teori
Sebuah teori adalah sepasang proposisi yang
berhubungan, dan menerangkan hubungan antara beberapa generalisasi. Kekuatan
teori terletak pada kemampuannya menerangkan dan meramalkan fenomena. Menurut
Skager dan Weinberg, makin bersemangat lapangan inquirymakin
mendekati kenyataan teori-teori tersebut (Husein Achmad, 1982:9). Proposisi
yang menghubungkan fakta merupakan teori yang lebih mudah dari pada proposisi
yang menghubungkan konsep. Selanjutnya proposisi yang menghubungkan konsep,
lebih mudah dari proposisi yang menghubungkan generalisasi. Sedangkan teori
yang lebih tinggi akan mengembangkan bentuk konsep yang lebih umum.
Seperti halnya generalisasi, teori dapat juga
disusun berdasarkan kekuatan-kekuatan yang ada pada teori- teori tersebut.
Kriterianya adalah sebagai berikut (Fraenkel dalam Husein Achmad. 1982).
1. Bagaimana luasnya
proposisi yang dihubungkan (breath).
2. Bagaimana
kompleksnya proposisi yang dihubungkan (complexity).
3. Sampai sejauh mana
teori tersebut dapat diterapkan pada daerah, kejadian, orang, dan objek yang
dikenal teori tertentu (Applicabilit).
4. Sampai seluas mana
hubungan dari proposisi-proposisi melukiskan dan menerangkan unsur yang penting
dari tingkah laku manusia serta menerangkan segi-segi yang penting dewasa
ini (explanatory power).
5. Sampai sejauh mana
teori membimbing ke arah pendalaman yang lain (depth).
6. Berapa banyak
konsep yang diharapkan pada kenyataan yang ada dalam teori (conceptual strengt).
7. Sampai sejauh mana
terujinya hipotesis yang dapat diambil dari proposisi yang dihubungkan dengan
teori tersebut dapat teruji (testability).
Teori berdimensi luas menjangkau sesuatu yang
lebih luas dari teori berdimensi sempit jangkauannya meliputi keseluruhan dalam
suatu disiplin ilmu. Teori ini menghubungkan berbagai gejala dan informasi
dalam keseluruhan tersebut sedemikian rupa sehingga menjadi suatu kesatuan yang
utuh. Dalam IPS teori berdimensi luas jarang ditemukan, karena gejala-gejala
dalam kehidupan masyarakat sangat luas dan bertali-temali sangat rumit. Setelah
memahami teori, kita dapat lebih melihat keteraturan tentang gejala-gejala
dalam masyarakat dengan lebih sempurna.
1.5 Pentingnya Antara Fakta, Konsep, Generalisasi dan Teori dalam IPS
Dari gambaran diatas jelas bahwa suatu
peristiwa merupakan dasar darimana kegiatan belajar mengajar IPS dimulai. Guru
dan siswa harus aktif menjemput peristiwa ini dan mengolahnya menjadi
content, isi bahan pengajaran. Dalam proses pengolahan menjadi
bahan pengajaran itulah berfungsinya fakta, konsep, dan generalisasi
itulah guru dapat mengorganisasikan bahan pengajaran IPS. Jadi skenario dari
alur pengembangan peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi, sesungguhnya sudah
ditangan guru, dan dijadikan sebagai bahan dalam perencanaan kegiatan belajar
mengajar dikelas. Contohnya sebagai berikut dengan topik “Benua Afrika, Eropa,
dan Amerika.”
2. KETERAMPILAN DALAM
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
a.
Keterampilan Mental
1.
Memandang bahwa hidup ini dapat diperbaiki.
2.
Menghargai usaha manusia dalam mencapai hasil yang
lebih baik.
3.
Mempunyai kesadaran waktu yang tinggi.
4.
Mampu menyatakan pendapat/gagasan dan menghargai
pendapat/gagasan orang lain.
b.
Keterampilan Personal
Keterampilan dasar IPS
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di dalam lingkungan masyarakat tempat
tinggal Anda dalam IPS selain kita dapat mengembangkan pengetahuan yang
berhubungan dengan pemahaman konsep-konsep, teori-teori, fakta-fakta yang ada
di lingkungan sekitar, juga penanaman nilai/norma-norma yang baik untuk dapat
diterapkan dalam kehidupan di masyarakat.
c.
Keterampilan Sosial Dalam Masyarakat
1.
Melibatkan
diri dalam berbagai kegiatan pembangunan bersama anggota masyarakat lainnya.
2.
Menyadarkan
kepada anggota masyarakat akan pentingnya menjaga dan memelihara
norma-norma luhur yang terkandung dalam Pancasila maupun agama sebagai pegangan hidupnya
3.
Keterampilan untuk mencarikan jalan pemecahannya
dalam mengambil langkah-langkah
mengatasi/mengurangi masalah
d.
Keterampilan Motorik
Keterampilan motorik merupakan
salah satu keterampilan yang paling nyata dari kemampuan manusia. Keterampilan
ini dapat dikembangkan dan dibina melalui keterampilan berbuat, berlatih, dan
koordinasi indera serta anggota badan. Dalam proses belajar mengajar
keterampilan motorik tampak dalam kegiatan menggambar, menggaris, membuat peta,
membuat model, menggunting, dan sebagainya.
e.
Keterampilan Intelektual
Keterampilan ini memungkinkan individu untuk
berinteraksi dengan lingkungan dalam bentuk simbul-simbul atau konsep. Individu
belajar mulai dari tingkat yang paling rendah, misalnya menulis huruf “a”, dan
maju sampai ke tingkat yang lebih tinggi berapa pun adalah sesuai dengan
keinginan dan kemampuan intelektualnya individu.
Keterampilan intelektual yang dikembangkan dalam
pengajaran IPS bertujuan untuk melatih siswa berpikir logis dan sistematis
dalam memecahkan persoalan yang nyata dalam kehidupan di masyarakat. Aktivitas
yang tampak dalam proses belajar adalah mengumpulkan, menunjukkan, memahami,
menerapkan, menganalisa, dan menilai (Saidihardjo dan Sumadi HS, 1996:97-98).
3. Pengertian
Sikap dan Nilai
Sikap adalah sebagai keadaan yang ada pada
diri manusia yang menggerakkan untuk bertindak, sikap menyertai manusia dengan
perasaan-perasaan tertentu dalam menanggapi suatu obyek dan semua terbentuk
atas pengalaman.
Nilai
merupakan ukuran tentang baik-buruk, tentang tata-laku yang telah mendalam
dalam kehidupan masyarakat serta nilai merupakan pencerminan budaya suatu
masyarakat.
4. Cara Penanaman
Nilai dan Sikap dalam Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Penanaman Nilai dan Sikap dalam Pengajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial hendaknya dipersiapkan dan dirancang berkesinambungan
dengan penekanan pada setiap tingkat yang berbeda. Semakin tinggi jenjangnya
semakin besar unsur pemahaman dan pertanggungjawabannya. Pengajaran IPS
dilaksanakan dalam waktu yang terbatas, sehingga tidak mungkin dapat
memperkenalkan seluruh nilai-nilai kehidupan manusia kepada siswa. Oleh karena
itu, nilai-nilai yang akan ditanamkan kepada siswa merupakan nilai-nilai yang
pokok dan mendasar bagi kehidupan manusia.
Menurut Paul Suparno, SJ. sikap dan tingkah
laku yang berlaku umum yang lebih mengembangkan nilai kemanusiaan dan
mengembangkan kesatuan sebagai warga masyarakat perlu mendapatkan tekanan.
Beberapa sikap dan tingkah laku itu antara lain:
1. Sikap
penghargaan kepada setiap manusia
Setiap manusia adalah bernilai, inilah yang
menjadi hak asasi manusia dan sikap yang harus dipunyai. Dalam wujud tindakan,
misalnya siswa saling menghargai temannya, tidak menjelekkan temannya dan
sebagainya.
2. Sikap
tenggang rasa, jujur, berlaku adil, suk mengabdi, ramah, setia, sopan, dan
tepat janji
Sikap ini jelas membantu orang dalam
berhubungan dengan orang lain dan hidup bersama orang lain.
3. Sikap
demokratis dan menghargai gagasan orang lain serta mau hidup bersama orang lain
yang berbeda
Sikap ini jelas membantu kita menjadi
manusia, karena memanusiakan manusia lain. Kaita harus rela hidup bersama dalam
perbedaan karena perbedaan adalah keadaan asasi kita.
4. Kebebasan
dan tanggung jawab
Sikap manusia sebagai pribadi adalah ia
mempunyai kebebasan untuk mengungkapkan dirinya dan bertanggung jawab terhadap
ungkapannnya.sikap ini jelas diwujudkan dalam kebebbasan mimbar, kebebasan
berbicaram kebebasan untuk mengungkapkan gagasan dan tanggung jawab. Siswa bisa
diajak untuk bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukannya dan tidak
lari dari tanggung jawab.
5. Penghargaan
terhadap alam
Alam diciptakan untuk
dimanfaatkan oleh manusia agar dapat hidup bahagia, namun dalam pemafaatannya
kita harus perhatikan dan jangan sampai kita mengeksploitasi secara
besar-besaran dan membuat alam rusak.
6. Penghormatan
kepada Sang Pencipta. Sebagai makhluk kita menghormati Sang Pencipta. Melalui
penghayatan iman, siswa diajak untuk menghormati dan emmuji Sang Pencipta, dan
pujian itu dapat diwujudkan dalam sikap berbaik kepada semua makhluk ciptaan
termasuk dirinya sendiri. Sikap menghargai iman orang lain, menghargai budaya
orang lain perlu dikembangkan dalam kerangka rela hidup saling membantu dan
menerima orang lain.
7. Beberapa
sikap pengembangan sebagai pribadi manusia seperti disisplin, bijaksana,
cermat, mandiri, percaya diri, semuanya lebih menunjang penyempurnaan diri
pribadi
Kesadaran dan penghayatan
siswa terhadap nilai yang menjadi landasan dan falsafah hidup bangsa Indonesia
harus ditanamkan secara berkesinambungan sehingga sikap mental siswa menjadi
benar-benar memancarkan kebenaran dan tanggung jawab. Penanaman nilai dan sikap
harus sudah dimulai sejak kecil (TK, SD) dan berkelanjutan pada jenjang
berikutnya.
Pada jenjang SD, siswa harus diperkenalkan
pada proses pengembangan pemahaman alasan-alasan akan nilai-nilai yang
diperkenalkan. Pada siswa kelas rendah, unsur-unsur permainan dan penanaman
nilai tidak boleh dilupakan. Kegiatan yang dapat diperkenalkan antara lain :
mengunjungi musium, kebun binatang, tempat-tempat bersejarah, dan mengenal
lingkungan alam.
Nilai-nilai yang ditanamkan kepada iswa harus
semakin diperdalam dengan cara memperkenalkan mengapa nilai-nilai itu
ditanamkan. Tahap
demi tahap mulai dikembangkan unsur pemahaman kepada diri siswa, nilai-nilai
kejujura, keadilan, kepahlawanan harus sudah mulai diperkenalkan dan harus
mendapat tekanan serta perhatian. Cerita dan dongeng dapat menjadi sarana yang
baik untuk pengenalan dan penanaman nilai-nilai tersebut.
Pada kelas tinggi, harus ditambah porsi
pemahamannya, kegiatannya harus dipilih yang dapat membangun sikap tanggung
jawab, keteraturan, kebersamanan dalm kelompok yang slaing membantu. Pemberian
tugas individu maupun kelomp
ok, diskusi, dan tanya jawab merupakan metode
yang cocok untuk menanamkan nilai dan sikap dalam pengajaran IPS.
Pengajaran nilai dan sikap hendaknya
benar-benar mampu menyentuh kesadaran nilai siswa itu sendiri dan tertanam
melalui logika pembenaran yang dapat diterima siswa, sehingga nilai-nilai
tersebut menjadi milik dan keyakinan yang tidak berubah.